• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Implikasi

1. Pemerintah daerah Kabupaten Tangerang sebaiknya melakukan evaluasi setiap periode agar dapat meningkatkan jumlah penerimaan dana bagi hasil pajak dengan cara melihat data-data atau informasi mengenai seberapa besar tingkat efektifitas, kontribusi dan tingkat pertumbuhan pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak penghasilan (PPh) orang pribadi. Diharapkan data/informasi tersebut bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi efektivitas penggalian sumber-sumber objek pajak untuk periode berikutnya.

2. Sebagian besar penurunan yang terjadi, baik itu pada tingkat pertumbuhan, kontribusi, maupun tingkat efektivitas, dipengaruhi oleh terjadinya pemecahan wilayah di Kabupaten Tangerang menjadi Kota Tangerang Selatan serta masa peralihan BPKD menjadi Dipenda. Sehingga, pemerintah daerah seharusnya berusaha lebih giat lagi untuk mengoptimalkan sumber-sumber dana bagi hasil pajak dengan melihat tingkat efektivitas pemerintah daerah bisa melihat dana bagi hasil pajak mana yang sudah potensial dan mana yang belum.

105 C. Saran

1. Daerah harus mampu mengidentifikasi komponen dana bagi hasil pajak manakah yang memberikan kontribusi positif dan masih berpotensi untuk ditingkatkan.

2. Keterlibatan yang penuh dari pemerintah daerah Kabupaten Tangerang, khususnya Dinas Pendapatan Daerah, dalam perencanaan ataupun penentuan potensi, target dan besarnya realisasi PBB, BPHTB, PPh Orang Pribadi agar perencanaan dan penentuan target bisa tepat.

3. Dalam usaha meningkatkan penerimaan PBB dan BPHTB dapat dilakukan dengan usaha ekstensifikasi, mengingat potensi PBB dan BPHTB masih sangat luas.

4. Memberikan pembinaan dan pengetahuan yang luas kepada masyarakat mengenai betapa pentingnya membayar pajak bagi mereka.

5. Undang-undang tentang otonomi daerah diperbaharui agar pembentukan daerah otonom lebih dibatasi. Sehingga, suatu daerah tidak semudah itu dalam membentuk suatu daerah otonomi ataupun melakukan pemekaran wilayah.

6. Pemerintah daerah meningkatkan penerimaan daerah dari hasil non pajak dan mengoptimalkan sumber-sumber non pajak. Sehingga, diharapkan penelitian berikutnya bisa memetakan sumber-sumber penerimaan non pajak serta dapat mengetahui tingkat pertumbuhan, kontribusi, dan efektivitas sumber-sumber non pajak tersebut bagi penerimaan daerah.

106

7. Pemerintah daerah Kabupaten Tangerang sebaiknya memperbaharui data- data PBB yang dimiliki sesuai dengan sertifikat tanah yang dimiliki oleh masing-masing wajib pajak.

8. Pemerintah daerah melakukan penagihan PBB kepada wajib pajak-wajib pajak yang menunggak agar penerimaan dana bagi hasil PBB meningkat. 9. Pembuatan KTP untuk para pendatang yang berasal dari luar wilayah

Kabupaten Tangerang, baik itu dalam bentuk KTP sementara maupun KTP tetap. Agar sistem administrasi penduduk yang tercatat di pemerintah daerah Kabupaten Tangerang lebih akurat. Sehingga, jumlah penduduk (wajib pajak) yang bekerja di daerah tersebut dapat diketahui dan penerimaan dana bagi hasil PPh juga bisa ditingkatkan.

107

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007.

Anonim, Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

Anonim, Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.

Anonim, Undang-Undang Nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2000.

Anonim, Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

Anonim, Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004.

Anonim, Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000.

Dwirandra. Efektivitas dan Kemandirian Keuangan Daerah Otonom Kabupaten/Kota di Propinsi Bali Tahun 2002-2006. Bali : Universitas Udayana. 2008.

Diana, Anastasia dan Lilis Setiawati. Perpajakan Indonesia Konsep, Aplikasi, dan Penuntun Praktis. Yogyakarta : Andi Offset. 2009.

Ekowati, Lia, Ida Nurhayati dan Nedsal Sixpria. PBB Sebagai Salah Satu Sumber Dana dalam Pembangunan Daera Kota Depok. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Volume 2 Nomor 1. 2003.

Feld, Lars P, Gebhard Kirchgassner, dan Christoph A. Schaltegger. Decentralized Taxation and The size of Government : Evidence from Swiss State and Local Governments. Southern Economic Journal. 2010.

Hari Adi, Priyo dan Wahyuni. Analisis Pertumbuhan dan Kontribusi Dana Bagi Hasil terhadap Pendapatan Daerah. The 3rd National Conference UKWMS Suarabaya. 2009.

108

Mardiasmo. Perpajakan : Edisi Revisi 2009. Yogyakarta : Andi Offset. 2009. Muluk, MR Khairul. Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. Malang : Bayu

Media Publishing. 2007.

Nordiawan, Deddi, Iswahyudi Sondi Putra dan Maulidah Rahmawati. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta : Salemba Empat. 2009.

Pujiati, Amin. Analisis Pertumbuhan Ekonomi di Karesidenan Semarang Era Desentralisasi Fiskal. Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Semarang. 2008.

Rachmat. Akuntansi Pemerintahan. Bandung : Pustaka Setia. 2010.

Rahmadina. Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terhadap Pendapatan Daerah (Studi Kasus di Suku Dinas Pendapatan Daerah Jakarta Utara ). FEIS UIN Jakarta. 2006.

Resmi, Siti. Perpajakan : Teori dan Kasus.Jakarta : Salemba Empat. 2008. Rozaki, Deki. Dampak Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2001 tentang Pajak

Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tegal. FEIS UIN Jakarta. 2007.

Sari, Yulia Anggara. Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Pendapatan Daerah di Kota Bandung. Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 Nomor 2. 2010.

Sekaran, Uma. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta :Salemba Empat. 2009.

Simanjuntak, Timbul Hamonangan. Kepatuhan Pajak (Tax Compliance) dan Bagi Hasil Pajak dalam Perekonomian di Jawa Timur. JESP Volume 1 Nomor 2. 2009.

Suandy, Erly. Hukum Pajak.Jakarta : Salemba Empat. 2008. Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis.Bandung : Alfabeta. 2009.

Tri, Masitoh Yulianti. Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terhadap Penerimaan Daerah (Studi Kasus pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor). FEIS UIN Jakarta. 2007. Udjianto, Didit Welly. Analisis Dana Perimbangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah 2003-2005). Jurnal Eksekutif Volume 5 Edisi 3. 2008.

109

Waluyo, Joko. Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan Antardaerah di Indonesia. Yogyakarta : Universitas Pembangunan Nasional Veteran. 2007.

Waluyo. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat. 2008.

Widjaja, HAW. Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia dalam Rangka Sosialisasi UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2008.

1

ANALISIS TINGKAT PERTUMBUHAN PAJAK BUMI

DAN BANGUNAN, BEA PEROLEHAN HAK ATAS

TANAH DAN BANGUNAN, DAN PAJAK PENGHASILAN

ORANG PRIBADI PADA KABUPATEN TANGERANG

PERIODE 2005-2009

Leni Amalia

Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Email : leniigope@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat pertumbuhan, kontribusi, dan tingkat efektivitas PBB, BPHTB, dan PPh Orang Pribadi pada Kabupaten Tangerang periode 2005-2009. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pejabat yang terkait, yaitu Dinas Pendapatan Daerah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen yang ada pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang selama periode tahun 2005 s.d 2009. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas dana bagi hasil pajak tergolong sangat efektif dan tingkat pertumbuhan yang potensial adalah BPHTB dan PBB sedangkan PPh OP tidak potensial. Selain itu, pajak yang berkontribusi baik terhadap dana bagi hasil pajak adalah PBB dan BPHTB sedangkan PPh OP kurang berkontribusi. Dan dana bagi hasil pajak sangat kurang berkontribusi terhadap pendapatan daerah.

Kata kunci: PBB, BPHTB, PPh Orang Pribadi, Kabupaten Tangerang

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

PENELITIAN

Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana

secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintah diikuti dengan pemberian sumber- sumber penerimaan yang cukup kepada daerah. Hal ini mengacu pada UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat antara

2

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Perimbangan keuangan pusat dan daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka negara kesatuan yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta pemerataan antardaerah secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah. Tujuan pokok perimbangan keuangan adalah memberdayakan dan meningkatkan kemampuan perekonomian daerah, menciptakan sistem pembiayaan daerah secara proporsional, adil, rasional, dan transparan, mewujudkan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah, menjadi acuan dalam alokasi penerimaan daerah dan menjadi pedoman pokok keuangan daerah (HAW Widjaja, 2009:75).

Dana perimbangan merupakan pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin membaik (MR Khairul Muluk, 2007:33).

Dana perimbangan (transferred income) dapat dibedakan menjadi

Dana Bagi Hasil Pajak (Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan pasal 25 dan 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, dan Pajak Penghasilan pasal 21), Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (SDA), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Berbagai penelitian empiris yang pernah dilakukan menyebutkan bahwa sumber-sumber pendapatan daerah yang berasal dari pusat tersebut sangat dominan dalam pendapatan daerah. Hal ini membuat pemerintah daerah menjadi sangat tergantung pada Pemerintah Pusat serta mengakibatkan tidak adanya usaha produktif yang dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan daerahnya melalui pajak daerah maupun retribusi daerah.

Selain itu, semua ladang pajak yang paling memuaskan juga berada dalam tangan pemerintah pusat. Sehingga salah satu cara untuk mengatasinya, yaitu dengan memberikan pemerintah daerah bagian dari hasil pajak nasional. Akan tetapi, pemerintah daerah juga harus membantu pemerintah pusat untuk menghimpun penerimaan pajak nasional dengan cara menyediakan bahan keterangan mengenai wajib pajak daerah. Dengan demikian, hal ini diharapkan dapat membantu pemerintah pusat dalam meningkatkan penerimaan pajak nasional.

3

Bagi daerah, penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak dan penerimaan Dana Bagi Hasil SDA merupakan sumber penerimaan yang pada dasarnya memperhatikan potensi daerah penghasil. Jika pemerintah daerah dapat mengoptimalkan penerimaan dari pajak dan sumber daya alam yang dimiliki, maka transfer DBH yang diterima pun cenderung akan semakin besar.

Akan tetapi, pembagian sumber keuangan yang berasal dari dana perimbangan sektor SDA hanya memberikan keuntungan kepada Provinsi maupun Kabupaten penghasil SDA. Daerah yang memiliki SDA terkadang juga memiliki struktur perekonomian yang telah tertata dengan baik. Sehingga, potensi pajak pun dapat dioptimalkan dan daerah tersebut akan mendapatkan dana bagi hasil yang banyak, baik itu dari sisi SDA maupun pajak.

Adapun daerah-daerah lainnya yang tidak memiliki kekayaan alam yang besar, praktis hanya mengandalkan dana perimbangan dari sektor pajak saja. Sehingga, daerah tersebut harus mengoptimalkan penerimaan pajak nasional, agar bisa mendapatkan dana bagi hasil pajak yang tinggi.

Akhirnya mulai tahun anggaran 2001, berdasarkan UU PPh No 17 tahun 2000, daerah memperoleh bagi hasil dari Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi (personal income tax), yaitu PPh

karyawan (pasal 21) serta PPh pasal 25 dan 29 orang pribadi. Ditetapkannya PPh perorangan sebagai objek bagi hasil dimaksudkan sebagai kompensasi dan penyelaras bagi daerah-daerah yang tidak memiliki SDA tetapi memberikan kontribusi yang besar bagi penerimaan negara/APBN (HAW Widjaja, 2009:216).

Dana bagi hasil yang diberikan oleh pusat akan dibagikan secara merata kepada setiap pemerintahan daerah. Selain itu, pemerintah pusat juga akan memberikan insentif kepada Daerah Kabupaten/Kota yang realisasi penerimaan pajak pada tahun anggaran sebelumnya melampaui rencana penerimaan yang telah ditetapkan.

Hal ini telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, yang menyebutkan bahwa semakin banyak suatu wilayah menerima pendapatan pajak nasional, terutama penerimaan PBB, BPHTB, PPh pasal 25 dan 29 Wajib Pajak Orang Pribadi, serta PPh pasal 21, maka akan semakin besar pula dana bagi hasil pajak yang akan diberikan atau didapat oleh wilayah tersebut. Adanya undang- undang tersebut membuat pemerintah daerah, khususnya bagi daerah yang memiliki SDA rendah, berlomba-lomba dan berusaha untuk mengoptimalkan penerimaan pajak nasional yang ada di wilayah kekuasaan mereka untuk

4

mendapatkan penerimaan dana bagi hasil pajak yang besar.

Hal inilah yang membuat beberapa orang tertarik untuk meneliti mengenai dana bagi hasil pajak tersebut. Misalnya saja, penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmadina (2006) yang menganalisis pengaruh penerimaan Pajak Bumi Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB) terhadap pendapatan daerah di Jakarta Utara. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerimaan PBB berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan daerah sedangkan penerimaan BPHTB tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan daerah.

Penelitian Masitoh (2007), analisis pengaruh penerimaan Pajak Bumi Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 terhadap penerimaan daerah di Bogor, disimpulkan bahwa penerimaan PBB dan BPHTB mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat pendapatan daerah sedangkan PPh 21 tidak berpengaruh secara signifikan.

Penelitian Wahyuni dan Priyo Hari Adi (2009), analisis pertumbuhan dan kontribusi dana bagi hasil terhadap pendapatan daerah, disimpulkan bahwa DBH Pajak mengalami pertumbuhan positif, sedangkan DBH SDA mengalami pertumbuhan negatif.

Selain itu, DBH pajak juga berkontribusi di atas rata-rata kontribusi sedangkan DBH SDA berada di bawah rata-rata secara keseluruhan.

Penelitian yang dilakukan Timbul Hamonangan Simanjuntak (2009), analisis kepatuhan pajak dan bagi hasil pajak dalam perekonomian di Jawa Timur, disimpulkan bahwa dana bagi hasil pajak selalu mengalami peningkatan tiap tahun dan sebagian besar daerah di Jawa Timur memiliki tingkat kepatuhan pajak yang rendah yang berdampak pada perolehan dana bagi hasil pajak. Penelitian yang dilakukan Lia Ekowati, Ida Nurhayati dan Nedsal Sixpria (2003), PBB sebagai salah satu sumber dana dalam pembangunan daerah Kota Depok, disimpulkan bahwa PBB semakin efektif sejak Kota Depok terpisah dari Kota Bogor dan PBB telah cukup memberikan kontribusi dalam pembangunan daerah Kota Depok.

Melalui penelitian yang akan dilakukan, peneliti akan menganalisis mengenai tingkat pertumbuhan pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak penghasilan (PPh) orang pribadi pada Kabupaten Tangerang periode 2005-2009. Hal yang membedakan peneliti dengan beberapa peneliti di atas adalah peneliti menganalisis mengenai tingkat pertumbuhan masing-masing bagian dari dana bagi hasil pajak,

5

seperti PBB, BPHTB, serta PPh Orang Pribadi, pada Kabupaten Tangerang.

Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam skripsi

penulis dengan judul “Analisis Tingkat Pertumbuhan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada Kabupaten Tangerang Periode 2005- 2009”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat pertumbuhan pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak penghasilan (PPh) orang pribadi pada Kabupaten Tangerang periode 2005-2009?

2. Bagaimana kontribusi pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak penghasilan (PPh) orang pribadi pada Kabupaten Tangerang periode 2005-2009?

3. Bagaimana tingkat efektivitas pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak

penghasilan (PPh) orang pribadi pada Kabupaten Tangerang periode 2005-2009?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilakukannya penelitian terhadap permasalahan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis tingkat pertumbuhan pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak penghasilan (PPh) orang pribadi pada Kabupaten Tangerang periode 2005-2009.

2. Untuk menganalisis kontribusi pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak penghasilan (PPh) orang pribadi pada Kabupaten Tangerang periode 2005-2009.

3. Untuk menganalisis tingkat efektivitas pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak penghasilan (PPh) orang pribadi pada Kabupaten Tangerang periode 2005-2009.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik secara langsung

6

maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi dinas pendapatan daerah kabupaten Tangerang dalam meningkatkan jumlah penerimaan dana bagi hasil pajak, memberikan informasi seberapa besar tingkat efektifitas, kontribusi dan tingkat pertumbuhan pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak penghasilan (PPh) orang pribadi, serta sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi efektivitas penggalian sumber-sumber objek pajak untuk setiap periode.

2. Bagi Peneliti

a. Diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai dana bagi hasil pajak, khususnya mengenai pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak penghasilan (PPh) orang pribadi. b. Sebagai aplikasi teori yang telah didapatkan penulis selama menempuh perkuliahan, khususnya mengenai PBB, BPHTB, PPh pasal 25 dan 29 Wajib Pajak Orang Pribadi, serta PPh pasal 21.

c. Penelitian ini merupakan media untuk menambah pengetahuan,

wawasan, dan keterampilan peneliti dalam melakukan penelitian sekaligus mendalami berbagai teori yang berkaitan dengan perpajakan, khususnya mengenai PBB, BPHTB, PPh pasal 25 dan 29 Wajib Pajak Orang Pribadi, serta PPh pasal 21.

3. Bagi Kalangan Umum atau Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi beberapa penelitian dengan objek penelitian yang sejenis, dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat memberikan gambaran kepada para pembaca mengenai dana bagi hasil pajak.

BAB II PEMBAHASAN A. PAJAK

1. Pengertian Pajak

Para ahli perpajakan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri telah memberikan definisi pajak menurut versi masing-masing. Walaupun banyak pendapat mengenai pengertian pajak, tetapi pada dasarnya mempunyai banyak persamaan secara substansinya. Beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

7

a. Menurut P. J. A. Adriani

“Pajak adalah iuran

kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan

pemerintahan.”

b. Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

“Pajak adalah

kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.”

c. Menurut Rochmat Soemitro

“Pajak adalah iuran

kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan

dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

umum.”

d. Menurut N. J. Feldmann

“Pajak adalah prestasi

yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-

pengeluaran umum.”

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah sebagai berikut:

a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.

e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

f. Pajak peralihan kekayaan dari orang/badan ke Pemerintah.

8

g. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.

2. Fungsi Pajak

Fungsi-fungsi pajak adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Budgetair (Penerimaan/Finansial)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran- pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh, yaitu dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri, ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti PPh, PPN, PBB, PPnBM, dan lain-lain.

b. Fungsi Regulerend (Pengatur)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur adalah dikenakannya tarif pajak ekspor sebesar 0% yang dimaksudkan agar para pengusaha terdorong mengekspor hasil produksinya di pasar dunia sehingga dapat memperbesar devisa negara.

3. Asas Pemungutan Pajak

Beberapa asas pemungutan pajak di Indonesia, diantaranya adalah sebagai berikut (Siti Resmi, 2008:10):

a. Asas Domisili (Tempat Tinggal)

Dalam asas ini, pemungutan pajak berdasarkan domisili atau tempat tinggal wajib pajak dalam suatu negara. Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Setiap wajib pajak yang berdomisili atau bertempat tinggal di wilayah Indonesia (Wajib Pajak Dalam Negeri) dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.

Dokumen terkait