• Tidak ada hasil yang ditemukan

Judul Skripsi : IMPLEMENTASI PELAJARAN BUDI PEKERTI DALAM MEMBENTUK SIKAP DISIPLIN SISWA DI SMP NEGERI 6 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Judul Skripsi : IMPLEMENTASI PELAJARAN BUDI PEKERTI DALAM MEMBENTUK SIKAP DISIPLIN SISWA DI SMP NEGERI 6 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Test Repository"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PELAJARAN BUDI PEKERTI

DALAM MEMBENTUK SIKAP DISIPLIN SISWA

DI SMP NEGERI 6 SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendididikan

Oleh

ANJAR WIDIYANTI

NIM. 11113123

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

“Sebaik

-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang

lain.” (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni)

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik,

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang mempunyai peranan

penting dalam hidupnya

1. Kepada kedua orang tuaku bapak Sugeng Harianto dan Nur Khasanah

serta nenekku yang paling tersayang, terimakasih telah menjadi orang tua

yang baik yang telah mendidikku, merawatku dengan penuh kasih sayang

dan penuh kesabaran yang tak ternilai harganya.

2. Terima kasih banyak untuk teman-temanku tercinta dan saudara-saudaraku

yang selama ini telah setia mendukungku, dan memberi semangat untuk

mengerjakan skripsi ini sehingga skripsi ini selesai.

3. Institut Agama Islam Negeri Salatiga, dimana tempat yang telah penulis

pilih untuk menuntut ilmu. Semoga ilmu yang diperoleh penulis dapat

bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

4. Untuk keluarga besarku SMC dari angkatan Dedikato, Elano, Awarnes,

Willpower, Zealous, Cambioso, Extender, Fidelio, Cakrawangsa,

Gamananta dan Ovedio terima kasih untuk pengalaman dan ilmunya.

Salam melodi !!!

5. Untuk keluarga besarku SSC terimakasih untuk pengalaman yang sangat

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan

hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi

Muhammad Saw., yang telah mencapai puncak kesuksesan tertinggi sepanjang

kehidupan manusia yang pernah ada. Serta keluarga, sahabat dan pengikutnya

hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana

Pendidikanpada Jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan memberikan dorogan baik moril maupun materiil, sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ruang penulis mengucapkan

penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Bapak Dr. M.Gufron, M. Ag., selaku dosen Pembimbing Akademik

5. Bapak Rasimin, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi.

6. Bapak dan ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta

(8)

viii

administrasi dan informasi sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang

pendidikan .

Akhirnya penulis berharap, semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan

menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah Swt. Dalam penyusunan

skripsi ini, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal

ini dikarenakan keterbatasan dari segala aspek yang dimiliki oleh penulis

sendiri. Untuk itu, kritik dan saran terbuka luas dan selalu penulis harapkan

dari pembaca yang budiman guna kesempurnaannya. Mudah-mudahan skripsi

yang sederhana ini mampu memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Salatiga, 20 September 2017

(9)

ix

ABSTRAK

Widiyanti, Anjar. 2017. Implementasi Pelajaran Budi Pekerti Dalam Membentuk Sikap Disiplin Siswa di SMP Negeri 6 Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.Institut Agama Islam Negeri (IAN) Salatiga.

Pembimbing: Rasimin M. Pd

Kata Kunci: budi pekerti, sikap disiplin

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga. Fokus masalah yang akan dikaji adalah bagaimana implementasi pelajaran budi pekerti di SMP Negeri 6 Salatiga, apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga, dan apa saja hasil implementasi pelajaran budi pekerti siswa di SMP Negeri 6 Salatiga.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan dengan tahap persiapan, pelaksanaan, penyelesaian. Subjek penelitian adalah sikap disiplin siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan tiga komponen utama yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi data.

(10)

x A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian... 4

E. Definisi Operasional ... 5

F. Penelitian Terdahulu ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Budi Pekerti ... 11

1. Pengertian Budi Pekerti ... 11

2. Tinjauan Konseptual Tentang Budi Pekerti ... 13

3. Komponen Budi Pekerti ... 16

4. Tujuan Budi Pekerti ... 17

(11)

xi

6. Prinsip- Prinsip Dasar Pemikiran Pendidikan Budi Pekerti ... 19

B. Disiplin ... 21

1. Pengertian Disiplin ... 21

2. Unsur Disiplin ... 22

3. Macam- Macam Disiplin ... 23

4. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Disiplin ... 24

5. Fungsi Disiplin ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 29

B.Lokasi Penelitian ... 30

C.Sumber Data ... 30

D.Teknik Pengumpulan Data ... 31

E.Teknik Analisis Data ... 32

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 33

G.Tahap- tahap Penelitian ... 35

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS A. Paparan Data Lokasi Penelitian ... 36

1. Profil dan Sejarah SMP Negeri 6 Salatiga ... 36

2. Identitas Sekolah ... 37

3. Visi-Misi ... 38

4. Program SMP Negeri 6 Salatiga ... 39

5. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan ... 40

(12)

xii

7. Hasil Yang Diharapkan Dari Kegiatan KBM ... 42

8. Indikator Keberhasilan ... 43

9. Upaya-Upaya Yang Ditempuh Dalam Mencapai Tujuan ... 43

B. Temuan Peneliti ... 46

1. Pelajaran Budi Pekerti ... 46

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pelajaran Budi Pekerti di SMP Negeri 6 Salatiga ... 50

3. Hasil Implementasi Pelajaran Budi Pekerti dalam Membentuk Sikap Disiplin Siswa di SMP Negeri 6 Salatiga ... 51

C. Analisis Data ... 53

1. Pelajaran Budi Pekerti ... 53

2. Implementasi Pelajaran Budi Pekerti ... 54

3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pelajaran Budi Pekerti di SMP Negeri 6 Salatiga58Hasil Implementasi Pelajaran Budi Pekerti dalam Membentuk Sikap D BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Suasana Pelajaran Budi Pekerti

Gambar 4.2 Materi Budi Pekerti

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2.Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 3.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 4.Surat Pengajuan Pembimbing

Lampiran 5.Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 6.Laporan SKK

Lampiran 7.Pedoman Wawancara

Lampiran 8. Daftar Responden

Lampiran 9. Jadwal Pelajaran SMP Negeri 6 Salatiga

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam arti yang luas disiplin mengacu pada pola tingkah laku yang kuat

untuk melaksanakan apa yang sudah menjadi norma, etik, dan peraturan yang

ada di masyarakat maupun di sekolah. Dengan disiplin, diharapkan siswa

dapat menaati dan melaksanakan peraturan yang telah ada. Berkaitan dengan

itu, kenyataan yang terjadi pada saat ini di sekolah, anak kurang disiplin dan

kurang memiliki rasa tanggung jawab di sekolah, misalnya; tidak

mengerjakan pekerjaan rumah (PR), mencoret-coret bangku, tidak tertibpada

saat upacara bendera, tidak berpakaian rapi, sering datang terlambat, kurang

hormat terhadap guru.

Hal ini merupakan dasar dalam pembentukan kepribadian siswa. Jika

kebiasaan ini tidak ditemukan pemecahan masalahnya maka tujuan

pendidikan nasional akan sulit terwujud. Sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional bahwa pendidikan harus dilaksanakan untuk meningkatkan akhlak

yang mulia dan budi pekerti luhur. Budi pekerti mempunyai peranan yang

penting dalam kehidupan manusia, budi pekerti merupakan pedoman

pembimbing dan pendorong dalam diri manusia untuk mencapai kualitas yang

lebih baik dan sempurna. Budi pekerti merupakan alat pengembang dan

pengendalian yang penting. Oleh karena itu budi pekerti sebagai dasar

penentu dalam perkembangan dan pembinaan rasa kemanusiaan, maka

(16)

2

Dari permasalahan di atas, terdapat banyak faktor yang memengaruhi

anak kurang menunjukkan sikap disiplin, diantaranya lemahnya perhatian

orang tua, orang tua sibuk dengan pekerjaannya, keluarga yang broken home,

pengaruh pergaulan lingkungan sekitar, penyalahgunaan teknologi, kurangnya

pendekatan dari orang tua dan juga guru di sekolah. Dalam hal ini, semua

aspek kehidupan harus terlibat untuk membenahi kedisiplinan dan budi

pekerti yang telah luntur.

Jika seorang anak berada di lingkungan sekolah, maka yang akan

mengajarkan pendidikan budi pekerti adalah semua orang dewasa di sekolah.

Secara terus-menerus, siswa akan mengamati tingkah laku dan kebiasaan

orang dewasa di sekolah seperti, guru, staff, pengelola kantin, sampai dengan

petugas kebersihan yang dilihat sebagai contoh model mana yang baik mana

dan yang buruk. Penyampain moral budi pekerti di dalam lingkungan sekolah

maupun di lingkungan masyarakat masih memiliki banyak kendala sehingga

kurangnya pemahaman akan arti dan manfaat budi pekerti tersebut. Hal itu

dapat terlihat dalam fenomena perilaku yang tidak santun, perilaku

kekerasan,dan pelanggaran-pelanggaran tata tertib sekolah lainnya.

Di sekolah pendidikan budi pekerti telah diintegrasikan ke dalam mata

pelajaran yang relevan, seperti kewarganegaraan, agama, bahasa indonesia

ataupun bahasa daerah. Dengan usaha pemerintah yang seperti ini, budi

pekerti para peserta didik masih belum tercapai sesuai dengan apa yang di

inginkan oleh sekolah. Masih banyak pelanggaran-pelanggaran tata tertib

(17)

3

manusia yang mampu mengatur, mengendalikan diri yang menyangkut

pengaturan belajar. Maka erat hubungannya antara manusia sukses dengan

pribadi disiplin.

Untuk itu sekolah perlu melakukan strategi baru agar nilai pendidikan

budi pekerti dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Kebijakan

sekolah yang berbeda-beda membuat suatu sekolah menerapkan kebijakan

yang berbeda dengan sekolah lainnya. Demi tercapainya tujuan pendidikan

maka SMP Negeri 6 Salatiga menerapkan mata pelajaran tambahan yaitu

Budi Pekerti yang diwajibkan untuk semua peserta didik dari kelas VII-IX.

Jadwal mata pelajaran tambahan Budi Pekerti dilaksanakan pada hari Sabtu di

akhir jam. Pengambilan kebijakan seperti ini, penulis ingin meneliti

bagaimana peranan dari implementasi mata pelajaranBudi Pekerti dan

bagaimana peranannya dalam membentuk sikap disiplin peserta didik SMP

Negeri 6 Salatiga dengan judul skripsi “Implementasi Pelajaran Budi Pekerti

Dalam Pembentukan Sikap Disiplin Siswa Di SMP Negeri 6 Salatiga Tahun

Ajaran 2017/2018”

B. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi permasalahan skripsi ini adalah:

1. Bagaimana Implementasi Pendidikan Budi Pekerti di SMP Negeri 6

(18)

4

2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat pelajaran

budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin Siswa di SMP Negeri 6

Salatiga?

3. Apa saja hasil dari implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk

sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Implementasi Pendidikan Budi Pekerti di SMP Negeri

6 Salatiga.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Implementasi

Pelajaran Budi Pekerti dalam membentuk sikap disiplin Siswa di SMP

Negeri 6 Salatiga.

3. Untuk mengetahui hasil dari implementasi pelajaran budi pekerti dalam

membentuk sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

jelas dan dapat meberi manfaat secara teoritis maupun praktis, antara lain:

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang

bermanfaat bagi dunia pendidikan

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk

penelitian-penelitian lanjutan yang berhubungan dengan implikasi

(19)

5

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi baru tentang

peranan implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap

disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga.

b. Penelitian ini diharapkan dijadikn acuaan bagi sekolah lain dalam

menerapkan pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin

siswa.

E. Definisi Operasional

1. Implementasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Implementasi berarti

pelaksanaan atau penerapan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:427).

Implementasi dalam arti luas merupakan suatu penerapan ide, konsep,

kebijakan, inovasi,dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan

dampak, baik berupa perubahan pengetahuan , keterampilan maupun nilai

dan sikap (Susilo, 2007:174)

2. Budi Pekerti

Budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang

bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara

menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral

dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja

sama yang lebih ditekankan pada ranah afektif tanpa meninggalkan ranah

kognitif dan ranah psikomotorik (keterampilan, terampil mengolah

(20)

6 3. Disiplin

Dalam ilmu pendidikan, dikenal dua istilah yaitu disiplin dan

ketertiban. Menurut Arikunto(1993:114), ketertiban menunjukan

padakepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tatatertib karena

didorong atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar, misalnya

karena ingin mendapatkan pujian dari atasan. Disiplin menunjuk pada

kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena

didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Biasanya

ketertiban terjadi lebih dahulu baru kemudian berkembang menjadi

disiplin.

4. Sikap

Menurut Stephen dan Timothy, 2008:92 , mendefinisikan sikap

(attitude) adalah pernyataan evaluative, baik yang menyenangkan maupun

tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Sikap

(attitude) menurut Purwanto (2000:141) merupakan suatu cara berinteraksi

terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan

cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapinya.

Dalam hal ini, sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku

manusia untuk bereaksi. Oleh karena itu, orang yang memiliki sikap positif

terhadap suatu objek atau situasi tertentu ia akan memperlihatkan kesukan

atau kesenangan (like), sebaliknya orang yang memiliki sikap negative ia

(21)

7 F. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam

mengkaji penelitian yang dilakukan sebagai pembanding yang tidak terlepas

dari topik.

Berdasarkan penelilitian yang dilakukan oleh Patonah, Siti Nor. 2009.

Pengaruh Implementasi Tata Tertib Sekolah Terhadap Sikap Disiplin Siswa

(Studi Kasus di MI Darussalam Rejosari Kecamatan Bancak Tahun 2009).

Peraturan dan tata tertib merupakan dua hal yang sangat penting bagi

kehidupan sekolah sebagai sebuah organisasi yang menyelenggarakan

pendidikan. Untuk menjaga berlakunya peraturan dan tata tertib diperlukan

kedisiplinan dari semua personil sekolah, yakni siswa, guru, karyawan, atau

karyawati dan pengelola sekolah itu sendiri. Disiplin sering kali dihubungkan

dengan kontrol. Disiplin diri dalam ketertiban sudah menjadi siasat. Tujuan

akhir dari peraturan adalah mencapai efektifitas pengajaran tanpa

menyampingkan kepentingan masing-masing.

Jannah, Roudlotul. 2015. Pemikiran Hamka Tentang Nilai-Nilai

Pendidikan Budi Pekerti.Temuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pemikiran Hamka tentang nilai-nilai pendidikan budi pekerti yaitu (a) nilai

pendidikan budii pekerti terhadap Allah berupa ketakwaan, keimanan,

tawakkal, syukur, taubat, sabar, dan istiqamah, (b) nilai pendidikan budi

pekerti terhadap diri sendiri berupa tanggung jawab, iffah, dan pengendalian

(22)

8

walidain, dan mentaati kedua orang tua dalam kebaikan, (d) nilai pendidikan

budi pekerti terhadap orang lain berupa kejujuran, amanah, pemaaf,

dermawan, rendah hati, kemanusiaan, toleransi, keadilan dan ihsan. Adapun

relevansi pemikiran Hamka tentang nilai-nilai pendidikan budi pekerti dengan

pendidikan saat ini adalah sama-sama terdapat pendidikan religious, nilai

pendidikan kejujuran, nilai pendidikan toleransi, nilai pendidikn peduli sosial

dan pendidikan tanggung jawab, sehinggapemikiran Hamka tentang nilai-nilai

pendidikan budi pekerti sangat tepat jika diajarkan pada pendidikan saat ini.

Skripsi ini didalamnya terdapat kesimpulan yang penting, bahwasannya

Hamka membahaskan budi pekerti sangat luas, tetapi sebenarnya kalau

dispesifikasikkan yang dimaksud nilai pendidikan budi pekerti terhadap Allah

tidak lain adalah penanaman nilai pendidikan akidah , nilai pendidikan budi

pekerti terhadap diri sendiri tidak lain adalah penanaman nilaipendidikan

tasawuf, nilai pendidikan budi pekerti terhadap orang tua tidak lain adalah

penanaman nilai pendidikan birrul walidain, dan nilai pendidikan budi pekerti

terhadap orang lain tidak lain adalah penanaman nilai pendidikan sosial.

Dalam jurnal Elfrianto. 2015. Urgensi Keseimbangan Pendidikan Budi

Pekerti di Rumah dan Disekolah. Melihat fenomena yang terjadi pada peserta

didik di Indonesia hari ini, rasanya dunia pendidikan di negeri ini sudah

keluar dari rel yang dicita-citakan para pendiri negeri dulu. Duni pendidikan

Indonesia saat ini menghasilkan manusia-manusia dengan pola piker kapitalis,

liberalis dan dengan kadar moralitas yang sangat rendah. Seperti ada missing

(23)

9

akhlak, etika, budi pekerti tau nama lain yang sinonim dengan itu, yang

seharusnya menjadi ruh yang paling utama dari dunia pendidikan. Tapi pada

sisi lain, pendidikan budi pekerti di sekolah tidak cukup untuk memberikan

pembelajaran tentang etika dan budi pekerti hanya dalam tempo beberapa jam

saja sehari. Orang tualah yang seharusnya menjadi first teacher dalam

membentuk kepribadian, pola pikir, pola sikap, dan pola hidup anak. Tapi

yang banyak terjadi adalah orang tua malah menyerahkan pendidikan

moral/akhlak anak-anaknya kepada pihak sekolah dengan mentah-mentah.

Perbedaan penelitian oleh Siti Patonah dan Roudlotul Jannah yaitu pada

metode penelitinnya, sedang penelitian Elfrianto dengan penelitian yang

dilakukan penulis yaitu pada keterkaitan pendidikan budi pekerti dirumah

dengan sekolah. Bahwa peran orang tua juga berpengaruh dalam

pembentukan moral, akhlak, etika dan budi pekerti pada anak. Pada penelitian

yang dilakukan penulis melihat peranan pendidikan budi pekerti yang

diberikan terpisah yang biasanya diintegrasikan pada pelajaran-pelajaran lain.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penelitian ini terdiri dari lima bab yang secara

sistematis dapat dijabarkan sebgai berikut:

BAB I: Bab pendahuluan menjelaskan secara umum tentang arah

penelitian yang dilakukan. Bagian ini mengurai tentang konteks atu latar

belakang penelitian, fokus penelitian, Kajian penelitian terdahulu yang berisi

tentang gambaran terhadap penelitian terdahulu yang masih relevan mengenai

(24)

10

BAB II: Kajian teori digunkan sebagai pemandu agar fokus penelitian

sesuai dengan kenyatan di lapangan, terdiri dari deskripsi teori yang berisi

tentang paparan budi pekerti, sikap, dan disiplin di sekolah.

BAB III: Bagian ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah

penelitian secara opersional yang meliputi: pendekatan penelitian, jenis

penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,

analisis data, pengecekan keabsahaan data, dan tahap-tahap penelitian.

BAB IV: Paparan data dan analisis yang merupakan uraian atas paparan

data yang disajikan dengan topikyang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan

penelitian dan hasil analisis data tentang implementasi pelajaran budi pekerti

dalam membentuk sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga tahun 2017.

BAB V: Penutup, bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari

(25)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Budi Pekerti

1. Pengertian budi pekerti

Istilah budi pekerti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2010:170)terdiri dari dua kata, yaitu budi dan pekerti yang tidak dapat

dipisahkan, kedua kata tersebut adalah bagian yang saling terkait. Budi

berarti panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik buruk. Pekerti

berarti perangai, tingkah laku, akhlak. Dengan demikian budi pekerti

berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berperilaku.

Dari pengertian pendidikan dan budi pekerti dapat diartikan

pendidikan budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang

bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara

menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral

dalam hidupnya melalui kejujuran, disiplin, dan kerja sama yang lebih

ditekankan pada ranah afektif (perasaan dan sikap) tanpa meninggalkan

ranah kognitif(berpikir rasional) dan ranah psikomotorik (keterampilan,

terampil mengolah data, mengemukakan pendapat, dan kerja sama)

(Zuriah, 2007:19-20).

Selain dikenal sebagai tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar

Dewantara juga mengembangkan pendidikan budi pekerti yang

(26)

12

pendidikan nasional. Menurut Ki Hajar Dewantara, Budi Pekerti berarti

pikiran, perasaan, kemauan. Sedangkan pekerti berarti tenaga. Budi

pekerti itu sifatnya jiwa manusia, mulai angan-angan sampai tujuan yang

terjelma sebagai tenaga. Jadi yang dimaksud budi pekerti menurut Ki

Hajar Dewantara adalah bersatunya gerak pikiran, perasaan dan kehendak

atau kemauan yang akhirnya menimbulkan tenaga (Ki Hajar Dewantara,

1977:25).

Menurut Salam (2000:35) dalam I Nyoman (2006:98) menyatakan

bahwa budi tumbuh di dalam jiwa, bila sudah dilahirkan dalam bentuk

perbuatan namanya pekerti. Jadi budi pekerti, pangkal dari dalam jiwa,

ketika masih menjadi angan, imaji, cita, niat hati sampai ia lahir ke luar

berupa perbuatan nyata. Dalam kaitannya dengan perbuatan dibedakan

menjadi: (1) tujuannya baik, tetapi cara mencapainya tidak baik, (2)

tujunnya tidak baik, tetapi cara mencapainya kelihatannya baik,(3)

tujuannya tidak baik, cara mencapainya juga tidak baik,(4)tujuannya baik,

dan cara mencapainya juga baik. Jika tingkah laku seseorang termasuk

dalam klasifikasi yang keempat (tujuannya baik dan cara mencapainya

juga baik) maka orang tersebut disebut berbudi pekerti baik atau berbudi

pekerti luhur. Sementara jika tingkah laku seseorang termasuk klasifikasi

yang lain, seseorang yang melakukan tingkah laku itu disebut berbudi

(27)

13

Jadi dapat disimpulkan budi pekerti yang dimaksud oleh penulis

adalah penanaman nilai budi pekerti seperti sopan santun, tanggung

jawab , disiplin ikhlas.

2. Tinjuan konseptual tentang budi pekerti

Istilah budi pekerti sering disinonimkan dengan akhlak, moral, dan

juga etika. Karena pada dasarnya semuanya mempunyai fungsi yang sama

yaitu menentukan nilai dari suatu perbuatan yang dilalukan oleh manusia

dari aspek bik dan buruknya, benar dan salahnya. Beberapa kriteria di

bawah ini akan memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang

digunakan dalam pembahasan budi pekerti. Tujuannya supaya dapat

mempermudah pemahaman dan perbedaan antara istilah-istilah tersebut,

seperti penjelasan dibawah ini :

a. Akhlak

Akhlak secara etimologis menurut Nasution (1992:2) berasal dari

bahasa Arab yang merupkn bentuk jamak dari khuluk. Kata Khuluk

atau akhlak dalam ensiklopedi tematis dunia islam berarti tabi’at,

perangai, kebiasan atau krakter. Akhlak berarti budi pekerti, watak

dan kesusilaan yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap

jiwa yang benar terhadap khaliqnya dan terhadap sesama manusia

(Abdullah, 2003: 326).

Secara terminologis, akhlak menurut Al-Ghazali adalah suatu

sifat yang tetap pada jiwa seseorang, yang mendorong untuk

(28)

14

pemikiran (Abdullah, 2003:326). Akhlak dibagi menjadi dua yaitu

akhlak mahmudah yang artinya akhlak yang baik dan akhlak

mazmumah yaitu akhlak yang buruk. Ukuran untuk menetapkan

akhklak adalah al-Qur’an dan sunnah.

b. Moral

Taufiq Rahman, (1999:9 ) kata “moral” (bahasa Inggris) yang

berarti ajaran tentang baik buruk yng diterima umum mengenai

perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Bahasa Al-Qur’an yang

identik dengan istilah ini adalah kata “akhlak”. Saliman dan Sudarso

(1994: 149) menyatakan di dalam kamus pendidikan dan pengajaran,

bahwa kata moral secara etimologis berasal dari bahasa latin mores

yang berarti adat kebiasaan yang menjadi dasar baik atau buruk.

Sedangkan secara terminologis moral adalah nilai-nilai atau adat

kebiasaan yang bersumber dari masyarakat baik secara terpaksa

atupun tidak. Moral bermanfaat untuk menentukan batas-batas dari

sifat-sifat atau perbuatan-perbuatan yang dapat dinyatakan baik atau

buruk dan benar atau salah.

c. Etika

Dari segi etimologi (ilmu asal-usul kata), etik berasal dari bahasa

Yunani, ethosyang berarti watak kesusilaan atau adat. Adapun arti

etika dari segi istilah telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan

yng berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Ahmad Amin

(29)

15

buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,

menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan

mereka dan menunjukkan jalan yang harus dituju oleh manusia di

dalam perbuatan merekan dan menunjukkan jalan untuk melakukan

apa yang seharusnya diperbuat Abudin Nata (2002:88)

d. Budi pekerti

Istilah budi pekerti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2010:170)terdiri dari dua kata, yaitu budi dan pekerti yang tidak

dapat dipisahkan, kedua kata tersebut adalah bagian yang saling

terkait. Budi berarti panduan akal dan perasaan untuk menimbang

baik buruk. Pekerti berarti perangai, tingkah laku, akhlak. Dengan

demikian budi pekerti berarti kesadaran yang ditampilkan oleh

seseorang dalam berperilaku.

Dari pengertian pendidikan dan budi pekerti dapat diartikan

pendidikan budi pekertimerupakan program pengajaran di sekolah

yang bertujuan mengembangkan watak atau tabiatsiswa dengan cara

menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan

moral dalam hidupnya melalui kejujuran, disiplin, dan kerja sama

yang lebihditekankan pada ranah afektif (perasaan dan sikap) tanpa

meninggalkan ranah kognitif(berpikir rasional) dan ranah

psikomotorik (keterampilan, terampil mengolah data,mengemukakan

(30)

16

Persamaan antara moral, etika, akhlak dan budi pekerti dapat

dilihatdari fungsinya yang sama-sama menentukan nilai sutu

perbuatan yang dilakukan oleh manusia dari aspek baik dan

buruknya, benar dan salahnya, dan bertujuan untuk memberikan

petunjuk bagi kehidupan manusia secara lahir dan batin. Sedangkan

perbedaan antara moral, etik, akhlak, dan budi pekerti yaitu moral

adalah nilai-nilai yang bersumber dari masyarakat baik karena

terpaksa ataupun tidak, etika adalah ilmu yang mempelajari tentang

bentuk-bentuk moral, akhlak adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa

seseorang yang mendorong untuk melakukan suatu perbuatan dengan

mudah tanpa membutuhkan pemikiran, sedangkan budi pekerti adalah

suatu persediaan yang telah ada pada jiwa seseorang, yang dapat

menimbulkan tingkah laku dengan mudah, tanpa membutuhkan

pemikiran.

3. Komponen budi pekerti

Menurut Pusbangkurandik, Balitbang dikbud, pendidikan budi pekerti

dikategorikan menjadi tiga komponen yaitu :

a. Keberagamaan, terdiri dari nilai-nilai,pertama, kekhususan hubungan

dengan Tuhan, kedua, kepatuhan kepada agama, ketiga, niat baik dan

keikhlasan, keempat, perbuatan baik, kelima, pembalasaan atas

perbuatan baik dan buruk.

b. Kemandirian, terdiri dari nilai-nilai, pertama, harga diri, kedua,

(31)

17

kemajuan, cinta ilmu, tehnologidan seni), keempat, rasa tanggung

jawab, kelima, keberanian dan semangat, keenam, keterbukaan,

ketujuh, pengendlian diri.

c. Kesusilaan, terdiri dari nilai-nilai,pertama cinta dan kasih sayang,

kedua kebersamaan, ketiga kesetiakawanan, keempat gotong-royong,

kelima tenggangrasa, keenam hormat menghormati, ketujuh

kelayakan kepatuhan, kedelapan rasa malu, kesembilan kejujuran dan

yang kesepuluh pernyatan terima kasih, permintaan maaf (rasa tahu

diri). (Depdikbud, 1977:42).

Adapun aspek-aspek yang ingin dicapai dalam pendidikan budi

pekerti adalah tiga ranah yang popular di kalangan dunia pendidikan yang

menjadi lapangan dalam pembentukan kepribadian peserta didik;pertama,

kognitif, mengisi otak, mengajarinya dari tidak tahu menjadi tahu, dan

pada tahap berikutnya dapat membudayakan akal pikiran sehingga dia

dapat memfungsikan akalnya menjadi kecerdasaan intelegensia. Kedua,

afektif, yang berkenaan dengan persaan, emosional, pembentukan sikap

didalam diri priibadi seseorang dengan terbentuknya sikap simpati,

antipasti, mencintai, membenci, dan lain sebagainya. Sikap ini semua

dapat digolongkan sebagai kecerdasan emosional.Ketiga, psikomotorik

adalah berkenaan dengan perbuatan, perilaku, dan seterusnya. (Haidar,

(32)

18

4. Tujuan budi pekerti

Tujuan pendidikan budi pekerti adalah untuk mengembangkan nilai,

sikap dan perilaku siswa yang memancarkan akhlak mulia/budi pekerti

luhur (Haidar:2004). Hal ini mengandung arti bahwa dalam pendidikan

budi pekerti, nilai-nilai yang ingin dibentuk adalah nilai-nilai akhlak yang

mulia, yaitu tertananmnya nilai-nilai akhlak yang mulia kedalam diri

peserta didik yang kemudian terwujud dalam tingkah laku. Dapat

dikatakan bahwa hakekat dari tujuan pendidikan budi pekerti adalah

membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, warga

masyarakat dan Negara yang baik (Muhtadi,2010:6).

Secara rinci tujuan pendidikan budi pekerti menurut Cahyoto (2002)

dalam Eni (2009:9-13) dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) mendorong

kebiasaan berperilaku terpuji sesuai nilai-nilai universal dan tradisi

budaya yang religius; (2) menanamkn jiwa kepemimpinan dan tanggung

jawab; (3) memupuk ketegaran mental peserta didik agar tidak terjerumus

pada perilaku yang menyimpang, baik secara individu maupun sosial, dan

(4) meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat tercela yang dapat

merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

5. Tahapan budi pekerti

Tahapan pertama yaitu pada masa anak-anak, yaitu dengan

membiasakan bertingkah laku serta berbuat menurut peraturan atau

kebiasaan yang umum. Jadi pada masa anak-anak yang dimulai di dalam

(33)

perilaku-19

perilaku yang baik, mulai dari hal yang sederhana sampai yang sulit

dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Misalnya:

bangun pagi, makan bersama, mandi dua kali sehari, berpakaian rapi dan

bersih, mencuci tangan setiap akan makan, berdoa setiap akan melakukan

kegiatan, berpamitan/meminta izin setiap kali akan berpergian dan

lain-lain.

Tahap kedua yaitu pada usia beranjak dewasa yaitu mulai diberi

pengertian tentang tingkah laku kebaikan dan menghindari keburukan

dalam kehidupan sehari-hari, dan ditanamkan sikap tentang sopan santun,

kesusilaan, unggah-ungguh. Untuk menanamkan hal tersebut dapat

melalui kegiatan Kepemudaaan, Pramuka, OSIS, Kelompok Pecinta

Alam, Kegiatan Palang Merah Remaja, Olahraga, Ikatan Remaja Masjid,

dan lain-lain.

Tahap ketiga yaitu pada usia dewasa, yaitu mulai ditanamkannya

norma-norma kehidupan beragama, berbangsa, bermasyarakat, mengerti

dan memahami norma etika, hukum, kesusilaan, kebudayaan, adat istidat.

Dalam penanaman budi pekerti disini harus meliputi teori dan praktik

Ngerti, Ngrasa, Nglakoni” artinya bahwa dalam melaksanakan

pendidikan budi pekerti haruslah tertanam pengertian yang betul-betul

dipahami, dan merasa sebagai suatu kebutuhan, kemudian

melaksanakannya.

(34)

20

Prinsip dasar pemikiran budi pekerti, diantaranya adalah sebagai

berikut:

a. Menggunakan nilai utma etika sebagai dasar pendidikn budi pekerti

yang baik.

b. Budi pekerti yang harus didefinisikan secara konferahensif pada cara

berfikir perasaan dan perilku.

c. Pendidikan budi pekerti yang efektif sebaiknya merupakan

pendekaatan yang terencana, proaktif dan menyeluruh yang mengarah

pada nilai-nilai dasar pada setiap tingkatan dari kehidupan sekolah.

d. Sekolah harus menjadi sebuah komunitas yang peduli.

e. Untuk membangun pekerti siswa membutuhkan kesempata dalam

melakukan tindakan dari kehidupan sekolah.

f. Pendidikan budi pekerti yang efektif seharusnya bermakna dan

kurikulum dapat membantu siswa dalam kesuksesannya.

g. Pendidikan budi pekerti harus dapat mendorong siswa untuk

mengembangkan motivasi dalam diri siswa.

h. Seluruh staf harus menjadi komunitas pembelajaran dan komunitas

moral, sama-sma bertanggung jawab dalam pendidikan budi pekerti

dan menjalankan nilai-nilai dasar yang sama untuk dapat memandu

pendidikan para siswa.

i. Pendidikan budi pekerti membutuhkan pembagian dukungan dan

(35)

21

j. Sekolah harus melibatkan orang tua dan anggota komunitas sebagai

rekan utama dalam upaya pengembangan budi pekerti.

k. Evaluasi pendidikan budi pekerti harus dapat mengukur budi pekerti

sekolah, staf dan seberapa siwa mengimplementsikan budi pekerti

yang dibangun(

pgsd-pgsd.blogspot.co.ic/2014/10/etika-dan-budipekerti.html?m=1) diakses 15 Agustus 2017 10.04 WIB

B. Disiplin

1. Pengertian disiplin

Disiplin berasal dari bahasa latin “discipline” yang berarti latihan atau

pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat

(Martoyo, 1994: 56). Melalui pendidikan dan latihan setiap individu atau

kelompok dapat ditanamkan tabiat dasar sebagai landasan mewujudkan

tujuan yang hendak dicapai.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), menyatakan bahwa

disiplin adalah:

a. Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya).

b. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib.

c. Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu.

Dalam ilmu pendidikan, dikenal dua istilah yaitu disiplin dan

ketertiban. Menurut Arikunto (1993:114): ketertiban menunjukan pada

kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tatatertib karena

didorong atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar, misalnya

(36)

22

kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena

didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Biasanya

ketertiban terjadi lebih dahulu baru kemudian berkembang menjadi

disiplin.

Menurut Singgih Gunarsa (2002:136) bahwa fungsi utama disiplin

adalah untuk melakukan pelanggaran harus ditetapkan berdasarkandan

atau sesuai dengan peraturan yang berlaku. Rumusan sanksi

berat-ringannya hukuman harus terlebih dahulu mendapat pertimbangan logis

dan adil.

Sedang “disiplin sekolah” didefinisikan sebagai karakteristik dan

jenis keadaan serba teratur pada suatu sekolah tertentu atau cara-cara yang

mana keadaan teratur itu diperoleh; pemeliharan kondisi yang membantu

kepada pencapaian fungsi-fungsi sekolah (Sutrisna, 1987:97).

Juga Webster’s New World Dictionary memberikan sejumlah definisi

kepada kata “disiplin” itu, empat yang pokok diantaranya adalah sebagai

berikut:

1) Latihan yang mengembangkan pengendalian diri, karakter atau

keadaan serba teratur dan efisien.

2) Hasil latihan serupa itu; pengendalian diri, perilaku yang tertib.

3) Penerimaan atau keptuhan terhadap kekuasaan dan kontrol;

(37)

23

Dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap disiplin adalah suatu bentuk

kepatuhan dan ketaatan pada sutau perturan yang berlaku. Meskipun

dengan dorongan rasa terpaksa, nantiny akan terbiasa.

2. Unsur-unsur disiplin

Hurlock (2011;92) membagi unsur-unsur disiplin menjadi tiga yaitu:

a. Peraturan dan hukum yang berfungsi sebagai pedoman penilaian yang

baik.

b. Hukuman bagi pelanggaran peraturan dan hukum. Hukuman yang

diberikan berupa sanksi yang mempunyai nilai pendidikan dan tidak

hanya bersifat menakut nakuti saja, akan tetapi bersifat menyadarkan

anak agar tidak mengulangi perbuatannya lagi

c. Hadiah untuk perilaku yang baik atau usaha untuk berperilaku sosial

yang baik. Hadiah dapat duberikan dalam bentuk verbal dan non

verbal agar anak lebih termotivasi untuk berbuat baik lagi.

Dapat disimpulkan bahwasannya unsur dari disiplin yaitu adanya

peraturan, hukuman bagi si pelanggar peraturan tersebut dan hadiah untuk

yang menaati peraturan yang ada agar termotivasi terus untuk berbuat

baik.

3. Macam-macam disiplin

Pembahasan mengenai macam-macam disiplin dijelaskan oleh Tu’u,

(38)

24

a. Disiplin otoritarian

Disiplin otoritarian merupakan suatu disiplin yang bersifat

memaksa kehendak orang lain untuk menaati suatu peraturan yang

berlaku. Tanpa mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan.

Apabila ada yang melanggar disiplin tersebut maka akan

mendapatkan sanksi. Begitu juga sebaliknya, apabila dapat menaati

peraturan kurang mendapatkan penghargaan karena disiplin

otoritarian ini bersifat wajib.

b. Disiplin permisif

Disiplin permisif ini merupkan disiplin yang bersifat bebas,

seseorang bebas mengambil keputusan dan bebas bertindak sesuai apa

yang diinginkan. Dalam disiplin ini juga tidak ada sanksi bagi

pelanggarnya. Namun pada disiplin ini akan mengalami kebingungan

karena seseorang tidak mengetahui mana yang diperbolehkan dan

mana yang tidak boleh.

c. Disiplin Demokrasi

Pendekatan disiplin demokrasi dilakukan dengan memberikan

penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami

mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada,

sanksi disiplin diberikan kepada seseorang yang melanggar sebagai

upaya menyadarkan, mengoreksi dan mendidik. Disiplin demokrasi

berusaha mengembangkan disiplin yang muncul karena kesadaran

(39)

25

mantap. Dalam disiplin ini, peserta didik memiliki tanggung jawab

dan kemandirian yang tinggi.

4. Faktor yang memengaruhi pembentukan disiplin

Menurut Dodson dalam Wantah (2005:180) menyebutkan lima faktor

penting dalm pembentukan disiplin anak yaitu:

a. Latar belakang dan kebiasan dalam keluarga

Bila orang tua membiasakan diri dari kecil terbiasa hidup dalam

lingkungan yang keras, tidak memiliki disiplin, tidak menghargai

orang lain, bertingkah laku semaunya, maka kebiasaan itu akan

terbawa ketika orang tua membimbing dan menanamkan disiplin pada

anaknya.

b. Sikap dan karakter orang tua

Faktor ini sangat mempengaruhi cara-cara orang tua dalam

menanamkan disiplin pada anaknya. Orang tua selalu menganggap

dirinya benar dan tidak memperdulikan orang lain akan cenderung

membina disiplin anak-anaknya secara otoriter.

c. Latar belakang pendidikan dan status sosial ekonomi keluarga

Orang tua yang menganggap pendidikan menengah keatas dan

memiliki status sosial ekonomi baik, dapat memenuhi kebutuhan

keluarga seperti pangan, sandang pemukiman kesehatan, dan

pendidikan dapat membentuk disiplin yang lebih terencana,

(40)

26

pendidikan rendah dan secara ekonomi tidak mampu memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari yang layak.

d. Keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga.

Sebuah keluarga yang tidak harmonis atau broken home akan

memebri pengaruh negatif terhdap penanaman disiplin pada anak.

e. Cara-cara dan tipe perilaku parental, yaitu perilaku orang tua dalam

membimbing, mendidik dan menanamkan disiplin pada anak.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasannya orang tua

sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap disiplin siswa. Keluarga

yang bermasalah akan memberikan dampak negative kepada anak dalam

masalah kepribadian dan kedisiplinan.

Menurut John Pearce dalam Ningsih (2004:80) menyebutkan empat

faktor yang harus diperhatikan dalam mendisiplinkan anak yaitu sebgai

berikut:

a. Kepribadian anak

Anak yang peka (sensitive) yang mudah resah, biasanya sangat

responsive terhadap segala macam disiplin dan juga terhadap suasana

hati orang lain. Orang tua tidak perlu meninggikan suara atau

bersikap keras.

b. Usia anak

Anak yang lebih kecil, memerlukan penanaman disiplin yang

(41)

27

dimengerti. Anak yang lebih besar memerlukan jenis disiplin yang

mendorong pengendalian diri dan tanggung jawab.

c. Kepribadian orang tua

Kepribadian orang tua cenderung mempengaruhi cara menangani

anak, tetapi yang penting tidak membiarkan pengaruh kepribadian

orang tua menjadi terlalu besar.

d. Pengalaman disiplin anak

Pengalaman anak pada masa lampau akan menjadi slah satu

faktor yang menyebabkn disiplin anak pada masa yang akan datang.

Jadi sebagai orang tua harus selalu mengawasi kegiatan anak.

5. Fungsi disiplin

Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata

kehidupn berdisiplin yang akan mengatur seorang peserta didik sukses

dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Tu’u dalam (Ma’sumah, 2015:19

-22) menjelaskan fungsi diisplin yaitu sebagai berikut:

a. Menata kehidupan bersama

b. Menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai oraang lain

dengan cara mentati dan mematuhi peraturan yang berlaku

c. Membangun kepribadian

d. Membuaat seseorang terbiasa buntuk mengikuti, mematuhi, mentaati

aturan-aturan yang berlaku.

e. Melatih kepribadian

(42)

28

g. Menyadari bahwa perbuatan yang salah akan membawa akibat yang

tidak menyenangkan dan harus ditanggung olehnya

h. Menciptakan lingkungan kondusif

i. Menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang baik yaitu

kondisi aman, tentram, tertib, teratur, saling menghargai dan

hubungan pergaulan yang baik sehingga potensi dan prestasi peserta

(43)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian

Kualitatif. Penelitian Kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian

yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,

aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara

individual maupun kelompok. (Sukmadinata, 2008:60)

Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian

ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang Implementasi

Pelajaran Budi Pekerti dalam Membentuk Sikap Disiplin Siswadi SMP Negeri

6 Salatiga Tahun 2017.

Sesuai tema yang diambil, jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian lapangan (field research). Yaitu peneliti berangkat ke lapangan

untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan

ilmiah (J. Moeleong, 2006:26), alasan peneliti menggunakan jenis penelitian

ini adalah peneliti bermaksud melakukan analisis secara mendalam dibantu

dengan data yang diperoleh di lapangan sesuai dengan teori yang relevan yang

(44)

30 B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP 6 Salatiga yang terletak di Jalan

Tegalrejo Raya, Tegalrejo, Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50733.

Adapun subjek penelitian adalah komponen pendidikan meliputi : kepala

sekolah, waka kesiswaan, guru wali kelas, dan siswa.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara

langsung (Arikunto, 2006:145). Digunakan untuk mendapatkan data

tentang Peranan Implementasi Pelajaran Budi Pekerti dalam Membentuk

Sikap Disiplin Siswa di SMP Negeri 6 Salatiga.

Sehubungan dengan itu, guna memperoleh data dengan melalui

wawancara, para informan telah ditentukan berdasarkan dengan

pelaksanaan pelajaran budi pekerti dan sikap disiplin siswa. Adapun

sumber data dalam penelitian ini yaitu : kepala sekolah, waka kesiswaan,

guru wali kelas, dan siswa.

2. Sekunder

Sumber data sekunder adalah pendukung atau penunjang penelitian

ini (Arikunto, 2006:145). Sumbernya berupa dokumen, arsip, buku, karya

(45)

31 D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan berbagai metode pengumpulan data untuk

memperoleh data yang diperlukan, metode tersebut antara lain:

1. Observasi

Marsal (1995) menyatakan bahwa, melalui observasi peneliti belajar

tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut (Sugiyono, 2014:309).

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mengadakan pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian

terhadap objek (Arikunto, 2002:132). Metode observasi ini digunakan

untuk mengetahui kegiatan siswa, sarana prasarana yang ada, layanan

khusus yang tersedia, kegiaatan guru, dan gambaran lainnya

2. Wawancara

Esterberg (2002: 35) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan

dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga

mendapatmakna dalam suatu topik bahasan. Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,

termasuk juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden

yang lebih mendalam.

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi

terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara

(46)

32

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode mencari data yang berupa catatan, buku,

jurnal dan sebagainya (Arikunto, 2002:206). Dokumentasi merupkan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi

merupakan pelengkap dari metode observasi dan wawancara. Hasil

penelitian dari observasi atau wawancara akan lebihkredibel atau dapat

dipercaya kalau didukung oleh adanya dokumentsi. Pengumpulan

dokumentasi yang berkaitan dengan objek penelitian berupa buku sejarah,

buku profil sekolah, pajangan struktur, buku informasi pendataan siswa

dan guru, kurikulum pelajaran dan perangkat pembelajaran.

E. Teknis Analisis Data

Susan Stainbackm mengemukakan bahwa analisis data merupakan hal

yang penting dalam proses penelitiaan kulitatif. Analisis digunakan untuk

memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat

dikembangkan dan dievaluasi. Bogdan menyatakan bahwa analisis data

kualitatif sebagai proses mencari dan menyusun data secara sistematis yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,

sehingga dapat mudah dipahami. Analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain

(47)

33

Analisis data kualitatif (Bogdan & Taylor, 1992:56) adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya,

mencari dan menemukan pola, lalu menemukan apa yang penting dipelajari

dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dengan

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya dalam

bentuk uraian atau laporan terperinci.

2. Reduksi data, peneliti memotong data yang tidak perluuntuk dibuang.

Laporan yang diambil hanya yang pokok saja, difokuskan pada hal-hal

yang penting.

3. Verifikasi data, sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari makna data

yang dikumpulkannya, kemudian disimpulkan untuk menjawab tujuan

penelitian.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Burhan Bungin, (2004:99) menyatakan bahwa keabsahan data

dilakakukan untuk meneliti kredibilitsnya menggunakan teknik kehadiran

peneliti di lapangan, observasi mendalam, triangulasi (menggunakan beberapa

sumber, metode, peneliti, dan teori)pembahasan melalui diskusi, melacak

kesesuaian dan pengecekan anggota.

Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah

benar-benar valid, maka peneliti menggunakan cara triangulsi metode, yakni

(48)

34

kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya

dari pihak kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya dengan menggunakan

metode yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk membandingkan

informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar

terhindar dari persamaan penelitian. Untuk memperoleh keabsahan data

tersebut, maka teknik yang dilakukan:

1. Triangulasi

Tringulasi adalah pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding data (Moleong, 2002:178), hal itu dapat dicapai dengan jalan

membandingkan data hasil pengamat dengan hasil wawancara atau dapat

juga dengan membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang

situasi penelitian dengan apa yang dikatakan disepanjang waktu.

2. Menggunakan bahan referensi

Penggunaan bahan referensi sangat membantu dan memudahkan

peneliti dalam pengecekan keabsahan data karena dari referensi yang ada

sebagai pendukung dari observasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Menurut Eister dalam (Moleong, 2002:181) kecukupan referensi sebagai

alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan teknik untuk keperluan

evaluasi.

G. Tahap-tahap penelitian

Adapun tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh penulis sebagai berikut:

(49)

35

Peneliti menyusun proposal dan landasan teori penelitian.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

a. Pengumpulan data

Peneliti mengadakan wawancara kepada kepala sekolah dan

perwakilan setiap bagian manajemen, mengadakan observasi dan

dokumentasi.

b. Melakukan reduksi data

Data yang sudah terkumpul direduksi untuk memudahkan peneliti

dalam mengnalisis data yang diperlukan.

3. Tahap akhir penelitin

a. Menyajikan data dalam bentuk deskriptif.

(50)

36 BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS

A. Papran Data Lokasi Penelitian

1. Profil dan Sejarah SMP Negeri 6 Salatiga

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Salatiga, adalah SMP

Negeri tertua ke-6 di Kota Salatiga, berdiri pada tahun 1982 tepatnya

bulan Agustus 1982. Sebelum berdirinya bangunan SMP Negeri 6

Salatiga menginduk pada SMP Negeri 6 Salatiga dengan Kepala sekolah

dijabat oleh Suahrdi, BA. Pada saat itu akses menuju ke SMP Negeri 6

Salatiga sangat sulit, karena jalannya masih belum terjangkau. Akan

tetapi, SMP Negeri 6 Salatiga berkembang seiring dengan perkembangan

sosial dan budaya masyarakat Kota Salatiga baik kuantitas maupun

kualitas.

Era tahun 1985 jumlah rombongan belajar masing-masing Kelas I : 3

rombongan belajar, Kelas II : 3 rombongan belajar, dan Kelas III : 3

rombongan belajar, jadi jumlah seluruhnya 9 rombongan belajar.

Kemudian tahun 1996 jumlah kelas mulai bertambah 1 rombongan

belajar, dan tahun 1998 hingga sekarang menjadi 24 rombongan belajar.

Dilihat prestasi akademis maupun non akademis hampir setiap tahun

masuk nominasi pada tingkat Provinsi Jawa Tengah. Awal tahun

Pelajaran 2009/2010 SMP Negeri 6 Salatiga ditetapkan oleh Dirjend.

Pendidikan Dasar dan Menengah Sebagai Sekolah Standar Nasional

(51)

37

kemajuan SMP Negeri 6 Salatiga itu sendiri, baik di tingkat

Kabupaten/Kota, Provinsi bahkan tingkat Nasional.

2. Identitas sekolah:

Nama Sekolah : SMP Negeri 6 Salatiga

NISN : 200060

NSS : 201036201006

NPSN : 20328439

Provinsi : Jawa Tengah

Otonomi : Daerah

Kabupaten / Kota : Kota Salatiga

Kecamatan : Argomulyo

Kelurahan : Tegalrejo

Jalan Dan Nomor : Jl. Tegalrejo Raya

Kode Pos : 50733

Telepon : (0298) 323851

Email : [email protected]

Website : smpn6salatigakota.sch.id

Status Sekolah : SMPSSN

Akreditasi : “A” Tahun 2010

Tahun Berdiri : 1982 No : 0299/O/1982 Tgl, 9 Oktober

1982

Kegiatan Kbm : Pagi

(52)

38

Luas Tanah : 14.100 M2

Luas Bangunan : 3.213 M2

Lokasi Sekolah : Tegalrejo Argomulyo

Jarak Ke Pusat Kecamatan : 3 Km

Jarak Ke Pusat Kota : 2,5 Km

Organisasi Penyelenggara : Pemerintah

3. Visi dan Misi SMP Negeri 6 Salatiga

a. Visi

Unggul Dalam Mutu, Berpijak Pada Iman dan Taqwa, Yang

Berwawasan Lingkungan

Dengan Motto “ EKSIS BERSAHABAT” (Edukatif, Kreatif,

Santun, Iman-Taqwa, Sukses, Bersih, Sehat, Asri, Harmonis, Aman,

dan Berbudaya Tertib”)

b. Misi

1) Meningkatkan disiplin belajar dan mengajar secara

berkesinambungan.

2) Meningkatkan prestasi akademik dan non-akademik.

3) Mewujudkan lingkungan belajar yang kondusif.

4) Merealisasi penghayatan, pengamalan keimanan dan ketaqwaan

melalui kegiatan ibadah di sekolah sesuai dengan agama dan

kepercayaan masing-masing.

(53)

39

4. Program SMP Negeri 6 Salatiga

Rencana pengembangan sekolah :

a. Fisik

1) Menambah ruang kelas untuk memenuhi kebutuhan minimal.

2) Mengoptimalkan penggunaan laboratorium Biologi dan Fisika

3) Memperbaiki Laboratorium Bahasa

4) Merenovasi ruang kelas

5) Menata lingkungan belajar

6) Menyediakan sumber pembelajaran yang berbasis lingkungan

7) Melengkapi sarana-prasana menuju Sekolah Sehat.

b. Keimanan dan Akhlak Mulia

1) Melanjutkan kegiatan membaca Al qur’an dan Asmaul Husna

setiap hari Jum’at pada hari efektif bagi siswa muslim.

2) Melanjutkan kegiatan pendalaman Alkitab bagi siswa Kristen dan

Katholik.

3) Melanjutkan kegiatan Shollat Berjama’ah setiap hari Senin –

Kamis pada hari efektif.

4) Melanjutkan kegiatan Shollat Jum’at berjamaah setiap hari Jum’at

pada hari efektif.

5) Melaksanakan kegiatan Infaq setiap hari Jum’at bagi siswa yang

beragama Islam dan Persembahan bagi siswa yang beragama

(54)

40

6) Melaksanakan kegiatan Shollat Idul Adha dengan mempraktikan

berkurban.

7) Melaksanakan kegiatan dalam rangka peringatan hari besar

keagamaan.

8) Melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler keagamaan seperti Baca

Tulis Alqur’an, Qiroah, Tahfidzul Qur’an, Kajian Alkitab.

9) Melaksanakan kegiatan Pengajian bagi guru dan karyawan

SMPNegeri 6 Salatiga.

10) Melaksanakan budaya salam dan berjabat tangan.

5. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan

Sebagai sekolah yang berwawasan keunggulan, SMP Negeri 6

Salatiga bertujuan:

a. Unggul dalam kegiatan keagamaan dan kepedulian sekolah.

b. Unggul dalam perolehan nilai Ujian Nasional.

c. Unggul dalam persaingan masuk ke jenjang SMA/SMK Negeri.

d. Unggul dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama

bidang komunikasi, Sains dan Matematika.

e. Unggul dalam lomba Olahraga, KIR, Kesenian, PMR, Paskibra, dan

Pramuka.

f. Unggul dalam kebersihan dan penghijauan sekolah.

6. Sarana dan Prasarana

Lingkungan belajar nyaman dan mudah dijangkau oleh transportasi

(55)

41

syarat bagi keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. SMP Negeri 6

Salatiga terletak di tempat yang srategis tepatnya di jalan yang dapat

diakses oleh semua transportasi umum, hal ini memudahkan bagi setiap

pelanggan yang hendak berhubungan dengan pihak kami. Secara

planologis letak SMP Negeri 6 Salatiga berada wilayah Tegalrejo,

Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga di Provinsi Jawa Tengah, yang

dikelilingi oleh beberapa pepohonan yang hijau dan pemandangan yang

sangat indah. Selain itu juga didukung oleh tatanan organisasi dan sistem

manajemen yang siap menghadapi persaingan global. Tidak

mengherankan bila banyak peserta pendidikan dan pelatihan maupun para

stake holders memberikan komplimen terhadap organisasi ini dari sisi

geografis.

Beberapa fasilitas yang ditawarkan SMP Negeri 6 Salatiga ini adalah:

a. Laboratorium Multimedia.

Di ruangan inilah pihak dari SMP Negeri 6 Salatiga biasa

melakukan pertemuan dengan tamu-tamu dari pihak lain. Dalam

ruangan ini fasilitasnya cukup memadai, karena telah dilengkapi

dengan sound system yang baik dan enak didengarkan, selain itu juga

ada fasilitas LCD Proyektor untuk menampilkan presentasi

b. Ruang Belajar.

Terdapat sejumlah 24 ruang untuk pembelajaran teori bagi siswa

(56)

42

seperti Laboratorium IPA, Laboratorium Komputer dan Ruang

Ketrampilan, yang kesemuanya itu dibangun guna mempermudah dan

mengefektifkan pembelajaran bagi siswa SMP Negeri 6 Salatiga.

c. Pusat Informasi.

Perpustakaan SMP Negeri 6 Salatiga memiliki stok buku yang

sangat banyak. Yang terdiri dari buku pelajaran, BSE, buku fiksi,

buku non fiksi, Al-Qur’an, atlas,dan buku referensi yang ditulis dalam

bahasa Indonesia, Inggris, belum termasuk majalah dan penerbitan

lainnya. Di dalam perpustakaan juga disediakan peta, globe dan

berbagai peralatan pendukung lain untuk mempermudah

pembelajaran. Juga termasuk data elektronik melalui e-mail dan akses

internet yang dapat digunakan setiap.

7. Hasil-Hasil Yang Diharapkan Dari Kegiatan KBM

a. Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara

mantap

1) Nasionalisme dan pratiotisme dan berkepribadian Pancasila

2) Motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi dan

keunggulan

3) Wawasan Iptek yang mendalam

4) Kepekaan sosial sifat kepemimpinan yang baik

5) Disiplin tinggi

6) Kondisi fisik yang prima

(57)

43

8) Mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

8. Indikator-Indikator Keberhasilan KBM

a. Rata-rata NEM keluar ( output ) minimal 7,0

b. Prosentase keluaran yang diterima di berbagai sekolah lanjutan

favorit cukup tinggi

c. Pengelolaan ekstrakulikuler dapat menunjang bakat siswa.

9. Upaya-Upaya yang ditempuh Dalam Mencapai Tujuan

Sekolah dikelola dengan mendasarkan pada pengelolaan persekolahan

SMP Negeri 6 Salatiga yang terbagi dalam bidang-bidang sebagai berikut:

a. Pengelolaan bidang kurikulum

1) Struktur kurikulum

Struktur kurikulum di SMP Negeri 6 Salatiga meliputi

substansi pembelajaran yang terdiri atas sejumlah mata pelajaran,

muatan lokal, dan pengembangan diri.

2) Teknik dan kiat pelaksanaan kurikulum

Untuk meningkatkan prestasi belajar yang memadai, SMP

Negeri 6 Salatiga melakukan terobosan dalam pelaksanaan

kurikulum, antara lain:

a) Lokakarya persiapan kegiatan belajar mengajar

b) Peningkatan hasil belajar siswa

c) Pemantapan mental dan keterampilan teknis

d) Peningkatan keimanan dan ketaqwaan

(58)

44

Untuk menunjang proses belajar mengajar, perpustakaan

SMP Negeri 6 Salatiga selalu berupaya untuk membeli

buku-buku pelajaran, ensiklopedia baru, maupun kumpulan soal-soal.

Namun itu saja belum cukup, karena masih kurangnya tempat dan

juga waktu siswa untuk membaca di dalam perpustakaan.

b. Pengelolaan Bidang Kesiswaan

1) Kegiatan ekstrakulikuler

Kegiatan ekstrakulikuler yang ada di SMP Negeri 6

Salatigaterdapat berbagai macam kegiatan yang tentunya para

siswa dapat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sesuai dengan

bakat dan minatnya. Kegiatan ekstrakulikuler antara lain:

Paskibra, Pramuka, Futsal, Drum Band, BTQ, Voli, Tari,

Menyanyi, Gamelan, Band.

2) Penanaman citra keteladanan

Untuk menanamkan citra keteladanan, SMP Negeri 6

Salatiga selalu melakukan masa pengenalan sekolah bagi siswa

baru dengan tujuan membuat peserta didik selalu mencintai

sekolah dan almamater dengan pedoman bahwa sekolah adalah

rumah kedua setelah rumah sendiri.

3) Hubungan siswa dengan guru

Hubungan siswa dan guru diupayakan tertanam secara

harmonis, akrab, penuh penghormatan. Pengembangan hubungan

(59)

45

pengembangan kultur sekolah yang harmonis dan saling

menghormati.

c. Pengelolaan bidang hubungan masyarakat

1) Kerjasama dengan komite sekolah

Komite sekolah merupakan lembaga independen bekerjasama

dengan penyelenggara pendidikan dengan memberikan peran

yang sangat besar dalam memberikan sumbangan pemikiran

terhadap penyelenggara pendidikan di sekolah. Fungsi komite

sekolah adalah sebagai mitra utama sekolah untuk

menyelenggarakan pendidikan.

2) Hubungan dengan lingkungan masyarakat

Hubungan kerjasama ini dimaksudkan untuk:

a) Menjaga keamanan sekolah, dalam hal ini SMP Negeri 6

Salatiga dan lingkungannya

b) Menata dan menjaga taman sekolah.

c) Hubungan dengan instansi terkait

Dalam hal ini, hubungan yang sering dilaksanakan adalah

dibutuhkannya SMP Negeri 6 Salatiga sebagai tempat PPL

mahasiswa perguruan tinggi

d. Pengelolaan bidang sarana dan prasarana

Gambar

Gambar 4.1 Suasana pelajaran budi pekerti
Gambar 4.2 Materi budi pekerti tentang etika berpakaian
Gambar 4.4 Wawancara dengan waka kesiswaan
Gambar 4.7 (Wawancara dengan Guru PAI)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan melihat pengaruh belanja modal, ukuran pemerintah daerah, intergovernmental revenue dan pendapatan asli daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah

Pieter, Yustinus Adrian, An Observational Study on Verbal Interaction in Teacher-Student Talk in Reading Comprehension Classes in English Department of the College

[r]

(Segmen II) ………... Aturan Wajib Penataan Sub Kawasan Kawasan Pasar Lama... Aturan Anjuran Penataan Sub Kawasan Kawasan Pasar Lama... Aturan Wajib Penataan Sub Kawasan Kawasan Jalan

Di dalam Undang-Undang ini, terdapat perbedaan sanksi yang diberikan pada pelanggar, yaitu “Setiap orang yang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan,

f. Islam sangat menganjurkan untuk memberikan perhatian kepada anak- anak terlantar, miskin dan yatim. Didalam ajaran Islam, anak-anak terlantar, miskin dan yatim mereka

[r]

pada medikasi yang salah pada pasien. c) Jika pasien tidak yakin untuk meminum obat yang telah diresepkan,. verifikasi bahwa pemberi resep telah memesan obat