BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS
C. Analisis Data
2. Implementasi Pelajaran Budi Pekerti
SMP Negeri 6 Salatiga merupakan sekolah menengah pertama yang
berada di daerah Tegalrejo, Kota Salatiga. SMP Negeri 6 Salatiga mempunyai visi “ Unggul dalam Mutu , Berpijak Pada Iman dan Taqwa, yang Berwawasan Lingkungan” dengan Motto “ EKSIS BERSAHABAT” (Edukasi, Kreatif, Santun,Iman-Taqwa, Sukses, Bersih, Sehat, Asri,
Harmonis, Aman, dan Berbudaya Tertib”) untuk mewujudkan visi dan
misi tersebut SMP Negeri 6 Salatiga memiliki strategi agar dapat
mencapainya. Salah satu yang ingin dicapai yaitu berbudaya tertib di
SMP Negeri 6 Salatiga dengan menenrapkan mata pelajaran tambahan
Budi Pekerti. Hal ini dimaksudkan agar siswa di SMP Negeri 6 Salatiga
memiliki budi pekerti luhur sehingga dapat mewujudkan agar mempunyai
budaya tertib.
Sesuai dengan yang peneliti dapatkan saat wawancara dan observasi
maka peneliti menyimpulkan implementasi pelajaran budi pekerti
dilaksnakan sesui dengan jadwal yang telah dibuat oleh sekolah. Yakni
setiap hari Sabtu jam 10.35-11.15 WIB. Adapun materi yang akan
dismpaikan kepada siswa berasal dari ibu kepala sekolah. Materi-
materinya sesuai dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan budi
55
Materi pelajaran budi pekerti yang sudah dibuat oleh ibu sekolah
antara lain: Etika dalam berbicara, etika dalam berpakaian, dan etika
menggunkan Facebook. Dalam materi berpakaian penulis dapat
menyimpulkan bahwasnya didalam materi budi pekerti yang diberikan
memiliki komponen budi pekerti misalnya dalam materi berpkaian
dilihatkan contoh gambar berpakaian seorang muslim yang mengenakan
kerudung dan seorang yang ingin beribadah ke Pura mengenakan baju
yang berbeda. Disini dapat dilihat bahwa pelajaran budi pekerti disini
memiliki komponen keagamaan yang sesuai dengan (Depdikbud
,1977:42) yang didalamnya mempunyai nilai-nilai kekhususan hubungan
dengan tuhan, kepatuhan terhadap agama.
Sesuai yang penulis lihat saat dilapangan pelajaran budi pekerti
dilaksanakan didalam kelas masing-masing, kemudian guru kelas atau
guru pendamping menyampaikan materi yang sudah ada. Materi etika
berpakaian ditayangkan melalui slide power point. Dalam materi tersebut
siswa dilihatkan bagaimana berpkaian dengan baik sesuai dengan norma
yang berlaku dimasyarakat. Seperti berpakaian yang bersih dan rapi, tidak
memakai pakaian yang robek-robek, tidak berpakaian yang ketat, tidak
berpakaian yang berlebihan (korban mode) dan lain-lain. Disini
dimaksudkan agar siswa dapat menerapkan dalam kehidupan sehair-hari
berpkaian yang baik.
Materi selanjutnya etika berbicara dengan orang lain dimana
56
tersebut. Maka dari itu sangat penting memberikan materi etika berbicara
supaya siswa memiliki etika yang baik dalam berbicara. Dalam materi
etika berbicara ditampilkan gambar bertuliskan jangan menggunakan
kata-kata kotor karena kata-kata kotor tidak pantas, hindari bercanda
dengan kata-kata jorok, hindari membicarakan kejelekan orang lain,
bersikap tenang dan tidak emosi, hendaknya rendah hati dan tidak
sombong, tidak memotong pembicaran orang lain dan tidak mencela atau
menyindir. Dengan diberikanya materi tersebut diharapkan siswa dapat
menerapkan cara berbicara yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan, metode dipilih
berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilihdan diterapkan. Metode
merupakan cara dan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sesuai
dengan wawancara dan pengamatan penulis saat dilapangan , metode
yang digunakan dalam penerapan pelajaran budi pekerti di SMP Negeri 6
Salatiga yaitu:
a. Ceramah
Metode ceramah ini sudah biasa dilakukan oleh guru untuk
menyampaikan suatu pelajaran kepada siswa. Metode ini merupakan
metode paling simple karena tidak memerlukan media apapun.
Memberikan sajian pelajaran tentang budi pekerti dengan materi yang
57
b. Tanya Jawab
Tanya jawab merupakan penyampaian pelajaran dengan cara
melibatkan dua orang guru bertanya dan siswa memberikan jawaban
atau sanggahan. Metode ini lebih memberikan kesempatan kepada
siswa untuk aktif dan berani memberikan jawaban.
c. Diskusi
Diskusi adalah suatu metode yang biasanya digunakan oleh
sebagian besar pendidik untuk meningkatkan keberanian dan
keaktifan serta kepercayaan diri siswanya. Karena melalui diskusi
tersebut biasanya siswa di tuntut untuk berani mengeluarkan
pendapatnya dan mempertanggung jawabkannya. Guru atau pendidik
disini hanya berposisi sebagai fasilitator, yang apa bila menemui
kendala atau kesulitan dalam menentukan pilihan guru memberikan
acuan untuk di sepakati bersama.
d. Bermain Peran
Metode ini merupakan metode pengajaran dengan cara siswa
memainkan peran-peran tertentu. Bermain merupakan kegiatan
belajar yang menyenangkan untuk siswa supaya mereka mendapatkan
pengalaman baru yang mengesankan. Untuk itu diharapkan siswa di
SMP Negeri 6 Salatiga lebih tertarik untuk belajar mengenai budi
pekerti dan lebih memahami dengan metode bermain peran ini. Hal
ini diperkuat dengan pengertin menurut Zaini dkk(2008:98) bermain
58
yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang
spesifik.
3. Faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi pelajaran budi pekerti di SMP Negeri 6 Salatiga
a. Faktor pendukung
Dalam pelaksanaan penerapan pelajaran budi pekerti di SMP
Negeri 6 Salatiga sudah berjalan dengan baik. Dilihat dari
terlaksananya pelajaran budi pekerti sesuai dengan yang diharapkan
oleh sekolah. Dari terlaksananya penerapan pelajaran budi pekerti ini
pastinya terdapat faktor yang mendukung penerapan tersebut. Faktor
pendukung penerapan pelajaran budi pekerti yaitu ketersedian materi
yang telah dibuat oleh ibu kepaala sekolah. Materi yang sudah
disediakan memudahkan guru-guru untuk menyampaikan kepada
siswa, dengan begini guru tidak repot untuk mencari materi terlebih
dahulu. Karena guru sudah mempunyai beban dengan mata pelajaran
yang mereka ampu. Hanya cukup mempelajarinya terlebih dahulu dan
jika perlu hanya memberikan tambahan sedikit terhadap materi yang
akan disampaikan kepada siswa.
Kemudian faktor pendukung lainnya yaitu sarana dan prasarana
yang memadai. Sarana dan prasarana ini menjadi faktor pendukung
terlaksanannya pelajaran budi pekerti. Sarananya meliputi layar
proyektor LCD yang sudah ada ditiap-tiap kelas di SMP Negeri 6
59
membutuhkan layar proyektor dan juga LCD. Selain itu untuk
membuka file tersebut juga membutuhkan alat bantu computer atau
laptop. Guru-guru di SMP Negeri 6 Salatiga hampir semua memiliki
laptop pribadi sehingga hal ini juga menjadi salah faktor pendukung
dari pada penerapan budi pekerti.
b. Faktor penghambat
Dalam penerapan pelajaran budi pekerti di SMP Negeri 6
Salatiga, selain ditemukan faktor pendukung pastinya ada faktor
penghambatnya. Menurut waka kesiswaan SMP Negeri 6 Salatiga
faktor penghambat penerapan pelajaran budi pekerti yaitu faktor
kedinasan, dimana faktor kedinasan ini waktunya sering bersaman
dengan jadwal pelajaran budi pekert. Faktor kedinasan ini yaitu acara-
acara dinas misalnya workshop, rapat dinas, ataupun pengajian.
Dengan adanya acara kedinasan pelajaran budi pekerti menjadi
ditiadakan.
Faktor penghambat lainnya yaitu faktor waktu yang dijadwalkan
untuk pelajaran budi pekerti. Alokasi waktu yang diberikan hanya 40
menit saja. Menurut ibu U dengan waktu yang hanya 40 menit dirasa
sangat kurang karena materi yang diberikan banyak sehingga kurang
maksimal dalam menyampaikan materi. Dengan demikian waktu
yang minim menjadikan kurang maksimal dalam penyampaian
materi. Untuk itu perlu adanya evaluasi mengenai alokasi waktu yang
60
4. Hasil implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga
Penerapan pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin
siswa di SMP Negeri 6 Salatiga menghasilkan beberapa hal antara
lain:
a.Menurunya tingkat pelanggaran
b.Sikap sopan santun siswa terhadap guru, orang tua atau siapapun
yang lebih tua dari siswa lebih meningkat.
c.Meningkatnya sikap disiplin siswa,
Dengan diterapkannya pelajaran budi pekerti siswa lebih
memiliki sikap disiplin yang baik. Bisa dikatakan berdampak positif
terhadap siswa. Karena siswa lebih memiliki kesadaran atas
pelanggaran apa yang mereka lakukan dan mereka memiliki kesadaran
61 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil peneliti dan pembahasan, maka penulis menyimpulkan sebagai
berikut :
1. Implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin
siswa SMP Negeri 6 Salatiga sudah diterapkan dan berjalan di SMP
Negeri 6 Salatiga. Komponen dalam pelajaran budi pekerti meliputi
komponen mandiri, yang berkaitan dengan etika moral, komponen
keagamaan yang meliputi etika dalam berpakaian dan komponen
kesusilaan yang meliputi etika berbicara kepada orang lain, sopan santun
dan etika pergaulan. Penerapan pelajaran budi pekerti dilakukan dua
minggu sekali pada hari Sabtu di jam terakhir yang disampaikan oleh
guru kelas dan guru pendamping.
Metode yang digunakan dalam penerapan pelajaran budi pekerti
yaitu metode ceramah, presentasi, dan bermain peran. Adapun siswa yang
melanggar tata tertib atau tidak sesuai dengan budi pekerti yang telah
dijarkan maka ada sanksi tersendiri bertujuan untuk memberikan
penyadaran dan memberikan rasa jera kepada siswa.
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan pelajaran budi
pekerti di SMP Negeri 6 Salatiga. Faktor pendukungnya antara lain
62
disediakan oleh kepala sekolah, perhatian orangtua. Karena orangtualah
yang menjadi faktor utama dalam mendidik anak.
3. Implementasi hasil pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin
siswa di SMP Negeri 6 Salatiga adalah adanya peningkatan sikap disiplin
yang lebih baik. Selain perubahan pada sikap disiplin, siswa memiliki
kesadaran atas kesalahan-kesalahan dan pelanggaran yang telah mereka
perbuat dan memiliki usaha untuk berubah agar lebih disiplin dan baik
lagi.