• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh : Hikmah Milda Yanti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh : Hikmah Milda Yanti"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pancasila dan Kewarganegaraan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

Hikmah Milda Yanti 105431100516

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN

KEWARGANEGARAAN 2020

(2)
(3)
(4)

vi

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hikmah Milda Yanti Stambuk : 105431100516

Jurusan : Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Implementasi Hak-Hak Tersangka Sebagai Perwujudan Asas Praduga Tak Bersalah Dalam Proses Pemeriksaan Di Tingkat Penyidikan (Studi Kasus Di Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat) Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapa pun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Oktober 2020 Yang membuat Pernyataan,

(5)

vii

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hikmah Milda Yanti Stambuk : 105431100516

Jurusan : Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti butir pada 1, 2, dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

5.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Oktober 2020 Yang membuat pernyataan

(6)

viii

Apapun yang kurasakan,

tidak sebanding dengan apa yang dirasakan orangtuaku

PERSEMBAHAN

Skripsi ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah SWT,

karena KepadaNyalah kami menyembah dan kepadaNyalah kami mohon pertolongan. Sekaligus sebagai ungkapan terima kasihku kepada :

Bapak dan ibuku yang selalu memberikan motivasi dalam hidupku, adikku yang selalu memberikan inspirasi dalam hidupku,

(7)

ix

Skripsi Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Di bimbing oleh Bapak A.Rahim sebagai Pembimbing 1 dan Bapak Auliah Andika Rukman sebagai pembimbing II.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah implementasi hak-hak tersangka dalam proses pemeriksaan di tingkat Penyidikan. Maka dari itu,Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi hak-hak tersangka sebagai perwujudan asas praduga tak bersalah di tingkat penyidikan Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat. untuk mengetahui hambatan-hambatan penyidik dalam implementasi hak-hak tersangka pada proses pemeriksaan ditingkat Penyidikan Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian normatif. Informan dalam penelitian ini adalah Informan kunci (key informan) yaitu 1 (satu) orang, Informan utama yaitu 2 (dua), Informan tambahan, yaitu 2 (dua) orang.dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,wawancara, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dalam pelaksanaan implementsi hak-hak tersangka dalam proses pemeriksaan terlepas dari bersalah atau tidaknya tersangka masih di lindungi hak untuk segera diperiksa maupun hak bebas memberikan keterangan atau dalam artian tersangka diperiksa pada saat pemeriksaan tidak ada tekanan ataupun kekerasan fisik dalam pemeriksaan, namun ada satu hak yang yang belum sesuai dengan hak-hak tersangka yang diatur dalam KUHAP yang dimana tersangka tidak memperoleh bantuan hukum.Dalam pelaksanaan hak-hak tersangka terdapat beberapa hambatan antara lainHambatan tersebut diantaranya keterbatasan atau kekurangan tenaga penyidik dalam melakukan penyidikan, Perilaku dan tindakan aparat penegak hukum dalam hal ini penyidik dalam melakukan pemeriksaan bersikap arogan mereka menganggap sebagai pemegang nasib tersangka, Ketidak tauan atau kurang pahamnya terangka mengenai hak-hak yang dapat diperoleh tersangka dan tersangkan yang tidak paham akan pentingnya bantuan hukum, ketidak jujuran dan transparansi dari tersangka dalam melakukan proses intograsi (pemeriksaan), dan tersangka tidak kooperatif biasanya bersikap pasif dan banyak diam.

(8)

x

Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas segala karunia dan nikmatnya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio padamu Sang Khalik. Proposal ini adalah setitik dari sederetan berkahmu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis serahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengn baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat mambantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua oarang tua yang telah berjuang, berdoa, mangasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula penulis mengucapkan kepada para keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi dan selalu menemaniku dengan candanya, kepada Dr. A. Rahim, S.H.,M.Hum dan Auliah Andika Rukman, S.H.,M.H. Pembimbing I dan pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal ini.

(9)

xi

Universitas Muhammadiyah Makassar dan Dr. Muhajir M.P,. ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganaegaraan dan para staf pegawai dan lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amiin.

Makassar, 01 Desember 2019

(10)

xii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitin ...5

D. Manfaat Penelitian ...5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...7

A. Tinjau Tentang Implementasi Hak Tersangka ...7

1. Pengertian Tersangka ...7

2. Hak-hak Tersangka ...8

3. Bantuan Hukum ...13

B. Tinjauan Asas Praduga Tak Bersalah ...16

(11)

xiii

4. Tugas Dan Wewenang Penyidik ... 24

D. Kerangka Pikir ... 25

E. Definisi Operasional ...27

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 30

C. Sumber Data ... 30

D. Informan Penelitian ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...36

A. Gambaran Umum Polsek Lembor...36

1. Wilayah Polsek Sektor Lembor ...36

2. Jumlah Personil Polsek Lembor ...39

B. Hasil Penelitian ...39

1. Identitas Informan ...39 2. Implementasi Hak-Hak Tersangka Sebagai Perwujudan

Asas Praduga Tak Bersalah Dalam Proses

(12)

xiv

Lembor Kab. Manggarai Barat ...60

C. Pembahasan ...61

1. Implementasi Hak-Hak Tersangka Sebagai Perwujudan Asas Praduga Tak Bersalah Dalam Proses Pemeriksaan Di Tingkat Penyidikan Di Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat ...61

2. Hambatan-Hambatan Penyidik Dalam Implementasi Hak-Hak TersangkaPada Proses Pemeriksaan Ditingkat Penyidikan Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat ...67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...69

A. Kesimpulan ...69

B. Saran...70

DAFTAR PUSTAKA ...71 LAMPIRAN

(13)

xv Lampiran 2 Pedoman Observasi

Lampiran 3 Daftar Identitas Informan Lampiran 4 Dokumentasi

(14)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini telah dinyatakan dengan tegas dan penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 1 ayat (3) menegaskan bahwa, negara indonesia adalah negara hukum (UUD 1945 &perubahannya : 3). Yang dimana tidak berdasarkan atas kekuasaan belakang. Cita-cita filsafat yang telah di rumuskan para pendiri kenegaraan dalam konsep “Indonesia adalah negara hukum” mengandung arti, bahawa dalam hubungan hukum dan kekuasaan, kekuasaan tunduk pada hukum sebagai kunci kestabilan politik dalam masyarakat. Dalam negara, hukum merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan bermasyarakatan berbangsa dan bernegara. Salah satu ciri utama dari suatu negara hukum terletak pada kecendrungannya untuk menilai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh masyarakat atas dasar peraturan-peraturan hukum. Dalam suatu tindakan masyarakat tidak bisa menutup kemungkinan tidak adanya suatu kejahatan yang dilakukan di wilayah negara indonesia ini. Kejahatan-kejahatan yang sering kita temui yaitu kejahatan yang berkaitan dengan tindak pidana seperti perjudian, perampokkan, pencurian, pembunuhan, pemerkosaan dan masih banyak lagi.

Dalam menangani kejahatan tersebut salah satu lembaga yang ditunjuk untuk menanggulangi kejahatan atau pelanggaran yang terjadi di masyarakat adalah lembaga kepolisian. Dalam kitab hukum acara pidana (KUHAP) lembaga kepolisian diberikan wewenang untuk melakukan penyidikan. Proses penyidikan

(15)

dilakukan atas diri tersangka yang diduga telah melakukan suatu tindakan pidana yang terjadi. Adapun yang dimaksud tersangka menurut pasal 1 butir 14 KHUAP adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.

Untuk mengetahui apakah seseorang yang disangka melakukan tindak pidana bersalah atau tidak bukanlah suatu hal yang mudah. Hal tersebut harus dibuktikan melalui proses pemeriksaan untuk mencari atau mengumpulkan bukti. Dalam upaya membuktikan bahwa seseorang tersebut disangka telah melakukan tindak pidana aparat penegak hukum harus memperhatikan hak-hak tersangka.

Selain hak-hak tersangaka Selama proses pemeriksaan berlangsung dari proses penyelidikan di kepolisian sampai proses pemeriksaan dalam sidang di pengadilan, seseorang yang disangka atau didakwa melakukan sesuatu tindak pidana dilindungi oleh hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 50 sampai Pasal 68 KUHAP.Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang merupakan salah satu sumber hukum acara pidana, terdapat suatu asas fundamental yang sangat berkaitan dengan hak-hak tersangka yaitu asas praduga tak bersalah yang berbunyi ;

“Setiap orang yang disangka, ditangkap, dituntut, dan atau dihadapkan di muka pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum diadakan putusan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap”.

Berdasarkan asas tersebut di atas telah jelas bahwa seseorang di sangka atau didakwa melakukan suatu tindak pidana wajib ditempatkan sebagaimana mestinya sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.

(16)

Namun tidak dapat dipungkiri dalam pelaksanaannya masih ada yang melanggar hak-hak tersangka baik itu disengaja ataupun tidak. Seperti kasus pembunuhan pada tahun 2018 terjadi pembunuhan berencana yang dimana korban dibunuh oleh selingkuhan istri dari korban tersebut dan pembunuh bayaran. Ketiga tersangka yang membunuh korban dibawah ke polsek terdekat.

Simpang siur dari cerita masyarakat yang menyatakan bahwa dalam pelaksanaan proses pemeriksaan tersangka ada hak-hak tersangka yang dilanggar. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui secara langsung apakah benar adanya hak-hak tersangka yang dilanggar atau hanya sebagian dari rasa ketakutan masyarakat saja, yang dimana dalam lingkungan masyarakat sering kali menganggap bahwa seseorang yang ditangkap atau dihadapkan dengan kepolisian ada hak-hak tersangka yang dilanggar oleh petugas, sehingga menimbulkan kesan yang merusak citra instansi terkait, dan tidak mununtup kemungkinan akan menimbulkan rasa trauma dikalangan masyarakat.

Hak tersangka dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebanyak 24 hak-hak tersangka, dalam hal ini peneliti tidak dapat meneliti secara keseluruhan hak-hak tersangka. Untuk membatasi ruang lingkup hak-hak tersangka yang akan diteliti oleh peneliti, adapun hak-hak tersebut diantaranya (Hak untuk segera di periksa, Hak untuk mendapatkan pembelaan, Bantuan hukum, Hak untuk bebas memberikan keterangan dan Hak untuk memilih penasihat hukum sendiri.

(17)

Dengan diadakan penelitian ini, Ketika dalam proses pemeriksaan benar adanya suatu tindakan yang melanggar suatu hak-hak tersangka dalam proses pemeriksaan, dengan penelitian ini dapat menambah wawasan aparat penegak hukum tentang proses pemeriksaan yang sebenar-benarnya menurut dan cara yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Namun ketika ini hanya isu-isu semata atas rasa takut masyarakat tentang proses pemeriksaan aparat penegak hukum, dengan diadakan penelitian ini juga dapat menyadari masyarakat bahwa apa yang disangkakan tidak benar terjadi, Sehingga dapat memperbaiki citra instansi terkait, dan menghilangkan rasa trauma dikalangan masyarakat.

Dengan landasan pemikiran diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana pelaksanaan atau implementasi hak-hak tersangka serta hambatan-hambatan apa yang ada dalam pelaksanaan implementasi hak-hak tersangka tersebut, ini dituangkan peneliti dalam judul penelitianyayaitu“ Implementasi Hak-Hak Tersangka sebagai Perwujudan Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Proses Pemeriksaan di Tingkat Penyidikan (Studi Kasus Di Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut:

(18)

1. Bagaimanakah implementasi hak-hak tersangka sebagai perwujudan asas praduga tak bersalah dalam proses pemeriksaan di tingkat Penyidikandi Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat?

2. Apa saja yang menjadi hambatan-hambatan penyidik dalam implementasi hak-hak tersangka pada proses pemeriksaan ditingkat Penyidikan Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalaha:

1) Untuk mengetahui implementasi hak-hak tersangka sebagai perwujudan asas praduga tak bersalah di tingkat penyidikan Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat.

2) Untuk mengetahui hambatan-hambatan penyidik dalam implementasi hak-hak tersangka pada proses pemeriksaan ditingkat Penyidikan Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

1) Memberikan sumbangan pemikiran dan masukan bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya, serta mengenai pelaksanaan atau implementasi hak-hak tersangka pada khususnya.

2) Memberikan penjelasan yang lebih nyata mengenai implementasi hak-hak tersangka sebagai perwujudan asas praduga tidak bersalah dalam

(19)

proses penyidikan guna menambah literatur dan bahan informasi ilmiah.

2. Manfaat Praktis

1) Mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis sekaligus untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam mengkritiksi persoalan-persoalan hukum.

2) Memberikan masukan pada penegak hukum khususnya kepolisian Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat.

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjau Tentang Implementasi Hak Tersangka 1. Pengertian Tersangka

Sebelum membahas lebih lanjut tinjauan tentang implementasi hak-hak tersangka, berikut ini dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian-pengertian sebagai berikut:

Menurut kamus besar bahasa indonesia implementasi dapat diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan (kamus bahasa indonesia: 108). Sedangkan pengertian umum adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah disusun secara cermat dan rinci (matang).

Para tokoh sarjana hukum mengemukakan pengertian tersangka, sebagai berikut: Menurut J.C.T. Simorangkir (Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar: 53) menyatakan bahwa, seseorang yang telah disangka melakukan suatu tindak pidana dan ini masih dalam taraf pemeriksaan pendahuluan untuk dipertimbangkan apakah tersangka ini mempunyai cukup dasar untuk diperiksa di persidangan.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa sesorang yang melakukan suatu tindak pidana dan di periksa dalam persidangan harus melakukan proses pemeriksaan terlebih dahulu yang dilakukan oleh penyidik, ini dilakukan agar membuktikan benar atau tidaknya suatu kejadian tindak pidana tersebut dan tersangka tidak beranggapan bahwa adanya diskriminasi yang terjadi dalam diri tersangka tersebut.

(21)

Menurut Darwan Prints (Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar: 53) menyatakan bahwa, tersangka adalah seseorang yang disangka, sebagai pelaku suatu delik pidana (dalam hal ini tersangka belumlah dapat dikatakan sebagai bersalah atau tidak)

Dapat di pahami bahwa sesorang tersangka dalam suatu tindak pidana belum bisa dikatakan bersalah atau tidaknya sebelum dijatuhkan putusan oleh pengadilan untuk membuktikan benar adanya tindak pidana yang dilakukan oleh tersangka tersebut.

Definisi tersangka berdasarkan pasal 1 butir 14 KUHAP menyatakan bahwa:

tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi hak-hak tersangka adalah pelaksanaan atau penerapan mengenai hak-hak yang dimiliki oleh orang yang berdasarkan bukti yang kuat diduga melakukan tindak pidana.

2. Hak-hak Tersangka

Hak merupakan sesuatu yang diberikan kepada seseorang tersangka, terdakwa, dan terpidana atau terhukum, sehingga apabila hak ini dilanggar maka hak asasi tersangka, terdakwa, dan terpidan atau terhukum telah dilanggar atau tidak dihormati.

Untuk itu hak-hak tersangka, terdakwa, dan terpidana atau terhukum harus tetap dijamin, dihargai dan dihormati, dan demi tegaknya dan perlindungan hak-hak asasi manusia. Hak-hak-hak tersangka atau terdakwa diatur dalam BAB VI KUHAP, dapat dikelompokkan sebagai berikut:

(22)

1) Hak untuk segera diperiksa, sebagaimana menurut pasal 50 KUHAP, yaitu:

a Tersangka berhak segera mendapatkan pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya diajukan kepada penuntut umum.

b Tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke pengadilan oleh penuntut umun.

c Terdakwa berhak segera diadili oleh pengadilan.

Dalam pasal ini dimasudkan agar tersangka mengetahui lebih jelas maksud dari penangkapan tersebut serta menjauhkan kemungkinan terkatung-katungnya tersangka atau terdakwa, terutama yang dikenakan penahanan. Sehingga tersangka merasa adanya kepastian hukum.

2) Hak tersangka untuk mempersiapkan pembelaan, dalam hal ini diatur dalam pasal 51 KUHAP, sebagai berikut:

a Tersangka untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai.

b Terdakwa berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang di dakwakan olehnya.

Dengan diketahui dan dimengerti tindak pidana yang disangkakan kepada tersangka, maka tersangka merasa terjamini kepentingannya untuk mengadakan pembelaan serta mempersiapkan alat bukti yang dapat meringankan atau menguatkan pembelaannya di muka persidangan.

3) Hak untuk bebas memberikan keterangan, sebagaimana menurut Pasal 52 KUHAP, bahwa

“Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik dan hakim. Pasal 117 ayat 1 KUHAP juga menegaskan bahwa “keterangan tersangka dan/atau saksi kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari apapun dan/atau dalam bentuk apapun.

(23)

Tujuan dan ketentuan ini adalah untuk mencapai hasil yang tidak menyimpang daripada yang sebenarnya (mencari kebenaran yang materiil). Oleh karena itu tersangka ataupun saksi dijauhkan dari rasa takut dalam pemeriksaan ditingkat penyidik dan pengadilan.

4) Hak untuk mendapatkan juru bahasa, sebagaimana menurut pasal 53 ayat (1) KUHAP:

Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan tersangka atau terdakwa berhak untuk setiap waktu mendapatkan bantuan juru bahasa sebagaimana.

Tidak semua tersangka mengerti dan memahami bahasa indonesia, terutama jika tersangka berasal dari negara asing. Maka ini di perluhkan seseorang untuk menerjemah agar persidangan berjalan dengan lancar. 5) Hak untuk menghubungi perawatan kesehatan, sebagaimana menurut pasal

58 KUHAP:

tersangka yang dikenakan penahanan berhak berhak menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan baik yang ada dalam hubungannya dengan proses perkara atau tidak.

Dalam hal ini dapat dipahami bahwa seorang tersangka dalam masa penahanan berhak untuk dikunjungi oleh dokter pribadinya untuk mengecek kondisi atau kesehatan tersangka, ini dilakukan agar terjaminya kesehatan tersangka sehingga pada proses pemeriksaan berjalan dengan baik.

6) Tersangka berhak mendapatkan bantuan hukum (pasal 54 KUHAP): Tersangka berhak didampingi oleh penasehat hukum, baik ditingkat penyidik, penuntutan sampai pada tingkat persidangan. Hak untuk didampingi penasehat hukum dapat dilakukan sejak tersangka ditangkap, bahkan sampai pada tahappenyidikan.

(24)

Dalam hal ini dapat dipahami bahwa seorang tersangka berhak didampingi oleh penasehat hukum dari penangkapan sampai tahappenyidik, agar hak-hak tersangka terjamini dan dapat menghidar adanya diskriminasi dalam proses pemeriksaan tersebut.

7) Tersangka berhak memilih sendiri penasehat hukumnya, sebagaimana dalam Pasal 55 KUHAP:

untuk mendapatkan penasihat hukum tersebut dalam pasal 54, tersangka atau terdakwa berhak memilih sendiri penasihat hukumnya.

8) Hak untuk didampingi penasihat hukum secara cuma-cuma, sebagaimana menurut pasal 56ayat (1)KUHAP, bahwa:

Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, penjabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjukan penasihat hukum bagi mereka

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa sesorang tersangka yang dapat dikatakan tidak mampu untuk membiayai seorang penasihat hukum atau pengacara maka negara wajib untuk menyediakan penasehat hukum untuk tersangka.Karena dalam negara indonesia menganut sistem demokrasi, yang dimana setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan keadilan dan hak untuk memdapatkan peradilan yang adil dan tidak memihak.

9) Hak untuk menghubungi penasihat hukumnya, sebagaimana menurut pasal 57 ayat (1)KUHAP:

(25)

tersangka yang dikenakan penahanan, berhak menghubungi penasihat hukumnya sesuai dengan ketentuan undang-undang.

10) Hak untuk menghubungi perwakilan negaranya, sebagaimana menurut pasal 57 ayat (1)KUHAP:

Tersangka yang berkebangsaan asing yang dikenakan penahanan berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya dalam menghadapi proses perkaranya.”

11) Hak untuk diberitahukan atau menghubungi keluarganya, sebagaimana menurut pasal 59 KUHAP:

Tersangka yang dikenakan penahanan berhak diberitahukan tentang penahanan atas dirinya oleh penjabat yang berwenang, pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses pengadilan, kepada keluarganya atau orang lain yang serumah dengan tersangka ataupun orang lain yang bantuannya dibutuhkan oleh tersangka untuk mendapatkan bantuan hukum atau jaminan bagi penangguhannya.

12) Hak untuk menghubungi dan menerima kunjungan, sebagaimana menurut pasal 60 KUHAP:

Tersangka berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari pihak yang mempunyai hubungan kekeluargaan atau lainnya dengan tersangka guna mendapatkan jaminan bagi penangguhan ppenahanan ataupun untuk usaha mendapatkan bantuan hukum.

13) Hak untuk mengajukan keberatan, sebagaimana menurut pasal 123 ayat (1) KUHAP:

Tersangka, keluarga, atau penasihat hukum dapat mengajukan keberatan atas penahanan atau jenis penahanan tersangka kepada penyidik yang melakukan penahanan itu.

Dari penjelasan pada BAB VI KUHAPdiatas dapat dipahami bahwa tersangka atau terdakwa memiliki hak yang dimana sudah termuat pada pasal-pasal KUHAP yang tidak dapat digangu gugat lagi. Ini dilakukan agar

(26)

tersangka atau terdakwa merasa adanya kepastian hukum dan sama dimata hukum beserta terjaminnya hak-hak asasi tersangka atau terdakwa.

3. Bantuan Hukum

1) Pengertian Bantua Hukum

Beberapa definisi tentang bantuan hukum adalah sebagai berikut:

a. Menurut Roberto conception bantuan hukum adalah pengungkapan yang umum yang digunakan untuk menunjuk kepada setiap pelayanan hukum yang ditawarkan atau diberikan.

b. Menurut C.A.J crul bantuan hukum merupakan bantuan yang diberikan oleh para ahli kepada mereka yang memerlukan perwujudan atau realisasi dari hak-haknya serta memperoleh perlindungan hukum.

Demikian pula pengertian bantuan hukum menurut pasal 1 angka 9 Undang-undang No. 18 Tahun 2003 tentang advokat, bahwa:

“bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh advokat secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu.”

Pasal 1 Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2011 tentang bantuan hukum, menegaskan:

a. Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum. b. Penerima bantuan hukum adalah orang atau kelompok orang miskin. c. Pemberi bantuan hukum adalah lembaga bantuan hukum atau

organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan hukum berdasarkan undang-undang ini.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa bantuan hukum merupakan jasa hukum baik litigasi dan non litigasi yang diberikan secara cuma-cuma kepada masyarakat yang dilakukan oleh

(27)

orang propesional seperti advokat atau pengacara guna mendampingi hak-hak masyarakat yang membutuhkan jasa bantuan hukum.

Menurut keputusan Mahkamah Agung No. 5 KMA/1972 tanggal 22 juli 1972, dimana pemberian bantuan hukum itu dikategorikan ke dalam tiga golongan, yaitu :

a Pengacara (advokat/procureur), yaitu mereka sebagai mata pencarian menyediakan diri sebagai pembela dalam perkara pidana atau kuasa/wakil dari pihak-pihak dalam perkara perdata dan yang telah mendapat surat pengangakatan dari Departemen Kehakiman.

b Pengacara Praktik, yaitu mereka yang sebagai mata pencaharian (beroep) menyediakan diri sebagai pembela atau kuasa/wakil dari pihak-pihak yang berpekara, akan tetapi tidak termasuk dalam golongan tersebut diatas.

c Mereka yang karena sebab-sebab tertentu secara insidental membela atau mewakili pihak-pihak yang berpekara.

2) Tunjuan Pemberian Bantuan Hukum

Berdasarkan keputusan menteri kehakiman R.I. No. 02.UM.09.08 Tahun 1980 tentang petunjuk pelaksanaan pemberian bantuan hukum, dalam konsiderannya, bahwa “tujuan pemberian bantuan hukum itu, adalah dalam rangka pemerataan kesempatan memperoleh keadilan, perluadanya pemerantaan bantuan hukum khusus bagi mereka yang tidak atau kurang mampu, sehingga di dalam pasal 22 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 2003 tentang Advokat, ditegaskan bahwa “Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara Cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.”

Jadi sasaran bantuan hukum ini, adalah mereka/anggota masyarakat yang tidak atau kurang mampu. Oleh karena itu, pemberian bantuan hukum ini diselenggarakan melalui badan peradilan umum (Pasal 1 ayat (1) Keputusan Menkeh Ri No.N.02.UM.09.08 Tahun 1980).

Bantuan hukummenurut Pasal 1 ayat (2) Keputusan Menkeh RI. No. N.02.UM.09.08 Tahun 1980, bahwa yang tidak/kurang mampu dalam perkara pidana, yang diancam dengan pidana:

(28)

a Lima tahun penjara atau lebih, seumur hidup atau pidana mati;

b Kurang dari lima tahun, tetapi perkara tersebut menarik perhatian masyarakat luas.

Demikian pula dalam undang-undang RI No. 16 Tahun 2011 tentang bantuan hukum, pasal 3: penyelenggaraan bantuan hukum bertujuan untuk:

a Menjamin dan memenuhi hak bagi penerima bantuan hukum untuk mendapatkan akses keadilan.

b Mewujudkan hak konstitusional segala warga Negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan dalam hukum.

c Menjamin kepastian penyelenggaraan bantuan hukum dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Negara republik Indonesia; dan mewujudkan peradilan yang efektif, efesien, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam pemberian bantuan hukum merupakan hak-hak tersangka/terdakwauntuk memperoleh bantuan hukum, sebagaimana di dalam KUHAP dan Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman, sebagai berikut:

a Menurut pasal 37 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004, bahwa “setiap orang yang tersangka perkara berhak memperoleh bantuan hukum.” b Menurut pasal 38 Undang-Undang No.4 Tahun 2004, bahwa “Dalam

perkara pidana seseorang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan dan/atau penahanan berhak menghubungi dan meminta bantuan advokat.”

Untuk pemberikan bantuan hukum sebagaimana dimaksud di atas, maka ketua majelis hakim segera berkonsultasi dengan ketua pengadilan negeri, selanjutnya ketua majelis hakim menunjukan seseorang atau lebih pemberi bantuan hukum.

(29)

B. Tinjauan Asas Praduga Tak Bersalah

Salah satu asas fundamental dalam hukum acara pidana yang dimaksud untuk melindungi hak tersangka maupun terdakwa adalah asas praduga tak bersalah (Presumption of innocence). Sebagaimana menurut pasal 8 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 asas praduga tak bersalah (Presumption of innocence) artinya:

setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan di muka siding pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Yahya Harapan mengatakan bahwa dengan dicantumkannya praduga tidak bersalah dalam penjelasan KHUAP, dapat disimpulkan bahwa, pembuatan undang-undang telah menetapkannya sebagai asas hukum yang melandasi KHUAP dan penegakan hukum (law enforcement).Sebagai konsekuensi dianutnya asas praduga tak bersalah adalah seorang tersangka atau terdakwa yang dituduh melakukan suatu tindak pidana, tetap tidak boleh diperlakukan sebagai orang yang bersalah meskipun kepadanya dapat dikenakan penangkapan/penahanan menurut undang-undang yang berlaku.Jadi, semua pihak termasuk penegak hukum tetap menjunjung tinggi hak asasi tersangka/terdakwa.

Selain asas praduga tak bersalah dalam hukum acara pidana juga terdapat asas hukum yang lain yang memberikan perlindungan terhadap hak-hak tersangka, sebagaimana termuat dalam kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KHUAP), antara lain:

1. Peradilan dilakukan “ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.”

2. Asas persamaan di depan hukum (equality before the law), artinya setiap orang diperlakukan sama dengan tidak membedakan tingkat sosial, golongan, agama, warna kulit, kaya, miskin, dan lain-lainnya di muka hokum atau pengadilan mengadili menurut hokum dengan tidak membeda-bedakan orang (pasal 4 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009).

3. Asas perintah tertulis dari yang berwenang, artinya segalah tindakan mengenai penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitahan hanya dapat

(30)

dilakukan berdasarkan perintah tertulis oleh penjabat yang berwenang oleh undang-undang (pasal 7 UU No. 48 Tahun 2009).

4. Asas memperoleh bantuan hukum seluas-luasnya, artinya bahwa setiap orang wajib diberikan kesempatan untuk memperoleh bantuan hokum pada tiap tingkatan pemeriksaan guna kepentingan pembelaan (pasal 56 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009).

5. Asas peradilan harus dilaksanakan dengan sederhana, cepat, biaya ringan atau lazim disebut contante justitie (pasal 2 ayat (4) jo. Pasal 4 ayat (4) UU No. 48 Tahun 2009).

6. Asas wajib diberitahu dakwaan dan dasar hokum dakwaan, serta hak-haknya termasuk hak menghubungi dan meminta bantuan penasihat hukum. 7. Asas hadirnya terdakwa, artinya pengadilan memeriksa, mengadili, dan

memutus perkara pidana dengan hadirnya terdakwa (Pasal 12 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009).

Dari sekian asas yang terdapat dalam hukum acara pidana, asas praduga tak bersalah merupakan prinsip hakiki dalam hukum karena asas ini berlaku pada semua fase proses hukum baik ditingkat penyidikan sampai pada tingkat pengadilan.

Berdasarkan asas praduga tak bersalah, maka jelas dan wajar bahwa tersangka dalam proses penyidikan wajib dianggap tidak bersalah serta dihargai hak-haknya. Hal ini tidak lain untuk menetapkan tersangka dalam kedudukan yang semestinya, sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.

Dengan adanya asas ini maka implementasi hak-hak tersangka menjadi terjamin karena seseorang tersangka atau terdakwa belum dapat dianggap bersalah, sehingga aparat penegak hukum dalam hal ini penyidik, tidak dapat melakukan pemaksaan pengakuan atau melakukan tersangka dengan tindakan yang sewenang-wenang.

(31)

C. Tinjauan Tentang Penyidikan dan Penyidik 1. Pengertian Penyidikan dan Penyidik

Penyidikan merupakan tahap penyelesaian perkara pidana setelah penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mecari ada atau tidaknya tindak pidana dalam suatu peristiwa. Ketika diketahui adanya tidakan pidana yang terjadi, maka pada saat itu penyidikan dapat dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan.Pada tindakan penyelidikan, penekanannya diletakkan pada tindakan “mencari dan menemukan” suatu “peristiwa” yang dianggap sebagai tindakan pidana. Sedangkan pada penyidikan titik berat penekanannya di letakkan pada “mencari serta mengumpulkan bukti”. Seperti yang diungkapkan (Yahya Harahap, 2002:109) yang dimana menyatakan bahwa:

Sehingga pada penyidikan, titik berat tekanannya diletakan pada tindakan “mencari serta mengumpulkan bukti” supaya tindak pidana yang ditemukan dapat menjadi terang, serta agar dapat menemukan dan menentukan pelakunya

Dalam Pasal 1 butir 2 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), memberikan definisi Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangkahnya.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa penyidikan merupakan serangkaian tindakan penyidik untuk mencari tau serta mengumpulkan barang bukti dari tindak pidana tersebut untuk menentukan benar atau tidaknya suatu

(32)

kejadian tersebut dan menemukan serta menentukan pelaku tindak pidana tersebut.

Dalam kitab undang-undang hukum acara pidana (KUHAP), yang dimaksud dengan penyidik adalah:

a. Menurut pasal 1 angka 1 KUHAP jo. Pasal 1 angka 10 undang-undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI bahwa Penyidik adalah Penjabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan

b. Menurut pasal 6 KUHAP, bahwa penyidik adalah: a) Penjabat polisi Negara Republik Indonesia.

b) Penjabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.

Jadi penyidik selain polisi Negara Republik Indonesia, juga pegawai negeri sipil yang telah diberikan wewenang khusus oleh undang-undang sebagai penyidik.

2. Prosedur Pemeriksaan Dalam Hukum Acara Pidana

Dalam sistem hukum indonesia, hukum pidana dapat diartikan secara sempit dan dapat diartikan secara luas. Hukum pidana dalam artian sempit hanya merupakan hukum pidana materiil saja yakni berisi norma-norma yang mengatur mengenai tindakan-tindakan yang merupakan tindakan pidana dan pidananya. Sedangkan pidana dalam artian luas terdiri dari hukum pidana ( substantif dan materiil) dan hukum acara pidana (hukum pidana formal). Mengenai hukum acara pidana, dikemukakan pendapa Moelijatno sebagai berikut:

“bagaiamana cara mempertahankan prosedurnya untuk menuntut ke muka pengadilan orang-orang yang disangka melakukan perbuatan pidana. Oleh karena itu bagian hukum pidana ini dinamakan hukum pidana formil (criminal procedure, hukum acara pidana”.

(33)

Hukum acara pidana di Indonesia secara umum telah dikodifikasikan kedalam satu dokumen yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana atau biasa disebut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (selanjutnya disebut KUHAP). Di dalam KUHAP, telah diatur mengenai proses beracara atau penanganan pidana yang terdiri dari:

1) Penyelidikan

Penyelidikan berdasarkan pasal 1 angka 5 KUHAP di definisikan sebagai serangkaian tindakan/penyelidikan untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindakan pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang. Pelaksanaan pada kata “mencari” dan “menemukan” peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana menunjukkan bahwa dalam proses penyelidikan masih belum jelas apakah peristiwa yang sedang diselidiki tersebut adalah suatu tindak pidana atau bukan. 2) Penyidikan

Penyidikan berdasarkan Pasal 1 angka 2 KUHAP didefinisikan sebagai serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP untuk mencari serta mengumpulkan barang bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Dari uraian pasal 1 angka 2 kuhap tersebut jelas bahwa dalam penyidikan dugaan akan adanya tindak pidana sudah jelas, dan dilakukannya penyidikan ditujukan untuk mengumpulkan bukti dan guna menemukan tersangkannya.

(34)

Dari kedua penjelasan diatas dapat dipahami bahwa dalam proses pemeriksaan menurut hukum acara pidana, sebelum dilakukan penyidikan oleh aparat kepolisian yang pertama dilakukan yakni melakukan penyelidikan yang dimana penyelidikan ini mencari tahu apakah benar atau tidaknya peristiwa pidana yang terjadi ditempat kejadian, setelah dilakukan penyelidikan dan mengetahui benar adanya suatu peristiwa tindak pidana ditempat tersebut, maka penyidikan bisa dilakukan untuk mencari atau mengumpulkan bukti yang menguatkan suatu tindak pidana tersebut sehingga pada proses pemeriksaan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan prosedur yang ada dalam KUHAP.

3. Sistem Pemeriksaan Dalam Proses Penyidikan

Dalam hal pemeriksaan tersangka atau terdakwa, maka sistem pemeriksaan dapat dilakukan, yaitu:

1) Sistem Inqusitoir

Sebelum berlakunya kitab undang-undang hukum acara pidana (KUHAP), maka sistem pemeriksaan inqusitoir dalam HIR yaitu terhadap tersangka pada tingkat penyidikan, adalah suatu sistem pemeriksaan dimana tersangka dianggap sebagai objek pemeriksaan, yaitu pemeriksaan dilakukan dengan pintu tertutup, sehingga tersangka dalam sistem pemeriksaan ini tidak mempunyai hak untuk membela diri.

Setelah berlakunya KUHAP dengan undang-undangRI No. 8 Tahun 1981, sistem ini di tinggalkan, hal ini diatur dalam KUHAP, bahwa dalam pemeriksaan permulaan (vooronderzoek) di pakai “sistem inquisitoir yang lunak,” yaitu dalam pemeriksaan penyidik, maka tersangka boleh

(35)

didampingi penasihat hukum yang mengikuti jalannya pemeriksaan secara pasif, yakni penasihat hukum diperkenankan melihat, mendengar pemeriksaan permulaan. Jadi, mulai dari proses awal pemeriksaan di tingkat penyelidikan / penyidikan (penangkapan / penahanan), tingkat penuntutan sampai pada proses pemeriksaan di pengadilan (sidang).

2) Sistem Accusatoir

Dalam sistem pemeriksaan accusatoir, yakni pemeriksaan pada tingkat pengadilan atau pemeriksaan di mukahakim (gerechtelijk onderzoek), di mana tersangka/terdakwa diakui sebagai subjek pemeriksaan dan diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk melakukan pembelaan diri atas tuduhan atau dakwaan yang dituduhkan atas dirinya.

Penerapan sistem pemeriksaan accuasatoir dalam pemeriksaan di depan sidang pengadilan, yaitu pemeriksaan terdakwa yang terbuka untuk umum, dilakukan secara lisan dan dengan menggunakan bahasa Indonesia (apabila tidak dapat berbahasa Indonesia, maka berhak untuk mendapatkan penerjemah) (lihat pasal 153 ayat (2) huruf a KUHAP).Selain terdakwa juga saksi dijamin untuk memberikan keterangan secara bebas, tanpa ada paksaan dalam bentuk apapun dari siapapun juga dan berhak mendapa penerjemah apabila tidak dapat berbahasa Indonesia.Dengan sistem pemeriksaan accusatoir ini, maka terdakwa mempunyai hak untuk membela diri, hak untuk dinyatakan tidak bersalah sebelum kesalahannya terbukti (presumption of innocence) di pengadilan; hak untuk

(36)

mendapatkan bantuan hukum, mengajukan permohonan banding, kasasi, herzeineng, grasi, dan lain sebagainya.

Jadi, dengan menganut sistem accusatoir, di mana tersangka / terdakwa mempunyai hak yang sama nilainya dengan penuntut umum, dalam hal ini hakim berada di atas kedua belah pihak untuk menyelesaikan perkara pidana antara mereka menurut peraturan hukum pidana yang berlaku.

Dalam melakukan pemeriksaan terhadap tersangka ada cara yang berlaku menurut KUHAP, adapun tata cara tersebut adalah:

a) Sesuai dengan pasal 52 dan 117 KUHAP bahwa jawaban atau keterangan diberikan tersangka kepada penyidik, diberikan tanpa tekanan dari siapapun juga dan dalam apapun juga.

Tersangka dalam memberikan keterangan harus “bebas” dan “kesadaran” nurani. Tidak boleh dipaksa dengan cara apapun juga baik penekanan fisik dengan tindakan kekerasan dan penganiayaan, maupun dengan tekanan dari penyidik maupun dari pihak luar.

b) Penyidik mencatat dengan teliti semua keterangan tersangka.

Semua yang diterangkan tersangka tentang apa yang sebenarnya telah dilakukannya sehubung dengan tindakan pidana yang disangkakan kepadanya dicatat oleh penyidik dengan seteliti-litinya. Sesuai dengan rangkaian kata-kata yang dipergunakan tersangka.Keterangan tersebut harus dicatat ditanyakan atau dimintakan persetujuan tersangka tentang kebenaran dan isi berita acara tersebut. Apabila tersangka telah menyetujuinya, maka tersangka dan penyidik masing-masing memberikan tanda tangannya

(37)

diatas berita acara tersebut sedangkan apabila tersangka tidak mau menanda tanganinya maka maka penyidik membuat catatan berupa penjelasan atau keterangan tentang hal itu serta menyebutkan alas an yang menjelaskan kenapa tersangka tidak mau menanda tanganinya.

c) Dalam pasal 119 KUHAP menyebutkan, jika tersangka yang akan diperiksa berlokasi di luar daerah hukum penyidik, maka penyidik yang bersangkutan dapat membebankan pemeriksaan kepada penyidik yang berwenang di daerah tempat tinggal tersangka.

d) Jika tersangka tidak hadir menghadapi penyidik maka sesuai ketentuan pasal 113 KUHAP pemeriksaan dapat dilakukan di tempat kediaman tersangka dengan cara : penyidik sendiri yang datang melakukan pemeriksaan ketempat kediaman tersangka tersebut.

4. Tugas Dan Wewenang Penyidik

Tugas penyidik adalah melaksanakan penyidikan, yaitu serangkai tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana untuk mencari dan mengumpulkan barang bukti yang dengan bukti tersebut membuat terang pidana terjadi dan guna menentukan tersangkanya.

Dalam kitab undang-undang hukum acara pidana (KUHAP) ada beberapa tugas penyidik. Adapun tugas penyidik sebagai berikut:

1. Membuat berita acara tentang pelaksanaan tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 75 KUHAP.

2. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum Pasal 8 ayat 2 KUHAP.

3. Menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum Pasal 8 ayat 3 KUHAP.

4. Dalam hal penyidik telah melakukan penyidikan suatu peristiwa yang merupakan tindak pidana, penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum Pasal 109 ayat 1 KUHAP.

5. Wajib segera menyerahkan berkas perkara penyidikan kepada penuntut umum, jika penyidik dianggap telah selesai Pasal 110 ayat 1 KHUAP.

(38)

6. Dalam hal penuntut umum mengembalikan hasil penyidikan untuk dilengkapi, penyidik wajib segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk dari penuntut umum Pasal 110 ayat 3 KUHAP.

7. Setelah menerima penyerahan tersangka sebagaimana dalam ayat (1) penyelidik atau penyidik wajib segera melakukan pemeriksaan dan tindakan lain dalam rangka penyidikan Pasal 111 ayat 2 KUHAP.

8. Dalam hal seseorang disangka melakukan suatu tindak pidana sebelum dimulainya pemeriksaan oleh penyidik, penyidik wajib memberitahukan kepadanya tentang haknya untuk mendapatkan bantuan hukum atau bahwa ia dalam perkaranya itu wajib didampingi oleh penasehat hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56, Pasal 114 KUHAP.

9. Dalam hal tersangka ditahan dalam waktu satu hari setelah perintah penahanan itu dijalankan, ia harus memulai diperiksa oleh penyidik, Pasal 122 KUHAP.

10. Dalam hal penyidik melakukan penggeledahan rumah terlebih dahulu menunjukkan tanda pengenalnya kepada tersangka atau keluarganya, selanjutnya berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 dan 34, Pasal 125 KUHAP.

Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) KUHAP, bahwa penyidik karena kewajibannya mempunyai wewenang, yaitu :

1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana

2. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian

3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.

4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeladahan, dan penyitaan. 5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.

6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.

7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.

8. Mendatangkan orang ahli yang diperluhkan dalam hubungannya dengan pemeriksaan tersangka.

9. Mengadakan penghentian penyidikan

10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. D. Kerangka pikir

Terjadinya perkara pidana dapat diketahui dari laporan yang disampaikan oleh seseorang, pengaduan, tertangkap tangan, dan dapat juga diketahui langsung oleh petugas kepolisian.

(39)

Apabila penyelidik menerima suatu pemberitahuan atau laporan yang disampaikan oleh seseorang, penyelidik segera melakukan penyelidikan guna menemukan dan mencari serta mngumpulkan bukti. Sehingga dengan bukti tersebut tindak pidana yang ditemukan dapat menjadi terang. Agar dapat menemukan dan menentukan pelakunya.

Setelah diketahui bahwa peristiwa yang terjadi merupakan tindak pidana, maka segera dilakukan penyidikan melalui kegiatan-kegiatan seperti penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan. Dalam penyidikan, penyidik juga melakukan pengelolahan TKP (Tempat Kejadian Perkara), untuk mengungkapkan suatu tindak pidana.

Dalam melakukan kegiatan-kegiatan penangkapan¸ penahanan, penggeledahan, penyitaan, dan pengelolahan TKP (Tempat Kejadian Perkara) hak-hak tersangka harus dijunjung tinggi oleh petugas penyidik baik dalam proses tersebut maupun dalam proses pemeriksan ditingkat penyidikan, ini dilakukan agar terwujud atau terjaminnya hak-hak tersangka.

(40)

Gambar: 2.1 Bagan Kerangka berpikir

E. DEFINISI OPERASIONAL

operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul skripsi. Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Implementasi Hak-Hak Tersangka Sebagai

KUHAP Implementasi Hak-HakTersangka Hambatan-hambatan dalam Implementasi Hak-HakTersangka Terwujudnya Hak-Hak Tersangka Hak-Hak Tersangka 1. Hak untuk segera di periksa

2. Hak untuk mendapatkan pembelaan 3. Bantuan hukum

4. Hak untuk bebas memberikan keterangan 5. Hak untuk memilih penasihat hukum

(41)

Perwujudan Asas Praduga Tidak Bersalah Dalam Proses Pemeriksaan Di Tingkat Penyidikan (Studi Kasus Di Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat)”, maka definisi operasional yang perluh dijelaskan yaitu :

1. Implementasi hak-hak tersangka

Dalam kamus besar bahasa indonesia implementasi merupakan penerapan atau pelaksanaan.

Hak-hak adalah sesuatu yang mutlak yang dimiliki oleh seseorang dan penggunaannya tergantung pada orang tersebut yang dimana tidak bisa diganggu gugat oleh orang lain.

Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya yang dibukti permulaan melakukan tindak pidan serta merugikan orang lain

Jadi dapat dipahami bahwa implementasi hak-hak tersangka adalah penerapan atau pelaksanaan hak-hak yang dimiliki oleh orang yang berdasarkan bukti yang kuat diduga melakukan tindak pidana.

2. Asas praduga tak bersalah

Asas praduga tak bersalah adalah seseorang yang ditangkap, ditahan, dan dituntut atau dihadapkan dimuka sidang belum bisa dikatakan besalah atau wajib dianggap tidak bersalah sebelum adanya keputusan pengadilan. 3. Proses pemeriksaan

Proses pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, atau mencari keterangan lain untuk menentukan suatu titik persoalan.

(42)

4. Penyidikan

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti tersbut dapat menemukan titik terang dalam sebuah tindak pidana dan guna menemukan tersangkanya, sesuai yang diatur dalam undang-undang.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Berdasarkan pada masalah yang diajukan, maka peneliti didalam penelitiannya menggunakan jenis penelitian normatif atau penelitian perpustakaan, dimana penelitian ini merupakan penelitian yang mengkaji studi dokumen. Sifat penelitian ini yakni deskriptif, yaitu mendeskripsikan fenemona yang benar-benar terjadi dilapangan. Dan pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yakni, penelitian yang bersifat deskriptif dan cendrung menggunakan analisis.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini yang akan dilaksanakan di Polsek Lembor Kecamatan Lembor Kab. Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Alasan memilih tempat penelitian ini karena terdapat isu-isu dari masyarakat yang menyatakan adanya hak-hak tersangka yang dilanggar dalam proses pemeriksaan. Penelitian ini direncanakan berlangsung selama kurang lebih 2 bulan, dari bulan mei sampai bulan juni 2020.

C. Sumber Data

Sumber data yang dipilih ada dua yaitu, data primer dan data sekunder: 1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil dokumentasi dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap subjek

(44)

penelitian. Adapun dalam penelitian ini, sumber data primernya adalah dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan dengan maksud untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, data ini ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah dokumen-dokumen, KUHAP, hasil penelitian serta buku-buku ilmiah yang berkenaan dengan penelitia ini.

D. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah satuan yang diteliti yang bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu peristiwa sosial misalnya aktivitas individu atau kelompok sebagai subjek penelitian. Dari cara mengungkap unit analisis data dengan menetapkan kriteria responden tersebut, penelitian kualitatif dengan sendirinya akan memperoleh siapa saja yang menjadi subjek penelitiannya.

Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat dan terpercaya baik berupa pernyataan-pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memahami persoalan atau permasalahan tersebut. Informan penelitian ini meliputi tiga macam yatu:

1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperluhkan dalam penelitian. Dalam hal ini 1 (satu) orang yaitu kapolsek lembor.

(45)

2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah 2(dua) orang polisi polsek lembor yang bertugas sebagai unit dan kabid reskrim.

3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan tambahan adalah 2 (dua) orang polisi polsek lembor yang bertugas sebagai unit dan kabid intel.

Berdasarkan uraian diatas, maka informan ditentukan dengan teknik purposive sampling(memilih ahli yang berkompeten), artinya menentukan informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relavan dengan masalah penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Adapun cara memperoleh data yang sesui dengan permasalahan penelitian, maka dalam hal ini peneliti berperan aktif dalam instrumen penelitian. Hal tersebut disebabkan karena dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai perancana dan sekaligus sebagai pelaksanaan dari rancangan penelitian yang sudah disusun. Adapun yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Lembor Observasi

Lembar observasi adalah pedoman terperinci yang berisi langkah-langkah melakukan observasi mulai dari merumuskan masalah, kerangka teori untuk menjabarkan perilaku yang akan diobservasi prosedur dan teknik perekaman, kriteria analisis hingga interprestasi.

(46)

Sutrisno (1989) menyatakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses interaksi untuk mendapatkan informasi secara langsung dari informan, metode ini digunakan untuk menilai keadaan seseorang dan merupakan tulang punggung suatu penelitian survei, karena tanpa wawancara maka akan kehilangan informasi yang valid dari orang yang menjadi sumber data utama dalam penelitian.

3. Alat/Bahan dokumentasi

Alat atau bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tape rekorder sebagai alat perekam wawancara serta hp untuk mengambil gambar pada saat penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam pelaksanaan penelitian ini adalah, sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana penelitian mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala subyek yang diteliti.

2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah proses untuk memperoleh keterangan penelitian dengan cara tanya jawab dalam bentuk tatap muka antara pewawancara

(47)

dengan responden. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengumppulkan data tentang implementasi hak-hak tersangka sebagai perwujudan asas praduga tak bersalah dalam proses pemeriksaan di tingkat penyidikan di kapolsek lembor untuk memberikan informasi yang lebih spesifik dan mendetail bagi peneliti untuk mendapatkan gambaran tentang implementasi tersebut.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis seperti buku, majalah, catatan dan lain-lain misalnya profil yang dibutuhkan, yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini. Data yang diperoleh dari dokumentasi ini merupakan dasar sekunder sebagai pelengkap data primer.

G. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2007:333-345) menyatakan bahwa, Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data dan memilih mana yang penting serta mana yang perluh dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.

Langkah-langkah analisis data, sebagai berikut : 1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan keabsahan data mentah menjadi informasi yang bermakna, sehingga memudahkan penarikan kesimpulan.

(48)

2. Penyajian Data

Penyajian data yang sering digunakan pada dat kualitatif adalah bentuk naratif.Penyajian-penyajian data berupa sekumpulan informasi yang tersusun secara sistematis dan mudah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan

Penarik kesimpulan merupakan tahap akhir dalam analisis data yang dilakukan melihat hasil reduksi data tetep mengaju pada rumusan masalah secara tujuan yang hendak dicapai. Data yang telah disusun dibandingkan antara satu dengan yang lain untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang ada

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Wilayah Polsek Sektor Lembor

Polisi Sektor lembor diresmikan pada tanggal 03 Oktober 1989, Markas atau kantor Polisi Sektor lembor berada dijalan Jalan Nangalili Nomor 11 Malawatar Kecamatan lembor. Polsek lembor Memiliki 1 (satu) unit asrama untuk personil dan kondisi bangunan permanen.

Luas wilayah hukum polisi sektor lembor terdiri dari 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan lembor, welak, dan lembor selatan. Dari 3 (tiga) kecamatan terdapat beberapa desa. Adapun desa tersebut diantaranya:

1) Kecamatan lembor

Kecamatan lembor terdiri dari 15 desa, diantaranya: • Daleng • Golo Ndeweng • Liang Sola • Ngancar • Poco Dedeng • Poco Ruteng • Pondo • Pong Majok • Ponto Ara 36

(50)

• Siru • Tangge • Wae Bangka • Wae Kanta • Wae Mowol • Wae Wako 2) Kecamatan Welak

Kecamatan Welak terdiri dari 16 desa, diantaranya: • Dunta • Galang • Golo Ndari • Golo Ranggot • Gurung • Lale • Orong • Pengka • Pong Welak • Racang Welak • Rehak • Robo • Semang • Sewar • Watu Umpu

(51)

• Wewa

3) Kecamatan lembor selatan • Benteng Dewa • Benteng Tado • Kakor • Lalong • Lendong • Modo • Munting • Nanga Bere • Nanga Lili • Repi • Surunumbeng • Wae Mose • Watu Rambung • Watu Tiri • Watu Waja

Berdasarkan data sensus kependudukan 2019 Jumlah penduduk dari 3 (tiga) Kecamatan, diantaranya. Kecamatan lembor 34.263.000 jiwa/orang, Kecamatan Welak 22.159.000 jiwa/orang, Kecamatan Lembor Selatan 24.844.000 jiwa/orang.

Polisi Sektor Lembor memiliki wilayah kekuasaan hukum yang berbatasan dengan beberapa polisi sektor lain yang ada di Kabupaten

(52)

Manggarai Barat. Adapun batas-batas wilayah polisi sektor Tampan meliputi :

• Sebelah utara Polsek Lembor berbatasan dengan Polsek Macang Pacar

• Sebelah Timur Polsek Lembor berbatasan dengan Polsek Kuwus • Sebelah Selatan Polsek Lembor berbatasan dengan Polsek Golo

Welu

• Sebelah Barat Polsek Lembor berbatasan dengan Polsek Werang dan Polsek Komodo

2. Jumlah Personil Kepolisian Polsek Lembor

Secara keseluruhan, Polsek Lembor memiliki 19 personil yang terdiri dari beberapa unit bagian tugas dalam menjalankan Undang-Undang Kepolisian Negara Republik Indonesia..

B. Hasil Penelitian 1. Identitas Informan

Dalam hal melakukan penelitian, peneliti memilih 7 (lima) informan untuk dilakukan wawancara. Informan yang peneliti wawancara adalah informan yang memegang jabatan diantaranya, kapolsek lembor, kanit reskrim beserta banitnya, kanit intel beserta banitnya dan dua orang tersangka yang pernah ditangkap dan dilakukan pemeriksaan di Polsek Lembor.

(53)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini: a. Penyidik (Polisi)

NO. Nama Umur Keterangan

1. YDS 29 Kepala kepolisian sektor lembor 2. SN 30 Sebagai kanit reskrim 3. AA 28 Sebagai banit reskrim 4. GW 31 Sebagai kanit intel 5. JN 28 Sebagai banit intel b. Tersangka

No. Nama pendidikan pekerjaan

1. AJ Tamat SMA Petani

2. AR Tamat SD Petani

2. Implementasi hak-hak tersangka sebagai perwujudan asas praduga tak bersalah dalam proses pemeriksaan di tingkat Penyidikan di Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat.

Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi hak-hak tersangka sebagai perwujudan asas praduga tak bersalah dalam proses pemeriksaan di tingkat Penyidikan di Polsek Lembor Kab. Manggarai Barat. Data penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan analisis dokumen data tersangka, observasi beserta wawancara langsung dengan kapolsek lembor, kanik reskrim beserta banitnya, dan wawancara pendukung atau wawancara penambahan informasi adalah kanit intel beserta banitnya.

Dalam sub bab ini juga penulis akan memberikan gambaran-gambaran mengenai kasus tindak pidana yang terjadi dalam ruang lingkup

(54)

polsek lembor. Penulis hanya akan melakukan pembahasan-pembahasan terhadap kasus yang terjadi pada wilayah tersebut, dilihat dari hak-hak tersangka dalam proses pemeriksaan ditingkat penyidikan, apakah sesuai dengan Undang-Undang yang mengatur mengenai implementasi hak-hak tersangka pada proses pemeriksaan ditingkat penyidikan. Dalam hal ini peneliti menyajikan kasus yang peneliti dapatkan dalam melakukan penelitian, di antaranya:

Uraian Singkat Kasus yang diteliti, Deskripsi Kasus

1) Identitas tersangka

Nama : VE (inisial) Umur : 22 Tahun Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : Kampung Pusut, Rt/Rw : 003/002, Desa Nampar Macing, Kecamatan Sano

Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat 2) Pembahasan kasus

Berdasarkan Berkas perkara Nomor: B / 03 / V / 2020/ Polsek Lembor. Bahwa tersangka VE (inisial) pada hari Jumaat tanggal 14 Agustus 2020, sekitar Jam 01.00 Wita (dini hari), bertempat di halaman di kantor PDAM Lembor, Kelurahan Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat melakukan pencurian satu unit

(55)

sepeda motor dan di maksud dalam Pasal 363 Ayat (1) ke 3 KUHP Jo Pasal 362 KUHP

3) Pelaksanaan penyidikan

Berdasarkan keterangan yang penulis peroleh dari Berdasarkan Berkas perkara Nomor: B / 03 / V / 2020/ Polsek Lembor, dan penjelasan dari hasil wawancara dengan petugas kepolisian yang menangani perkara tersebut. Dapat diketahui mengenai:

a. Penanganan di Tempat Kejadian Perkara (TKP)

Penanganan TKP : di dalam halaman Kantor PDAM Lembor, Kelurahan Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai barat

Hasil yang ditemukan:

a) Jalan Raya Trans Malawatar-Nangalili, tepatnya di halaman Kantor PDAM Lembor, Kelurahan Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat

b) Di tkp tidak di temukan barang bukti

c) Tempat kejadian Perkara ( Tkp ) di datangi pada siang hari b. Pemanggilan

a) Terhadap saksi korban PJF (Inisial), dilakukan pemanggilan dengan Surat Panggilan Nomor : SP.Gil / 32 / III / 2020 / Unit Reskrim, tanggal 19 Agustus 2020 dan yang bersangkutan telah hadir kemudian dilakukan pemeriksaan serta dibuatkan Berita Acara Pemeriksaannya.

b) Terhadap saksi NJ (inisial), dilakukan pemanggilan dengan Surat Panggilan Nomor : SP.Gil / 33 / III / 2020 / Unit Reskrim, tanggal 20 Agustus 2020 dan yang bersangkutan telah hadir kemudian dilakukan pemeriksaan serta dibuatkan Berita Acara Pemeriksaannya.

(56)

c) Terhadap saksi MHW (inisial), dilakukan pemanggilan dengan Surat Panggilan Nomor : SP.Gil / 34 / III / 2020 / Unit Reskrim, tanggal 20 Agustus 2020 dan yang bersangkutan telah hadir kemudian dilakukan pemeriksaan serta dibuatkan Berita Acara Pemeriksaannya.

d) Terhadap saksi DRE (inisial), dilakukan pemanggilan dengan Surat Panggilan Nomor : SP.Gil / 35 / III / 2020 / Unit Reskrim, tanggal 20 Agustus 2020 dan yang bersangkutan telah hadir kemudian dilakukan pemeriksaan serta dibuatkan Berita Acara Pemeriksaannya.

e) Terhadap saksi AS (inisial), dilakukan pemanggilan dengan Surat Panggilan Nomor : SP.Gil / 36 / III / 2020 / Unit Reskrim, tanggal 20 Agustus 2020 dan yang bersangkutan telah hadir kemudian dilakukan pemeriksaan serta dibuatkan Berita Acara Pemeriksaannya

c. Penangkapan

Dengan Surat Perintah Penangkapan Nomor : Sp.Kap / 04 / III / 2020 / Unit Reskrim, Tanggal 19 Agustus 2020 telah dilakukan penangkapan terhadap tersangka VE (Inisial), Dengan Berita Acara Penangkapan tanggal 19 Agustus 2020.

d. Penggeledahan tidak dilakukan penggeledahan e. Penyitaan

a) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 04 / III / 2020 / Unit Reskrim, tanggal 19 Agustus 2020, telah dilakukan Penyitaan terhadap barang bukti berupa :

• (Satu) Lembar Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor ( STNK) dengan Nomor Kendaraan Registrasi EB 517 G, Merk Honda, Type Win ( MCB), model Sepeda motor tahun pembuatan 2001, isi silinder 97, Nomor Rangka MH1HABB161K013174, Nomor mesin HABBE101306 warna hitam bahan bakar bensin, Warna TNKB Merah tahun regsitrasi 2001, dengan nama pemilik Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK) Atas nama KIMPRASWIL / UPTD AIR BERSIH

• 1 (satu) Lembar Surat Penunjukan Pemegang Kendaraan Roda Dua, dengan Nomor : 33/ PERUMDA /UL/I/2019, Pada tanggal 03 Januari 2019

• 2 (dua) Lembar foto Copi Surat KeputusanDirektur PDAM Wae Mbeliling Nomor : 023 / KEP/ PDAM / IX/ 2018, Tentang Pengangkatan tenaga honorer pada PDAM Wae Mbeliling Kabupaten Manggarai barat, di tetapkan pada tanggal 01 September 2018

b) Berdasarkan Surat Kepolisian Sektor Lembor Nomor : B / 70 /IV/2020/Sektor Lembor, tanggal 25 Agustus 2020, Perihal Laporan Untuk Mendapatkan Persetujuan Penyitaan yang di tunjukan Kepada Ketua Pengadilan Negeri Labuan Bajo, telah

Gambar

Gambar 1.1 Polsek Lembor
Gambar 2.1 wawancara
Gambar 3.1  proses pemerisaan tersangka

Referensi

Dokumen terkait

Gerakan menyentuhkan bola kaki ke depan, kanan atau kiri dengan sedikit menekuk lutut tumpu, berat badan berada pada kaki tumpu. Sentuhkan bola kaki kanan ke depan

 Halaman 2, gunakanlah Shape dengan bentuk sesuai tampilan, dan ubahlah tampilannya sesuai gambar (termasuk background, dan tulisan).. o Masukkan gambar sesuai

4.26 Rekapitulasi Peningkatan Hasil Observasi Peneliti Terhadap Siswa Kelas X-MIPA 5 SMA Negeri 3 Pati dalam Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik

Berdasarkan hasil perhitungan nilai MRD untuk seluruh parameter, diperoleh parameter bilangan peroksida ordo reaksi nol pada suhu 30 o C, bilangan peroksida ordo

Tindakan yang dilakukan instansi pemerintah khusunya Polres Lima Puluh kota sendiri memang telah melakukan sosialisasi, menindak pelanggaran dan telah melaksanakan

STANDAR BIAYA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2014 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN KONSTRUKSI.. Upah

Demikian Berita Acara Pembukaan (download) Penawaran File I ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat diketahui dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Desfa

Untuk mendapatkan sebuah citra baru yang merupakan pengolahan citra asli menjadi citra atau gambar yang seolah – olah timbul pada objek, dapat kita dapatkan dengan menkonvolusi