BAB V ANALISIS DATA
4. Sumber Daya
5.2 Implementasi Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan
Suatu kebijakan yang telah ditetapkan haruslah di implementasikan secara maksimal
untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Implementasi kebijakan merupakan proses
administratif yang dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah atau pelaksana teknis sesuai dengan
ketetapan yang ada di dalam kebijakan itu sendiri dengan mendayagunakan segenap sumber daya
yang ada. Implementasi Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Di
Kota Medan ini dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu :
1. Disposisi implementor
Sikap dan karakteristik dari para pelaksana peraturan dalam menyikapi suatu
kebijakan merupakan faktor yang tidak dapat dikesampingkan. Jika para pelaksana
peraturan setuju dengan isi suatu kebijakan, dan dalam hal ini berarti adanya dukungan,
kemungkinan besar mereka akan melaksanakannya sebagaimana yang diinginkan oleh
para pembuat kebijakan.
Berdasarkan hasil kuesioner Tabel 4. 13. Distribusi Jawaban Informan mengenai
sikap yang ditunjukkan petugas dalam proses pengurusan izin usaha hiburan diketahui
bahwa sebanyak 21 orang informan (48.84%) menyatakan sikap yang ditunjukkan
petugas dalam proses pengurusan izin adalah baik, dan 17 orang informan (39.53%)
menyatakansikap yang ditunjukkan petugas dalam proses pengurusan izin cukup baik,
hanya 5 orang informan (11.63%) yang menyatakan sikap yang ditunjukkan petugas
dalam proses pengurusan izin kurang baik.
Menurut informan kunci, respon atau sikap implementor terhadap hadirnya
baik. Sebagai instansi pemerintahan sudah seharusnya mendukung setiap kebijakan dan
program dari pemerintah, terlebih kebijakan tersebut memiliki tujuan yang baik. Dengan
adanya kebijakan tersebut diharapkan akan tercipta jasa pelayanan yang baik dan
memuaskan di bidang Pajak Hiburan sehingga akan menghasilkan dampak yang saling
menguntungkan terutama hal tersebut adalah para pelaksana kebijakan yang dalam hal ini
adalah pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan agar bekerja lebih baik lagi dari yang
sebelumnya dalam pelaksanaan Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pajak
Hiburan Di Kota Medan tersebut dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat diketahui bahwa sikap para
agen pelaksana dalam merespon Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2011 Tentang
Pajak Hiburan Di Kota Medan tersebut cenderung bersikap terbuka, dan menerima secara
baik serta mendukung terlaksananya peraturan tersebut. Wujud penerimaan implementor
terhadap peraturan tersebut dapat dilihat bahwa mereka mengetahui latar belakang,
manfaat, tujuan serta sasaran dari adanya Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2011
Tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan tersebut. Dimana kemudian Dinas Pendapatan
Kota Medan langsung membuka kelas untuk Training bagi para pegawai agar khusus mempelajari dan memahami isi dari Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2011 Tentang
Pajak Hiburan Di Kota Medan, agar dapat bekerja lebih baik di lapangan, bekerja lebih
baik lagi dalam melaksanakan peraturan tersebut dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
2. Komunikasi dan Koordinasi
Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas ke
implementasi. Sementara itu koordinasi menyangkut persoalan bagaimana praktik
pelaksanaan kekuasaan. Koordinasi berarti adanya kerjasama yang saling terkait dan
saling mendukung antar pelaksana kebijakan dalam guna pencapaian tujuan implementasi
kebijakan.
Berdasarkan hasil kuesioner Tabel 4. 6. mengenai sosialisasi yang dilakukan agen
kepada masyarakat diketahui bahwa sebanyak 9 orang informan (20.93%) menyatakan
bahwa sosialisasi sering dilakukan pihak Dinas Pendapatan Kota Medan , dan 16 orang
informan (37.21%) menyatakan sosialisasi cukup sering dilakukan, dan 18 orang
informan (41.86%) menyatakaan sosialisasi jarang dilakukan. Adapun sosialisi yang
dimaksudkan oleh informan adalah sosialisasi pada saat awal terbitnya kebijakan
tersebut, kegiatan pengawasan maupun razia yang dilakukan oleh tim dari Dinas
Pendapatan kota Medan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, komunikasi dan koordinasi
yang dilakukan dibagi atas dua; yaitu komunikasi dan koordinasi di Dinas Pendapatan
Kota Medan Kota Medan, maupun komunikasi dan koordinasi dengan instansi lainnya
seperti Kejaksaan, DemPom Satpol PP, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan Bagian
Bidang Hukum Lainnya serta BPKP dan masyarakat guna mendukung pelaksanaan
Peraturan Walikota No 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan tersebut.
Mulai dari proses sosialisasi, pengawasan. Beliau menambahkan bahwa selain
komunikasi antara para agen implementor, komunikasi terhadap target group atau kelompok sasaran juga sangat penting dilakukan, dalam hal ini yang menjadi kelompok
sasaran khususnya pengusaha/pemilik usaha hiburan. Adanya komunikasi kepada
hak dan tanggung-jawabnya dalam menjalankan usaha hiburan yang tertib dan nyaman
bagi pengguna umum. Biasanya komunikasi yang dilakukan kepada masyarakat lebih
bersifat persuasif yakni memberikan arahan, maupun teguran pada saat razia dilapangan.
Selain itu sosialisasi lewat beberapa media juga dilakukan seperti melalui website resmi Pendapatan Kota Medan dan juga memalui pertemuan pengusaha dengan Mentri
Keuangan RI di sebuah Hotel Garuda Medan, dan melalui surat pos, UPT dengan door to door.
Berdasarkan hasil analisis keseluruhan dapat dilihat bahwa indikator komunikasi
dan koordinasi sudah dilakukan dan berjalan cukup baik, baik komunikasi di lingkungan
Dinas Pendapatan Kota Medan maupun koordinasi dengan instansi lainnya. Hal itu
berdampak dengan semakin bertambahnya jumlah usaha hiburan yang sudah memiliki
izin usaha di Kota Medan, yaitu 214 usaha hiburan hingga akhir tahun 2013. Namun
komunikasi dan Koordinasi dengan masyarakat masih belum maksimal dan perlu lebih
ditingkatkan kegiatan sosialisasi. Jumlah pengusaha hiburan yang telah mengurus izin
usaha memang semakin meningkat, tetapi kesadaran mereka masih kurang untuk mau
mematuhi seluruh isi kebijakan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan di lapangan,
tidak jarang peneliti mendapat jawaban dari pada responden tentang mereka juga sering
mendapat teguran karena melanggar aturan yang ada, biasanya hal ini terjadi pada jenis
usaha hiburan live misic, panti pijat. Jika mereka sudah mendapat teguran mereka akan di beri surat yang kemudian diarakan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan
untuk mendapat arahan atas teguran yang diberikan.
Dengan ditingkatannya kegiatan sosialisasi dan pengawasan kepada masyarakat
mematuhi seluruh isi peraturan tersebut. Jika tidak dapat diselesaikan dengan sosialisasi
maupun kegiatan pembinaan, para pelaksana dapat bersikap tegas dengan memberikan
sanksi tegas kepada pengusaha hiburan tersebut berupa penutupan paksa dan larangan
operasi.
3. Struktur Birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.
Berdasarkan hasil kuesioner Tabel 4. 10. mengenai tata cara/ prosedur untuk
mendapatkan surat izin usaha hiburan tersebut diketahui bahwa tanggapan masyarakat
terhadap tata cara/ prosedur untuk mendapatkan surat izin, sebanyak 19 orang informan
(44.19%) menyatakan bahwa tata cara/ prosedur untuk mendapatkan surat izin usaha
mudah, dan 16 orang informan (37.21%) menyatakan tata cara/ prosedur untuk
mendapatkan surat izin usaha cukup mudah, 8 orang informan (18.60%) menyatakan tata
cara/ prosedur untuk mendapatkan surat izin usaha sulit.
Menurut informan kunci, dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya di rancang
dengan baik dan dilaksanakan dengan baik pula. Adapun untuk melaksanakan Peraturan
Wali Kota Nomor 35 Tahhun 2011 Tentang Pajak Hiburan tersebut, diberikan wewenang
kepada Bidang Data dan Penetapan untuk melaksanakan peraturan dilapangan dan juga
menerbitkan surat adminstrasi untuk pajak usaha dan kemudian akan memperoleh surat
izin usaha hiburan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan. Kepala Bidang
Data dan Penetapan menyebutkan bahwa dalam pengimplementasian Peraturan,
pelayanan yang mereka berikan sudah baik. Adapun tata cara yang digunakan untuk
a. Setiap wajib pajak hiburan wajib mendaftarkan usahanya atau objek pajak hiburan
dengan menggunakan SPOPD kepada Dinas Pendapatan Kota Medan melalui Bidang
Pendataan dan pendaftaran.
b. Pendaftaran objek pajak hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berupa pendaftaran
atas penyelenggaraan hiburan sebagaimana yang diatur dalam pasal 2 ayat (3) Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan.
c. SPOPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di ambil sendiri oleh wajib pajak hiburan
dan wajib diisi dengan benar, jelas, lengkap dan ditandatangani dengan melampirkan:
1. Foto copy identitas diri ( KTP,SIM, Paspor)
2. Foto copy akte pendirian untuk badan usaha
3. Foto copySurat keterangan domisili usaha
4. Surat izin usaha atau surat izin penyelenggaraan hiburan dan
instansi yang berwewenang
5. Surat kuasa apabila pemilik/pengelola usaha/penanggung jawab
berhalangan dengan disertai Foto copy identitas diri (KTP,SIM,
Paspor) dari pemberi kuasa.
6. Setiap Foto copy yang merupakan persyaratan pendaftaran usaha
atau objek pajak hiburan harus di legalisir oleh pejabat yang
berwewenang dan / menunjukkan aslinya kepada petugas.
Lebih lanjut informan menambahkan bahwa tidak ada standart waktu dalam pengurusan izin
tersebut. Hanya saja cepat atau lamanya pengurusan izin tersebut ditentukan bagaimana
Berdasarkan hasil analisis keseluruhan dapat disimpulkan bahwa struktur birokrasi/
organisasi yang ada pada Dinas Pendapatan Kota Medan sudah cukup. Adapun tata cara atau
petunjuk pelaksana/petunjuk teknis yang digunakan untuk melaksanakan peraturan tentang
perizinan usaha hiburan sudah jelas dan serta sudah tercantum di dalam rincian isi Peraturan
Walikota Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan. Dimana dijelaskan bagaimana
prosedur, tata cara dan syarat yang dibutuhkan dalam proses pengurusan izin, baik sebelum
pemberian maupun sesudah pemberian izin, dan kepada instansi mana masyarakat mengurus
izinnya. Sehingga baik pelaksana kebijakan maupun masyarakat dapat mengetahui dengan jelas.
4. Sumber Daya
Indikator lainnya yang perlu diperhatikan dalam proses implementasi kebijakan adalah
sumber daya. Ketersediaan sumber daya merupakan faktor penting dalam implementasi
kebijakan. Tanpa sumber daya yang cukup, implementasi kebijakan tidak akan bisa tercapai.
Sumber daya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sumber daya materil meliputi dana dan
peralatan yang dipakai, dan sumber daya non materil meliputi staff/personil yang memadai serta
keahlian-keahlian yang tepat untuk melaksanakan tugas-tugasnya, wewenang dan
fasilitas-fasilitas yang diperlukan, serta informasi mengenai program/kebijakan yang akan
diimplementasikan.
a. Sumber Daya Manusia
Ketersediaan sumber daya manusia dalam pengimplementasian Peraturan Walikota
Medan Nomor 35 tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan merupakan hal yang sangat penting.
Meskipun demikian perlu juga diketahui bahwa jumlah manusia (pegawai) tidak selalu
pegawai yang banyak tidak secara otomatis mendorong implementasi yang berhasil. Ini juga
dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh pegawai, namun di sisi lain kurangnya pegawai
juga akan menimbulkan persoalan menyangkut implementasi kebijakan yang efektif. Artinya
kebutuhan akan sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu kebijakan harus terpenuhi
secara kualitas dan kuantitasnya. Sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tugas dan
fungsi yang diisyaratkan dalam peraturan kebijakan akan memberi dampak positif bagi proses
implementasi dan tercapainya tujuan kebijakan.
Berdasarkan hasil kuesioner Tabel 4. 12. mengenai waktu yang dibutuhkan dalam
pengurusan izin usaha hiburan diketahui bahwa sebanyak 8 orang informan (18.60%)
menyatakan waktu yang dibutuhkan cepat dalam pengurusan izin usaha hiburan tersebut, dan 14
orang informan (32.56%) menyatakan waktu yang dibutuhkan cukup cepat dalam pengurusan
izin usaha hiburan tersebut, dan 21 orang informan (48.84%) menyatakan waktu yang
dibutuhkan lama dalam pengurusan izin usaha hiburan. Adapun konfirmasi dari pihak pelaksana
kebijakan menyatakan bahwa tidak ada standart waktu dalam pengurusan izin tersebut. Belum
lagi sebelum menerbitkan izin tersebut terlebih dahulu dilakukan pengecekan dilapangan
mengenai apakah pemohon telah memenuhi syarat-syarat dan ketentuan yang berlaku. Hal inilah
yang menyebabkan jika sebagian informan merasa bahwa pengurusan izin tersebut lama.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, diketahui bahwa jumlah pegawai yang
terdapat pada Dinas Pendapatan Kota Medan khususnya Bidang Pendataan dan Penetapan yang
menangani langsung Implementasi Kebijakan tersebut sudah cukup dan mereka sudah cukup
mampu untuk melaksanakan kebijakan. Berdasarkan data sekunder yang ada pada Dinas
berjumlah 79 orang pegawai, sehingga diharapkan mampu untuk mengimplementasian kebijakan
perizinan usaha hiburan tersebut dengan baik.
Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pegawai yang
dimiliki oleh Bidang Pendataan dan Penetapan Dinas Pendapatan Kota Medan sudah cukup
memadai dari segi kuantitas untuk melaksanakan kebijakan tersebut, dari segi kualitas sudah
cukup memadai karena di dominasi oleh lulusan sarjana. Dan sudah dilakukan pembinaan atau
Training khisus pada pegawai untuk lebih memahami cara kerja untuk di lapngan, yaitu sekitar 214 usaha hiburan yang harus dibina dan dilayani, jumlah seluruh pegawai Dinas Pendapatan
Kota Medan Khususnya Bidang Data Dan Penetapan sudah maksimalnya dalam melaksanakan
BAB VI
PENUTUP
6.1Kesimpulan