IMPLEMENTASI PELAJARAN BUDI PEKERTI
DALAM MEMBENTUK SIKAP DISIPLIN SISWA
DI SMP NEGERI 6 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendididikan
Oleh
ANJAR WIDIYANTI
NIM. 11113123
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
v
MOTTO
“Sebaik
-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang
lain.” (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni)
“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik,
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang mempunyai peranan
penting dalam hidupnya
1. Kepada kedua orang tuaku bapak Sugeng Harianto dan Nur Khasanah
serta nenekku yang paling tersayang, terimakasih telah menjadi orang tua
yang baik yang telah mendidikku, merawatku dengan penuh kasih sayang
dan penuh kesabaran yang tak ternilai harganya.
2. Terima kasih banyak untuk teman-temanku tercinta dan saudara-saudaraku
yang selama ini telah setia mendukungku, dan memberi semangat untuk
mengerjakan skripsi ini sehingga skripsi ini selesai.
3. Institut Agama Islam Negeri Salatiga, dimana tempat yang telah penulis
pilih untuk menuntut ilmu. Semoga ilmu yang diperoleh penulis dapat
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
4. Untuk keluarga besarku SMC dari angkatan Dedikato, Elano, Awarnes,
Willpower, Zealous, Cambioso, Extender, Fidelio, Cakrawangsa,
Gamananta dan Ovedio terima kasih untuk pengalaman dan ilmunya.
Salam melodi !!!
5. Untuk keluarga besarku SSC terimakasih untuk pengalaman yang sangat
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi
Muhammad Saw., yang telah mencapai puncak kesuksesan tertinggi sepanjang
kehidupan manusia yang pernah ada. Serta keluarga, sahabat dan pengikutnya
hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana
Pendidikanpada Jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan dorogan baik moril maupun materiil, sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ruang penulis mengucapkan
penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Dr. M.Gufron, M. Ag., selaku dosen Pembimbing Akademik
5. Bapak Rasimin, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi.
6. Bapak dan ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta
viii
administrasi dan informasi sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan .
Akhirnya penulis berharap, semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan
menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah Swt. Dalam penyusunan
skripsi ini, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal
ini dikarenakan keterbatasan dari segala aspek yang dimiliki oleh penulis
sendiri. Untuk itu, kritik dan saran terbuka luas dan selalu penulis harapkan
dari pembaca yang budiman guna kesempurnaannya. Mudah-mudahan skripsi
yang sederhana ini mampu memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Salatiga, 20 September 2017
ix
ABSTRAK
Widiyanti, Anjar. 2017. Implementasi Pelajaran Budi Pekerti Dalam Membentuk Sikap Disiplin Siswa di SMP Negeri 6 Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.Institut Agama Islam Negeri (IAN) Salatiga.
Pembimbing: Rasimin M. Pd
Kata Kunci: budi pekerti, sikap disiplin
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga. Fokus masalah yang akan dikaji adalah bagaimana implementasi pelajaran budi pekerti di SMP Negeri 6 Salatiga, apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga, dan apa saja hasil implementasi pelajaran budi pekerti siswa di SMP Negeri 6 Salatiga.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan dengan tahap persiapan, pelaksanaan, penyelesaian. Subjek penelitian adalah sikap disiplin siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan tiga komponen utama yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi data.
x A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Kegunaan Penelitian... 4
E. Definisi Operasional ... 5
F. Penelitian Terdahulu ... 7
G. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Budi Pekerti ... 11
1. Pengertian Budi Pekerti ... 11
2. Tinjauan Konseptual Tentang Budi Pekerti ... 13
3. Komponen Budi Pekerti ... 16
4. Tujuan Budi Pekerti ... 17
xi
6. Prinsip- Prinsip Dasar Pemikiran Pendidikan Budi Pekerti ... 19
B. Disiplin ... 21
1. Pengertian Disiplin ... 21
2. Unsur Disiplin ... 22
3. Macam- Macam Disiplin ... 23
4. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Disiplin ... 24
5. Fungsi Disiplin ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 29
B.Lokasi Penelitian ... 30
C.Sumber Data ... 30
D.Teknik Pengumpulan Data ... 31
E.Teknik Analisis Data ... 32
F. Pengecekan Keabsahan Data ... 33
G.Tahap- tahap Penelitian ... 35
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS A. Paparan Data Lokasi Penelitian ... 36
1. Profil dan Sejarah SMP Negeri 6 Salatiga ... 36
2. Identitas Sekolah ... 37
3. Visi-Misi ... 38
4. Program SMP Negeri 6 Salatiga ... 39
5. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan ... 40
xii
7. Hasil Yang Diharapkan Dari Kegiatan KBM ... 42
8. Indikator Keberhasilan ... 43
9. Upaya-Upaya Yang Ditempuh Dalam Mencapai Tujuan ... 43
B. Temuan Peneliti ... 46
1. Pelajaran Budi Pekerti ... 46
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pelajaran Budi Pekerti di SMP Negeri 6 Salatiga ... 50
3. Hasil Implementasi Pelajaran Budi Pekerti dalam Membentuk Sikap Disiplin Siswa di SMP Negeri 6 Salatiga ... 51
C. Analisis Data ... 53
1. Pelajaran Budi Pekerti ... 53
2. Implementasi Pelajaran Budi Pekerti ... 54
3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pelajaran Budi Pekerti di SMP Negeri 6 Salatiga58Hasil Implementasi Pelajaran Budi Pekerti dalam Membentuk Sikap D BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Suasana Pelajaran Budi Pekerti
Gambar 4.2 Materi Budi Pekerti
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2.Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 3.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 4.Surat Pengajuan Pembimbing
Lampiran 5.Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 6.Laporan SKK
Lampiran 7.Pedoman Wawancara
Lampiran 8. Daftar Responden
Lampiran 9. Jadwal Pelajaran SMP Negeri 6 Salatiga
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam arti yang luas disiplin mengacu pada pola tingkah laku yang kuat
untuk melaksanakan apa yang sudah menjadi norma, etik, dan peraturan yang
ada di masyarakat maupun di sekolah. Dengan disiplin, diharapkan siswa
dapat menaati dan melaksanakan peraturan yang telah ada. Berkaitan dengan
itu, kenyataan yang terjadi pada saat ini di sekolah, anak kurang disiplin dan
kurang memiliki rasa tanggung jawab di sekolah, misalnya; tidak
mengerjakan pekerjaan rumah (PR), mencoret-coret bangku, tidak tertibpada
saat upacara bendera, tidak berpakaian rapi, sering datang terlambat, kurang
hormat terhadap guru.
Hal ini merupakan dasar dalam pembentukan kepribadian siswa. Jika
kebiasaan ini tidak ditemukan pemecahan masalahnya maka tujuan
pendidikan nasional akan sulit terwujud. Sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional bahwa pendidikan harus dilaksanakan untuk meningkatkan akhlak
yang mulia dan budi pekerti luhur. Budi pekerti mempunyai peranan yang
penting dalam kehidupan manusia, budi pekerti merupakan pedoman
pembimbing dan pendorong dalam diri manusia untuk mencapai kualitas yang
lebih baik dan sempurna. Budi pekerti merupakan alat pengembang dan
pengendalian yang penting. Oleh karena itu budi pekerti sebagai dasar
penentu dalam perkembangan dan pembinaan rasa kemanusiaan, maka
2
Dari permasalahan di atas, terdapat banyak faktor yang memengaruhi
anak kurang menunjukkan sikap disiplin, diantaranya lemahnya perhatian
orang tua, orang tua sibuk dengan pekerjaannya, keluarga yang broken home,
pengaruh pergaulan lingkungan sekitar, penyalahgunaan teknologi, kurangnya
pendekatan dari orang tua dan juga guru di sekolah. Dalam hal ini, semua
aspek kehidupan harus terlibat untuk membenahi kedisiplinan dan budi
pekerti yang telah luntur.
Jika seorang anak berada di lingkungan sekolah, maka yang akan
mengajarkan pendidikan budi pekerti adalah semua orang dewasa di sekolah.
Secara terus-menerus, siswa akan mengamati tingkah laku dan kebiasaan
orang dewasa di sekolah seperti, guru, staff, pengelola kantin, sampai dengan
petugas kebersihan yang dilihat sebagai contoh model mana yang baik mana
dan yang buruk. Penyampain moral budi pekerti di dalam lingkungan sekolah
maupun di lingkungan masyarakat masih memiliki banyak kendala sehingga
kurangnya pemahaman akan arti dan manfaat budi pekerti tersebut. Hal itu
dapat terlihat dalam fenomena perilaku yang tidak santun, perilaku
kekerasan,dan pelanggaran-pelanggaran tata tertib sekolah lainnya.
Di sekolah pendidikan budi pekerti telah diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran yang relevan, seperti kewarganegaraan, agama, bahasa indonesia
ataupun bahasa daerah. Dengan usaha pemerintah yang seperti ini, budi
pekerti para peserta didik masih belum tercapai sesuai dengan apa yang di
inginkan oleh sekolah. Masih banyak pelanggaran-pelanggaran tata tertib
3
manusia yang mampu mengatur, mengendalikan diri yang menyangkut
pengaturan belajar. Maka erat hubungannya antara manusia sukses dengan
pribadi disiplin.
Untuk itu sekolah perlu melakukan strategi baru agar nilai pendidikan
budi pekerti dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Kebijakan
sekolah yang berbeda-beda membuat suatu sekolah menerapkan kebijakan
yang berbeda dengan sekolah lainnya. Demi tercapainya tujuan pendidikan
maka SMP Negeri 6 Salatiga menerapkan mata pelajaran tambahan yaitu
Budi Pekerti yang diwajibkan untuk semua peserta didik dari kelas VII-IX.
Jadwal mata pelajaran tambahan Budi Pekerti dilaksanakan pada hari Sabtu di
akhir jam. Pengambilan kebijakan seperti ini, penulis ingin meneliti
bagaimana peranan dari implementasi mata pelajaranBudi Pekerti dan
bagaimana peranannya dalam membentuk sikap disiplin peserta didik SMP
Negeri 6 Salatiga dengan judul skripsi “Implementasi Pelajaran Budi Pekerti
Dalam Pembentukan Sikap Disiplin Siswa Di SMP Negeri 6 Salatiga Tahun
Ajaran 2017/2018”
B. Fokus Penelitian
Adapun yang menjadi permasalahan skripsi ini adalah:
1. Bagaimana Implementasi Pendidikan Budi Pekerti di SMP Negeri 6
4
2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat pelajaran
budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin Siswa di SMP Negeri 6
Salatiga?
3. Apa saja hasil dari implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk
sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Implementasi Pendidikan Budi Pekerti di SMP Negeri
6 Salatiga.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Implementasi
Pelajaran Budi Pekerti dalam membentuk sikap disiplin Siswa di SMP
Negeri 6 Salatiga.
3. Untuk mengetahui hasil dari implementasi pelajaran budi pekerti dalam
membentuk sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
jelas dan dapat meberi manfaat secara teoritis maupun praktis, antara lain:
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang
bermanfaat bagi dunia pendidikan
b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk
penelitian-penelitian lanjutan yang berhubungan dengan implikasi
5
2. Manfaat praktis
a. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi baru tentang
peranan implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap
disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga.
b. Penelitian ini diharapkan dijadikn acuaan bagi sekolah lain dalam
menerapkan pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin
siswa.
E. Definisi Operasional
1. Implementasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Implementasi berarti
pelaksanaan atau penerapan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:427).
Implementasi dalam arti luas merupakan suatu penerapan ide, konsep,
kebijakan, inovasi,dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan
dampak, baik berupa perubahan pengetahuan , keterampilan maupun nilai
dan sikap (Susilo, 2007:174)
2. Budi Pekerti
Budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang
bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara
menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral
dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja
sama yang lebih ditekankan pada ranah afektif tanpa meninggalkan ranah
kognitif dan ranah psikomotorik (keterampilan, terampil mengolah
6 3. Disiplin
Dalam ilmu pendidikan, dikenal dua istilah yaitu disiplin dan
ketertiban. Menurut Arikunto(1993:114), ketertiban menunjukan
padakepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tatatertib karena
didorong atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar, misalnya
karena ingin mendapatkan pujian dari atasan. Disiplin menunjuk pada
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena
didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Biasanya
ketertiban terjadi lebih dahulu baru kemudian berkembang menjadi
disiplin.
4. Sikap
Menurut Stephen dan Timothy, 2008:92 , mendefinisikan sikap
(attitude) adalah pernyataan evaluative, baik yang menyenangkan maupun
tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Sikap
(attitude) menurut Purwanto (2000:141) merupakan suatu cara berinteraksi
terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan
cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapinya.
Dalam hal ini, sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku
manusia untuk bereaksi. Oleh karena itu, orang yang memiliki sikap positif
terhadap suatu objek atau situasi tertentu ia akan memperlihatkan kesukan
atau kesenangan (like), sebaliknya orang yang memiliki sikap negative ia
7 F. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
mengkaji penelitian yang dilakukan sebagai pembanding yang tidak terlepas
dari topik.
Berdasarkan penelilitian yang dilakukan oleh Patonah, Siti Nor. 2009.
Pengaruh Implementasi Tata Tertib Sekolah Terhadap Sikap Disiplin Siswa
(Studi Kasus di MI Darussalam Rejosari Kecamatan Bancak Tahun 2009).
Peraturan dan tata tertib merupakan dua hal yang sangat penting bagi
kehidupan sekolah sebagai sebuah organisasi yang menyelenggarakan
pendidikan. Untuk menjaga berlakunya peraturan dan tata tertib diperlukan
kedisiplinan dari semua personil sekolah, yakni siswa, guru, karyawan, atau
karyawati dan pengelola sekolah itu sendiri. Disiplin sering kali dihubungkan
dengan kontrol. Disiplin diri dalam ketertiban sudah menjadi siasat. Tujuan
akhir dari peraturan adalah mencapai efektifitas pengajaran tanpa
menyampingkan kepentingan masing-masing.
Jannah, Roudlotul. 2015. Pemikiran Hamka Tentang Nilai-Nilai
Pendidikan Budi Pekerti.Temuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemikiran Hamka tentang nilai-nilai pendidikan budi pekerti yaitu (a) nilai
pendidikan budii pekerti terhadap Allah berupa ketakwaan, keimanan,
tawakkal, syukur, taubat, sabar, dan istiqamah, (b) nilai pendidikan budi
pekerti terhadap diri sendiri berupa tanggung jawab, iffah, dan pengendalian
8
walidain, dan mentaati kedua orang tua dalam kebaikan, (d) nilai pendidikan
budi pekerti terhadap orang lain berupa kejujuran, amanah, pemaaf,
dermawan, rendah hati, kemanusiaan, toleransi, keadilan dan ihsan. Adapun
relevansi pemikiran Hamka tentang nilai-nilai pendidikan budi pekerti dengan
pendidikan saat ini adalah sama-sama terdapat pendidikan religious, nilai
pendidikan kejujuran, nilai pendidikan toleransi, nilai pendidikn peduli sosial
dan pendidikan tanggung jawab, sehinggapemikiran Hamka tentang nilai-nilai
pendidikan budi pekerti sangat tepat jika diajarkan pada pendidikan saat ini.
Skripsi ini didalamnya terdapat kesimpulan yang penting, bahwasannya
Hamka membahaskan budi pekerti sangat luas, tetapi sebenarnya kalau
dispesifikasikkan yang dimaksud nilai pendidikan budi pekerti terhadap Allah
tidak lain adalah penanaman nilai pendidikan akidah , nilai pendidikan budi
pekerti terhadap diri sendiri tidak lain adalah penanaman nilaipendidikan
tasawuf, nilai pendidikan budi pekerti terhadap orang tua tidak lain adalah
penanaman nilai pendidikan birrul walidain, dan nilai pendidikan budi pekerti
terhadap orang lain tidak lain adalah penanaman nilai pendidikan sosial.
Dalam jurnal Elfrianto. 2015. Urgensi Keseimbangan Pendidikan Budi
Pekerti di Rumah dan Disekolah. Melihat fenomena yang terjadi pada peserta
didik di Indonesia hari ini, rasanya dunia pendidikan di negeri ini sudah
keluar dari rel yang dicita-citakan para pendiri negeri dulu. Duni pendidikan
Indonesia saat ini menghasilkan manusia-manusia dengan pola piker kapitalis,
liberalis dan dengan kadar moralitas yang sangat rendah. Seperti ada missing
9
akhlak, etika, budi pekerti tau nama lain yang sinonim dengan itu, yang
seharusnya menjadi ruh yang paling utama dari dunia pendidikan. Tapi pada
sisi lain, pendidikan budi pekerti di sekolah tidak cukup untuk memberikan
pembelajaran tentang etika dan budi pekerti hanya dalam tempo beberapa jam
saja sehari. Orang tualah yang seharusnya menjadi first teacher dalam
membentuk kepribadian, pola pikir, pola sikap, dan pola hidup anak. Tapi
yang banyak terjadi adalah orang tua malah menyerahkan pendidikan
moral/akhlak anak-anaknya kepada pihak sekolah dengan mentah-mentah.
Perbedaan penelitian oleh Siti Patonah dan Roudlotul Jannah yaitu pada
metode penelitinnya, sedang penelitian Elfrianto dengan penelitian yang
dilakukan penulis yaitu pada keterkaitan pendidikan budi pekerti dirumah
dengan sekolah. Bahwa peran orang tua juga berpengaruh dalam
pembentukan moral, akhlak, etika dan budi pekerti pada anak. Pada penelitian
yang dilakukan penulis melihat peranan pendidikan budi pekerti yang
diberikan terpisah yang biasanya diintegrasikan pada pelajaran-pelajaran lain.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penelitian ini terdiri dari lima bab yang secara
sistematis dapat dijabarkan sebgai berikut:
BAB I: Bab pendahuluan menjelaskan secara umum tentang arah
penelitian yang dilakukan. Bagian ini mengurai tentang konteks atu latar
belakang penelitian, fokus penelitian, Kajian penelitian terdahulu yang berisi
tentang gambaran terhadap penelitian terdahulu yang masih relevan mengenai
10
BAB II: Kajian teori digunkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
sesuai dengan kenyatan di lapangan, terdiri dari deskripsi teori yang berisi
tentang paparan budi pekerti, sikap, dan disiplin di sekolah.
BAB III: Bagian ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah
penelitian secara opersional yang meliputi: pendekatan penelitian, jenis
penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,
analisis data, pengecekan keabsahaan data, dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV: Paparan data dan analisis yang merupakan uraian atas paparan
data yang disajikan dengan topikyang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan
penelitian dan hasil analisis data tentang implementasi pelajaran budi pekerti
dalam membentuk sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga tahun 2017.
BAB V: Penutup, bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari
11 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Budi Pekerti
1. Pengertian budi pekerti
Istilah budi pekerti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2010:170)terdiri dari dua kata, yaitu budi dan pekerti yang tidak dapat
dipisahkan, kedua kata tersebut adalah bagian yang saling terkait. Budi
berarti panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik buruk. Pekerti
berarti perangai, tingkah laku, akhlak. Dengan demikian budi pekerti
berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berperilaku.
Dari pengertian pendidikan dan budi pekerti dapat diartikan
pendidikan budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang
bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara
menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral
dalam hidupnya melalui kejujuran, disiplin, dan kerja sama yang lebih
ditekankan pada ranah afektif (perasaan dan sikap) tanpa meninggalkan
ranah kognitif(berpikir rasional) dan ranah psikomotorik (keterampilan,
terampil mengolah data, mengemukakan pendapat, dan kerja sama)
(Zuriah, 2007:19-20).
Selain dikenal sebagai tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar
Dewantara juga mengembangkan pendidikan budi pekerti yang
12
pendidikan nasional. Menurut Ki Hajar Dewantara, Budi Pekerti berarti
pikiran, perasaan, kemauan. Sedangkan pekerti berarti tenaga. Budi
pekerti itu sifatnya jiwa manusia, mulai angan-angan sampai tujuan yang
terjelma sebagai tenaga. Jadi yang dimaksud budi pekerti menurut Ki
Hajar Dewantara adalah bersatunya gerak pikiran, perasaan dan kehendak
atau kemauan yang akhirnya menimbulkan tenaga (Ki Hajar Dewantara,
1977:25).
Menurut Salam (2000:35) dalam I Nyoman (2006:98) menyatakan
bahwa budi tumbuh di dalam jiwa, bila sudah dilahirkan dalam bentuk
perbuatan namanya pekerti. Jadi budi pekerti, pangkal dari dalam jiwa,
ketika masih menjadi angan, imaji, cita, niat hati sampai ia lahir ke luar
berupa perbuatan nyata. Dalam kaitannya dengan perbuatan dibedakan
menjadi: (1) tujuannya baik, tetapi cara mencapainya tidak baik, (2)
tujunnya tidak baik, tetapi cara mencapainya kelihatannya baik,(3)
tujuannya tidak baik, cara mencapainya juga tidak baik,(4)tujuannya baik,
dan cara mencapainya juga baik. Jika tingkah laku seseorang termasuk
dalam klasifikasi yang keempat (tujuannya baik dan cara mencapainya
juga baik) maka orang tersebut disebut berbudi pekerti baik atau berbudi
pekerti luhur. Sementara jika tingkah laku seseorang termasuk klasifikasi
yang lain, seseorang yang melakukan tingkah laku itu disebut berbudi
13
Jadi dapat disimpulkan budi pekerti yang dimaksud oleh penulis
adalah penanaman nilai budi pekerti seperti sopan santun, tanggung
jawab , disiplin ikhlas.
2. Tinjuan konseptual tentang budi pekerti
Istilah budi pekerti sering disinonimkan dengan akhlak, moral, dan
juga etika. Karena pada dasarnya semuanya mempunyai fungsi yang sama
yaitu menentukan nilai dari suatu perbuatan yang dilalukan oleh manusia
dari aspek bik dan buruknya, benar dan salahnya. Beberapa kriteria di
bawah ini akan memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang
digunakan dalam pembahasan budi pekerti. Tujuannya supaya dapat
mempermudah pemahaman dan perbedaan antara istilah-istilah tersebut,
seperti penjelasan dibawah ini :
a. Akhlak
Akhlak secara etimologis menurut Nasution (1992:2) berasal dari
bahasa Arab yang merupkn bentuk jamak dari khuluk. Kata Khuluk
atau akhlak dalam ensiklopedi tematis dunia islam berarti tabi’at,
perangai, kebiasan atau krakter. Akhlak berarti budi pekerti, watak
dan kesusilaan yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap
jiwa yang benar terhadap khaliqnya dan terhadap sesama manusia
(Abdullah, 2003: 326).
Secara terminologis, akhlak menurut Al-Ghazali adalah suatu
sifat yang tetap pada jiwa seseorang, yang mendorong untuk
14
pemikiran (Abdullah, 2003:326). Akhlak dibagi menjadi dua yaitu
akhlak mahmudah yang artinya akhlak yang baik dan akhlak
mazmumah yaitu akhlak yang buruk. Ukuran untuk menetapkan
akhklak adalah al-Qur’an dan sunnah.
b. Moral
Taufiq Rahman, (1999:9 ) kata “moral” (bahasa Inggris) yang
berarti ajaran tentang baik buruk yng diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Bahasa Al-Qur’an yang
identik dengan istilah ini adalah kata “akhlak”. Saliman dan Sudarso
(1994: 149) menyatakan di dalam kamus pendidikan dan pengajaran,
bahwa kata moral secara etimologis berasal dari bahasa latin mores
yang berarti adat kebiasaan yang menjadi dasar baik atau buruk.
Sedangkan secara terminologis moral adalah nilai-nilai atau adat
kebiasaan yang bersumber dari masyarakat baik secara terpaksa
atupun tidak. Moral bermanfaat untuk menentukan batas-batas dari
sifat-sifat atau perbuatan-perbuatan yang dapat dinyatakan baik atau
buruk dan benar atau salah.
c. Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal-usul kata), etik berasal dari bahasa
Yunani, ethosyang berarti watak kesusilaan atau adat. Adapun arti
etika dari segi istilah telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan
yng berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Ahmad Amin
15
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan yang harus dituju oleh manusia di
dalam perbuatan merekan dan menunjukkan jalan untuk melakukan
apa yang seharusnya diperbuat Abudin Nata (2002:88)
d. Budi pekerti
Istilah budi pekerti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2010:170)terdiri dari dua kata, yaitu budi dan pekerti yang tidak
dapat dipisahkan, kedua kata tersebut adalah bagian yang saling
terkait. Budi berarti panduan akal dan perasaan untuk menimbang
baik buruk. Pekerti berarti perangai, tingkah laku, akhlak. Dengan
demikian budi pekerti berarti kesadaran yang ditampilkan oleh
seseorang dalam berperilaku.
Dari pengertian pendidikan dan budi pekerti dapat diartikan
pendidikan budi pekertimerupakan program pengajaran di sekolah
yang bertujuan mengembangkan watak atau tabiatsiswa dengan cara
menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan
moral dalam hidupnya melalui kejujuran, disiplin, dan kerja sama
yang lebihditekankan pada ranah afektif (perasaan dan sikap) tanpa
meninggalkan ranah kognitif(berpikir rasional) dan ranah
psikomotorik (keterampilan, terampil mengolah data,mengemukakan
16
Persamaan antara moral, etika, akhlak dan budi pekerti dapat
dilihatdari fungsinya yang sama-sama menentukan nilai sutu
perbuatan yang dilakukan oleh manusia dari aspek baik dan
buruknya, benar dan salahnya, dan bertujuan untuk memberikan
petunjuk bagi kehidupan manusia secara lahir dan batin. Sedangkan
perbedaan antara moral, etik, akhlak, dan budi pekerti yaitu moral
adalah nilai-nilai yang bersumber dari masyarakat baik karena
terpaksa ataupun tidak, etika adalah ilmu yang mempelajari tentang
bentuk-bentuk moral, akhlak adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa
seseorang yang mendorong untuk melakukan suatu perbuatan dengan
mudah tanpa membutuhkan pemikiran, sedangkan budi pekerti adalah
suatu persediaan yang telah ada pada jiwa seseorang, yang dapat
menimbulkan tingkah laku dengan mudah, tanpa membutuhkan
pemikiran.
3. Komponen budi pekerti
Menurut Pusbangkurandik, Balitbang dikbud, pendidikan budi pekerti
dikategorikan menjadi tiga komponen yaitu :
a. Keberagamaan, terdiri dari nilai-nilai,pertama, kekhususan hubungan
dengan Tuhan, kedua, kepatuhan kepada agama, ketiga, niat baik dan
keikhlasan, keempat, perbuatan baik, kelima, pembalasaan atas
perbuatan baik dan buruk.
b. Kemandirian, terdiri dari nilai-nilai, pertama, harga diri, kedua,
17
kemajuan, cinta ilmu, tehnologidan seni), keempat, rasa tanggung
jawab, kelima, keberanian dan semangat, keenam, keterbukaan,
ketujuh, pengendlian diri.
c. Kesusilaan, terdiri dari nilai-nilai,pertama cinta dan kasih sayang,
kedua kebersamaan, ketiga kesetiakawanan, keempat gotong-royong,
kelima tenggangrasa, keenam hormat menghormati, ketujuh
kelayakan kepatuhan, kedelapan rasa malu, kesembilan kejujuran dan
yang kesepuluh pernyatan terima kasih, permintaan maaf (rasa tahu
diri). (Depdikbud, 1977:42).
Adapun aspek-aspek yang ingin dicapai dalam pendidikan budi
pekerti adalah tiga ranah yang popular di kalangan dunia pendidikan yang
menjadi lapangan dalam pembentukan kepribadian peserta didik;pertama,
kognitif, mengisi otak, mengajarinya dari tidak tahu menjadi tahu, dan
pada tahap berikutnya dapat membudayakan akal pikiran sehingga dia
dapat memfungsikan akalnya menjadi kecerdasaan intelegensia. Kedua,
afektif, yang berkenaan dengan persaan, emosional, pembentukan sikap
didalam diri priibadi seseorang dengan terbentuknya sikap simpati,
antipasti, mencintai, membenci, dan lain sebagainya. Sikap ini semua
dapat digolongkan sebagai kecerdasan emosional.Ketiga, psikomotorik
adalah berkenaan dengan perbuatan, perilaku, dan seterusnya. (Haidar,
18
4. Tujuan budi pekerti
Tujuan pendidikan budi pekerti adalah untuk mengembangkan nilai,
sikap dan perilaku siswa yang memancarkan akhlak mulia/budi pekerti
luhur (Haidar:2004). Hal ini mengandung arti bahwa dalam pendidikan
budi pekerti, nilai-nilai yang ingin dibentuk adalah nilai-nilai akhlak yang
mulia, yaitu tertananmnya nilai-nilai akhlak yang mulia kedalam diri
peserta didik yang kemudian terwujud dalam tingkah laku. Dapat
dikatakan bahwa hakekat dari tujuan pendidikan budi pekerti adalah
membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, warga
masyarakat dan Negara yang baik (Muhtadi,2010:6).
Secara rinci tujuan pendidikan budi pekerti menurut Cahyoto (2002)
dalam Eni (2009:9-13) dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) mendorong
kebiasaan berperilaku terpuji sesuai nilai-nilai universal dan tradisi
budaya yang religius; (2) menanamkn jiwa kepemimpinan dan tanggung
jawab; (3) memupuk ketegaran mental peserta didik agar tidak terjerumus
pada perilaku yang menyimpang, baik secara individu maupun sosial, dan
(4) meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat tercela yang dapat
merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
5. Tahapan budi pekerti
Tahapan pertama yaitu pada masa anak-anak, yaitu dengan
membiasakan bertingkah laku serta berbuat menurut peraturan atau
kebiasaan yang umum. Jadi pada masa anak-anak yang dimulai di dalam
perilaku-19
perilaku yang baik, mulai dari hal yang sederhana sampai yang sulit
dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Misalnya:
bangun pagi, makan bersama, mandi dua kali sehari, berpakaian rapi dan
bersih, mencuci tangan setiap akan makan, berdoa setiap akan melakukan
kegiatan, berpamitan/meminta izin setiap kali akan berpergian dan
lain-lain.
Tahap kedua yaitu pada usia beranjak dewasa yaitu mulai diberi
pengertian tentang tingkah laku kebaikan dan menghindari keburukan
dalam kehidupan sehari-hari, dan ditanamkan sikap tentang sopan santun,
kesusilaan, unggah-ungguh. Untuk menanamkan hal tersebut dapat
melalui kegiatan Kepemudaaan, Pramuka, OSIS, Kelompok Pecinta
Alam, Kegiatan Palang Merah Remaja, Olahraga, Ikatan Remaja Masjid,
dan lain-lain.
Tahap ketiga yaitu pada usia dewasa, yaitu mulai ditanamkannya
norma-norma kehidupan beragama, berbangsa, bermasyarakat, mengerti
dan memahami norma etika, hukum, kesusilaan, kebudayaan, adat istidat.
Dalam penanaman budi pekerti disini harus meliputi teori dan praktik
“Ngerti, Ngrasa, Nglakoni” artinya bahwa dalam melaksanakan
pendidikan budi pekerti haruslah tertanam pengertian yang betul-betul
dipahami, dan merasa sebagai suatu kebutuhan, kemudian
melaksanakannya.
20
Prinsip dasar pemikiran budi pekerti, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Menggunakan nilai utma etika sebagai dasar pendidikn budi pekerti
yang baik.
b. Budi pekerti yang harus didefinisikan secara konferahensif pada cara
berfikir perasaan dan perilku.
c. Pendidikan budi pekerti yang efektif sebaiknya merupakan
pendekaatan yang terencana, proaktif dan menyeluruh yang mengarah
pada nilai-nilai dasar pada setiap tingkatan dari kehidupan sekolah.
d. Sekolah harus menjadi sebuah komunitas yang peduli.
e. Untuk membangun pekerti siswa membutuhkan kesempata dalam
melakukan tindakan dari kehidupan sekolah.
f. Pendidikan budi pekerti yang efektif seharusnya bermakna dan
kurikulum dapat membantu siswa dalam kesuksesannya.
g. Pendidikan budi pekerti harus dapat mendorong siswa untuk
mengembangkan motivasi dalam diri siswa.
h. Seluruh staf harus menjadi komunitas pembelajaran dan komunitas
moral, sama-sma bertanggung jawab dalam pendidikan budi pekerti
dan menjalankan nilai-nilai dasar yang sama untuk dapat memandu
pendidikan para siswa.
i. Pendidikan budi pekerti membutuhkan pembagian dukungan dan
21
j. Sekolah harus melibatkan orang tua dan anggota komunitas sebagai
rekan utama dalam upaya pengembangan budi pekerti.
k. Evaluasi pendidikan budi pekerti harus dapat mengukur budi pekerti
sekolah, staf dan seberapa siwa mengimplementsikan budi pekerti
yang dibangun(
pgsd-pgsd.blogspot.co.ic/2014/10/etika-dan-budipekerti.html?m=1) diakses 15 Agustus 2017 10.04 WIB
B. Disiplin
1. Pengertian disiplin
Disiplin berasal dari bahasa latin “discipline” yang berarti latihan atau
pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat
(Martoyo, 1994: 56). Melalui pendidikan dan latihan setiap individu atau
kelompok dapat ditanamkan tabiat dasar sebagai landasan mewujudkan
tujuan yang hendak dicapai.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), menyatakan bahwa
disiplin adalah:
a. Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya).
b. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib.
c. Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu.
Dalam ilmu pendidikan, dikenal dua istilah yaitu disiplin dan
ketertiban. Menurut Arikunto (1993:114): ketertiban menunjukan pada
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tatatertib karena
didorong atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar, misalnya
22
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena
didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Biasanya
ketertiban terjadi lebih dahulu baru kemudian berkembang menjadi
disiplin.
Menurut Singgih Gunarsa (2002:136) bahwa fungsi utama disiplin
adalah untuk melakukan pelanggaran harus ditetapkan berdasarkandan
atau sesuai dengan peraturan yang berlaku. Rumusan sanksi
berat-ringannya hukuman harus terlebih dahulu mendapat pertimbangan logis
dan adil.
Sedang “disiplin sekolah” didefinisikan sebagai karakteristik dan
jenis keadaan serba teratur pada suatu sekolah tertentu atau cara-cara yang
mana keadaan teratur itu diperoleh; pemeliharan kondisi yang membantu
kepada pencapaian fungsi-fungsi sekolah (Sutrisna, 1987:97).
Juga Webster’s New World Dictionary memberikan sejumlah definisi
kepada kata “disiplin” itu, empat yang pokok diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Latihan yang mengembangkan pengendalian diri, karakter atau
keadaan serba teratur dan efisien.
2) Hasil latihan serupa itu; pengendalian diri, perilaku yang tertib.
3) Penerimaan atau keptuhan terhadap kekuasaan dan kontrol;
23
Dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap disiplin adalah suatu bentuk
kepatuhan dan ketaatan pada sutau perturan yang berlaku. Meskipun
dengan dorongan rasa terpaksa, nantiny akan terbiasa.
2. Unsur-unsur disiplin
Hurlock (2011;92) membagi unsur-unsur disiplin menjadi tiga yaitu:
a. Peraturan dan hukum yang berfungsi sebagai pedoman penilaian yang
baik.
b. Hukuman bagi pelanggaran peraturan dan hukum. Hukuman yang
diberikan berupa sanksi yang mempunyai nilai pendidikan dan tidak
hanya bersifat menakut nakuti saja, akan tetapi bersifat menyadarkan
anak agar tidak mengulangi perbuatannya lagi
c. Hadiah untuk perilaku yang baik atau usaha untuk berperilaku sosial
yang baik. Hadiah dapat duberikan dalam bentuk verbal dan non
verbal agar anak lebih termotivasi untuk berbuat baik lagi.
Dapat disimpulkan bahwasannya unsur dari disiplin yaitu adanya
peraturan, hukuman bagi si pelanggar peraturan tersebut dan hadiah untuk
yang menaati peraturan yang ada agar termotivasi terus untuk berbuat
baik.
3. Macam-macam disiplin
Pembahasan mengenai macam-macam disiplin dijelaskan oleh Tu’u,
24
a. Disiplin otoritarian
Disiplin otoritarian merupakan suatu disiplin yang bersifat
memaksa kehendak orang lain untuk menaati suatu peraturan yang
berlaku. Tanpa mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan.
Apabila ada yang melanggar disiplin tersebut maka akan
mendapatkan sanksi. Begitu juga sebaliknya, apabila dapat menaati
peraturan kurang mendapatkan penghargaan karena disiplin
otoritarian ini bersifat wajib.
b. Disiplin permisif
Disiplin permisif ini merupkan disiplin yang bersifat bebas,
seseorang bebas mengambil keputusan dan bebas bertindak sesuai apa
yang diinginkan. Dalam disiplin ini juga tidak ada sanksi bagi
pelanggarnya. Namun pada disiplin ini akan mengalami kebingungan
karena seseorang tidak mengetahui mana yang diperbolehkan dan
mana yang tidak boleh.
c. Disiplin Demokrasi
Pendekatan disiplin demokrasi dilakukan dengan memberikan
penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami
mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada,
sanksi disiplin diberikan kepada seseorang yang melanggar sebagai
upaya menyadarkan, mengoreksi dan mendidik. Disiplin demokrasi
berusaha mengembangkan disiplin yang muncul karena kesadaran
25
mantap. Dalam disiplin ini, peserta didik memiliki tanggung jawab
dan kemandirian yang tinggi.
4. Faktor yang memengaruhi pembentukan disiplin
Menurut Dodson dalam Wantah (2005:180) menyebutkan lima faktor
penting dalm pembentukan disiplin anak yaitu:
a. Latar belakang dan kebiasan dalam keluarga
Bila orang tua membiasakan diri dari kecil terbiasa hidup dalam
lingkungan yang keras, tidak memiliki disiplin, tidak menghargai
orang lain, bertingkah laku semaunya, maka kebiasaan itu akan
terbawa ketika orang tua membimbing dan menanamkan disiplin pada
anaknya.
b. Sikap dan karakter orang tua
Faktor ini sangat mempengaruhi cara-cara orang tua dalam
menanamkan disiplin pada anaknya. Orang tua selalu menganggap
dirinya benar dan tidak memperdulikan orang lain akan cenderung
membina disiplin anak-anaknya secara otoriter.
c. Latar belakang pendidikan dan status sosial ekonomi keluarga
Orang tua yang menganggap pendidikan menengah keatas dan
memiliki status sosial ekonomi baik, dapat memenuhi kebutuhan
keluarga seperti pangan, sandang pemukiman kesehatan, dan
pendidikan dapat membentuk disiplin yang lebih terencana,
26
pendidikan rendah dan secara ekonomi tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari yang layak.
d. Keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga.
Sebuah keluarga yang tidak harmonis atau broken home akan
memebri pengaruh negatif terhdap penanaman disiplin pada anak.
e. Cara-cara dan tipe perilaku parental, yaitu perilaku orang tua dalam
membimbing, mendidik dan menanamkan disiplin pada anak.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasannya orang tua
sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap disiplin siswa. Keluarga
yang bermasalah akan memberikan dampak negative kepada anak dalam
masalah kepribadian dan kedisiplinan.
Menurut John Pearce dalam Ningsih (2004:80) menyebutkan empat
faktor yang harus diperhatikan dalam mendisiplinkan anak yaitu sebgai
berikut:
a. Kepribadian anak
Anak yang peka (sensitive) yang mudah resah, biasanya sangat
responsive terhadap segala macam disiplin dan juga terhadap suasana
hati orang lain. Orang tua tidak perlu meninggikan suara atau
bersikap keras.
b. Usia anak
Anak yang lebih kecil, memerlukan penanaman disiplin yang
27
dimengerti. Anak yang lebih besar memerlukan jenis disiplin yang
mendorong pengendalian diri dan tanggung jawab.
c. Kepribadian orang tua
Kepribadian orang tua cenderung mempengaruhi cara menangani
anak, tetapi yang penting tidak membiarkan pengaruh kepribadian
orang tua menjadi terlalu besar.
d. Pengalaman disiplin anak
Pengalaman anak pada masa lampau akan menjadi slah satu
faktor yang menyebabkn disiplin anak pada masa yang akan datang.
Jadi sebagai orang tua harus selalu mengawasi kegiatan anak.
5. Fungsi disiplin
Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata
kehidupn berdisiplin yang akan mengatur seorang peserta didik sukses
dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Tu’u dalam (Ma’sumah, 2015:19
-22) menjelaskan fungsi diisplin yaitu sebagai berikut:
a. Menata kehidupan bersama
b. Menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai oraang lain
dengan cara mentati dan mematuhi peraturan yang berlaku
c. Membangun kepribadian
d. Membuaat seseorang terbiasa buntuk mengikuti, mematuhi, mentaati
aturan-aturan yang berlaku.
e. Melatih kepribadian
28
g. Menyadari bahwa perbuatan yang salah akan membawa akibat yang
tidak menyenangkan dan harus ditanggung olehnya
h. Menciptakan lingkungan kondusif
i. Menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang baik yaitu
kondisi aman, tentram, tertib, teratur, saling menghargai dan
hubungan pergaulan yang baik sehingga potensi dan prestasi peserta
29 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian
Kualitatif. Penelitian Kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian
yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individual maupun kelompok. (Sukmadinata, 2008:60)
Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian
ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang Implementasi
Pelajaran Budi Pekerti dalam Membentuk Sikap Disiplin Siswadi SMP Negeri
6 Salatiga Tahun 2017.
Sesuai tema yang diambil, jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian lapangan (field research). Yaitu peneliti berangkat ke lapangan
untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan
ilmiah (J. Moeleong, 2006:26), alasan peneliti menggunakan jenis penelitian
ini adalah peneliti bermaksud melakukan analisis secara mendalam dibantu
dengan data yang diperoleh di lapangan sesuai dengan teori yang relevan yang
30 B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP 6 Salatiga yang terletak di Jalan
Tegalrejo Raya, Tegalrejo, Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50733.
Adapun subjek penelitian adalah komponen pendidikan meliputi : kepala
sekolah, waka kesiswaan, guru wali kelas, dan siswa.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara
langsung (Arikunto, 2006:145). Digunakan untuk mendapatkan data
tentang Peranan Implementasi Pelajaran Budi Pekerti dalam Membentuk
Sikap Disiplin Siswa di SMP Negeri 6 Salatiga.
Sehubungan dengan itu, guna memperoleh data dengan melalui
wawancara, para informan telah ditentukan berdasarkan dengan
pelaksanaan pelajaran budi pekerti dan sikap disiplin siswa. Adapun
sumber data dalam penelitian ini yaitu : kepala sekolah, waka kesiswaan,
guru wali kelas, dan siswa.
2. Sekunder
Sumber data sekunder adalah pendukung atau penunjang penelitian
ini (Arikunto, 2006:145). Sumbernya berupa dokumen, arsip, buku, karya
31 D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan berbagai metode pengumpulan data untuk
memperoleh data yang diperlukan, metode tersebut antara lain:
1. Observasi
Marsal (1995) menyatakan bahwa, melalui observasi peneliti belajar
tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut (Sugiyono, 2014:309).
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengadakan pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian
terhadap objek (Arikunto, 2002:132). Metode observasi ini digunakan
untuk mengetahui kegiatan siswa, sarana prasarana yang ada, layanan
khusus yang tersedia, kegiaatan guru, dan gambaran lainnya
2. Wawancara
Esterberg (2002: 35) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
mendapatmakna dalam suatu topik bahasan. Wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,
termasuk juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam.
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi
terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara
32
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode mencari data yang berupa catatan, buku,
jurnal dan sebagainya (Arikunto, 2002:206). Dokumentasi merupkan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi
merupakan pelengkap dari metode observasi dan wawancara. Hasil
penelitian dari observasi atau wawancara akan lebihkredibel atau dapat
dipercaya kalau didukung oleh adanya dokumentsi. Pengumpulan
dokumentasi yang berkaitan dengan objek penelitian berupa buku sejarah,
buku profil sekolah, pajangan struktur, buku informasi pendataan siswa
dan guru, kurikulum pelajaran dan perangkat pembelajaran.
E. Teknis Analisis Data
Susan Stainbackm mengemukakan bahwa analisis data merupakan hal
yang penting dalam proses penelitiaan kulitatif. Analisis digunakan untuk
memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat
dikembangkan dan dievaluasi. Bogdan menyatakan bahwa analisis data
kualitatif sebagai proses mencari dan menyusun data secara sistematis yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain
33
Analisis data kualitatif (Bogdan & Taylor, 1992:56) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya,
mencari dan menemukan pola, lalu menemukan apa yang penting dipelajari
dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya dalam
bentuk uraian atau laporan terperinci.
2. Reduksi data, peneliti memotong data yang tidak perluuntuk dibuang.
Laporan yang diambil hanya yang pokok saja, difokuskan pada hal-hal
yang penting.
3. Verifikasi data, sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari makna data
yang dikumpulkannya, kemudian disimpulkan untuk menjawab tujuan
penelitian.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Burhan Bungin, (2004:99) menyatakan bahwa keabsahan data
dilakakukan untuk meneliti kredibilitsnya menggunakan teknik kehadiran
peneliti di lapangan, observasi mendalam, triangulasi (menggunakan beberapa
sumber, metode, peneliti, dan teori)pembahasan melalui diskusi, melacak
kesesuaian dan pengecekan anggota.
Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah
benar-benar valid, maka peneliti menggunakan cara triangulsi metode, yakni
34
kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya
dari pihak kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya dengan menggunakan
metode yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk membandingkan
informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar
terhindar dari persamaan penelitian. Untuk memperoleh keabsahan data
tersebut, maka teknik yang dilakukan:
1. Triangulasi
Tringulasi adalah pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding data (Moleong, 2002:178), hal itu dapat dicapai dengan jalan
membandingkan data hasil pengamat dengan hasil wawancara atau dapat
juga dengan membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang
situasi penelitian dengan apa yang dikatakan disepanjang waktu.
2. Menggunakan bahan referensi
Penggunaan bahan referensi sangat membantu dan memudahkan
peneliti dalam pengecekan keabsahan data karena dari referensi yang ada
sebagai pendukung dari observasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Menurut Eister dalam (Moleong, 2002:181) kecukupan referensi sebagai
alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan teknik untuk keperluan
evaluasi.
G. Tahap-tahap penelitian
Adapun tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh penulis sebagai berikut:
35
Peneliti menyusun proposal dan landasan teori penelitian.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
a. Pengumpulan data
Peneliti mengadakan wawancara kepada kepala sekolah dan
perwakilan setiap bagian manajemen, mengadakan observasi dan
dokumentasi.
b. Melakukan reduksi data
Data yang sudah terkumpul direduksi untuk memudahkan peneliti
dalam mengnalisis data yang diperlukan.
3. Tahap akhir penelitin
a. Menyajikan data dalam bentuk deskriptif.
36 BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. Papran Data Lokasi Penelitian
1. Profil dan Sejarah SMP Negeri 6 Salatiga
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Salatiga, adalah SMP
Negeri tertua ke-6 di Kota Salatiga, berdiri pada tahun 1982 tepatnya
bulan Agustus 1982. Sebelum berdirinya bangunan SMP Negeri 6
Salatiga menginduk pada SMP Negeri 6 Salatiga dengan Kepala sekolah
dijabat oleh Suahrdi, BA. Pada saat itu akses menuju ke SMP Negeri 6
Salatiga sangat sulit, karena jalannya masih belum terjangkau. Akan
tetapi, SMP Negeri 6 Salatiga berkembang seiring dengan perkembangan
sosial dan budaya masyarakat Kota Salatiga baik kuantitas maupun
kualitas.
Era tahun 1985 jumlah rombongan belajar masing-masing Kelas I : 3
rombongan belajar, Kelas II : 3 rombongan belajar, dan Kelas III : 3
rombongan belajar, jadi jumlah seluruhnya 9 rombongan belajar.
Kemudian tahun 1996 jumlah kelas mulai bertambah 1 rombongan
belajar, dan tahun 1998 hingga sekarang menjadi 24 rombongan belajar.
Dilihat prestasi akademis maupun non akademis hampir setiap tahun
masuk nominasi pada tingkat Provinsi Jawa Tengah. Awal tahun
Pelajaran 2009/2010 SMP Negeri 6 Salatiga ditetapkan oleh Dirjend.
Pendidikan Dasar dan Menengah Sebagai Sekolah Standar Nasional
37
kemajuan SMP Negeri 6 Salatiga itu sendiri, baik di tingkat
Kabupaten/Kota, Provinsi bahkan tingkat Nasional.
2. Identitas sekolah:
Nama Sekolah : SMP Negeri 6 Salatiga
NISN : 200060
NSS : 201036201006
NPSN : 20328439
Provinsi : Jawa Tengah
Otonomi : Daerah
Kabupaten / Kota : Kota Salatiga
Kecamatan : Argomulyo
Kelurahan : Tegalrejo
Jalan Dan Nomor : Jl. Tegalrejo Raya
Kode Pos : 50733
Telepon : (0298) 323851
Email : [email protected]
Website : smpn6salatigakota.sch.id
Status Sekolah : SMPSSN
Akreditasi : “A” Tahun 2010
Tahun Berdiri : 1982 No : 0299/O/1982 Tgl, 9 Oktober
1982
Kegiatan Kbm : Pagi
38
Luas Tanah : 14.100 M2
Luas Bangunan : 3.213 M2
Lokasi Sekolah : Tegalrejo Argomulyo
Jarak Ke Pusat Kecamatan : 3 Km
Jarak Ke Pusat Kota : 2,5 Km
Organisasi Penyelenggara : Pemerintah
3. Visi dan Misi SMP Negeri 6 Salatiga
a. Visi
Unggul Dalam Mutu, Berpijak Pada Iman dan Taqwa, Yang
Berwawasan Lingkungan
Dengan Motto “ EKSIS BERSAHABAT” (Edukatif, Kreatif,
Santun, Iman-Taqwa, Sukses, Bersih, Sehat, Asri, Harmonis, Aman,
dan Berbudaya Tertib”)
b. Misi
1) Meningkatkan disiplin belajar dan mengajar secara
berkesinambungan.
2) Meningkatkan prestasi akademik dan non-akademik.
3) Mewujudkan lingkungan belajar yang kondusif.
4) Merealisasi penghayatan, pengamalan keimanan dan ketaqwaan
melalui kegiatan ibadah di sekolah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
39
4. Program SMP Negeri 6 Salatiga
Rencana pengembangan sekolah :
a. Fisik
1) Menambah ruang kelas untuk memenuhi kebutuhan minimal.
2) Mengoptimalkan penggunaan laboratorium Biologi dan Fisika
3) Memperbaiki Laboratorium Bahasa
4) Merenovasi ruang kelas
5) Menata lingkungan belajar
6) Menyediakan sumber pembelajaran yang berbasis lingkungan
7) Melengkapi sarana-prasana menuju Sekolah Sehat.
b. Keimanan dan Akhlak Mulia
1) Melanjutkan kegiatan membaca Al qur’an dan Asmaul Husna
setiap hari Jum’at pada hari efektif bagi siswa muslim.
2) Melanjutkan kegiatan pendalaman Alkitab bagi siswa Kristen dan
Katholik.
3) Melanjutkan kegiatan Shollat Berjama’ah setiap hari Senin –
Kamis pada hari efektif.
4) Melanjutkan kegiatan Shollat Jum’at berjamaah setiap hari Jum’at
pada hari efektif.
5) Melaksanakan kegiatan Infaq setiap hari Jum’at bagi siswa yang
beragama Islam dan Persembahan bagi siswa yang beragama
40
6) Melaksanakan kegiatan Shollat Idul Adha dengan mempraktikan
berkurban.
7) Melaksanakan kegiatan dalam rangka peringatan hari besar
keagamaan.
8) Melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler keagamaan seperti Baca
Tulis Alqur’an, Qiroah, Tahfidzul Qur’an, Kajian Alkitab.
9) Melaksanakan kegiatan Pengajian bagi guru dan karyawan
SMPNegeri 6 Salatiga.
10) Melaksanakan budaya salam dan berjabat tangan.
5. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan
Sebagai sekolah yang berwawasan keunggulan, SMP Negeri 6
Salatiga bertujuan:
a. Unggul dalam kegiatan keagamaan dan kepedulian sekolah.
b. Unggul dalam perolehan nilai Ujian Nasional.
c. Unggul dalam persaingan masuk ke jenjang SMA/SMK Negeri.
d. Unggul dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama
bidang komunikasi, Sains dan Matematika.
e. Unggul dalam lomba Olahraga, KIR, Kesenian, PMR, Paskibra, dan
Pramuka.
f. Unggul dalam kebersihan dan penghijauan sekolah.
6. Sarana dan Prasarana
Lingkungan belajar nyaman dan mudah dijangkau oleh transportasi
41
syarat bagi keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. SMP Negeri 6
Salatiga terletak di tempat yang srategis tepatnya di jalan yang dapat
diakses oleh semua transportasi umum, hal ini memudahkan bagi setiap
pelanggan yang hendak berhubungan dengan pihak kami. Secara
planologis letak SMP Negeri 6 Salatiga berada wilayah Tegalrejo,
Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga di Provinsi Jawa Tengah, yang
dikelilingi oleh beberapa pepohonan yang hijau dan pemandangan yang
sangat indah. Selain itu juga didukung oleh tatanan organisasi dan sistem
manajemen yang siap menghadapi persaingan global. Tidak
mengherankan bila banyak peserta pendidikan dan pelatihan maupun para
stake holders memberikan komplimen terhadap organisasi ini dari sisi
geografis.
Beberapa fasilitas yang ditawarkan SMP Negeri 6 Salatiga ini adalah:
a. Laboratorium Multimedia.
Di ruangan inilah pihak dari SMP Negeri 6 Salatiga biasa
melakukan pertemuan dengan tamu-tamu dari pihak lain. Dalam
ruangan ini fasilitasnya cukup memadai, karena telah dilengkapi
dengan sound system yang baik dan enak didengarkan, selain itu juga
ada fasilitas LCD Proyektor untuk menampilkan presentasi
b. Ruang Belajar.
Terdapat sejumlah 24 ruang untuk pembelajaran teori bagi siswa
42
seperti Laboratorium IPA, Laboratorium Komputer dan Ruang
Ketrampilan, yang kesemuanya itu dibangun guna mempermudah dan
mengefektifkan pembelajaran bagi siswa SMP Negeri 6 Salatiga.
c. Pusat Informasi.
Perpustakaan SMP Negeri 6 Salatiga memiliki stok buku yang
sangat banyak. Yang terdiri dari buku pelajaran, BSE, buku fiksi,
buku non fiksi, Al-Qur’an, atlas,dan buku referensi yang ditulis dalam
bahasa Indonesia, Inggris, belum termasuk majalah dan penerbitan
lainnya. Di dalam perpustakaan juga disediakan peta, globe dan
berbagai peralatan pendukung lain untuk mempermudah
pembelajaran. Juga termasuk data elektronik melalui e-mail dan akses
internet yang dapat digunakan setiap.
7. Hasil-Hasil Yang Diharapkan Dari Kegiatan KBM
a. Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara
mantap
1) Nasionalisme dan pratiotisme dan berkepribadian Pancasila
2) Motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi dan
keunggulan
3) Wawasan Iptek yang mendalam
4) Kepekaan sosial sifat kepemimpinan yang baik
5) Disiplin tinggi
6) Kondisi fisik yang prima
43
8) Mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
8. Indikator-Indikator Keberhasilan KBM
a. Rata-rata NEM keluar ( output ) minimal 7,0
b. Prosentase keluaran yang diterima di berbagai sekolah lanjutan
favorit cukup tinggi
c. Pengelolaan ekstrakulikuler dapat menunjang bakat siswa.
9. Upaya-Upaya yang ditempuh Dalam Mencapai Tujuan
Sekolah dikelola dengan mendasarkan pada pengelolaan persekolahan
SMP Negeri 6 Salatiga yang terbagi dalam bidang-bidang sebagai berikut:
a. Pengelolaan bidang kurikulum
1) Struktur kurikulum
Struktur kurikulum di SMP Negeri 6 Salatiga meliputi
substansi pembelajaran yang terdiri atas sejumlah mata pelajaran,
muatan lokal, dan pengembangan diri.
2) Teknik dan kiat pelaksanaan kurikulum
Untuk meningkatkan prestasi belajar yang memadai, SMP
Negeri 6 Salatiga melakukan terobosan dalam pelaksanaan
kurikulum, antara lain:
a) Lokakarya persiapan kegiatan belajar mengajar
b) Peningkatan hasil belajar siswa
c) Pemantapan mental dan keterampilan teknis
d) Peningkatan keimanan dan ketaqwaan
44
Untuk menunjang proses belajar mengajar, perpustakaan
SMP Negeri 6 Salatiga selalu berupaya untuk membeli
buku-buku pelajaran, ensiklopedia baru, maupun kumpulan soal-soal.
Namun itu saja belum cukup, karena masih kurangnya tempat dan
juga waktu siswa untuk membaca di dalam perpustakaan.
b. Pengelolaan Bidang Kesiswaan
1) Kegiatan ekstrakulikuler
Kegiatan ekstrakulikuler yang ada di SMP Negeri 6
Salatigaterdapat berbagai macam kegiatan yang tentunya para
siswa dapat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sesuai dengan
bakat dan minatnya. Kegiatan ekstrakulikuler antara lain:
Paskibra, Pramuka, Futsal, Drum Band, BTQ, Voli, Tari,
Menyanyi, Gamelan, Band.
2) Penanaman citra keteladanan
Untuk menanamkan citra keteladanan, SMP Negeri 6
Salatiga selalu melakukan masa pengenalan sekolah bagi siswa
baru dengan tujuan membuat peserta didik selalu mencintai
sekolah dan almamater dengan pedoman bahwa sekolah adalah
rumah kedua setelah rumah sendiri.
3) Hubungan siswa dengan guru
Hubungan siswa dan guru diupayakan tertanam secara
harmonis, akrab, penuh penghormatan. Pengembangan hubungan
45
pengembangan kultur sekolah yang harmonis dan saling
menghormati.
c. Pengelolaan bidang hubungan masyarakat
1) Kerjasama dengan komite sekolah
Komite sekolah merupakan lembaga independen bekerjasama
dengan penyelenggara pendidikan dengan memberikan peran
yang sangat besar dalam memberikan sumbangan pemikiran
terhadap penyelenggara pendidikan di sekolah. Fungsi komite
sekolah adalah sebagai mitra utama sekolah untuk
menyelenggarakan pendidikan.
2) Hubungan dengan lingkungan masyarakat
Hubungan kerjasama ini dimaksudkan untuk:
a) Menjaga keamanan sekolah, dalam hal ini SMP Negeri 6
Salatiga dan lingkungannya
b) Menata dan menjaga taman sekolah.
c) Hubungan dengan instansi terkait
Dalam hal ini, hubungan yang sering dilaksanakan adalah
dibutuhkannya SMP Negeri 6 Salatiga sebagai tempat PPL
mahasiswa perguruan tinggi
d. Pengelolaan bidang sarana dan prasarana