• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Nilai Demokrasi Melalui Kegiatan Pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

1. Implementasi Nilai Demokrasi Melalui Kegiatan Pembelajaran

Keberhasilan guru dalam membiasakan nilai-nilai demokrasi tergantung dari bagaimana guru memahami dan mengerti tentang nilai- nilai demokrasi itu sendiri. Hasil wawancara dengan bapak „W‟ menyatakan “Nilai-nilai demokrasi adalah aturan- aturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat demokrasi, yang apabila nilai dilaksanakan akan mendidik anak untuk berlaku demokratis. Wujud nilai-nilai demokrasi adalah menghargai perbedaan, berlaku adil, toleransi”. Hal tersebut sependapat dengan pendapat dari bapak Az yang mengungkapkan bahwa “Nilai demokrasi itu adalah nilai dimana setiap masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang sama. Nilai demokrasi juga menjunjung tinggi kebebasan dan keadilan. Contohnya mengajarkan anak untuk berlaku adil dan tidak membedakan dengan temannya, toleransi dan ikut berpartisipasi aktif.” Senada dengan kedua pendapat tersebut menurut

bapak N “Nilai demokrasi itu adalah suatu nilai yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup, dalam kehidupan masyarakat yang mengunakan faham demokrasi”.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai demokrasi merupakan nilai yang digunakan sebagai pedoman dan berisi aturan-aturan dalam kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi kebebasan, keadilan serta kesamaan hak dan kewajiban contoh nilai demokrasi di sekolah yakni sikap saling menghargai perbedaan, toleransi, berlaku adil dan partisipasif. Berdasarkan hal ini guru memahami nilai-nilai demokrasi yang kemudian diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.

b. Pentingnya Nilai-Nilai Demokrasi

Hasil wawancara tentang pentingnya nilai-nilai demokrasi yang diungkapkan oleh bapak „N‟ yang menyatakan bahwa: “Nilai demokrasi sangat penting bagi siswa untuk membentuk jati diri, mengendalikan sifat egois dan individualnya serta akan menciptakan suasana yang damai, tidak bermusuhan dan dapat saling memahami menghargai satu dengan yang lainnya.” Pendapat lain juga dikemukakan oleh bapak Az yang berpendapat bahwa “nilai demokrasi penting bagi siswa untuk memahami bagaimana siswa tersebut seharunya berperilaku dengan gurunya, maupun teman-temannya. Anak nanti akan terbiasa untuk menghargai orang lain”. Senada dengan pendapat di atas bapak „W‟ juga mengungkapkan bahwa nilai demokrasi sangat penting dan harus dimiliki siswa, karena dengan

51

nilai-nilai demokrasi akan mewujudkan suasana damai, tidak ada perpecahan dan saling menghargai perbedaan.

Berdasarkan pendapat ketiga subjek penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai demokrasi penting bagi siswa dan harus dimiliki siswa karena dengan nilai demokrasi dapat membentuk jati diri untuk mengendalikan sifat egois dan individual serta akan dapat mewujudkan suasana damai, saling menghargai antar sesama.

Nilai-nilai demokrasi juga penting dimiliki agar siswa bisa mengetahui cara bersikap, berperilaku, sopan santun, tanggung jawab dan mengembangkan sikap atau perilaku yang mencerminkan nilai-nilai demokrasi seperti menghargai pendapat orang lain ketika berdiskusi, tidak membeda-bedakan teman, toleransi dan partisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru dalam menanamkan nilai-nilai demokrasi kepada siswa merupakan hal yang penting sebab guru yang memahami nilai-nilai demokrasi akan senantiasa mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam mata pelajaran yang diajarkan dan dapat membiasakan dalam kehidupan sehari-hari siswa.

c. Pengimplementasian Nilai Demokrasi dalam Pembelajaran

Implementasi nilai demokrasi dalam kegiatan pembelajaran di SD Muhammadiyah Gantiwarno dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan dan Evaluasi.

1) Perencananan

Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran berkaitan dengan perangkat pembelajaran yang dipersiapkan guru sebelum mengajar seperti Silabus dan RPP. Bapak „N‟ selaku wali kelas 3b berpendapat bahwa di dalam silabus ataupun RPP telah memiliki tujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang salah satunya nilai demokrasi. Senada dengan pendapat diatas juga diungkapkan oleh kepala sekolah Bapak „W‟ bahwa nilai-nilai karakter yang salah satunya memuat nilai demokrasi sudah ada pada silabus dan RPP yang termuat dalam karakter nilai yang ingin dicapai.

Pendapat tersebut sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 28, 30 Januari, 1, 3 Februari. Pada saat kegiatan pembelajaran guru tidak hanya memberikan pengetahuan kognitif terkait mata pelajaran. Guru menyisipkan nilai-nilai karakter yang di kemas melalui model pembelajaran berkelompok. Melalui kelompok- kelompok tersebut siswa berdiskusi, bertukar pikiran dan dapat berinteraksi lagsung dengan teman. Kegiatan kelompok tersebut dapat mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi berupa saling menghargai pendapat teman dan bertanggung jawab akan tugas, dan diberi kebebasan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Hasil wawancara dan observasi kegiatan pembelajaran pada tanggal 28, 30 januari dan 1 Februari 2016 di dukung dengan dokumen milik sekolah berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

53

(RPP) Bahasa Indonesia Kelas 3, RPP Seni Budaya dan Keterampilan kelas 5, Silabus Bahasa Indonesia kelas 3. Pada RPP Bahasa Indonesia kelas 3 memuat nilai demokrasi yang tertulis pada karakter yang diharapkan yakni rasa hormat dan perhatian ( respect ). Rasa hormat dan perhatian merupakan bentuk nilai demokrasi dari menghargai orang lain.

Gambar 2. RPP Bahasa Indonesia

RPP SBK juga menunjukkan karakter siswa yang diharapkan yakni demokratis, menghargai prestasi, dan bersahabat. Pada Silabus Bahasa Indonesia kelas 5 juga menuliskan karakter siswa yang diharapkan menghormati (respect) dan tanggung jawab (responsibility). Hal tersebut membuktikan bahwa dalam RPP dan Silabus yang dibuat guru sudah memuat nilai-nilai demokrasi.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi di kelas pada tanggal 28, 30 januari dan 1 Februari 2016 serta dokumentasi (RPP) Bahasa Indonesia Kelas 3, RPP Seni Budaya dan Keterampilan kelas 5,

Silabus Bahasa Indonesia kelas 3 dapat disimpulkan bahwa dalam proses perencanan pembelajaran yang kaitanya dengan Silabus dan RPP sudah memuat nilai-nilai demokrasi. Nilai demokrasi yang tertulis dalam silabus dan RPP adalah menghormati (respect) dan tanggung jawab (responsibility). Hal tersebut juga dibuktikan dengan guru menyisipkan nilai-nilai karakter yang di kemas melalui model pembelajaran berkelompok. Melalui kelompok-kelompok tersebut siswa berdiskusi, bertukar pikiran dan dapat berinteraksi lagsung dengan teman. Kegiatan tersebut dapat mengimplementasikan nilai- nilai demokrasi berupa saling menghargai pendapat teman dan bertanggung jawab akan tugas, dan diberi kebebasan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran juga berpengaruh terhadap proses pengintegrasian nilai. Menurut pendapat dari bapak Az selaku wali kelas 5B sebagai berikut.

“Mengimplementasikan nilai demokrasi saat pembelajaran mengunakan metode belajar kelompok, yang lebih banyak melibatkan interaksi dengan banyak orang. Siswa mau belajar menghargai orang lain. Materi pelajaran harus sesuai dengan perkembangan anak melibatkan partisipasi aktif siswa dan dikaitkan dengan permasalahan yang ada di lingkungan siswa”. Bapak „N‟ selaku guru kelas 3b juga mengungkapkan bahwa pengimplementasian nilai demokrasi melalui kegiatan pelajaran dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai kedalam mata

55

pelajaran, mengemas materi pelajaran dengan menarik dengan diskusi kelompok, memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Materi pelajaran juga harus memuat nilai-nilai karakter yang salah satunya nilai demokrasi.

Berdasarkan hasil analisis wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dapat mengimplementasikan nilai- nilai demokrasi di integrasikan ke dalam mata pelajaran. Materi pelajaran dibuat menarik dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga akan memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Kegiatan pembelajaran juga harus dapat membuat siswa berpartisipasi aktif.

Hasil wawancara dari beberapa sumber di atas juga di buktikan dengan observasi kegiatan pembelajaran yang di lakukan peneliti pada tanggal 30 Januari dan 3 Februari 2016 pada pelajaran di kelas 3B dan 5B mata pelajaran SBK dan bahasa indonesia. Pada saat kegiatan pembelajaran SBK di kelas 5B siswa melakukan aktifitas diskusi kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang dibuat berdasarkan pilihan dari masing-masing siswa. Siswa berdiskusi dan membagi tugas untuk menyelesaikan karya dari plastisin yang dibuat. Siswa diminta membuat karya dengan tema bencana alam atau sejarah bagsa Indonesia. Kegiatan diskusi dalam pembelajaran tersebut mengunakan prinsip musyawarah yang bertujuan untuk menentukan suatu keputusan yakni karya apa yang akan dibuat oleh setiap

kelompok. Pada pembelajaran bahasa Indonesia para siswa kelas 3B berdiskusi untuk menentukan tokoh yang akan diperankan dalam percakapan. Siswa saling mengemukakan pendapat dan mengajukan diri untuk memerankan tokoh percakapan. Guru meminta antar siswa untuk menilai anggota kelompoknya.

Dokumen yang menunjukkan materi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah dokumen berupa berita sekolah yang ditulis di blog SD Muhammadiyah Gantiwarno tentang bermain sambil belajar matematika.

Gambar 3. Pembelajaran matematika dengan cara “permainan memancing soal”

Metode belajar matematika tersebut dilakukan dengan cara permainan memancing soal. Pembelajaran tersebut memberikan manfaat Antusias siswa yang tinggi, terbukti dengan meningkatnya jumlah soal yang dapat dikerjakan dalam waktu yang lebih singkat

57

dibanding pada saat pembelajaran konvensional.Keaktifan siswa meningkat, terbukti dengan siswa yang biasanya hanya diam dan duduk dengan metode ini siswa menjadi lebih ceria dan aktif. Menciptakan persaingan yang sehat antar siswa yang secara tidak langsung muncul dari permainan tersebut. Materi pembelajaran matematika juga dikaitkan dengan kegiatan sehari siswa yaitu memancing. Berikut ini dokumen yang diambil dari blog sekolah:

Dokumen lain berupa foto pada brosur sekolah yang menunjukkan kegiatan pembelajaran siswa sedang diskusi.

Gambar 4. Kegiatan Diskusi Siswa

Kegiatan diskusi siswa tersebut menunjukkan kegiatan pembelajaran yang dapat membuat siswa berpartisipasi aktif, mau mengemukakan pendapat dan mau menghargai teman yang berpendapat. Kegiatan diskusi tersebut mengunakan dasar prinsip musyawarah, yang mendorong siswa untuk menghargai pendapat orang lain, dan siswa mempunyai hak yang sama dalam

mengemukakan pendapat. Siswa dan guru dapat bertukar informasi terkait materi pelajaran yang sedang dibahas.

Implementasi nilai demokrasi saat pelaksanaan pembelajaran juga dilakukan dengan membuat peraturan atau kesepakatan kelas yang dibuat berdassarkan hasil musyawarah antara guru dan siswa. Peraturan pembelajaran ini dibuat atas dasar usul dan saran siswa yang diberikan arahan dan pertimbangan oleh guru dan dijadikan peraturan dalam pembelajaran yang wajib ditaati oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa kelas 5B Mbak „D‟ sebagai berikut: “Ya biasanya dilibatkan, contohnya sih kayak waktu pelajaran PAI sama pak sidik, dulu kita disuruh membuat peraturan bersama. Peraturan saat pelajaran PAI kita gag boleh ijin ke kamar mandi mbak”. Pendapat tersebut juga sesuai dengan pendapat mbak „I‟ dan mas „D‟ yang berpendapat bahwa peraturan pembelajaran dibuat berdasarkan kesepakatan guru dan siswa. Siswa diminta mengemukakan pendapat yang diinginkan.

Pendapat tersebut juga sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 Januari dan 1 Februari pada pelajaran bahasa arab dan matematika. Pada pembelajaran tersebut Guru dan siswa membuat kesepakatan apabila tidak mengerjakan PR. Guru dan siswa juga membuat kesepakatan permainan saat pembelajaran. Guru memulai dengan mengemukakan peraturan apa

59

yang akan diterapkan dalam permainan. Beberapa siswa berani mengungkapkan usul terkait peraturan yang akan digunakan. Peraturan tersebut dibuat atas dasar kesepakatan siswa, sehingga siswa wajib menjalankannya.

Hasil observasi tersebut dibuktikan dengan dokumen milik sekolah berupa kesepakatan kelas atau peraturan kelas yang telah dibuat berdasarkan hasil musyawarah kelas dan ditempel di dinding kelas 3b dan 5b sebagai berikut.

Gambar 5. Kesepakatan kelas 3B dan kelas 5B

Berdasarkan hasil wawancara di atas, observasi kegiatan pembelajaran di kelas 3b dan 5b serta dokumen sekolah berita tentang metode permainan pada pembelajaran matematika, brosur sekolah yang menunjukkan kegiatan diskusi siswa, perturan atau kesepakatan pembelajaran serta foto kegiatan pembelajaran, dapat disimpulkan

bahwa implementasi nilai demokrasi yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran di SD Muhammadiyah Gantiwarno klaten berupa pemberian materi pelajaran yang dikaitkan dengan nilai-nilai kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan metode kelompok yang mendorong siswa untuk berdiskusi dan berinteraksi lagsung serta saling menghargai antar teman. Metode diskusi kelompok merupakan bentuk implementasi nilai demokrasi berupa musyawarah kelompok kecil dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dibuat menyenagkan untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa. Saat pelaksanaan pembelajaran guru juga melibatkan peran siswa untuk membuat peraturan atau kesepakatan pembelajaran. Peraturan pada saat pembelajaran dan kesepakatan kelas dibuat berdasarkan hasil musyawarah antara guru dan siswa.

3) Evaluasi

Kegiatan pembelajaran yang mengimplementasikan nilai demokrasi dapat di evaluasi melalui sikap dan perilaku siswa ketika pembelajaran. Hal tersebut sesuai pernyataan yang dikemukakan oleh bapak Az selaku wali kelas 5B sebagai berikut:

“Ya, menurut saya siswa kelas 5B ini sudah baik dalam berinteraksi dengan temanya, ya walaupun kadang memang ada yang bertengkar, selisih paham, bermusuhan namanya juga anak-anak. Tapi disini biasanya saya meminta anak-anak untuk terbuka kalo ada masalah sekecil apapun biasanya sharing ke saya. Dan hampir sebagaian besar ya bisa berinteraksi dengan baik dengan temannya”.

61

Pendapat tersebut juga diperkuat dengan pendapat salah satu siswa yakni mbak „I‟ siswa kelas 3B yang menyatakan bahwa: “Ya seperti biasa, mau berteman dengan siapa saja, dan kalo ada teman yang tanya cara mengerjakan soal biasanya saya ajarkan kalo pas saya bisa. Tapi ada juga yang tidak saya kasih tau mbk soalnya dia juga pelit”.

Berdasarkan hasil wawancara dinyatakan bahwa saat proses kegiatan pembelajaran siswa dapat berinteraksi dengan baik, kepada teman maupun guru-guru. Hasil wawancara diatas juga didukung oleh hasil observasi yang dilakukan peneliti di lapangan tanggal 30 Januari 2016 pada pelajaran SBK di kelas 5B. Pada pelajaran tersebut bapak Az meminta siswa untuk membentuk kelompok-kelompok. Para siswa berdiskusi dengan teman satu kelompoknya. Ada 5 kelompok yakni kelompok yang diketuai mbak „I‟, mbak „R‟, mbak „D‟, mas „D‟ dan mas „R‟. Semua anggota kelompok mulai berdiskusi tentang karya apa yang akan dibuat. Kelompok mbak „I‟ sepakat untuk membuat tema pertanian dan pemandangan gunung merapi. Kelompok mbak „I‟ berdiskusi mengenai warna apa saja yang akan digunakan. Selain itu mbak „I‟ sebagai ketua kelompok juga meminta bantuan temannya untuk membagi pekerjaan. Ada yang membuat rumput, membuat gunung, orang dan lain-lain. Pada saat itu bunga yang dibuat salah satu anggota mbak „I‟ terlalu besar dan anggota yang lain mengutarakan pendapatnya bahwa bunga yang dibuat terlalu besar.

Pada akhirnya siswa tersebut mau merubahnya dan meminta pendapat temannya.

Dokumen sekolah berupa papan bintang yang di tempel di dinding kelas. Menunjukkan sikap dan perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran.

Gambar 6. Papan Bintang

Bintang yang ditempel di papan bintang di peroleh karena selama pembelajaran siswa berperilaku baik, menghargai guru ketika menjelaskan, dapat berpartisipasi aktif, dan mampu mengerjakan soal yang diberikan. Semakin banyak bintang maka siswa tersebut semakin baik dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara guru dan siswa, serta observasi kegiatan pembelajaran dan dokumen berupa papan bintang menunjukkan bahwa SD Muhammadiyah Gantiwarno telah mengimplementasi nilai demokrasi dalam kegiatan pembelajaran yang dilihat dari proses evaluasinya bahwa siswa telah berinteraksi dengan baik antar teman ketika proses pembelajaran. Hal tersebut terlihat ketika siswa berdiskusi, siswa mampu menghargai pendapat teman sehingga dalam interaksi dengan teman ketika kegiatan kelompok

63

tidak mengalami hambatan. Perilaku baik siswa ketika pembelajaran juga dapat dilihat dari banyaknya bintang yang di tempel di papan bintang. Siswa berusaha mendapatkan bintang terbanyak dengan mengikuti proses pembelajaran dengan baik, mau menghargai guru dan teman, mampu mengikuti dan menguasai materi pembelajaran.

Berdasarkan analisis hasil wawancara, observasi dan dokumentasi tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten telah mengimplementasikan nilai demokrasi dalam kegiatan pembelajaran dengan Silabus dan RPP sudah memuat nilai- nilai demokrasi. Nilai demokrasi yang tertulis dalam silabus dan RPP adalah menghormati (respect), tanggung jawab(responsibility) dan demokratis. Pelaksanan pembelajaran dikemas berkelompok. Pembelajaran dengan metode kelompok yang mendorong siswa untuk berdiskusi dan berinteraksi lagsung serta saling menghargai pendapat antar teman. Ketika kegiatan diskusi, guru mendukung siswa bermusyawarah untuk menentukan karya apa yang akan dibuat, berdasarkan pendapat masing-masing anggota kelompok. Materi pelajaran dikaitkan dengan nilai-nilai kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran dibuat menyenagkan untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa. Peraturan pembelajaran dan kesepakatan kelas dibuat berdasarkan hasil musyawarah antara guru dan siswa.

2. Implementasi Nilai Demokrasi melalui Kegiatan di Luar Pembelajaran Implementasi nilai demokrasi di SD Muhammadiyah Gantiwarno selain dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran juga dilaksanakan melalui kegiatan di luar pembelajaran. Kegiatan di luar pembelajaran tersebut antara lain:

a. Kegiatan rutin

Bapak „W‟ selaku kepala sekolah SD Muhammadiyah Gantiwarno mengungkapkan pendapatnya terkait kegiatan rutin sebagai berikut:

“Kegiatan rutin sekolah adalah kegiatan yang digunakan untuk mengimplementasikan nilai demokrasi yakni seperti upacara, BTQ, sholat dhuha. Dalam upacara memberikan penghargaan karakter kepada siswa yang selama satu bulan telah berperilaku baik, disiplin, tertib, jujur. Untuk kegiatan BTQ guru tidak pernah memaksakan siswa untuk wajib menghafal semua surat akan tetapi anak menentukan targetnya sendiri.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh bapak Az mengenai kegiatan rutin yang dapat mengimplementasikan nilai demokrasi di SD Muhammadiyah Gantiwarno sebagai berikut:

“Implementasi nilai demokrasi kegiatan rutin dapat melalui upacara, sholat dhuha, BTQ dalam kegiatan tersebut biasanya sekolah hanya sebagai pemantau. Misalnya upacara guru hanya sebagai pelatih, dan fasilitaor diskusi dalam menentukan petugas, selebihnya para siswa yang menentukan dan menjalankan siapa yang menjadi petugas upacaranya. Pada waktu sholat dhuha juga para tanpa disuruh para siswa tau akan kewajibanya”.

Senada dengan pendapat diatas bapak N juga mengungkapkan bahwa kegiatan rutin yang dapat mengimpelementasikan nilai demokrasi yakni Kegiatan piket, Sholat Dhuha, dan upacara. Implementasinya ketika Sholat Dhuha, siswa sendiri yang berdiskusi

65

dan memutuskan menjadi imam. Pembuatan jadwal imam juga dibuat berdasarkan hasil rapat kelas yang membahas jadwal piket dan jadwal imam. Guru memfasilitasi proses diskusi dengan memimpin dan mengarahkan jalanya rapat kelas.

Implementasikan nilai demokrasi dapat dilakukan melalui kegiatan upacara yang diadakan 1x dalam sebulan implementasinya berupa pemberian piagam karakter kepada 13 siswa yang selama sebulan telah berperilaku disiplin dan berkarakter serta pemilihan petugas upacara yang memilih dan menentukan sendiri siapa yang bertugas dalam upacara. Pemilihan petugas upacara dilakukan dengan hasil diskusi antar siswa dengan bantuan pengurus kelas. Beberapa siswa mengusulkan diri untuk menjadi petugas, dan beberapa lain dipilih oleh ketua kelas, dengan kriteria belum pernah bertugas.

Hasil wawancara diatas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti di lapangan pada tanggal 2 Februari2016 pada kegiatan upacara bendera. Pada kegiatan upacara bendera tersebut Ibu „L‟ selaku Pembina upacara memberikan nasehat atau pesan moral kepada seluruh siswa untuk pentingnya berbuat baik terhadap sesama. Ibu „L‟ juga meminta kepada siswa untuk tidak memilih-milih teman, mau bergaul dan menolong semua temannya yang kesusahan. Sebelum upacara bendera berakhir juga terdapat pemberian piagam karakter kepada 13 siswa. Piagam karakter tersebut diberikan karena siswa

tersebut bersikap disiplin, patuh dan taat terhadap peraturan, dan berkarakter.

Observasi juga dilakukan dalam kegiatan rutin Sholat Dhuha pada tanggal 28 Januari 2016. Pada setiap harinya di SD Muhammadiyah Gantiwarno ini mengadakan Sholat Dhuha berjamaah, setiap hari kegiatan rutin ini dilakukan pukul 9.35 sampai selesai yaitu pada jam istirahat. Implementasi nilai demokrasi yang ada pada kegiatan rutin ini seperti penentuan imam saat Sholat Dhuha ditentukan oleh siswa. Saat melaksanakan Sholat Dhuha berjamaah para siswa juga sudah tertib dan membentuk saff dengan rapih, walaupun terkadang ada satu dua anak yang menganggu. Pada kegiatan rutin Sholat Dhuha sudah terdapat jadwal sebagai imam, akan tetapi apabila siswa yang bertugas menjadi imam tersebut tidak masuk, maka siswa laki-laki berunding dan menentukan siapa yang akan menggantikannya. Kegiatan rutin Sholat Dhuha dapat mengimplementasikan nilai demokrasi dengan cara mengajarkan siswa untuk berunding terlebih dahulu sebelum membuat keputusan.

Observasi kegiatan piket kelas dilakukan peneliti ketika selesai observasi kegiatan pembelajaran di kelas 3B. Siswa melaksanakan piket ketika sebelum pelajaran dan sesudah pelajaran nampak siswa setelah pelajaran berakhir kemudian mencari peralatan kebersihan untuk membersihkan ruang kelas. Setiap siswa juga berkewajiban untuk membereskan meja dan kursinya.

67

Hasil observasi dan wawancara di atas didukung dengan dokumen sekolah berupa jadwal piket, jadwal imam sebagai berikut:

Gambar 7. Jadwal Piket dan Jadwal Imam

Jadwal piket dan jadwal imam tersebut tertempel di kelas 3b, sebagai jadwal harian yang harus dilakukan siswa. Melalui jadwal tersebut siswa mengerjakan kegiatan piket dan Sholat Dhuha berjamaah dengan rasa tanggung jawab. Penanaman nilai demokrasi dalam kegiatan tersebut adalah siswa dilibatkan dalam diskusi pembuatan jadwal piket dan jadwal imam di kelas. Jadwal piket dan jadwal imam di atas dibuat berdasarkan hasil musyawarah siswa, dengan bantuan ketua kelas dan guru kelas.

Dokumen lain terkait dengan kesepakatan kelas yang memuat peraturan Sholat Dhuha dan piket kelas. Peraturan tersebut dibuat berdasarkan hasil musyawarah siswa dan guru kelas. Pada peraturan tersebut tertulis bahwa siswa yang tidak khusuk dalam Sholat Dhuha wajib mengulang di depan guru pendamping. Peraturan lain terkait

Dokumen terkait