Setelah semua data telah dikumpulkan dan hasil analisis selesai dilakukan, pertama-tama diperoleh kesimpulan bahwa tanggapan karyawan terhadap Gaya Kepemimpinan di PT IKPT baik dengan jawaban yang cenderung seragam, hal ini membuktikan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan sudah berhasil. Budaya Organisasi di PT IKPT juga termasuk baik dengan jawaban yang tidak beragam, yang berarti secara keseluruhan budaya organisasi yang diterapkan sudah berjalan dengan baik. Pengembangan Karir karyawan PT IKPT juga termasuk baik dengan jawaban cenderung seragam, hal ini membuktikan bahwa secara keseluruhan pengembangan karir yang diterima oleh karyawan PT IKPT sudah berjalan dengan baik. Begitu juga dengan kepuasan kerja karyawan PT IKPT juga termasuk baik dan tidak terdapat keberagaman yang terlalu tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum karyawan merasa puas akan pekerjaannya yang ada sekarang. Hal ini sejalan dengan kinerja karyawan PT IKPT yang juga termasuk baik dengan jawaban cenderung seragam, yang berarti secara keseluruhan karyawan merasa puas dengan perusahaan tempatnya bekerja saat ini, yaitu PT IKPTM sehingga mereka menunjukkan kinerja yang baik.
Selanjutnya, setelah hasil kuesioner selesai dianalisa dengan analisis jalur, diperoleh kesimpulan bahwa:
a. Gaya Kepemimpinan (X1) berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Y)
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT IKPT. Besarnya kontribusi gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja sebesar 0,4912 x 100% = 24,1%. Gaya kepemimpinan juga memiliki hubungan yang cukup kuat dengan kepuasan kerja karyawan sebesar 0,705. Dari penelitian yang didapat, gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh paling besar terhadap kepuasan karyawan dibandingkan dengan budaya organisasi dan pengembangan karir, dimana variabel gaya kepemimpinan memiliki koefisien beta paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik gaya kepemimpinan maka semakin tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan PT IKPT. Maka itu, PT IKPT perlu mempertahankan dan mengembangkan gaya kepemimpinan yang sudah ada agar dapat terus meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Dari Lampiran 2, diketahui bahwa rata-rata skor yang paling rendah dari ketiga dimensi yang ada adalah dimensi otokratis sedangkan dimensi yang paling tinggi adalah dimensi demokratis. Hal ini berarti gaya kepemimpinan di perusahaan tidak otokratis tetapi yang telah tercipta adalah gaya demokratis, dimana pemimpin cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan di dalam dimensi demokratis, butir pertanyaan yang memiliki skor terendah adalah butir 7, dimana butir tersebut menyatakan bahwa responden tidak memiliki kebebasan dalam mengemukakan saran serta ide – ide. Hal ini terjadi karena pimpinan kurang memberikan kebebasan untuk berkomunikasi sehingga mereka sulit dalam menyampaikan saran dan ide yang mungkin akan berguna bagi PT IKPT. Secara keseluruhan, butir pertanyaan yang memiliki skor terendah adalah butir1 yang menyatakan responden merasa pimpinannya bertindak dengan memperhatikan kondisi nya, hal ini terjadi karena gaya kepemimpinan yang tercipta adalah demokratis sehingga pimpinan memberikan kebebasan kepada karyawan. Dari
bahasan di atas, maka PT IKPT perlu melakukan usaha untuk meningkatkan komunikasi yang baik serta mengontrol sehingga karyawan dapat lebih mudah dalam menyampaikan saran serta ide-ide bagi perusahaan.
b. Budaya Organisasi (X2) berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Y)
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa budaya organisasi memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT IKPT. Besarnya kontribusi budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan sebesar 0,2822 x 100% = 7,95%. Budaya organisasi juga memiliki hubungan yang kuat dengan kepuasan kerja karyawan sebesar 0,655. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat budaya organisasi yang diberikan maka semakin tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan. Agar budaya organisasi PT IKPT dapat menciptakan kepuasan kerja karyawan maka perlu dilakukan peningkatan dan perbaikan. Dilihat dari hasil jawaban karyawan mengenai budaya organisasi, butir pertanyaan yang memiliki skor terendah adalah butir 15, dimana butir tersebut bagian dari dimensi sistem imbalan yang menyatakan responden tidak mendapatkan imbalan atau bonus sesuai dengan prestasi yang diraih. Butir 16 menyatakan responden tidak mendapatkan kesempatan yang sama atas promosi juga memiliki skor terendah kedua. Hal tersebut menunjukkan bahwa karyawan PT IKPT tidak puas dengan sistem imbalan yang ada, sedangkan dalam budaya organisasi di perusahaan terdapat salah satu nilai di dalamnya yaitu Fairness yang menyatakan bahwa perusahaan menjunjung tinggi kesetaraan atau kesamaan bagi karyawan dalam kesempatan untuk berkembang. Maka dari itu, PT IKPT perlu melakukan usaha untuk memperbaiki budaya organisasi yang ada dengan tidak membeda-bedakan karyawan untuk berkembang atau dipromosikan, selain itu PT IKPT juga lebih memperhatikan bonus serta imbalan yang pantas bagi karyawan sesuai dengan prestasi yang diraih
sehingga dapat tercipta budaya organisasi yang baik untuk menunjang kepuasan kerja karyawan.
c. Pengembangan Karir (X3) berkontribusi secara positif tetapi tidak signifikan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Y)
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan karir memiliki kontribusi yang positif tetapi tidak signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Pengembangan karir memiliki hubungan yang rendah dengan kepuasan kerja karyawan sebesar 0,176. Hal ini berarti pengembangan karir di PT IKPT kurang berjalan denga baik sehingga tidak memiliki pengaruh besar terhadap kepuasan kerja karyawan. Maka itu, IKPT perlu memperhatikan lagi pengembangan karir bagi karyawannya dengan cara memberlakukan rotasi kerja dimana karyawan diberi kesempatan dalam beberapa waktu untuk bekerja di posisi yang berbeda sehingga karyawan dapat mengetahui kompetensi dirinya. Selain itu dapat diadakan tim sukses karir dimana sekelompok kecil karyawan dari divisi yang sama maupun berbeda bertemu secara periodik untuk mendukung satu sama lain dalam mencapai tujuan karir dan juga IKPT dapat memberikan pelatihan karir dalam mempersiapkan karyawan ke posisi yang lebih tinggi.
d. Gaya Kepemimpinan (X1) berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan (Z)
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan memliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT IKPT sebesar 0,4792 x 100% = 22,9%. Gaya kepemimpinan juga memiliki hubungan yang kuat dengan kinerja karyawan sebesar 0,863. Hal ini berarti semakin baik gaya kepemimpinan yang ada maka kinerja karyawan juga semakin meningkat. Maka itu, PT IKPT perlu melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan gaya kepemimpinan yang baik agar kinerja karyawan terus dapat meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat Gibson, et al.
(2007, p434) ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja, salah satunya yaitu kepemimpinan yang termasuk dalam variabel organisasional. Kinerja karyawan juga menjadi acuan terhadap kinerja perusahaan, apabila kinerja karyawan rendah maka akan mempengaruhi kinerja perusahaan , maka dari itu PT IKPT harus memperhatikan gaya kepemimpinan yang sudah ada. Dari hasil penelitian gaya kepemimpinan yang tercipta adalah gaya demokratis. Dan menurut pendapat Kartini Kartono (2006, p27) gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku manajemen profesional yang dirancang untukk memadukan minat dan usaha pribadi serta organisasi untuk mencapai tujuan.
e. Budaya Organisasi (X2) berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan (Z)
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa budaya organisasi memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT IKPT. Budaya organisasi memiliki hubungan yang sangat kuat dengan kinerja karyawan sebesar 0,816. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat budaya organisasi yang diterapkan, maka akan semakin tinggi pula kinerja karyawan PT IKPT. Maka itu, budaya organisasi perlu diperhatikan dalam meningkatkan kinerja karyawan. Hal ini sejalan dengan pendapat Robbins yang menyatakan Persepsi karyawan mengenai kenyataan terhadap budaya organisasinya menjadi dasar karyawan berperilaku yang selanjutnya mempengaruhi kinerja karyawan. Dari Lampiran 6, diketahui bahwa butir pertanyaan yang memiliki skor terendah adalah butir 56, dimana responden menyatakan tidak setuju apabila memiliki kesulitan tidak akan bekerja sama dengan rekan lain. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat komunikasi yang baik antara sesama rekan kerja di PT IKPT sehingga mendukung budaya organisasi yang ada mengenai pola-pola komunikasi. Didukung oleh hasil penelitian pada lampiran 3, butir pernyataan yang memiliki skor tertinggi adalah butir 18, dimana responden menyatakan terdapat komunikasi yang baik antar
sesama karyawan PT IKPT. Maka itu, PT IKPT perlu mempertahankan budaya yang telah tercipta sehingga diantara karyawan terdapat satu komunikasi yang lancar dan saling mendukung satu sama lain yang akhirnya akan mempengaruhi cara bekerja serta hasil dari pekerjaan itu sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dengan kinerja yang dihasilkan oleh karyawan.
f. Pengembangan Karir (X3) berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan (Z)
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan karir memliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Pengembangan karir juga memiliki hubungan terhadap kinerja karyawan sebesar 0,325. Meskipun pengaruh dan hubungan variabel pengembangan karir termasuk rendah terhadap kinerja karyawan tetapi sedikitnya tetap berpengaruh. Maka itu, PT IKPT juga harus memperhatikan pengembangan karir karyawan agar dapat mencapai kinerja karyawan yang tinggi. Menurut pendapat Manurung (1989) dalam Intan Kumala Dewi (2010), pada hakekatnya pengembangan karir merupakan suatu kondisi tertentu yang berubah menjadi bentuk atau keadaan yang baru menuju ke arah positif (sesuai dengan yang dikehendaki), dan perubahan tersebut berkaitan dengan kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan. Hal ini terbukti dengan hasil penelitian pada lampiran 6 butir pernyataan yang memiliki nilai skor paling tinggi adalah butir 47, dimana responden menyatakan selalu menyelesaikan semua tugas yang diberikan . dan butir 49 yang menyatakan responden selalu menyelesaikan semua pekerjaan sebaik mungkin untuk memperoleh hasil yang maksimal menjadi kedua tertinggi. hal tersebut membuktikan adanya keinginan karyawan dalam mengembangkan karir nya dengan terus meningkatkan kinerja. Sedangkan dalam lampiran 4 butir pertanyaan yang memiliki skor tertinggi adalah butir 30, dimana responden menyatakan memiliki target dalam karir. Maka hasil dari jawaban responden mendukung pendapat Manurung bahwa
karyawan berusaha untuk menghasilkan kinerja yang baik dengan menyelesaikan tugas yang diberikan sebaik mungkin agar dapat mencapai target karir yang dimilikinya.
g. Kepuasan Kerja Karyawan berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja karyawan memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan tingkat kontribusi sedang. Kepuasan kerja karyawan juga memiliki hubungan terhadap kinerja karyawan sebesar 0,745. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan maka semakin tinggi pula tingkat kinerja yang dihasilkan oleh karyawan. Maka itu, PT IKPT harus lebih memperhatikan kepuasan kerja karyawannya dengan cara memberikan imbalan yang pantas kepada karyawan yang memiliki kinerja yang baik. Hal ini sejalan dengan gasil penelitian dimana pada lampiran 5 ibdikator yang memiliki nilai terendah adalah imbalan yang pantas, berarti karyawan PT IKPT merasakan ketidakpuasan pada imbalan yang mereka dapat seperti memberikan promosi jabatan atas kinerja yang dihasilkan oleh karyawan dan juga bersikap adil terhadap seluruh karyawan dalam proses kenaikan jabatan tanpa membeda-bedakan karyawan satu dengan yang lainnya sehingga karyawan dapat merasakan kepuasan yang akan berdampak pada kinerja karyawan.