• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Implementasi Standar Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas Inklusi SDN Ketawanggede dan Kelas Inklusi Sumbersari 1 Malang

ISLAM PADA KELAS INKLUSI

E. Dampak Implementasi Standar Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas Inklusi SDN Ketawanggede dan Kelas Inklusi Sumbersari 1 Malang

Dari seluruh data standar proses di (SDN Ketawanggede dan SDN Sumbersari 1) ditemukan gambara pada tiga aspek Standar Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas Inklusi yaitu: Standar Perencanaan, Standar Pelaksanaan, dan Standar Evaluasi serta dampak yang diakibatkan jika tidak sesuai

143 Stainback,W. & Stainback,S. Support Networks for Inclusive Schooling: Independent Integrated Education. (Baltimore: Paul H. Brookes, 1990), hlm. 65

dengan standar yang telah ditetapkan temuan penelitian yang menjadi pembeda antara penelitian yang peneliti lakukan. Adapun dampak yang dimaksud disusun sebagai berikut:

1. Standar Perencanaan yang digunakan guru sebelum memulai proses pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus adalah menyiapkan RPP. Tidak begitu banyak modifikasi yang digunakan guru untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa berkebutuhan khusus. Modifikasi dari RPP yang dibuat guru yakni penyederhanaan pada Indikator. Sehingga hal ini berdampak ada keberhasilan siswa berkebutuhan khusus untuk mencapai tujuan pembelajaran karena disesuaikan dengan kemampuan siswa masing-masing seperti yang dilaksanakan di SDN Ketawanggede. Perencanaan program pembelajaran individu (PPI)

2. Proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk siswa

berkebutuhan khusus yang dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Islam adalah sama dengan siswa normal biasa lainnya. Terdapat kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan guru melakukan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran kepada seluruh siswa, guru juga memberikan motivasi melalui nyanyian dan gerakan tepuk tangan. Pada kegiatan inti, guru menggunakan pembelajaraan kooperatif, siswa berkebutuhan khusus dibuat menjadi satu kelompok dengan siswa normal biasa yang lebih baik kemampuannya. Terkadang guru Pendidikan Agama Islam juga menggunakan strategi khusus untuk memberikan materi khusus untuk siswa berkeutuhan khusus. Pada kegiatan

penutup, guru menggunakan tanya jawab secara klasikal dan individual untuk menyimpulkan materi pembelajaran. Untuk siswa berkebutuhan khusus, guru memberikan latihan ataupun tugas khusus yang sesuai dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus tersebut. Peran GPK sangat membantu dalam pelaksannaan standar ini, dikarenakan GPK lebih mengerti karakter anak dan memang tugas GPK adalah mendampingi siswa berkebutuhan khusus yang kesulitan belajar sehingga kelas pull out dimana siswa berkebutuhan khusus ditarik pada jam tertentu dari kelas untuk mendapatkan belajar khusus ke ruang sumber, hasilnya anak berkebutuhan dapat berkosentrasi dengan baik. Karena anak berkebutuhan khusus sebagian besar sulit dalam berkosentrasi.

3. Standar Evaluasi pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus belum ada ketetapannya diserahkan kepada sekolah masing-masing bagaimana mengelolanya. Evaluasi bagi siswa berkebutuhan khusus lebih baik berbeda dengan siswa normal biasa. Karena kemampuan mereka berbeda. Penyususnan soal untuk siswa berkebutuhan khusus berasal dari dinas pendidikan langsung yang penyususnanya khusus dilakukan dari guru GPK se kota malang. Penilaian yang guru berikan untuk siswa berkebutuhan khusus juga terkadang adalah sama dengan normal biasa. Namun, terkadang guru juga berkolaborasi dengan GPK untuk memberikan penilaian khusus kepada siswa berkebutuhan khusus.

4. Dampak terpenuhinya standar proses pembelajaran yang diterapkan di SDN Ketawanggede dan SDN Sumbersari 1 pada kelas inklusi yaitu: Kegiatan

Pembelajaran menjadi lebih terarah untuk mencapai kompetensi dasar sesuai dengan karakteristik siswa berkebutuhan khusus. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, guru mudah dalam memperbaiki proses pembelajaran jikalau ada yang hasilnya kurang maksimal, kompetensi lulusan dapat tercapai dengan optimal. Kesesuaian standar perencanaan dengan standar pelaksanaan menentukan keberhasilan proses pembelajaran di SDN Sumbersari 1, sedangkan di SDN Ketawanggede kurang memanfaatkan ruang sumber yang tersedia dikususkan untuk siswa berkebutuhan khusus sehingga siswa berkebutuhan khusus kurang maksimal berkosentrasi. Hal ini diakibatkan dari kurangnya guru GPK di SD di SDN Ketawanggede.

149

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tersebut di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil implementasi standar proses pembelajaran pendidikan agama islam pada kelas inklusi (studi multisitus di SDN Ketawanggede dan SDN Sumbersari 1) adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan:

Mengenai Perencanaan pembelajaran di SDN Ketawanggede guru GPK membuat program pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu RPP yang dipakai seluruh siswa baik siswa berkebutuhan khusus maupun siswa normal. Hanya saja, ada penyederhanaan Indikator pada siswa berkebutuhan khusus. Sedangkan untuk perencanaan pembelajaran di SDN sumbersari 1 guru GPK membuat program pembelajaran sesuai dengan keadaan siswa atau yang disebut dengan PPI (program pembelajaran individual) untuk siswa berkebutuhan khusus. Sedangkan untuk siswa normal menggunakan RPP seperti pada kurikulum 2013.

2. Pelaksanaan:

Pelaksanaan pembelajran di SDN Ketawanggede adalah dengan model kelas full inclusion dimana siswa berkebutuhan disertakan dalam menerima pembelajaran dikelas reguler bersama siswa normal lainnya. Sedangkan di SDN Sumbersari 1 menggunakan model kelas Cluster

dan Pull out dimana anak berkebutuhan khusus ikut serta belajar satu

kelas bersama siswa normal lainnya. Namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler menuju kelas sumber untuk belajar dengan guru pendamping khusus.

3. Evaluasi:

Evaluasi proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk siswa berkebutuhan khusus adalah sama dengan evaluasi untuk siswa normal biasa. Penilaian yang guru gunakan adalah menggunakan penilaian kurikulum 2013. Hal itu disebabkan belum adanya kurikulum khusus untuk siswa berkebutuhan khusus. Soal evaluasi siswa berkebutuhann khusus di SDN Ketawanggede dan SDN Sumbersari 1 yang diberikan berbeda dengan siswa normal biasa. Guru Pendidikan Agama Islam memberikan soal evaluasi berasal dari dinas sehingga bentuk soalnya berbeeda dengan siswa normal karena soal evaluasi untuk siswa berkebutuhan khusus lebih disederhanakan lagi. Selain itu, GPK ikut serta dalam memberikan penilaian kepada siswa berkebutuhan khusus.

4. Dampak Implementasi Standar Proses Pembelajaran yang sesuai, bermuara pada peningkatan mutu pembelajaran yang akan menghasilkan meningkatnya mutu lulusan, begitu pula sebaliknya. Implementasi Standar Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Ketawanggede dan SDN Sumbersari 1 Malang sudah sesuai dengan standar pembelajaran yang telah diteapkan dalam Standar

Nasional Pendidikan (SNP) dan seudah sesuai denga komponen-komponen minimalnya. Masing-masing sekolah dalam pengimplementasiannya mampu menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah masing-masing tanpa mengurangi standar yang telah ditetapkan.

B. Saran-Saran

1. Bagi pihak sekolah, menjadikan sekolah sebagai wahana sumber ilmu yang menyenangkan bukan hanya untuk siswa normal tetapi juga bagi siswa berkebutuhan khusus dengan membuat kurikulum yang sesuai dengan kemampuan siswa agar sesuai dengan visi-misi yang ada, dan juga kembangkanlah potensi peserta didik yang ada disekolah sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.

2. Bagi guru GPK, guru harus melakukan variasi pembelajaran untuk memfasilitasi siswa berkebutuhan khusus dan perlu menjalin komunikasi yang rutin dengan orang tua siswa berkebutuhan khusus untuk memantau perkembangannya, sehingga guru dan orang tua dapat bekerjasama dalam mengatasi hambatan dan kesulitan siswa dalam proses pembelajaran. 3. Bagi guru agama, guru harus menjadi pengajar sesuai dengan kebutuhan

individual, sehingga yang perlu disesuaikan adalah materi, komunikasi dan strategi yang lebih sensitif terhadap siswa berkebutuhan khusus.

152