BAB IV PEMBAHASAN
3. Implementasi Metode Sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an d
Sorogan di PP. Madrosatul Qur‟an
Pondok Pesantren Madrosatul Qur‟an Mojo Andong Kabupaten
Boyolali, merupakan Pondok Pesantren yang masih menggunakan metode lama atau klasik yaitu sorogan. Karena metode sorogan merupakan metode pertama yang digunakan sejak dari dahulu
berdirinya Pondok Pesantren Madrosatul Qur‟an secara turun temurun.
Pelaksaan metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di
PP. Madrosatul Qur‟an ini diajarkan langsung oleh abah KH. Ulin Nuha
Sediri, dengan harapan agar santri dapat menjadi anak yang bisa menyelesaikan hafalannya, menjaga, dapat istiqomah sesuai yang diajarkan guru-guru mereka, dan sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang yang alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menghafal al-
Qur‟an atau membaca kitab kuning.
Sorogan artinya belajar belajar secara individu dimana seorang santri berhadapan dengan guru, terjadi interaksi saling mengenal antar keduanya (Arief, 2002:150). Sorogan dilaksanakan dengan cara seorang
83
santri menghadap kiai dengan membawa kitab yang akan diajarkan. Kyai membacakan kitab kalimat demi kalimat. Kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Jawa. Santri menyimak dan ngesahi kitabnya sendiri lalu kyai menyuruh santri untuk mengulang apa yang telah disampaikan kyai agar mendapatkan pengesahan ( Muhtarom, 2005: 178).
Peneliti mengamati bahwa pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an dilakukan semua santri kurang lebih selama 1 jam 30 menit. Untuk setiap santri per-orang 3 menit untuk
membaca do‟a dan selanjutnya menyetorkan hafalannya pada pertemuan sebelumnya kepada guru sampai selesai baru menambah setoran yang baru, jadi dirata-rata per santri sekitar 10 sampai 15 menit tergantung kelancaran santri yang menyetorkan hafalannya, apabila dalam penyetoran hafalan lancar maka semakin nambah banyak pula hafalan santri yang disetorkan dan semakin cepat waktunya. Setelah selesai menyetorkan santri juga membaca ayat berikutnya yang akan disetorkan pertemuan selanjutnya.
Implementasi metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul
Qur‟an di Pondok Pesantren Madrosatul Qur‟an dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Santri sebelum ngaji harus nderes (murajaah) terlebih dahulu.
b. Menyimakkan kepada teman sejawatnya atau yang lebih tinggi
84
c. Menyimakkan hafalannya juga sambil nunggu antrian untuk ngaji, dengan maksud santri dalam mengaji harus antri tidak boleh saling berebut.
d. Santri sebelum menyetorkan membaca do‟a dan menyetorkan hafalan pertemuan sebelumnya atau disebut deresan terlebih dahulu baru ngaji tambahan (hafalan baru).
e. Jika hafalan yang baru bisa lancar kemudian santri dapat menambah lagi buat pertemuan selanjutanya, akan tetapi apabila setoran sebelumnya belum lancar harus diulang sampai lancar. Baru selanjutnya bisa nambah hafalan untuk pertemuan selanjutnya.
Dalam pembelajaran pastinya terdapat evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan dan pengajaran yang telah dilaksanakan dan untuk mengetahui apakah seorang peserta didik sudah layak untuk terjun ke masyarakat atau melanjutkan ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi (Muhtarom, 2005: 182). Evaluasi metode sorogan pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di Pondok
Pesantren Madrosatul Qur‟an Mojo Andong yaitu evaluasi yang dilakukan setiap hari ketika para santri menyetorkan hafalan dan bacaan ayat-ayat suci al Qur‟an. Untuk mengevaluasi kegiatan belajar dipondok Madrosatul
Qur‟an, Para santri penghafal al-Qur‟an (bil ghoib) menyetorkan hafalanya, sedangkan yang binnadzhor menyetorkan ayat-ayat suci al-
85
Evaluasi selain itu juga diadakan MHQ (musabaqoh hifdhil qur‟an) setiap 2 minggu sekali tepatnya malam ahad itu dilakukan sesuai tingkatan masing-masing, dari tingkatan awal yaitu juz „amma, tingkatan tengah munjiat, dan tingkatan atas yaitu tahfidz.
Evaluasi pembelajaran Tahfidzul Qur‟an dengan metode sorogan dilakukan pondok Pesantren sini memiliki 2 hal yaitu evaluasi harian dan tahunan. Untuk tahunan yaitu 2 tahunan, untuk evaluasi harian, guru langsung mengevaluasi kegiatan belajar dipondok, para santri penghafal al-Qur‟an (bil ghoib) menyetorkan hafalanya, sedangkan yang binnadzhor menyetorkan ayat-ayat suci al-Qur‟an dengan Membaca. Jika santri hafal dengan baik, ia dipersilahkan untuk melanjutkan hafalanya, dan bagi binnadzhor yang membacanya sudah baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid maka dipersilahkan untuk melanjutkan kehalaman berikutnya. Sedangkan evaluasi 2 tahunan itu dilaksankan pada saat akan diadakan
Akhirussanah dan khataman al Qur‟an. Dan juga evaluasi disebut ayatan
yaitu dengan cara memutar atau kelompok disaat itu santri saling menyambung ayat atau surat yang telah di bacakan guru.
B. Kelebihan dan Kekurangan metode sorogan dalam Pembelajaran
Tafidzul Qur’andi PP. Madrosatul Qur’an Mojo Andong
Berikut ini dipaparkan kelebihan dan kekurangan metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di Pondok Pesantren Madrosatul
86
1. Kelebihan metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an
Kelebihan metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an sebagai berikut:
a. Antara guru dan santri memiliki hubungan yang lebih dekat
Pada pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran
Tahfidzul Qur‟an penulis melihat terjadi kedekatan antara guru dengan santri karena santri dapat mengetahui seberapa banyak terjadi kesalahan dan kekurangan dalam menghafal al Qur‟an.
Dan juga dengan melakukan metode sorogan secara detail atau face to face dengan guru sehingga jika ada yang salah bisa langsung kelihatan dan bisa langsung terdengar oleh guru sehingga langsung di benarkan oleh guru.
b. Kemampuan masing-masing santri yang berbeda-beda dapat diketahui
langsung oleh guru, sehingga perhatian yang diberikan sesuai dengan kemampuan santri.
Dengan melakukakan metode sorogan dalam pembelajaran
Tahfidzul Qur‟an guru dapat melihat kemampuan langsung santrinya karena masing-masing santri memiliki karakter dan IQ yang berbeda- beda. Sehingga guru memperlakukan masing-masing santri berbeda- beda pula.
c. Dapat menjadikan introveksi, motivasi pada kesalahan dan kekeliruan
87
Dengan melakukan metode sorogan secara langsung santri dapat di benarkan jika ada suatu kesalahan dalam menghafal ayat-ayat itu. Dan juga dengan metode sorogan sangat memberikan peranan penting, karena santri di tuntut harus murajaah (nderes) terlebih dahulu sebelum disetorkan ke kyai agar bisa lancar.
d. Guru dapat mengecek hafalan-hafalan sebelumnya tidak hanya pada hafalan yang akan di setorkan saja.
Dengan melakukan metode sorogan dalam pembelajaran
Tahfidzul Qur‟an sebelum menyetorkan yang akan dihafalkan itu menyetorkan hafalan sebelumnya atau hafalan yang kemarin. Kalau dipondok sini penerapannya sebelum setoran yang sudah dihafalkan (hafalan baru) di ajukan ke pak kyai atau guru itu setoran sebelumnya juga harus di setorkan. Setelah itu menyetorkan hafalan yang sudah dihafalkan.
e. Guru dapat mengetahui bagaimana cara membaca al Qur‟an yang benar, bagaiama tingkat kelancaran hafalan santri secara langsung.
Dengan melakukan metode sorogan dalam pembelajaran
Tahfidzul Qur‟an lebih mengena atau efektif diterapkan kepada santri. Santri langsung bisa disimak oleh gurunya secara satu per satu, sehingga dengan metode ini santri menyelesaikan materi pembelajaran
(menghafal al Qur‟an) sesuai dengan tahapan yang dipelajarinya.