BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS
B. Temuan Peneliti
1. Implementasi pelajaran budi pekerti
Menurut ibu U sebagai guru agama dan juga seabagai wali kelas IX
beliau memberikan penjelasan ketika diwawancarai oleh penulis
mengenai pelaksanaan pelajaran budi pekerti dan metode yang digunakan
dalam pelaksanaan sebagai berikut:
“Pelajaran budi pekerti dilaksanakan di hari Sabtu di jam terakhir. Sistem penyampaiannya oleh dua guru yaitu guru wali kelas pada minggu pertama dan guru pendamping pada minggu berikutnya. Materinya berkaitan dengan bagaimana bertutur kata yang baik, bagaimana etika dalam berpakaian yang baik beretika saat dalam rapat, cara penggunaan facebook dan masih ada beberapa materi lainnya yang berkitan dengan budi pekerti. Saya biasanya menggunakan metode ceramah, presentasi, tanya jawab mbak.”(wawancara dengan ibu U pada Senin, 04
47
September 2017, pukul 11.00 WIB di ruang guru SMP Negeri 6 Salatiga).
Hal serupa diungkapkan oleh ibu L saat di wawancarai oleh penulis
sebagai berikut:
“Pelaksanaan pelajaran budi pekerti pada hari Sabtu mbak jam terakhir dua kali dalam sebuln., kemudian metode yang saya terapkan di SMP N 6 ini seperti pada pelajaran yang lain, yaitu metodenya seperti ceramah, presentasi, dan juga bermain peran, seperti itu mbak”. (wawancar dengan ibu L pada hari Rabu, 06 September 2017, pukul: 10.00 WIB di ruang UKS SMP Negeri 6 Salatiga).
Kemudian yang diungkapkan oleh waka kesiswaan bapak H
mengenai pelaksanaan dan metode yang digunakan dalam pelaksanaan
pelajaran budi pekerti sebagai berikut:
“Pelajaran budi pekerti dilaksanakan pada hari Sabtu mbak di jam terakhir, tahun kemarin saya mengajar pelajaran budi pekerti menggunakan metode Presentasi , Tanya jawab dan diskusi, karena saya tahun ini minta kepada kepala sekolah agar tidak diberi amanat menyampaikan pelajaran budi pekerti, karena saya sedang melanjutkan pendidikan saya.” (wawancara dengan bapak U pada hari Selasa 05 September 2017, pukul : 08.00 WIB di Ruang Kesiswan SMP Negeri 6 Salatiga)
Terkait dengan pelaksanaan pelajaran budi pekerti dan metode yang
digunakan kepala sekolah ibu M mengungkapkan sebagai berikut:
“Karena pendidikan budi pekerti tidak masuk menjadi mata pelajaran meskipun diintegrasikan saya ingin memfokuskan budi pekerti menjadi mata pelajaran tambahan. Menjadikan pelalajaran tambahan yang saya jadwalkan dihari Sabtu jam
terkhir. Metode yang digunakan dalam penerapannya
menggunakan metode ceramah, presentasi, simulasi, tanya jawab dan bermain peran.” (Wawancara dengan ibu M pada hari Rabu, 06 September 2017, pukul : 08.00 WIB di ruang kepala sekolah SMP Negeri 6 Salatiga)
48
Observasi yang dilakukan penulis pada saat pelajaran budi pekerti dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Pelajaran budi pekerti dilaksanakan pada hari Sabtu jam terakhir. Pada saat
observasi yang dilakukan penulis di kelas IX E materi yang diberikan
mengenai Etika Berpakaian. Dalam materi tersebut terdapat 17 slide power
point yang menampilkan gambaran cara berpakaian yang baik yaitu :
berpakaian sesuai dengan ketentuan agama masing-masing, menggunakan
pakaian yang bersih dan rapi, ukuran yang sesuai dengan badan, tidak terlalu
panjang, tidak ketat, tidak seronok, tidak sobek-sobek, jangan berlebihan
(korban mode), tidak memakai aksesoris yang berlebihan, tidak memakai
warna yang mencolok, berpakaian sesuai gender, kemudian slide terakhir
berisikan tugas untuk siswa mencari gambar yang tidak sesuai dengan etika
serta memberikan alasan mengapa tidak sesuai.Dalam menyampaikan materi
tersebut guru menggunakan metode ceramah, presentasi dan juga tanya jawab.
(Observasi pada 2 September 2017 pukul 10.35 WIB di kelas IX E SMP
49 Gambar 4.1
Suasana pelajaran budi pekerti
Sedangkan materi pelajaran budi pekerti yang digunakan di SMP Negeri
6 Salatiga menurut ibu U yaitu sebagai berikut:
“Materi budi pekerti yang akan di ajarkan kepada siswa kita dapatkan dari ibu kepala sekolah mbak dalam bentuk file power point. Materinya berkaitan dengan budi pekerti antara lain etika berbicara dengan baik, etika berpakaian, etika menggunakan facebook dan masih ada beberapa materi lainnya. Contohnya dalam materi berbicara baik itu dijelaskan pada saat berbicara dengan orang lain itu tidak boleh menggunakan kata-kata kotor, tidak boleh membicarakan kejelekan orang lain seperti itu
50
mbak” (Wawancara dengan ibu U pada hari Senin pukul : 11.00 WIB di ruang guru SMP Negeri 6 Salatiga)
Hal yang sama diungkapkan oleh ibu L tentang materi pelajaran budi
pekerti yang diterapkan di SMP Negeri 6 Salatiga sebagai berikut:
“Materi pelajaran budi pekerti diberikan untuk semua jenjang dari kelas VII sampai kelas IX. Materinya dibuatkan oleh ibu kepala sekolah. Materinya tentang etika berbicara yang baik,
etika berpakaian, etika menggunakan facebook”(Wawancara
dengan ibu L pada hari Rabu pukul 10.00 WIB di ruang UKS SMP 6 Salatiga)
Ungakapan yang disampaikan waka kesiswaan pak H berkaitan dengan
materi budi pekerti yaitu sebagai berikut:
“Jadi mbak pertemuan pertama itu anak dikenalkan dengan pengertian etika yang berkaitan dengan budi pekerti, dengan begitu anak menjadi tau manfaat , fungsi dan contoh perilaku yang baik dan buruk. Pada pertemuan kedua siswa diberi tahu materi tentang moral yang berkaitan dengan budi pekerti, selain itu ada juga materi yang lain mbak, seperti tata cara berpakaian, berbicara, dan bersosial”. (Wawancara dengan pakH Pada hari Selasa jam 08:00 WIB , 05 September 2017 di ruang Kesiswaan SMP Negeri 6 Salatiga)
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat pelajaran budi pekerti di SMP
Negeri 6 Salatiga
Menurut ibu U yang telah diwawancarai oleh penulis mengenai faktor
pendukung dan faktor penghambat penerapan pelajaran budi pekerti yaitu
sebagai berikut:
“Faktor pendorong penerapan pelajaran budi pekerti yaitu ketersedian materi yang sudah disiapkan oleh ibu kepala sekolah mbak. Karena materi dari kepala sekolah kami sebagai guru pengajar hanya perlu mempelajari terlebih dahulu sebelum kita
sampaikan kepada siswa. Kemudian untuk faktor
penghambatnya terkadang waktunya bersamaan dengan
kegiatan-kegiatan lain dan waktu pelajaran budi pekerti ditiadakan. Selanjutny waktu yang hanya 40 menit sehingga
51
kurang maksimal dalam penyampaiannya. ” (Wawancara dengan ibu U pada hari Senin, 4 September 2017 pukul 11.00 WIB di ruang guru SMP Negeri 6 Salatiga)
Hal yang sama diungkapkan oleh ibu L mengenai faktor pendukung
dan faktor penghambat pelajaran budi pekerti di SMP Negeri 6 Salatiga
sebagai berikut:
“Kadang-kadang kami harus meniadakan pelajaran budi pekerti karena beberapa hal, misalnya saja adanya kegitan-kegiatan dadakan yang harus dilakukan, sehingga waktu yang seharusnya menjadi berkurang untuk menyampaikan peljaran budi pekerti. Kalau pendukungnya materi sudah disiapkan jadi kami hanya tinggal mempelajari saja dan member sedikit tambahan jika diperlukan.” (Wawancara dengan ibu L pada hari Rabu 06 September 2017 pukul 10.00 WIB di Ruang UKS SMP Negeri 6 Salatiga)
Kemudian faktor penghambat menurut waka kesiswaan pak H saat
diwawancarai oleh penulis mengungkapkan sebagi berikut:
“Faktor yang menghambat itu faktor kedinasan yang sering ada dihari Sabtu karena pelajaran budi pekerti berada dihari Sabtu misalnya da rapat kedinsan, workshop, dan juga pengajian sehingga kegiatan-kegiatan tersebut menjadi faktor penghambat penerpan pelajaran budi pekerti.”( Wawancara dengan pak H pada hari Selasa 5 September 2017 pukul 08.00 WIB di ruang Kesiswaan SMP Negeri 6 Salatiga)
3. Hasil Implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin
siswa di SMP Negeri 6 Salatiga
Menurut ibu kepala sekolah mengenai hasil dari penerapan pelajaran
budi pekerti yaitu sebagai berikut:
“Anak anak sudah memiliki sikap disiplin yang baik, jadi secara
keseluruhan itu sudah baik, bahkan banyak yang sudah sangat baik. Terbukti dari tingkat keterlambatanya kecil,kemudian tingkat pelanggaran sangat kecil dari sisi pakaian seragam,
sepatu, kehadiran,disiplin tidak membawa handpone. Kemudin
52
terlambat itupun prosentasinya sangat kecil dan itupun jarang. Kedisiplinan di dalam kelas ada, anak-anak telat mengumpulkan tugas , namun saat rapat pleno tidak banyak yang melapor tentang masalah ini, jika ada anak yang telat mengumpulkan
sama itu-itu saja.”( Pada hari Rabu tanggal 6 September 2017
pukul 08.00 WIB)
Kemudian ketika peneliti bertanya kepada siswa apa dampak yang
kalian dirasakan setelah adanya pelajaran budi pekerti? Dampaknya
negatif atau positif? Jawabannya sebagai berikut:
“Dampaknya positif, setelah ada budi pekerti saya lebih
termotivasi dan saya merasakan lebih mudah untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang saya lakukan.”
(Wawancara kepada siswa L pada Kamis, 7 September 2017 pukul 13.00 WIB di ruang tamu SMP Negeri 6 Salatiga)
Pertanyaan yang sama ditujukan kepada siswa CPO, kemudian siswa
menjawab sebagai berikut:
“Dampak pelajaran budi pekerti terhadap saya posotif bu, saya
lebih bisa memahami memperbaiki diri dan sikap.” (Wawancara kepada CPO pada hari Kamis,7 September 2017 pukul 13.00 WIB di ruang tamu SMP Negeri 6 Salatiga)
Sama halnya dengan yang diungkapakan oleh RSB mengenai hasil
dari implementasi pelajaran budi pekerti sebgai berikut:
“Dampak pelajaran budi pekerti terhadap saya posotif bu, saya lebih bisa memahami bagaimana pelajaran budi pekerti yang baik.” (Wawancara dengan RSB pada Kamis 7 September 2017 pukul 13.00 WIB di ruang tamu SMP Negeri 6 Salatiga)