• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

2. Kekurangan Metode Sorogan dalam Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an

88

Kekurangan metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul

Qur‟an di Pondok Pesantren Madrosatul Qur‟an Mojo Andong sebagai

berikut:

a. Kurangnya persiapan dalam menghafal dan murajaah sebelum

melakukan sorogan.

Pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an tidak semua mampu menyiapkan hafalannya ketika menghadap guru. Sehingga mereka dituntut mandiri untuk menyiapkan hafalan

sebelum dia menghadapkan guru ketika sorogan ngaji atau

menghafalkan al Qur‟an.

Dengan begitu santri yang nantinya jika melakukan sorogan dengan mudah dan lancar, sedikit terjadi kesalahan dalam hafalannya. b. Santri terlalu terbebani jika terlalu banyak membuat hafalan dan belum

siap untuk hafalannya.

Pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an kadang santri terlalu terbabani karena dalam membuat setoran hafalan terlalu banyak. Karena setip santri juga memiliki IQ yang berbeda-beda sehingga dalam menghafal santri ada yang merasa terbebani dan merasa berat menjadikan hafalannya menjadi terlambat dan lama.

c. Kekurangannya santri dalam menghafal memiliki dua faktor yaitu internal (kepercayaan diri) dan eksternal (IQ).

89

Pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an disini adalah dari diri sendiri internal mungkin kepercayaan diri, kadang seseorang apabila telah menghadapi orang didepannya apalagi gurunya merasakan sulit sekali dan kadang hafalannya bisa menghilang. sedangkan eksternalnya adalah IQ masing-masing orang itu berbeda apalagi dibuat metode face to face atau metode sorogan kadang itu berfikirnya lebih lambat dari yang lainnya.

d. Santri cepat bosan karena metode ini membutuhkan kesabaran,

kerajinan dan disiplin untuk pribadi masing-masing santri.

Pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an membutuhkan waktu yang lama karena santri yang terlalu banyak dan harus menyetorkan hafalan dengan cara satu persatu. Oleh karena itu dibutuhkan kesabaran santri dalam menunggu antrian kepada santri yang lain.

Pelaksanakan ini juga membutuhkan kerajinan dan kedisiplinan karena sehari saja tidak masuk santri akan tertinggal dengan santri lainnya. Karena metode sorogan adalah metode yang sifatnya pribadi atau individu. jika santri tertinggal maka santri harus melengkapi maknaan kepada temannya.

e. Membutuhkan Waktu yang lama dan Boros Waktu

Pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di ikuti terlalu banyak santri sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menyodorkan santri lama kurag lebih sampai 10 menit, karena

90

harus berantri terkadang santri malah belum siap untuk menyodorkan sehingga menambah waktu lama pembelajaran.

91 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Implementasi metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di Pondok Pesantren Madrosatul Qur‟an berjalan dengan baik sesuai teknis

pembelajaran yang diharapkan. Pelaksanaan metode sorogan dalam

pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di Pondok Pesantren Madrosatul Qur‟an meliputi: pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an dilakukan murid membaca ayat al-Qur‟an yang telah ia hafal. 2. Kelebihan dan Kekurangan metode sorogan dalampembelajaran Tahfidzul

Qur‟an di Pondok Pesantren Madrosatul Qur‟an

a. Kelebihan

Kelebihan metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul

Qur‟an di PP. Madrosatul Qur‟an sebagai berikut: 1) Antara guru dan santri memiliki hubungan yang lebih dekat, 2) Kemamapuan masing- masing santri yang berbeda-beda dapat diketahui langsung oleh guru. 3) Guru dapat mengecek hafalan-hafalan sebelumnya, 4) Guru dapat

mengetahui bagaimana cara membaca al Qur‟an yang benar, bagaiama

92

b. Kekurangan

Kekurangan metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di PP. Madrosatul Qur‟an sebagai berikut: 1) Kurangnya

persiapan dalam menghafal dan murajaah sebelum melakukan

sorogan, 2) Santri terlalu terbebani jika terlalu banyak membuat hafalan dan belum siap untuk hafalannya, 3) Kekurangannya santri dalam menghafal memiliki dua faktor yaitu internal (kepercayaan diri) dan eksternal (IQ), 4) Santri cepat bosan karena metode ini membutuhkan kesabaran, kerajinan dan disiplin untuk pribadi masing- masing santri, 5) Membutuhkan Waktu yang lama dan Boros Waktu.

B. Saran

Dari penelitian tentang Implementasi metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di Pondok Pesantren Madrosatul Qur‟an Mojo Andong Kabupaten Boyolali, penilis sedikit memberikan saran terhadap Pondok Pesantren, dewan pengurus, dan para santri yang sekiranya dapatt bermanfaat, adalah sebagai berikut:

Pertama untuk pesantren, pesantren Madrosatul Qur‟an hendaknya tetap dapat mempertahankan budaya, tradisi yang baik di pesantren terutama dalam hal pemebelajaran tahfizul Qur‟an dengan metode sorogan agar dalam pelaksanaannya dapat istiqomah dan mencetak generasi- generasi yang baik, memiliki akhlak budi pekerti yang baik. Kedua untuk

93

Dewan Pengurus, bagi pengurus perlu adanya peningkatan kualitas guru, agar kegiatan-kegiatan dalam pondok pesantren terlaksana dengan baik dan santri dapat mengetahui wawasan keislaman secara luas. Ketiga untuk Santri, agar santri selalu istoqomah untuk murajaah (deres) hafalannya, Sering-seringlah untuk menyimakkan/ disimakkan ke yang lebih tua.

94

DAFTAR PUSTAKA

Afwa. Nur Ida. 2016. Model Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di Pondok Pesantren Al-Wahid. Tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

Ahsin W Alhafidz. 2000. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an. Jakarta: Bumi Aksara.

Alawiyah. Wiwi. 2015. Panduan Menghafal Al-Qur‟an Super Kilat.

Yogyakarta: Diva Press.

Amrullah. Fahmi. 2008. Ilmu Al-Qur‟an untuk Pemula. Jakarta Barat: CV. Artha Rivera.

Arief. Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.

Arifin. H.M. 1995. Kapita Selekta Pendidikan Islam Umum. Jakarta: Sinar Garfika Offset .

__________. 2014. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arikunto. Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cet. 15 Jakarta: Renika Cipta.

Badwilan. Ahmad Salim. 2009. Panduan Cepat Menghafal Al Qur‟an dan Rahasia-Rahasia Keajaibannya. Jogjakarta: Diva Press.

Bani. Muhammad Nasirudin. 2012. Ringkasan Shahih Muslim.Terjemahan

Subhan, Imron Rosidi. Jil 2. Cet. 5 Jakarta: Pustaka Azzam.

Berlin. 1988. Dinamika Pesantren Kumpulan Makalah Seminar Internasional

“the Role of Pesantren in Education and Community Development in Indonesia”. Diterjemahkan oleh Shonaji Saleh. Jakarta: P3M. Dep. Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3,

Cetakan ke-4 Jakarta: Balai Pustaka.

Dhofier. Zamakhasyari. 1977. Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Tanpa kota: LP3ES.

95

___________________. 2011. Tradisi Pesantren Study Pandang Hidup Kyai

dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES. Farhati. Nur Laeli. 2015. Implementadi Metode Sorogan dalam Mempelajari

Kitab Safinatun Najah di Pondok Zumrotu Tholobin Mojo Andong Kabupaten Boyolali. Tidak diterbitkan. IAIN Salatiga :Pendidikan Agama Islam Negeri Salatiga.

Hamalik. Oemar. 2013. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Cetakan Ke-5

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Muhtarom. 2005. Reproduksi Ulama di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Munjahid. 2007. Strategi Menghafal Al Qur‟an 10 Bulan Khatam.

Yogyakarta: IDEA Press.

Nafi‟. M. Dian. Abd A‟la. Hindun Anisah. Dkk. 2007. Praksis Pembelajaran Pessantren. Yokyakarta: Forum Pesantren.

Poerwadarminta. W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi ke-3, Cet. 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Qardhawi, Yusuf. 1991. Berinteraksi dengan Al-Qur‟an. Terjemahan oleh Abdul Hayyie Al-Kattani. 2001. Jakarta: Gema Insani Press.

Saerozi. Muh. 2013. Pembaruan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Tiara

Wacana.

Shihab. M. Quraish. 1994. Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu

dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.

Sugianto. Ilham Agus. 2004. Kiat Praktis Menghafal Al-Qur‟an. Bandung: Mujahid Grafis.

Thoha. Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Yasmadi. 2002. Modernisasi pesantren. Jakarta: Ciputat Press.

Yunus. Muhmud. 2007. Kamus Arab - Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah.

96

Wahid. Wiwi Alawiyah. 2014. Cara Cepat Bisa Mengahafal Al-Quran. Cet.

Ke-VII. Jogjakarta: Diva Press.

Zubaidi. Al-Imam Zainuddin Abdul „Abbas Ahmad Abdul Latif. 2013.

Ringkasan Shahih Bukhori. Terjemahan Arif Rahman Hakim. Cet. 1 Surakarta: Insan Kamil.

97

Pedoman wawancara

I. Pedoman wawancara pengasuh PP. Madrossatul Qur‟an Mojo Andong Kabupaten Boyolali.

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Usia :

3. Jabatan :

4. Wawancara hari/ tanggal :

5. Tempat :

B. Sasaran Wawancara

1. Pelaksanaan sistem pendidikan di PP. Madrosatul Qur‟an. 2. Penerapan sistem pembelajaran di PP. Madrosatul Qur‟an.

3. Pelaksanaan metode sorogan daalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an

di PP. Madrosatul Qur‟an.

4. Kelebihan dan kekurangan metose sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟andi PP. Madrosatul Qur‟an.

C. Butir-butir pertanyaan

1. Bagaimana sistem pendidikan yang digunakan di PP. Madrosatul

Qur‟an ?

2. Apakah tujuan pendidikan di PP. Madrosatul Qur‟an ?

3. Apa harapan pengasuh pada santri yang masih belajar di PP.

98

4. Metode pembelajaran apakah yang diterapkan PP. Madrosatul

Qur‟an ?

5. Bagaimana evaluai pembelajaran di PP. Madrosatul Qur‟an ?

6. Bagaimana pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran

Tahfidzul Qur‟andi PP. Madrosatul Qur‟an ?

7. Bagaimana sikap santri ketika pembelajaran Tahfidzul Qur‟an

(menghafal al-Qur‟an) di PP. Madrosatul Qur‟an ?

8. Apakah kelebihan dan kekurangan metode sorogan terhadap santri

99 Lampiran. 1.b Pedoman wawancara

II. Pedoman wawancara pengurus PP. Madrossatul Qur‟an Mojo Andong Kabupaten Boyolali.

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Usia :

3. Jabatan :

4. Wawancara hari/ tanggal :

5. Tempat :

B. Sasaran Wawancara

1. Pelaksanaan sistem pendidikan di PP. Madrosatul Qur‟an. 2. Penerapan sistem pembelajaran di PP. Madrosatul Qur‟an.

3. Pelaksanaan metode sorogan daalam pembelajaran Tahfidzul

Qur‟andi PP. Madrosatul Qur‟an.

4. Kelebihan dan kekurangan metose sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟andi PP. Madrosatul Qur‟an.

C. Butir-butir pertanyaan

1. Bagaimana sistem pendidikan yang digunakan di PP. Madrosatul

Qur‟an ?

2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran di PP. Madrosatul

100

3. Metode pembelajaran apakah yang diterapkan di PP. Madrosatul

Qur‟an ?

4. Bagaimana evaluai pembelajaran di PP. Madrosatul Qur‟an ?

5. Bagaimana pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran

Tahfidzul Qur‟andi PP. Madrosatul Qur‟an ?

6. Bagaimana sikap santri ketika pembelajaran Tahfidzul Qur‟an (menghafal al-Qur‟an) di PP. Madrosatul Qur‟an ?

7. Apakah kesulitan metode sorogan terhadap santri dalam

pembelajaran Tahfidzul Qur‟andi PP. Madrosatul Qur‟an ?

8. Apakah kelebihan dan kekurangan metode sorogan terhadap santri PP. Madrosatul Qur‟an ?

101 Lampiran. 1.c Pedoman wawancara

III. Pedoman wawancara para santri PP. Madrossatul Qur‟an Mojo Andong Kabupaten Boyolali.

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Usia :

3. Jabatan :

4. Wawancara hari/ tanggal :

5. Tempat :

B. Sasaran Wawancara

1. Pelaksanaan sistem pendidikan di PP. Madrosatul Qur‟an. 2. Penerapan sistem pembelajaran di PP. Madrosatul Qur‟an.

3. Pelaksanaan metode sorogan daalam pembelajaran Tahfidzul

Qur‟andi PP. Madrosatul Qur‟an.

4. Kelebihan dan kekurangan metose sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟andi PP. Madrosatul Qur‟an.

C. Butir-butir pertanyaan

1. Apakah tujuan santri menuntut ilmu di PP. Madrosatul Qur‟an ? 2. Apa harapan santri setelah lulus pendidikan di PP. Madrosatul

102

3. Apasaja kah kegiatan pendidikan yang ada di PP. Madrosatul

Qur‟an ?

4. Bagaimana persiapan yang dilakukan santri sebelum pembelajaran

Tahfidzul Qur‟an dengan metode sorogan di PP. Madrosatul

Qur‟an ?

5. Apakah santri senang mempelajari pembelajaran Tahfidzul Qur‟an

dengan metode sorogan di PP. Madrosatul Qur‟an ?

6. Apakah metode sorogan memberikan kontribusi dalam

kemampuan pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di PP. Madrosatul

Qur‟an ?

7. Apakah kesulitan metode sorogan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an (menghafal al-Qur‟an) di PP. Madrosatul Qur‟an ?

8. Bagaimana mengatasi kesulitan metode sorogan dalam

pembelajaran Tahfidzul Qur‟an (menghafal al-Qur‟an) di PP.

103 Lampiran. 1.d

CATATAN TRANSKIP WAWANCARA Narasumber : UN

Tanggal : 12 April 2018

Pukul : 20.00 WIB

Tempat : Kantor

Peneliti : Assaamualaikum, bah ini saya Ahmad Fuad mahasiswa IAIN

Salatiga mau tanya-tanya mengenai pondok pesantren sini untuk penelitian skripsi yang berjudul Implementasi pembelajran Tahfidzul Qur‟an dengan metode sorogan di Pondok Pesantren

Madrosatul Qur‟an Mojo Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2018.

Narasumber : Waalaikumsalam, ya data apa yang ingin kamu tanyakan?

Peneliti : Ya, sistem pendidikan apa yang digunakan di PP. Madrosatul

Qur‟an ini ?

Narasumber : Sistem Pondok Pesantren yang digunakan adalah sistem pendidikan salaf atau klasik seperti ala sorogan itu, juga termasuk bagaimana cara santri untuk berpakaian yang sopan, cara duduk

yang sopan, cara membaca dan membawa al Qur‟an yang baik dan

benar sesuai dengan adap yang diajarkan oleh guru-guru mereka.

104

Narasumber : tujuan pendidikan di PP. Madrosatul Qur‟an sini yaitu menjadi kan anak yang memiliki akhlak dan budi pekerti yangbaik dan luhur.

Peneliti : Apa harapan pengasuh pada santri yang masih belajar di pondok

sini ?

Narasumber : Agar nantiya santri setelah selesai dari pondok menjadi orang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Dan paling penting ilmu yang didapat selama mencari ilmu disini akan menjadi ilmu yang berka, barokah, manfaat dunia dan akhirat kelak, Aamiin.

Peneliti : Metode pembelajaran apakah yang diterapkan di pondok sini ?

Narasumber : Pondok disini masih menerapkan metode sorogan karena metode

sorogan merupkan metode yang diajarkan oleh guru kepada santri sejak dari dulu sejak berdirinya Pondok Pesantren ini berdiri oleh KH. Chamdani. Dalam metode sorogan, murid membaca ayat al-

Qur‟an yang telah ia hafal, sementara guru mendengarkan sambil

membetulkan bacaan santri yang salah

Peneliti : Bagaimana evaluai pembelajaran di PP. Madrosatul Qur‟an ?

Narasumber : Untuk evaluasi pondok Pesantren sini memiliki 2 hal yaitu evaluasi harian dan tahunan. Untuk tahunan yaitu 2 tahunan, untuk evaluasi harian, guru langsung mengevaluasi kegiatan belajar , para santri penghafal al-Qur‟an (bil Ghoib) menyetorkan hafalanya, sedangkan yang binnadzhor menyetorkan ayat-ayat suci al-Qur‟an dengan Membaca. Jika santri hafal dengan baik, ia dipersilahkan

105

untuk melanjutkan hafalanya, dan bagi binnadzhor yang

membacanya sudah baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid maka

dipersilahkan untuk melanjutkan kehalaman berikutnya.

Sedangkan evaluasi 2 tahunan itu dilaksankan pada saat akan

diadakan Akhirussanah dan khataman al Qur‟an. Dan juga evaluasi

disebut ayatan yaitu dengan cara memutar atau kelompok disaat itu santri saling menyambung ayat atau surat yang telah di bacakan guru

Peneliti : Bagaimana pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran

Tahfidzul Qur‟andi PP. Madrosatul Qur‟an ?

Narasumber : Untuk pelaksanaan sama nomor dua tadi, yaitu sorogan disini dilaksanakan dua kali sehari. Pelaksanaan kegiatan dimulai dari habis ashar sampai jam 20.00 WIB

Peneliti : Bagaimana sikap santri ketika pembelajaran Tahfidzul Qur‟an (menghafal al-Qur‟an) di PP. Madrosatul Qur‟an ?

Narasumber : Untuk pelaksanaannya metode sorogan kita membaca setengah muka, setengah kaca, atau satu kacca kemudian dihafalkan santri, kemudian disetoekan oleh kyai. Sikap santri mereka sangan antusias saat menlakukan sorogan, semua itu terbukti ketika mereka saling berebut untuk mendapat antrian yang paling awal.

Peneliti : Apakah kelebihan dan kekurangan metode sorogan terhadap

106

Narasumber : Kelebihan santri dengan metode ini yaitu santri bisa disemak oleh gurunya secara langsung secara satu persatu, sehingga dengan metode ini santri menyelesaikan materi pembelajaran sesuai dengan tahapan yang di pelajarinya. Misalnya: tahun pertama santri harus mampu menghafal Juz 30, kemudian di tahun ke-2 dan 3 santri bisa menghafal surat-surat pilihan diantaranya surat al Mulk,

al Waqi‟ah, Yasin, ar Rahman, as Sajaddah, dan ad Dukhan. Dan kemudian di tahap yang ke-4 yaitu santri yang menghafal al Qur‟an harapan pengasuh yaitu semoga santri diharuskan bisa istiqomah

dalam menghafal al Qur‟an 30 Juz bilghoib sampai khatam. Dapat dinilai, dibenarkan oleh gurunya bagaimana cara membaca al

Qur‟an yang bemar. Bagaiamana tigkat kecerdasan dan kelancaran

hafalan langsung dinilai. Jadi ini lebih mengena, efektif, di terapkan kepada santri. Sedangkan kekurangannya metode sorogan yaitu kalau dipondok pesantren ini mungkin tidak semua santri mampu menyiapkan hafalannya ketika menghadap guru. Sehingga mereka dituntut mandiri untuk menyiapkan hafalan sebelum dia menghadap guru ketika sorogan ngaji atau menghafalkan al

Qur‟an.

Peneliti : Bah sekiranya sudah cukup, terima kasih atas informasinya.

Assalamualaikum wr.wb.

107 Lampiran. 1.e

CATATAN TRANSKIP WAWANCARA Narasumber : SP

Tanggal : 12 April 2018

Pukul : 19.30 WIB

Tempat : Aula

Peneliti : Assaamualaikum, ini saya Ahmad Fuad mahasiswa IAIN

Salatiga, saya ingin menggali informasi dari anda mengenai pondok pesantren sini untuk penelitian skripsi yang berjudul

Implementasi pembelajran Tahfidzul Qur‟an dengan metode

sorogan di Pondok Pesantren Madrosatul Qur‟an Mojo Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2018.

Narasumber :Wassalamualaikum, silahkan apa yang mau mas tanyakan?

Peneliti : Sistem pendidikan apa yang digunakan di PP. Madrosatul Qur‟an

sini ?

Narasumber : Sistem pendidikan yang dipakai pondok sini yaitu pendidikan klasik ala sorogan itu.

Peneliti : Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran di PP. Madrosatul

Qur‟an ?

Narasumber : Pelaksanaan kegiatan dimulai dari habis ashar sampai jam 20.00 WIB.

108

Peneliti : Metode pembelajaran apakah yang diterapkan di PP. Madrosatul

Qur‟an ?

Narasumber : Metode yang diterapkan yaitu sorogan untuk menghafal al

Qur‟an, lalu yang kitab ya madrasah diniyah yang lain sebagainya

KBM seperti sekolah formal lainnya.

Peneliti : Bagaimana evaluai pembelajaran di PP. Madrosatul Qur‟an ?

Narasumber : Evaluasi itu kita memiliki target jika yang Juz „Amma target enam

bulan harus selesai, maksimal satu tahun untuk Juz „Amma. Tahap kedua itu munjiat atau surat-surat pilihan sekitar satu tahun, kemudian binadhor itu dua tahun. Selanjutnya tahfidz tidak ada target karena setiap anak memilki potensi/ komposisi yang berbeda-beda, jadi menyesuaikan. Apabila hafalannya kuat, lancar jadi setorannya tambah banyak dan cepat selesai.

Peneliti : Bagaimana pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran

Tahfidzul Qur‟an di PP. Madrosatul Qur‟an ?

Narasumber : Untuk pelaksanaannya metode sorogan kita membaca setengah muka, setengah kaca, atau satu kacca kemudian dihafalkan santri, kemudian disetoekan oleh kyai.

Peneliti : Bagaimana sikap santri ketika pembelajaran Tahfidzul Qur‟an (menghafal al-Qur‟an) di PP. Madrosatul Qur‟an ?

Narasumber : Sikap santri ketika pembelajaran berlangsung ada yang santai karena sudah lancar dan ada yng tegang karena belum lancar. Jadi

109

mengingat-ingat itu agak tegang persiapan kurang, tapi kalau persiapan sudah matang InsyaAllah di depan akan rileks dan santai.

Peneliti : Apakah kesulitan metode sorogan terhadap santri dalam

pembelajaran Tahfidzul Qur‟andi PP. Madrosatul Qur‟an ?

Narasumber : Untuk kesulitannya saya kira tidak ada, karena dari dulu dari awal pesantren ini berdiri metode sorogan diterapkan sampai saat ini, belum ada metode yang lain selain metode sorogan.

Peneliti : Apakah kelebihan dan kekurangan metode sorogan terhadap

santri PP. Madrosatul Qur‟an ?

Narasumber : Kelebihan metode sorogan itu gurunya bisa mengecek dari setiap kesalahannya, kemudian sorogan itu tidak hanya yang mau di hafalkan tetapi kemarin-kemarin yang sudah di hafalkan harus disetorkan. Jadi sebelum menyetorkan yang akan di hafalkan itu menyetorkan yang sebelumnya atau hafalan kemarin. Kalau di pondok sini penerpannya sebelum setoran yang sudah di hafalkan di setorkan ke kyai/ guru itu setoran sebelumnya harus di setorkan dulu, setelah itu menyetorkan hafalan yang sudah di hafal. Kelebihannya juga yaitu guru lebih enak karena tidak per ayat nanti akan kelamaan. Kemudian untuk kekurangannya yaitu santri terlalu terbebani kadang kalu membuat hafalan terlalu banyak menjadi lama dan lambat.

Peneliti : Sekiranya sudah cukup terimakasih atas waktunya.

110 Narasumber : Waalaikumsalam. Wr. Wb.

111 Lampiran. 1.f

CATATAN TRANSKIP WAWANCARA Narasumber : SG

Tanggal : 12 April 2018

Pukul : 17.15 WIB

Tempat : Aula PP. Madrosatul Qur‟an

Peneliti : Assaamualaikum, ini saya Ahmad Fuad mahasiswa IAIN

Salatiga, saya ingin menggali informasi dari anda mengenai pondok pesantren sini untuk penelitian skripsi yang berjudul

Implementasi pembelajran Tahfidzul Qur‟an dengan metode

sorogan di Pondok Pesantren Madrosatul Qur‟an Mojo Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2018.

Narasumber :Wassalamualaikum, silahkan apa yang mau mas tanyakan?

Peneliti : Apakah tujuan santri menuntut ilmu di PP. Madrosatul Qur‟an ?

Narasumber : Yang pasti kalau tujuan menuntut ilmu itu adalah kalau dipondok bisa tambah ilmu, ilmu agama, ngajinya tambah lancar yang pastinya, dan dapat bekal hidup di dunia dan akhirat.

Peneliti : Apa harapan santri setelah lulus pendidikan di PP. Madrosatul

Qur‟an ?

Narasumber : Harapan saya kalau lulus dari sini dapat mengamalkan apa yang di dapat dari pondok sini.

112

Peneliti :Apasaja kah kegiatan pendidikan yang ada di PP. Madrosatul

Qur‟an ?

Narasumber : Sistem yang pertama masuk sini yang diajarkan yaitu Juz „Amma

untuk dihafalkan, setelah lulus naik tingkatan kemunjiat, binadhor, dan tahfidz. Untuk kegiatan habis subuh ngaji, formal, sore diniyah habis maghrib ngaji dan juga dimasuki pelajaran diniyah juga.

Peneliti : Bagaimana persiapan yang dilakukan santri sebelum

pembelajaran Tahfidzul Qur‟an dengan metode sorogan di PP.

Madrosatul Qur‟an ?

Narasumber : Sebelun di setorkan kepada kyai harus di murajaaah (deres) atau di simakkan yang lebih fasih.

Peneliti : Apakah santri senang mempelajari pembelajaran Tahfidzul

Qur‟an dengan metode sorogan di PP. Madrosatul Qur‟an ?

Dokumen terkait