George Edward III melihat implementasi kebijakan sebagai suatu proses yang dinamis,
dimana terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan mempengaruhi implementasi
kebijakan. Faktor-faktor tersebut ditampilkan guna mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap
implementasi kebijakan. Menurut George Edward III, dalam pendekatan studi implementasi
harus dimulai dengan suatu pernyataan abstrak seperti yang dikemukakan sebagai berikut:
a. Apakah yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan?
b. Apakah yang menjadi faktor penghambat utama bagi keberhasilan implementasi
kebijakan?
Guna menjawab pertanyaan tersebut, George Edward III mengajukan empat faktor yang
berperan penting dalam keberhasilan implementasi, yaitu:
1. Komunikasi (communication).
Implementasi kebijakan akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan
kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggungjawab dalam pencapaian tujuan
kebijakan. Kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan
secara tepat dengan para pelaksana. Konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan
perlu dikomunikasikan sehingga pelaku kebijakan mengetahui secara tepatapa yang menjadi isi,
9
Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik: Berbasis Dynamic Policy Analysis (Yogyakarta: Gava Media) hal. 31-33.
tujuan, kelompok sasaran kebijakan, sehingga pelaku kebijakan dapat menyiapkan hal-hal apa
saja yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar proses implementasi kebijakan bisa
berjalan secara efektif dan sesuai dengan tujuan kebijakan itu. Komunikasi dalam organisasi
merupakan suatu proses yang amat kompleks dan rumit. Seseorang bisa menahannya hanya
untuk kepentingan tertentu, atau menyebarluaskannya. Di samping itu sumber informasi yang
berbeda juga akan melahirkan interpretasi yang berbeda pula. Agar implementasi berjalan
efektif, siapa yang bertanggungjawab melaksanakan sebuah keputusan harus mengetahui apakah
mereka dapat melakukannya. Sesungguhnya implementasi kebijakan harus diterima oleh semua
personel dan harus mengerti secara jelas dan akurat mengenahi maksud dan tujuan kebijakan.
Jika para aktor pembuat kebijakan telah melihat ketidakjelasan spesifikasi kebijakan sebenarnya
mereka tidak mengerti apa sesunguhnya yang akan diarahkan. Para implemetor kebijakan
bingung dengan apa yang akan mereka lakukan sehingga jika dipaksakan tidak akan
mendapatkan hasil yang optimal. Tidak cukupnya komunikasi kepada para implementor secara
serius mempengaruhi implementasi kebijakan. Komunikasi implementasi mencakup beberapa
hal yaitu: (a) transformasi informasi, (b) kejelasan informasi, dan (c) konsistensi informasi.
2. Sumber Daya (resource)
Bukan hanya isi sebuah kebijakan saja yang dikomunikasi secara jelas, sumber daya juga
harus tetap dipersiapkan untuk dapat melaksanakan implementasi kebijakan. Ketersediaan
sumber daya dalam implementasi kebijakan memegang peranan penting, karena implementasi
kebijakan tidak akan efektif bilamana saumber-sumber pendukungnya tidak memadai.
Komponen sumberdaya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang
relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber
diarahkan sebagaimana yang diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat
dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana.Sumberdaya
manusia yang tidak memadahi (jumlah dan kemampuan) berakibat tidak dapat dilaksanakannya
program secara sempurna karena mereka tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Jika
jumlah staf pelaksana kebijakan terbatas maka hal yang harus dilakukan meningkatkan
skill/kemampuan para pelaksana untuk melakukan program. Untuk itu perlu adanya manajemen
SDM yang baik agar dapat meningkatkan kinerja program. Informasi merupakan sumberdaya
penting bagi pelaksanaan kebijakan. Ada dua bentuk informasi yaitu informasi mengenai
bagaimana cara menyelesaikan kebijakan/program serta bagi pelaksana harus mengetahui
tindakan apa yang harus dilakukan dan informasi tentang data pendukung kepetuhan kepada
peraturan pemerintah dan undang-undang. Kenyataan dilapangan bahwa tingkat pusat tidak tahu
kebutuhan yang diperlukan para pelaksana dilapangan. Kekurangan informasi/pengetahuan
bagaimana melaksanakan kebijakan memiliki konsekuensi langsung seperti pelaksana tidak
bertanggungjawab, atau pelaksana tidak ada di tempat kerja sehingga menimbulkan inefisien.
Implementasi kebijakan membutuhkan kepatuhan organisasi dan individu terhadap peraturan
pemerintah yang ada. Sumberdaya lain yang juga penting adalah kewenangan untuk menentukan
bagaimana program dilakukan, kewenangan untuk membelanjakan/mengatur keuangan, baik
penyediaan uang, pengadaan staf, maupun pengadaan supervisor.Fasilitas yang diperlukan untuk
melaksanakan kebijakan/program harus terpenuhi seperti kantor, peralatan, serta dana yang
mencukupi. Tanpa fasilitas ini mustahil program dapat berjalan.
3. Disposisi (sikap)
Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap
melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat
kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah.Ada tiga bentuk
sikap/respon implementor terhadap kebijakan ; kesadaran pelaksana, petunjuk/arahan pelaksana
untuk merespon program kearah penerimaan atau penolakan, dan intensitas dari respon tersebut.
Para pelaksana mungkin memahami maksud dan sasaran program namun seringkali mengalami
kegagalan dalam melaksanakan program secara tepat karena mereka menolak tujuan yang ada
didalamnya sehingga secara sembunyi mengalihkan dan menghindari implementasi program.
Disamping itu dukungan para pejabat pelaksana sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran
program. Dukungan dari pimpinan sangat mempengaruhi pelaksanaan program dapat mencapai
tujuan secara efektif dan efisien. Wujud dari dukungan pimpinan ini adalah Menempatkan
kebijakan menjadi prioritas program, penempatan pelaksana dengan orang-orang yang
mendukung program, memperhatikan keseimbangan daerah, agama, suku, jenis kelamin dan
karakteristik demografi yang lain. Disamping itu penyediaan dana yang cukup guna memberikan
insentif bagi para pelaksana program agar mereka mendukung dan bekerja secara total dalam
melaksanakan kebijakan/program.
4. Struktur Birokrasi (bereaucratic structure)
Membahas badan pelaksana suatu kebijakan, tidak dapat dilepaskan dari struktur
birokrasi. Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang
terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial
Bagan 1.3: model implementasi George Edward III
I.5.2.3Variabel – Variabel Yang Akan Digunakan Dalam Penelitian Ini
Untuk dapat mengkaji dengan baik suatu implementasi kebijakan, perlu diketahui
variabel-variabel atau faktor-faktor penentunya. Menurut Solichin semakin kompleks
permasalahan kebijakan dan semakin mendalam analisis yang dilakukan, semakin diperlukan
teori atau model yang relatif operasional, yang mampu menghubungkan kausalitas antar variabel
yang menjadi fokus masalah. Oleh karena itu, maka variabel yang akan dipakai dalam
Implementasi Peraturan Wali Kota Medan Tentang Pajak Hiburan yaitu:
1. Disposisi (sikap implementor)
Kecenderungan/sikap yang dimiliki oleh implementor yang akan mempengaruhi
pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan. Adapun kecenderungan yang dimaksud
mencakup hal-hal berikut:
a. Tingkat komitmen implementor terhadap pencapaian tujuan kebijakan.
b. Respon implementor terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauannya
untuk melaksanakan kebijakan.
2. Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas ke
bawah maupun sebaliknya. Komunikasi dilakukan untuk menghindari distorsi implementasi,
untuk itu perlu adanya ketepatan waktu dalam penyampaian informasi, kejelasan informasi yang
disampaikan dan adanya konsistensi dalam penyampaian informasi. Sementara itu koordinasi
menyangkut persoalan yang lebih mendasar, yaitu bagaimana praktik pelaksanaan kekuasaan.
Koordinasi berarti adanya kerjasama yang saling terkait dan saling mendukung antar pelaksana
kebijakan/lembaga terkait dalam sistem administrasi guna pencapaian tujuan implementasi
kebijakan.
3. Struktur birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu aspek penting dari organisasi adalah
adanya standart prosedur operasional (SOP) yang menjadi pedoman bagi setiap implementor
dalam bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan
pengawasan dan menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.
4. Sumber daya
Ketersediaan sumber daya merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan.
Tanpa sumber daya yang cukup, implementasi kebijakan tidak akan bisa tercapai. Sumber daya
dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sumber daya materiil dan sumber daya non materiil.
Sumber daya materiil meliputi dana dan peralatan yang dipakai, sedangkan sumber daya non
materiil meliputi staff/personil yang memadai serta keahlian-keahlian yang tepat untuk
melaksanakan tugas-tugasnya, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, serta informasi
I.6Definisi Konsep
Menurut Singarimbun konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang
menjadi perhatian ilmu sosial.
Untuk menghindari adanya salah pengertian maka defenisi konsep yang dipakai dalam
penelitian ini adalah :
1. Kebijakan Publik
Kebijakan publik adalah segala aktifitas yang dilakukan oleh pemerintah lewat keputusan
bersama dengan aktor-aktor politik untuk memecahkan masalah publik yang dihadapi. Kebijakan
publik yang dimaksud dalam penelitian ini adalahPeraturan Wali Kota Medan No 35 tahun 2011
Tentang Pajak Hiburan di Kota Medan.
2. Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah maupun
swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam kebijakan
sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah
keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu.
Adapun indikator yang digunakan untuk menganalisis implementasi kebijakan dalam
penelitian ini di ambil dari model implementasi kebijakan George C. Edward adalah sebagai
berikut:
1. Komunikasi
3. Disposisi Implementor
4. Struktur birokrasi
1.7 Definisi Operasional
Menurut Singarimbun definisi operasional adalah unsur penelitian memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah
semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Melalui
pengukuran ini dapat diketahui indkator apa saja sebagai pendukung untuk di analisis dari
variabel-variabel tersebut.
Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini yaitu:
1. Komunikasi
a. Seberapa besar kerjasama dan dukungan antar berbagai instansi dalam
pelaksanaan kebijakan
2. Sumber daya
a. Kemampuan dari para implementor
b. Ketersediaan dana dan fasilitas
3. Disposisi implementor
Kecenderungan sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:
a. Gambaran komitmen implementor terhadap tujuan kebijakan
b. Respon implementor terhadap kebijakan
4. Struktur birokrasi
Prosedur standart operasional (SOP) atau Petunjuk pelaksana/petunjuk teknis
(Juklak/Juknis)
I.8Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini akan mengikuti bab – bab sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.