Implementasi menurut kamus lengkap bahasa indonesia adalah penerapan atau pelaksanaan.49 Implementasi yaitu pelaksana.50 Bahasa Implementasi berasala dari bahasa Inggris implementation yang berarti melaksanakan.51 Jadi implementasi dapat diartikan sebagai pelaksana atau penerapan. Pelaksanaan adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan, rencangan, keputusan dan sebagainya.Pendidikan berasal dari kata didik yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan berpikir. Pendidikan akhlak dapat juga diartikan sebagai berikut:
1. Perbuatan (hal, cara) memdidik 2. Pengetahuan tentang didik/pendidikan
3. Pemeliharaan (latihan-latihan) badan, batin dan jasmani.52
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna jika dibandingkan dengan makhluk lain dan juga manusia sebagai penerima dan pelaksana ajaran-Nya. Oleh karena itu manusia ditempatkan pada kedudukan yang mulia jika dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Agar manusia dapat mempertahankan kedudukan yang mulia dan tinggi tersebut. Maka Allah membekali manusia dengan akal dan perasaan yang memungkinkan manusia untuk menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam suatu proses pendidikan. Kemudian mengembangkan ilmu tersebut ke dalam kehidupan sehari- hari, serta akal pula yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Selain itu akal dan perasaan dapat menentukan kedudukan seseorang dalam lingkungan
Sulchan Yasyin,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia(Surabaya: Amanah, 1997), h. 221 50
WJS, Purwo Draminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), h. 377
51
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Idonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1976), h. 313.
52
sosial dalam melaksanakan segala hal bentuk kegiatan dengan penuh cermat dan tanggung jawab.
Hal ini sangat perlu untuk diperhatikan dan difahami bagi setiap guru atau pendidik, sebab tanpa adanya strategi pengajaran, maka hasil dari kegiatan pembelajaran itu sendiri akan kurang memberikan hasil yang tidak baik sebagaimana tujuan yang telah direncanakan. Persoalan Implementasi pendidikan akhlak adalah masalah yang terkait dengan kapasitas kepribadian dan kemampuan guru dalam mengatur proses pembelajaran akhlak khususnya dalam sebuah lembaga pendidikan. Baik atau tidaknya pengajaran akhlak yang dilakukan oleh guru sepenuhnya terletak dipundak guru sebagai motorik dalam hal ini. Maka tak berlebihan jika dikatakan, bahwa:
Guru merupakan elemen terpenting dalam sebuah sistem pendidikan. Ia merupakan ujung tombak. Proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh bagaimana siswa memandang guru mereka. Kepribadian guru seperti memberi perhatian, hangat dan suportif (memberi semangat), diyakini bisa memberi motivasi yang pada gilirannya meningkatkan prestasi siswa. Empati yang tepat seorang guru kepada siswanya membantu perkembangan prestasi akademik mereka secara signifikan.53
Oleh karenanya, bagaimana pola pengajaran akhlak akan berlangsung sepenuhnya terletak di tangan guru dalam menentukan strategi mengajarkannya. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi pengajaran akhlak tersebut; pertama adalah tahapan pengajaran, kedua adalah penggunaan metode atau pendekatan dan ketiga yaitu penggunaan prinsip pengajaran akhlak yang baik.
1. Tahapan Mengajar.
Secara umum ada tiga tahapan dalam strategi pengajaran akhlak, yaknipra- instruksional, instruksional dan evaluasi. Ketiga tahapan tersebut merupakan
53
Mashuri AM, Wionarto K. Madjid dan Saiful Ma’rif, Pembelajaran yang Efektif, (Jakarta: Cet. Kedua, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2002), h. 36
kunci dari keberhasilan seorang guru dalam mengajar. Pra-instruksional, adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai pembelajaran, seperti mendata siswa, pree test serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan beberapa pertanyaan tentang sikap dan tingkah laku yang baik dalam kehidupan khususnya dalam ranah agama Islam.
Tahapan instruksional adalah tahapan inti dalam kegiatan proses belajar mengajar, yakni tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah disusun dan ditata guru sebelumnya yang termuat dalam sebuah Rencanan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam kegiatan instruksional inilah guru berusaha untuk membangun dan meningkatkan segenap aspek potensi yang ada dalam diri anak itu sendiri agar mengalami suatu perubahan sikap dan tingkah laku, baik itu perubahan kognitif, afektif serta psikomotorik.
Melalui proses pengajaran akhlak ini, anak didik untuk menjadi manusia yang memiliki kualitas sikap dan akhlak (budi pekerti) yang luhur. Pendidikan dan pengajaran akhlak tidak sekedar mengantarkan siswa untuk memahami atau mengetahui sejumlah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sikap dan perilaku saja, akan tetapi lebih dari itu dapat menjadikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya sebagai sarana untuk merubah keadaan dirinya ke arah yang lebih baik dan berkualitas atau dengan perkataan lain proses pengajaran akhlak dapat menumbuh kembangkan berbagai potensi diri siswa.
Kenyataan ini sesuai dengan tujuan pengajaran itu sendiri, seperti yang dikemukakan oleh Ivor K. Davies, berikut:
Tujuan mengajar ialah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku seorang pelajar. Dengan kata lain, pengajaran dapat membuat seorang pelajar menjadi orang lain, dalam hal apa yang dapat ia lakukan dan dapat dicapainya. Perubahan ini biasanya dilakukan seorang guru atau instruktur dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan-tujuannya.54
54
Ivor K. Davies, Pengelolaan Pengajaran,Terjemah oleh Sudarsono Sudirjo, (Jakarta: Rajawali Press, 1991), h. 120
Untuk melaksanakan kegiatan instruksional tersebut, tentunya guru harus menentukan terlebih dahulu metode pengajaran akhlak dan media pengajaran yang tepat seperti sumber-sumber yang mendukung dan lain sebagainya yang secara langsung dapat memberikan gambaran sikap dan tingkah laku (akhlak) yang baik, yang mana dalam hal ini Rasulullah Saw adalah contoh suri tauladan yang baik yang paling sempurna.
Tentu saja, untuk menjadikan proses belajar mengajar itu bersifat efektif dan efisien, maka berbagai komponen baik yang menyangkut materi pengajaran atau bahan serta media dan memiliki kehidupan perlu mendapat perhatian yang ekstra dari setiap guru atau pendidik sehingga proses pengajaran akhlak yang baik tersebut dapat berjalan dengan baik sebagaimana yang diinginkan.
Tahapan terakhir dalam kegiatan belajar mengajar adalah tahap evaluasi atau penilain. Tujuan tahapan ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah antara lain: melakukan pengamatan yang kontiniu terhadap sikap dan tingkah laku siswa setiap harinya baik melalui laporan orang tua secara pribadi maupun dalam bentuk uji mental di lingkungan sekolah.
Dengan demikian seorang guru akan dapat mengukur baik dan tidaknya tingkah laku seorang siswa setelah mendapatkan pengajaran akhlak di sekolah. Namun demikian, penilaian akhlak ini dapat dilakukan melalui nilai pada beberapa mata pelajaran di ruang kelas, meskipun ini tidak merupakan patokan utama perubahan akhlak seorang siswa akan tetapi hal tersebut akan memberikan gambaran umum tentang sikap dan tingkah lakunya.
2. Pendekatan Mengajar.
Mengingat mengajar adalah interaksi antara guru dan siswa, maka sangat dibutuhkan pendekatan yang tepat. Tanpa adanya pendekatan yang baik, maka proses pengajaran akhlak juga akan kurang memberikan dampak yang positif terhadap perubahan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik. Model pengajaran akhlak tersebut dapat dilakukan dengan carachild centered, yaitu pengajaran yang
terpusat pada anak didik; serta ada yang bersifat teacher centered, yaitu pola pengajaran yang terpusat pada guru.
Dari kedua jenis pendekatan tersebut, maka pendekatan yang pertama,child centered adalah pendekatan yang lebih interaktif dibanding dengan pendekatan yang kedua, teacher centered. Sebab jika guru dalam mengajar menggunakan pendekatan anak, maka pola pengajaran akan lebih interaktif dan siswa tidak bersifat pasif sebagaimana jika menggunakan pendekatanteacher centered.
Oleh karena itu, guru atau pendidik perlu terus melakukan evaluasi terhadap model-model pendekatan tersebut sehingga kekurangan atau kelemahan- kelemahan yang ada segera dapat diperbaiki dan ditingkatkan mutunya. Model pendekatan dalam pengajaran akhlak tidak dapat dipandang ringan, sebab jika hal ini terabaikan, maka proses pengajaran akhlak tersebut akan pasif dan tidak akan mampu mengembangkan sikap dan perilaku siswa ke arah yang lebih baik.
3. Prinsip Mengajar.
Prinsip pengajaran akhlak atau mengajar pada umumnya, merupakan usaha guru dalam menciptakan dan mengkondisikan situasi belajar mengajar siswa agar siswa melakukan kegiatan belajar secara optimal. Usaha tersebut dilakukan oleh guru pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Penggunaan prinsip mengajar bisa direncanakan guru sebelumnya, bisa juga secara spontan dilaksanakan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, terutama bila kondisi belajar siswa telah menurun.
Beberapa prinsip pengajaran akhlak yang paling utama harus digunakan guru, antara lain: prinsip motivasi, kooperasi dan kompetisi serta integrasi, aplikasi dan transformasi individu serta prinsip suri tauladan yang baik. Prinsip- prinsip tersebut sangat menentukan kegairahan dan penerimaan siswa dalam pengajaran akhlak. Maka dengan demikian, selain guru harus memperhatikan tahapan mengajar, pendekatan mengajar, guru juga harus benar-benar memperhatikan prinsip-prinsip pengajaran akhlak sebagaimana yang penulis telah kemukakan di atas. Jika strategi pengajaran akhlak tersebut dapat dilakukan oleh
guru atau pendidik dalam kegiatan pembelajaran, maka hasil dari pengajaran akhlak tersebut akan memberikan hasil yang maksimal sebagaimana yang diharapkan.