• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi hak-hak tersangka sebagai perwujudan asas praduga tak bersalah dalam proses pemeriksaan di tingkat Penyidikan di Polsek

Dalam dokumen SKRIPSI. Oleh : Hikmah Milda Yanti (Halaman 53-68)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

2. Implementasi hak-hak tersangka sebagai perwujudan asas praduga tak bersalah dalam proses pemeriksaan di tingkat Penyidikan di Polsek

Lembor Kab. Manggarai Barat.

Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi hak-hak tersangka sebagai perwujudan asas praduga tak bersalah dalam proses pemeriksaan di tingkat Penyidikan di Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat. Data penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan analisis dokumen data tersangka, observasi beserta wawancara langsung dengan kapolsek lembor, kanik reskrim beserta banitnya, dan wawancara pendukung atau wawancara penambahan informasi adalah kanit intel beserta banitnya.

Dalam sub bab ini juga penulis akan memberikan gambaran-gambaran mengenai kasus tindak pidana yang terjadi dalam ruang lingkup

polsek lembor. Penulis hanya akan melakukan pembahasan-pembahasan terhadap kasus yang terjadi pada wilayah tersebut, dilihat dari hak-hak tersangka dalam proses pemeriksaan ditingkat penyidikan, apakah sesuai dengan Undang-Undang yang mengatur mengenai implementasi hak-hak tersangka pada proses pemeriksaan ditingkat penyidikan. Dalam hal ini peneliti menyajikan kasus yang peneliti dapatkan dalam melakukan penelitian, di antaranya:

Uraian Singkat Kasus yang diteliti, Deskripsi Kasus

1) Identitas tersangka

Nama : VE (inisial) Umur : 22 Tahun Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : Kampung Pusut, Rt/Rw : 003/002, Desa Nampar Macing, Kecamatan Sano

Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat 2) Pembahasan kasus

Berdasarkan Berkas perkara Nomor: B / 03 / V / 2020/ Polsek Lembor. Bahwa tersangka VE (inisial) pada hari Jumaat tanggal 14 Agustus 2020, sekitar Jam 01.00 Wita (dini hari), bertempat di halaman di kantor PDAM Lembor, Kelurahan Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat melakukan pencurian satu unit

sepeda motor dan di maksud dalam Pasal 363 Ayat (1) ke 3 KUHP Jo Pasal 362 KUHP

3) Pelaksanaan penyidikan

Berdasarkan keterangan yang penulis peroleh dari Berdasarkan Berkas perkara Nomor: B / 03 / V / 2020/ Polsek Lembor, dan penjelasan dari hasil wawancara dengan petugas kepolisian yang menangani perkara tersebut. Dapat diketahui mengenai:

a. Penanganan di Tempat Kejadian Perkara (TKP)

Penanganan TKP : di dalam halaman Kantor PDAM Lembor, Kelurahan Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai barat

Hasil yang ditemukan:

a) Jalan Raya Trans Malawatar-Nangalili, tepatnya di halaman Kantor PDAM Lembor, Kelurahan Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat

b) Di tkp tidak di temukan barang bukti

c) Tempat kejadian Perkara ( Tkp ) di datangi pada siang hari b. Pemanggilan

a) Terhadap saksi korban PJF (Inisial), dilakukan pemanggilan dengan Surat Panggilan Nomor : SP.Gil / 32 / III / 2020 / Unit Reskrim, tanggal 19 Agustus 2020 dan yang bersangkutan telah hadir kemudian dilakukan pemeriksaan serta dibuatkan Berita Acara Pemeriksaannya.

b) Terhadap saksi NJ (inisial), dilakukan pemanggilan dengan Surat Panggilan Nomor : SP.Gil / 33 / III / 2020 / Unit Reskrim, tanggal 20 Agustus 2020 dan yang bersangkutan telah hadir kemudian dilakukan pemeriksaan serta dibuatkan Berita Acara Pemeriksaannya.

c) Terhadap saksi MHW (inisial), dilakukan pemanggilan dengan Surat Panggilan Nomor : SP.Gil / 34 / III / 2020 / Unit Reskrim, tanggal 20 Agustus 2020 dan yang bersangkutan telah hadir kemudian dilakukan pemeriksaan serta dibuatkan Berita Acara Pemeriksaannya.

d) Terhadap saksi DRE (inisial), dilakukan pemanggilan dengan Surat Panggilan Nomor : SP.Gil / 35 / III / 2020 / Unit Reskrim, tanggal 20 Agustus 2020 dan yang bersangkutan telah hadir kemudian dilakukan pemeriksaan serta dibuatkan Berita Acara Pemeriksaannya.

e) Terhadap saksi AS (inisial), dilakukan pemanggilan dengan Surat Panggilan Nomor : SP.Gil / 36 / III / 2020 / Unit Reskrim, tanggal 20 Agustus 2020 dan yang bersangkutan telah hadir kemudian dilakukan pemeriksaan serta dibuatkan Berita Acara Pemeriksaannya

c. Penangkapan

Dengan Surat Perintah Penangkapan Nomor : Sp.Kap / 04 / III / 2020 / Unit Reskrim, Tanggal 19 Agustus 2020 telah dilakukan penangkapan terhadap tersangka VE (Inisial), Dengan Berita Acara Penangkapan tanggal 19 Agustus 2020.

d. Penggeledahan tidak dilakukan penggeledahan e. Penyitaan

a) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 04 / III / 2020 / Unit Reskrim, tanggal 19 Agustus 2020, telah dilakukan Penyitaan terhadap barang bukti berupa :

• (Satu) Lembar Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor ( STNK) dengan Nomor Kendaraan Registrasi EB 517 G, Merk Honda, Type Win ( MCB), model Sepeda motor tahun pembuatan 2001, isi silinder 97, Nomor Rangka MH1HABB161K013174, Nomor mesin HABBE101306 warna hitam bahan bakar bensin, Warna TNKB Merah tahun regsitrasi 2001, dengan nama pemilik Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK) Atas nama KIMPRASWIL / UPTD AIR BERSIH

• 1 (satu) Lembar Surat Penunjukan Pemegang Kendaraan Roda Dua, dengan Nomor : 33/ PERUMDA /UL/I/2019, Pada tanggal 03 Januari 2019

• 2 (dua) Lembar foto Copi Surat KeputusanDirektur PDAM Wae Mbeliling Nomor : 023 / KEP/ PDAM / IX/ 2018, Tentang Pengangkatan tenaga honorer pada PDAM Wae Mbeliling Kabupaten Manggarai barat, di tetapkan pada tanggal 01 September 2018

b) Berdasarkan Surat Kepolisian Sektor Lembor Nomor : B / 70 /IV/2020/Sektor Lembor, tanggal 25 Agustus 2020, Perihal Laporan Untuk Mendapatkan Persetujuan Penyitaan yang di tunjukan Kepada Ketua Pengadilan Negeri Labuan Bajo, telah

di Peroleh Penetapan Persetujuan Penyitaan dari Ketua Pengadilan Negeri Labuan Bajo Nomor : 35/Pen.Pid/2020/PN Lbj, tanggal 25 Agustus 2020

c) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 05 / III / 2020 / Unit Reskrim, tanggal 19 Agustus 2020, telah dilakukan Penyitaan terhadap barang bukti berupa

• 1 (Satu) unit sepeda motor Win warna hitam Tanpa Nomorn Polisi dengan Nomor rangka MH1HABB161K013174, dengan nomor mesin HABBE101306

• 1 (satu) buah behel motor Win warna Silver f. Keterangan Saksi-Saksi

a) Berdasarkan keterangan korban PJF bahwa yang melakukan pencurian satu unit sepeda motor WIN Nomor Polisi EB 517 G dinas PDAM Lembor, sesuai dengan Surat Penunjukan Pemegang Kendaraan Roda Dua, dengan Nomor: 33/ PERUMDA /UL/I/2020, Pada tanggal 14 Agustus 2020 dan yang melakukan pencurian motor tersebut yakni tersangka VE

b) Berdasarkan keterangan saksi DRE dimana saksi DRE menyaksikan secara Langsung kejadian pencurian tersebut, bahwa yang melakukan Pencurian satu unit sepeda motor WIN Nomor Polisi EB 517 G dinas PDAM Lembor tersebut yakni tersangka VE dan pemilik motor tersebut awal saksi tidak mengetahui namun pada saat pemeriksaan oleh penyidik baru saksi mengetahui bahwa pemilik motor tersebut yakni PJF, dimana saksi DRE menyaksikan secara Langsung kejadian pencurian tersebut bahwa kejadian pencurian satu unit sepeda motor WIN Nomor Polisi EB 517 G dinas PDAM Lembor yakni pada hari Jumaat tanggal 14 Agustus 2020, sekitar Jam 01.00 wita ( dini hari) bertempat di Halaman Kantor PDAM Lembor, Tepatnya di Kelurahan Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai barat, Dengan cara dimana Tersangka bersama saudara saksi DRE pergi pesiar di seputaran Lembor dengan menggunakan sepeda motor milik tersangka, dan seketika itu tersangka melihat sepeda motor Win sementara parkir di halaman Kantor PDAM Lembor dan pada saat itu timbul niat tersangka untuk mencuri motor win tersebut, dan seketika itu tersangka menyuruh saudara saksi an DRE untuk berhenti lalu kemudian tersangka menyuruh saudara DRE untu menunggu tersangka didepan kantor BPD Lembor, lalu kemudian tersangk jalan menuju ke halaman kantor PDAM Lembor dan setelah itu tersangka melihat pada kontok motor win tersebut tidak memiliki kunci, dan seketika itu tersangka mendorong motor tersebut ke arah

jalan raya dan setibanya di jalan Raya tersangka mencoba menstarter motor tersebut dengan menggunakan kaki dan pada saat itu motor tersebut hidup, dan seketika itu tersangka jalan menggunakan motor tersebut dan setibanya di depan Kantor BPD Lembor tersangka melihat saudara EFRIM sedang duduk diatas motor milik tersangka dan kemudian tersangka memberitahukan saudara DRE untuk mengikuti tersangka, dan pada saat itu tersangka dengan saudara saksi jalan menuju kerumah tersangka di kampung Pusut, dan setibanya di rumah tersangka saudara DRE bertanya kepada tersangka ”Motor win tersebut milik siapa” dan pada saat itu tersangka diam lalu kemudian saudara DRE masuk kedalam rumah dan kemudian tidur, sedangkan tersangka membuka lampu motor tersebut. dan pada hari Sabtu tanggal 15 Agustus 2020, tersangka menyembunyikan motor tersebut di persawahan Lengskap. Dari keterangan saksi-saksi diatas dapat dipahami bahwa masing-masing dari saksi menerangkan dan membenarkan bahwa tersangka VE telah melakukan pencurian satu unit sepeda motor WIN Nomor Polisi EB 517 G dinas PDAM Lembor yakni terjadi pada malam hari yakni pada hari Jumaat tanggal 14 Agustus 2020, sekitar Jam 01.00 wita (dini hari) bertempat di Halaman Kantor PDAM Lembor, Tepatny di Kelurahan Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat

g. Keterangan Tersangka

Berdasarkan keterangan tersangka VE bahwa yang melakukan pencurian satu unit sepeda motor WIN Nomor Polisi EB 517 PG dinas PDAM Lembor yakni tersangka sendiri (VE) dan pemilik motor tersebut awal tersangka tidak mengetahui namun ketika pemeriksaan oleh penyidik baru tersangka mengetahui bahwa pemilik motor tersebut yakni korban PJF, tersangka melakukan pencurian tersebut dengan cara dimana Tersangka bersama saudara saksi EF pergi pesiar di seputaran Lembor dengan menggunakan sepeda motor milik tersangka, dan seketika itu tersangka melihat sepeda motor Win sementara parkir di halaman Kantor PDAM Lembor dan pada saat itu timbul niat tersangka untuk mencuri motor win tersebut, dan seketika itu tersangka menyuruh saudara saksi EF untuk berhenti lalu kemudian tersangka menyuruh saudara EFuntuk menunggu tersangka didepan kantor BPD Lembor, lalu kemudian tersangka jalan menuju ke halaman kantor PDAM Lembor dan setelah itu tersangka melihat pada kontok motor win tersebut tidak memiliki kunci, dan seketika itu tersangka mendorong motor tersebut ke arah jalan raya dan setibanya di jalan Raya tersangka mencoba menstarter motor tersebut dengan menggunakan kaki dan pada saat itu motor tersebut

hidup, dan seketika itu tersangka jalan menggunakan motor tersebut dan setibanya di depan Kantor BPD Lembor tersangka melihat saudara EFsedang duduk diatas motor milik tersangka dan kemudian tersangka memberitahukan saudara EF untuk mengikuti tersangka, dan pada saat itu tersangka dengan saudara saksi jalan menuju kerumah tersangka di kampung Pusut, dan setibanya di rumah tersangka saudara EF bertanya kepada tersangka ” Motor win tersebut milik siapa” dan pada saat itu tersangka diam lalu kemudian saudara EF masuk kedalam rumah dan kemudian tidur, sedangkan tersangka membuka lampu motor tersebut. Dan tersangka menyembunyikan motor tersebut di persawahan Lengskap.

Dari pembahasan kasus diatas peneliti melakukan observasi dan wawancara terhadap penyidik mengenai implementasi atau penerapan hak-hak tersangka dalam proses pemeriksaan.

1) Hak tersangka untuk segera di periksa

Terlepas bersalah atau tidaknya tersangka dari kasus di atas, dari hasil wawancara dan analisis dokumen yang dilakukan dalam implemtasi hak-hak tersangka pada kasus tentang pencurian inisal VE bahwa tersangka telah memperoleh hak tersangka untuk segera di periksa dalam hal ini dapat di lihat pada kasus di atas bahwa penangkapan tersangka tanggal 19 Agustus 2020 dan segera diperiksaa pada tanggal 19 Agustus 2020 tersebut selanjutnya di buatkan berita acara pemeriksaannya.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan berinisial YDS, beliau menyatakan bahwa:

“seseorang yang ditangkap oleh penyidik dan dibawah ke kantor polisi itu langsung kami buatkan berita acara pemeriksaannya dan segera di periksa oleh penyidik karna dalam KUHAP di jelaskan maksimal 1 kali 24 jam sudah ada status dari seseorang tersebut” (wawancara 20 Agustus 2020).

Pendapat yang sama dari informan berinisial JN yang melakukan pemeriksaan kepada tersangka, beliau menyatakan bahwa:

“kami sebagai penyidik di kapolsek lembor ini ketika kami menangkap sesorang tersangka itu kami langsung melakukan pemeriksaan agar tersangka mengetahui lebih jelas statusnya” (wawancara 24 Agustus 2020)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan tersangka berinisial AR, menyatakan bahwa:

“pada kasus saya waktu itu saya ditangkap dan dibawah ke kantor polisi sampai di kantor polisi saya segera diperiksa oleh polisi pada saat itu juga”(Wawancara, Selasa 27 Oktober 2020)

Pendapat yang sama dari informan tersangka berinisial AJ, menyatakan bahwa:

“waktu itu saya tidak ditangkap tapi saya mendapatkan surat pemanggilan dari kantor polisi dan saya datang satu hari setelah surat dari polisi datang, pada saat saya datang saya segera dilakukan pemeriksaan oleh polisi” (Wawancara, Rabu 28 Oktober 2020)

Dari hasil observasi pada proses pemeriksaan serta observasi pada dokumen tersangka terhadap proses pemeriksaan tersangka yang dilakukan oleh penyidik yang bertugas sebagai reskrim bahwa pada saat itu tersangka yang dibawah ke kantor polisi segera diperiksa oleh penyidik pada saat itu juga dan segera dibuat berita acara pemeriksaan tersangka.

Dari hasil wawancara, observasi dan analisi dokumen di atas dapat dipahami bahwa hak segera untuk diperika di Polsek Lembor sudah diterapkan oleh penyidik yang dimana tersangka yang ditangkap ataupun

mendapatkan surat pemanggilan dari penyidik segera diperiksa pada hari penangkapan tersangka.

2) Hak tersangka untuk mendapatkan pembelaan

Sebelum proses pemeriksaan dimulai tersangka diberitahu dengan jelas oleh penyidik tentang kasus yang dihadapi tersangka yang dilaporkan oleh pihak korban,

Berdasarkan hasil wawancara dengan bpk. SN (inisial) beliau menyatakan bahwa:

“kami sebagai penyidik memberitahukan kepada tersangka tentang maksud dan tujuan tersangka dipanggil ke kantor polisi untuk meakukan pemeriksaan bahwasannya tersangka terjerat kasus penganiayaan (pengeroyokan) yang terjadi Sambir Bendera conyohnya” (wawancara, 21 Agustus 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dengan bpk. AA (inisial) beliau menyatakan bahwa:

“kami sebagai penyidik disini sebelum dilakukan pemeriksaan kami memberitahu dulu maksud dan tujuan tesangka dipanggil ataupun ditangkap karena tersangkakan punya hak untuk itu dan sudah dijelas juga dalam pasal 51 ayat (1) KUHAPdan kami sebagai penyidik wajib untuk mengikutinya” (wawancara, 26 Agustus 2020)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan tersangka berinisial AR, menyatakan bahwa:

“pada saat saya mau diperiksa oleh polisi saya di beritau atau dijelaskan oleh polisi alasan saya ditangkap dan kasus yang di sangkakan kepada saya” (Wawancara, Selasa 27 Oktober 2020) Pendapat yang sama dari informan tersangka berinisiaL AJ, menyatakan bahwa:

“waktu itu saat saya mau diperiksa saya diberitahukan oleh polisi alasan saya ditangkap dan setelah dia menjelaskan alasan saya ditangkap serta kasus apa yang disangkakan kepada saya setelah itu polisi mulai intograsi keterangan dari saya” (Wawancara, Rabu 28 Oktober 2020)

Berdasarkan kenyataan yang di dapatkan peneliti dilapangan, bahwa dalam proses pemeriksaaan yang dilakukan oleh penyidik terhadap tersangka, peneliti melihat dan mendengar pada saat sebelum di mulai intograsi untuk mendapatkan keterangan dari tersangka penyidik mejelaskan alasan serta tindak pidana apa yang di sangkakan kepada tersangka sehingga tersangka ditangkap.

Dari hasil wawancara dan observasi diatas dalam melakukan pemeriksaan penyidik memberitahukan kepada tersangka tentang tindak pidana apa yang disangkakan kepada tersangka dengan bahasa yang dimengerti oleh tersangka. Hak ini dilakukan agar tersangka mengerti tindak pidana apa yang disangkakan kepadanya, sehingga tersangka dapat menyiapakan alat atau barang bukti untuk meringankan dan menguatkan peembelaan tersangka dimuka persidangan

3) Hak tersangka untuk bebas memberiksan keterangan

Dalam hal hak untuk bebas memberikan keterangan dari hasil observasi dan wawancara bahwa peneliti tidak menemukan ada penyimpangan yang sering menjadi perbincangan dilingkungan masyarakat yang menganggap adanya kekerasan fisik yang terjadi pada saat pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan prosedurnya

tanpa ada kekersan fisik. Sebagaimana dari hasil wawancara peneliti pada informan Bpk. SN (inisial) beliau menyatakan bahwa”

“ketika tersangka tidak mau jujur dalam proses pemeriksaan kami penyidik tidak memaksa agar tersangka ini mau mengaku, karna kami sebagai penyidik ini tidak hanya menoton atau hanya mengara bukti dari tersangka saja, tapi kami melihat dari sisi yang lai juga seperti keterangan saksi dan alat bukti” (wawancara, 21 Agustus 2020)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan berinisial SN, Beliau menyatakan bahwa:

“dalam proses pemeriksaan kami memberikan kebebasan terhadap tersangka, kebebasan dalam artian di sini yaitu kebebasan dalam mengeluarkan keterangan yang terjadi atau disangkakan atas dirinya yang menurut pemeikiran tersangka tersebut. Namun kami sebagai penyidik tidak melihat atau mendengar hanya dari tersangka saja tapi dari alat bukti dan keterangan saksi juga”. (wawancara, 21 Agustus 2020)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan berinisial YDS, Beliau menyatakan bahwa:

“dalam hal ketakutan masyarakat yang berasumsi seperti yang peneliti bilang bahwasannya dalam hal proses pemeriksaan ada hak yang dilanggar dalam artian kekerasan fisik atau tekanan mental itu tidak ada kami lakukan hanya saja mungkin dari nada suara kami yang terlalu tegas sehingga mereka menganggap bahwa di sini ada kekerasaan nantinya seperti yang di katakan informan sebelumnya bahwa kami bukan hanya menoton pada keterangan tersangka contohnya pada kasus ini sebelum tersangka melakukan pemeriksan kami sudah mempunyai bukti lain seperti keterangan dari korban, dari CCTV dan penemuan motor di tempat tersangka dan keterangan saksi, dengan atau tidak di lakukan kekerasan tersangka sudah merasa takut karna rasa takutnya sendiri” (wawancara, 20 Agustus 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan berinisial SN, Beliau menyatakan bahwa:

“selama ini belum ada praperadilan yang terjadi di polsek lembor ini, sebaliknya baru-baru ini kami mendapatkan penghargaan dalam pelayanan yang baik dari polres kabupaten” (wawancara, 21 Agustus 2020)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersangka berinisial AJ, menyatakan bahwa:

“Pada waktu pemeriksaan saya di intograsi oleh polisi tanpa ada tekanan ataupun kekerasan fisik, karena pada saat itu saya ditemani oleh pengacara saya jadi saat itu pemeriksaannya hanya pertanyaan seputar kasus itu setelah itu tidak ada lagi” (Wawancara, Rabu 28 Oktober 2020)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersangka berinisial AR, menyatakan bahwa:

“pada waktu pemeriksaan saya di tanya oleh polisi tentang kasus yang saya tanpa tekanan ataupun kekerasan fisik, saya juga pada waktu itu memberikan keterangan sesuai dengan yang terajadi” (Wawancara, Selasa 27 Oktober 2020)

Hak bebas memberikan keterangan ini seringkali menjadi perbincangan di masyarakat yang menganggap bahwa dalam proses pemeriksaan ada kekerasan fisik yang dilakukan oleh penyidik. Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa peneliti tidak menemukan adanya tindakan penyidik yang melanggar dari ketentuan yang ada, dari yang peneliti lihat dan dengar pada saat pemeriksaan bahwa penyidik melakukan pemeriksaan tanpa kekerasan fisik maupun tekanan apapun dan dalam bentuk apapun.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diatas bahwa apa yang menjadi perbincangan dikalangan masyarakat tidak benar adanya, seperti

pada hasil wawancara diatas bahwa penyidik tidak hanya menoton pada keterangan tersangka saja, ada banyak cara yang dilakukan penyidik untuk mendapatkan bukti dari kejahatan tersangka diantaranya, alat bukti dan keterangan dari saksi maupun korban.

4) Hak tersangka untuk memilih penasihat hukum sendiri

Dalam kedua kasus ini tersangka tidak ditemani oleh penasehat hukum karena ketiga tersangka tersebut dari kalangan tidak mampu untuk membiayai atau menyewa pengacara.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan berinisial SN, Beliau menyatakan bahwa:

“kasus ini tidak didampingi oleh pengacara, karena kedua tersangka tidak bisa menyewa pengacara, jadi pada pemeriksaan tidak ada ditemani pengacara” (wawancara, 21 Agustus 2020) Berdasarkan hasil wawancara dengan informan berinisial AA, Beliau menyatakan bahwa:

“kasus pencurian ini juga tidak ditemani oleh pengacara karena tersangka tidak bisa menyewa pengacara sama seperti kasus yang diwawancara sebelumnya. Jadi pada proses pemeriksaan tersangka tidak ditemani oleh pengacara” (wawancara, 26 Agustus 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersangka berinisial AJ, menyatakan bahwa:

“ya pada saat pemeriksaan saya ditemani oleh penasihat hukum saya dan polisi juga tidak melarang saya untuk memilih penasihat hukum sendiri” (Wawancara, Rabu 28 Oktober 2020)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersangka berinisial AR, menyatakan bahwa:

“pada waktu pemeriksaan saya tidak ditemani oleh penasihat hukum karena saya tidak mampu untuk membayar pengacara tapi sebelum itu polisi menyatakan saya boleh memilih penasihat hukum sendiri tapi saya saya bilang waktu itu kalau saya tidak mampu membayar pengacara” (Wawancara, Selasa 27 Oktober 2020)

Dari kenyataan yang peneliti lihat di lapangan bahwa dalam proses pemeriksaan penyidik memberikan kebebasan kepada tersangka untuk memilih penasihat hukumnya sendiri.

Dari hasil wawancara dan observasi diatas bahwa dalam proses pemeriksaan pada kasus diatas tersangka tidak ditemani oleh penasihat hukum atau pengacara untuk menemani tersangka, karena ketiga tersangka tidak dapat membiayai atau menyewa penasihat hukum atau pengacara. Namun sebelumnya penyidik telah memberikan kebesan kepada tersangka untuk memilih penasihat hukumnya sendiri.

5) Hak tersangka untuk mendapatkan bantuan hukum

Walaupun tersangka tidak diancam dengan hukum lima belas tahun penjara atau lebih tetapi penyidik tetap memberikan hak tersangka untukmendapatkan bantuan hukum dari seorang penasehat hukum atau lebih. Penunjukan penasehat hukum, Terlepas dari perlu tidaknya tersangkadidampingi oleh penasehat hukum, hal ini sudah menjadi kewajiban bagi penyidik untuk memberikan haknya kepada tersangka. Namun dari hasil observasi dalam kedua kasus diatas penyidik tidak memberitahukan kepada tersangka mengenai hak-hak yang didapat olehnya serta tidak menghadirkan penasihat hukum yang dapat menemani

tersangka selama proses pemeriksaan. Sehingga dalam proses pemeriksaan pada kedua kasus diatas tersangka tidak memperoleh bantuan hukum

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bpk. YDS, beliau menyatakan bahwa:

“kami sebagai penyidik disini tidak mempunyai kewajiban untuk memberiksan bantuan hukum kepada si tersangka, bantuan hukum tersebut nanti diadakan pada saat di persidangan, kami hanya melakukan pemeriksaan setelah itu diajukan ke penuntut umum” (wawancara, 20 Agustus 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersangka berinisial AJ, menyatakan bahwa:

“saya tidak mendapatkan bantuan hukum karena saya sudah memiliki penasihat hukum sendiri”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersangka berinisial AR, menyatakan bahwa:

“pada waktu pemeriksaan pada saat saya tidak mendapat bantuan hukum itu dan saya tidak tau bantuan hukum karena waktu itu juga

Dalam dokumen SKRIPSI. Oleh : Hikmah Milda Yanti (Halaman 53-68)