• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PERTANIAN DIGITAL ALTERNATIF SOLUSI MENJAWAB TANTANGAN

Di Indonesia, komitmen tersebut digambarkan mulai dari kebijakan dan program pertanian modern dalam kerangka Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasionan (RPJMN), tujuan pembangunan pertanian yang maju, mandiri dan modern yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian 2020-2024 dan berbagai kebijakan dan program yang dilakukan di Badan Litbang Pertanian. Bagian akhir adalah penutup dengan memberikan saran langkah kebijakan dan strategi ke depan dalam upaya mendorong implementasi pertanian digital di Indonesia.

IMPLEMENTASI PERTANIAN DIGITAL

pekerja di pertanian. Pemanfaatan sensor jarak jauh mampu menghasilkan dan menyediakan banyak data tentang kelembapan, suhu, dan arah angin yang sangat penting untuk memutuskan waktu penanaman, panen, penyiraman, dan pemupukan. Hal tersebut memberikan pengaruh positif dan produktivitas pertanian meningkat secara signifikan. Selain itu, perkembangan kemajuan rekayasa genetika juga telah berhasil memperkenalkan varietas baru dengan hasil lebih tinggi yang tahan terhadap kondisi buruk (cekaman lingkungan) dan mengandung lebih banyak nutrisi. Pemanfaatan teknologi inovatif dilakukan pada keseluruhan proses dan sistem produksi dari hulu hingga hilir untuk meningkatkan efisiensi, nilai tambah dan daya saing produk pertanian sehingga memiliki jangkauan pasar secara luas.

Pertanian digital tidak hanya mengubah cara petani melakukan proses bisnisnya mulai dari cara penyediaan input, sistem produksi, pengolahan, hingga pemasaran produk tetapi juga akan mengubah secara mendasar setiap bagian dari rantai nilai pangan pertanian. Pada aspek hulu, kekuatan teknologi informasi digunakan mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik terkait proses dan produksi pertanian dengan berorientasi pada ketepatan perlakuan dan peningkatan efisiensi sehingga meningkatkan profitabilitas dan produktivitas serta memaksimalkan manfaat jangka panjang (Banu 2015). Sedangkan pada aspek hilir, penerapan pertanian digital lebih difokuskan pada siklus hidup suatu produk dan mewarnai proses operasi manufaktur (Crnjac et.al. 2017).

Keunggulan lain dari sistem manajemen pertanian digital adalah dapat dilakukan berbagai tindakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola variabilitas berbagai variabel sehingga mendapatkan keuntungan optimal, keberlanjutan dan perlindungan sumber daya lahan. Inovasi penting lainnya dari pertanian digital dapat dibangun sistem pelacakan (treacing) untuk perekaman data dan mengetahui tingkat presisi terkait dengan rantai transformasi produk dan nilai tambah objek (komoditas/produk pertanian) dari hulu ke hilir serta dokumentasi proses dan aktor yang terlibat pada rantai produksi tersebut. Sistem pelacakan memungkinkan integrasi hulu hilir serta analisis maju (foreward tracing) untuk perencanaan produk seperti produk kemana akan di pasok, nilai ekonomi dan daya jual produk, prediksi volume, dan harga, dan analisis mundur produk (backward tracing) untuk diagnosis produk antara lain dari mana asalnya, riwayat penyakit, diagnosa susut, dan kerusakan. Dengan keunggulan dan manfaat tersebut, pertanian digital merupakan solusi inovatif untuk masalah sistem pangan global saat ini dan ke depan (FAO 2021).

Untuk dapat mencapai kemajuan yang diharapkan tidak saja teknologi inovatif namun juga diperlukan dukungan seperti kebijakan dan insentif, model bisnis, dan kondisi yang mempromosikan transformasi digital. Mengadopsi teknologi inovatif adalah baru titik awal dari proses transformasi dan belum menjadi jaminan dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Kesuksesan transformasi digital tidak hanya sekedar sebagai implementasi, namun lebih jauh harus mampu mengukur hingga dampak yang dihasilkan.

Dua aspek penting manfaat dan dampak dari transformasi digital di bidang pertanian adalah sebagai upaya pencapaian Sustainable Development Goals-SDGs dan pengelolaan sumberdaya pertanian (FAO 2019). Berkaitan dengan upaya pencapaian SDGs pada tahun 2030, setidaknya dapat diidentifikasi tiga bidang yang menunjukkan hadirnya teknologi digital di bidang pertanian dan pedesaan, yaitu : a) Ekonomi: teknologi pertanian digital dapat berkontribusi untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya produksi dan logistik, mengurangi kehilangan dan pemborosan pangan, meningkatkan peluang pasar, keberlanjutan rantai nilai dan meningkatkan PDB; b) Sosial dan budaya: dengan pendekatan yang tepat, dapat menciptakan industri pada beragam tingkat sosial dan budaya; c) Lingkungan: pertanian digital memungkinkan untuk memantau dan mengoptimalkan proses produksi pertanian, penggunaan sumber daya alam yang terbaik, dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Elemen penting aspek sumberdaya yang memengaruhi kebutuhan dan pengembangan teknologi digital di bidang pertanian dan pedesaan, yaitu: a) Sumber daya alam sebagai elemen dasar pertanian; b) Sumber daya manusia, mencakup minat dan bakat, generasi milenial dan pengembangan kapasitas lokal; c) Kerangka regulasi (kebijakan) yang mendorong penggunaan teknologi digital dan insentif yang diperlukan; serta d) Kejelasan definisi tentang apa yang ingin dicapai (visi) dan mekanisme (strategi) untuk mencapainya, menggambarkan kemauan politik bagi pengembangan pertanian digital secara terarah dan berkelanjutan.

Hal penting dari aspek visi dan strategi pencapaian dalam mewujudkan pertanian digital adalah bahwa proses transformasi dilakukan dengan tetap mengedepankan dan berorientasi pada perwujudan kesejahteraan petani sebagai pelaku utama dan muara akhir dari pembangunan pertanian sekaligus amanah konstitusi (Rohmani dan Soeparno, 2018). Selain itu, dalam dinamika lingkungan strategis baik global dan nasional melibatkan serangkaian permasalahan dan tantangan, tidak saja aspek keterbatasan sumber daya alam, SDM, ketersediaan dan konsumsi pangan, namun juga aspek pengelolaan yang menuntut ketepatan dan akurasi data yang semakin tinggi. Diperlukan ketepatan dalam merumuskan alternatif strategi untuk menjawabnya. Penerapan pertanian presisi, diantaranya dengan pemanfaatan teknologi digital menjadi salah satu alternatif dan orientasi utama mendukung pertanian modern berkelanjutan yang diharapkan (FAO 2019; Seminar 2016).

Praktek pertanian digital yang relatif baru adalah ketersediaan beragam inovasi yang dapat dimanfaatkan oleh petani dalam berbagai cara dan strategi. Tindakan analisis, peralatan digital dan keputusan-keputusan agronomis berlangsung dalam pola interaktif, mengarahkan petani dalam mengambil keputusan apa yang harus dimanfaatkan di lahan mereka, dan bagaimana menerapkannya. Pertanian presisi dapat membantu petani sekaligus berurusan dengan sejumlah tantangan yang dihadapi seperti kelangkaan air, keterbatasan lahan, perhitungan pembiayaan dan permintaan kuantitatif pasar.

Suatu infrastruktur produksi yang ditransformasikan dalam pertanian digital untuk meningkatkan produktivitas, kualitas dan

perlindungan lingkungan berkembang dalam bentuk teknologi inovatif, pengenalan otomatisasi alat-alat produksi, panen, pasca panen hingga pemasaran. Dalam hal ini petani tidak lagi mempersiapkan media tanam atau masa tanam, perawatan lahan (pencegahan hama), pembajakan, pemilihan bibit, persemaian dengan pola lama yang konvensional, tetapi sudah beradaptasi dan digantikan dengan alat pertanian modern. Penggunaan traktor dan teknologi GPS akan mengoptimalisasi pertanian karena ketepatan perlakuan dapat dihasilkan. Melalui monitor dan kontrol semua hal dapat diukur dengan sangat tepat dan cepat.

Penggunaan kemajuan teknologi informasi yang lebih baik dan terintegrasi dalam pertanian digital akan memberikan beberapa keunggulan, berupa : (i) mengoptimalkan input (bagian penting dari pertanian presisi), (ii) pengelolaan mekanisasi dan dan penggunaan sumber daya energi secara lebih efisien, (iii) meningkatkan teknik penyimpanan tanaman dan mengurangi losses, (iv) memberikan informasi yang lebih baik tentang permintaan pasar dan fluktuasi musiman, (v) meningkatkan layanan transportasi dan logistik, serta (vi) mengoptimalkan penyimpanan dan distribusi dengan lebih sedikit limbah.

Namun demikian, hasil implementasi pertanian digital di berbagai negara baik negara maju maupun berkembang, memberikan pelajaran “lesson learned” bahwa penerapan pertanian digital masih mengalami kekurangan dan membutuhkan banyak investasi (Zang et al. 2020). Ketika pertanian menjadi semakin intensif pengetahuan, memiliki akses ke informasi yang tepat waktu dan akurat sesuai dengan lokasi dan kondisi tertentu,

sangat penting dapat membantu petani meningkatkan efisiensi dalam produksi pertanian mereka. Pertanian digital berpusat pada perancangan, pengembangan, dan penerapan metode inovatif penggunaan ICT dalam sektor pertanian yang berkaitan erat kehidupan di pedesaan sehingga diperlukan strategi dan pendekatan yang tepat dalam penerapannya.

Banyak pemangku kepentingan telah lama menyadari perlunya strategi untuk pertanian digital. Namun sebagian besar negara belum mengadopsi atau menerapkan penggunaan ICT di sektor pertanian sebagai strategi nasional (FAO 2020). Strategi pertanian digital akan membantu merasionalisasi sumber daya keuangan dan manusia, mengatasi (secara holistik) peluang dan tantangan di sektor pertanian, menghasilkan sumber pendapatan baru dan meningkatkan kehidupan masyarakat di pedesaan.

Pembangunan pertanian dan pedesaan harus mengatasi berbagai tantangan dan mampu merubahnya menjadi sistem pangan berkelanjutan dan rantai nilai yang peka terhadap kebutuhan nutrisi. Tantangan-tantangan tersebut meliputi: (i) beban rangkap tiga dari kekurangan gizi yaitu kelebihan berat badan, obesitas, dan kekurangan zat gizi mikro; (ii) adaptasi perubahan iklim; (iii) peningkatan kehilangan dan pemborosan makanan; (iv) urbanisasi dan migrasi keluar kaum muda; dan (v) dominasi pertanian skala kecil.

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PERTANIAN