• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi Implementasi Rekomendasi Pola Penggunaan Lahan Optimal

PETA KELAS LERENG DAS CITARUM BAGIAN HULU

5.4 Implikasi Implementasi Rekomendasi Pola Penggunaan Lahan Optimal

Implementasi rekomendasi pola penggunaan lahan optimal memberikan implikasi terhadap perubahan kondisi erosi, ruang terbuka hijau, dan pendapatan rumah tangga tani seperti yang disajikan pada Tabel 22.

Tabel 22 Laju erosi, luas ruang terbuka hijau, dan pendapatan rumah tangga tani tiap penggunaan lahan pada kondisi optimal

Kondisi aktual Luas PLR Penggunaan lahan rencana (PLR) Laju erosi

(ton/ha/thn) Luas RTH (ha) Pendapatan (Rp/kapita) (ha) (%) KAWASAN LINDUNG a. Kawasan Hutan Hutan Konservasi 2,89 - 88,52 10.128,86 0 10.128,86 5,57 Hutan Lindung 1,00 - 88,52 19.068,63 0 19.068,63 10,49 b. Areal Penggunaan Lain

Vegetasi Permanen 1,00 - 88,52 8.684,58 0 8.684,58 4,78 Taman Perairan Kota 1,50 - 26,56 0,00 0 273,00 0,15

KAWASAN BUDIDAYA

a. Kawasan Hutan

Hutan Produksi 23,48 - 120,62 236,00 10.965 236,00 0,13 b. Areal Penggunaan Lain

Hutan Rakyat 30,42 - 140,89 544,89 17.257 544,89 0,30 Kebun/Perkebunan 3,54 - 187,86 30.627,14 635.735 30.627,14 16,85 Ladang/Tegalan 3,30 - 1.314,99 29.355,54 1.177.567 29.355,54 16,15 Sawah Irigasi 0,35 - 7,08 42.169,42 15.964.087 42.169,42 23,19 Sawah Tadah Hujan 0,35 - 12,82 9.417,92 8.208.859 9.417,92 5,18 Ruang Terbangun 0,71 - 37,68 3.130,90 17.257 31.309,00 17,22 Agregat Kawasan 0,35 - 1.314,99 153.636,87 5.200.701 181.815,00 100,00 Agregat Kawasan Hutan 1,00 - 120,62 29.433,49 10.965 29.433,49 16,19 Agregat Areal Penggunaan Lain 0,35 - 1.314,99 123.930,41 5.200.701 152.381,51 83,81 Keterangan: TSL = Erosi yang diperbolehkan (Tolerable Soil Loss)

Pendapatan = Pendapatan rumah tangga tani per kapita

Vegetasi Permanen = Hutan berfungsi lindung di luar kawasan hutan, berupa hutan kota, taman hutan raya, dan sebagainya

Sumber: Hasil analisis.

5.4.1 Implikasi implementasi rekomendasi pola penggunaan lahan optimal terhadap erosi

Implementasi rekomendasi pola penggunaan lahan optimal di DAS Citarum Hulu menyebabkan laju erosi sebesar 0,35-1.314,99 ton/ha/tahun dengan rata-rata laju erosi yang terjadi di tiap desa dengan sistem lahan tertentu sebesar 33,50 ton/ha/tahun. Hal itu menunjukkan bahwa terjadi penurunan laju erosi dari kondisi optimal rata-rata sebesar 93,23% (530,42 ton/ha/tahun). Salah satu penyebab penurunan laju erosi tersebut ialah pemanfaatan lahan kosong menjadi berbagai penggunaan lahan yang disesuaikan dengan karakteristik lingkungan fisik lahannya.

Penurunan laju erosi yang besar berada terjadi di kelompok ladang/tegalan,

Gambar 18 Perbandingan laju erosi tiap kelompok penggunaan lahan pada kondisi aktual dan optimal.

Perubahan laju erosi dari kondisi aktual ke optimal mengakibatkan perubahan laju pelepasan sedimen, perubahan proporsi areal yang memenuhi standar erosi yang dapat dibiarkan, dan perubahan proporsi areal berdasarkan tingkat bahaya erosi. Perubahan-perubahan tersebut ditunjukkan dalam Tabel 23.

Tabel 23 Laju pelepasan sedimen dan persentase luas berdasarkan capaian TSL dan TBE tiap penggunaan lahan pada kondisi optimal

Luas (%)

Capaian TSL Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Penggunaan Lahan Rencana

(PLR)

Laju Pelepasan Sedimen

(ton/tahun) TSL > TSL Sangat

Ringan Ringan Sedang Berat Sangat Berat KAWASAN LINDUNG a. Kawasan Hutan Hutan Konservasi 0,17 - 5,22 54,37 45,63 10,26 44,11 45,63 0,00 0,00 Hutan Lindung 0,06 - 5,22 54,56 45,44 18,59 66,58 14,53 0,01 0,29 b. Areal Penggunaan Lain

Vegetasi Permanen 0,06 - 5,22 54,56 45,44 18,59 66,58 14,53 0,01 0,29 Taman Perairan Kota 0,09 - 1,57 95,60 4,40 20,15 5,49 0,00 74,36 0,00

KAWASAN BUDIDAYA

a. Kawasan Hutan

Hutan Produksi 1,39 - 7,12 91,10 9,90 0,00 91,10 0,00 8,90 0,00 b. Areal Penggunaan Lain

Hutan Rakyat 1,79 - 8,31 0,00 100,00 0,00 0,00 89,37 10,63 0,00 Kebun/Perkebunan 0,21 - 11,08 0,00 100,00 0,11 58,80 32,26 6,49 2,33 Ladang/Tegalan 0,19 - 77,58 0,00 100,00 0,09 0,00 59,35 29,37 11,20 Sawah Irigasi 0,02 - 0,42 99,49 0,51 31,09 12,74 0,00 56,17 0,00 Sawah Tadah Hujan 0,02 - 0,76 95,57 5,43 66,43 25,18 0,00 8,39 0,00 Ruang Terbangun 0,04 - 2,22 91,51 8,49 56,05 10,00 0,00 33,95 0,00 Agregat Kawasan 0,02 - 77,58 72,97 27,03 23,77 28,63 20,04 25,30 2,25 Agregat Kawasan Hutan 0,06 - 7,12 54,78 45,22 15,57 59,04 25,12 0,08 0,19 Agregat Areal Penggunaan Lain 0,02 - 77,58 55,49 44,51 25,36 22,76 19,07 30,17 2,64 Sumber: Hasil analisis.

Penurunan laju erosi akibat implementasi rekomendasi pola penggunaan lahan optimal menyebabkan penurunan pelepasan sedimen sebesar 94,13% dari kondisi aktual, yaitu rata-rata sebesar 1,98 ton/tahun dengan kisaran laju pelepasan sedimen 0,02-77,58 ton/tahun. Penurunan laju erosi yang cukup besar tersebut akan mengurangi sedimentasi yang terjadi di penampang sungai dan waduk yang berada di aliran Sungai Citarum sehingga kejadian banjir dan kerugian pembangkit listrik berangsur-angsur akan pulih.

Luas lahan yang memenuhi TSL pun meningkat dari 55,35% menjadi 72,97% area DAS Citarum Hulu. Area yang belum memenuhi TSL berada di

kawasan dengan penggunaan lahan hutan rakyat, kebun/perkebunan, dan

ladang/tegalan. Hal itu karena karakteristik lahan di areal tersebut sangat rentan terhadap erosi walaupun dioptimalkan vegetasi penutup lahan maupun tindakan konservasi tanahnya.

Keterangan: HKV = Hutan Konservasi LDG = Ladang/Tegalan HL = Hutan Lindung SWI = Sawah Irigasi AIR = Taman Perairan Kota STH = Sawah Tadah Hujan HP = Hutan Produksi RTB = Ruang Terbangun KEB = Kebun/Perkebunan DAS = Agregat Kawasan

Gambar 19 Perbandingan proporsi areal tiap penggunaan lahan di DAS Citarum Hulu berdasarkan TBE pada kondisi aktual dan optimal.

Pada kondisi optimal, luas lahan dengan tingkat bahaya erosi sangat berat berkurang sebesar 93,19% dari 67.033,26 ha (36,87%) menjadi 4.081,91 ha (2,25%) dan DAS Citarum Hulu didominasi oleh lahan dengan tingkat bahaya

erosi ringan seluas 52.062,34 (28,63%). Kelompok penggunaan lahan yang

mengalami penurunan proporsi areal dengan tingkat bahaya erosi sangat berat

yaitu ladang/tegalan (dari 99,83% menjadi 11,20%); kebun/perkebunan (dari

86,28% menjadi 2,33%); hutan produksi (dari 2,48% menjadi 0,00%); dan taman perairan kota (dari 1,47% menjadi 0,00%). Perubahan tingkat bahaya erosi dari kondisi aktual ke optimal di DAS Citarum Hulu disajikan pada Gambar 19 dan secara spasial disajikan pada Gambar 20.

Gambar 20 Konfigurasi spasial laju perubahan erosi dari kondisi aktual ke optimal di DAS Citarum Hulu.

5.4.2 Implikasi implementasi rekomendasi pola penggunaan lahan optimal terhadap ruang terbuka hijau

Luas RTH di DAS Citarum Hulu pada kondisi optimal ialah 153.636,87 ha (84,35%) yang mengalami peningkatan luas RTH sebesar 9,96% dari kondisi aktual. Luas RTH di kawasan perkotaan yaitu 69.148,24 ha (76,35%) yang mengalami peningkatan luas RTH sebesar 7,47% dari kondisi aktual. Luas RTH di kawasan pedesaan yaitu 84.488,63 ha (92,23%) yang mengalami peningkatan luas RTH sebesar 11,39%. Luasan tersebut telah memenuhi proporsi luas minimum RTH yang ditetapkan UU No. 26 Tahun 2007 yaitu 30% dari luas wilayah kota. Luas RTH tiap penggunaan lahan di kawasan perkotaan dan pedesaan pada kondisi optimal disajikan pada Tabel 24.

Tabel 24 Luas RTH tiap penggunaan lahan di kawasan perkotaan dan pedesaan DAS Citarum Hulu pada kondisi optimal

Kawasan Perkotaan Kawasan Pedesaan

Luas RTH Luas RTH

Luas RTH Agregat Penggunaan lahan rencana

(PLR) Luas PLR

(ha) (ha) (%) Luas PLR

(ha) (ha) (%) (ha) (%)

KAWASAN LINDUNG

a. Kawasan Hutan

Hutan Konservasi 1.440,47 1.440,47 1,59 8.688,39 8.688,39 9,50 10.128,86 5,57 Hutan Lindung 9.934,37 9.934,37 10,99 9.134,26 9.134,26 9,98 19.068,63 10,49 b. Areal Penggunaan Lain

Vegetasi Permanen 1.698,41 1.698,41 1,88 6.986,17 6.986,17 7,63 8684,58 4,78 Air Tawar 182,00 0,00 0,00 91,00 0,00 0,00 0,00 0,00

KAWASAN BUDIDAYA

a. Kawasan Hutan

Hutan Produksi 99,00 99,00 0,11 137,00 137,00 0,15 236,00 0,13 b. Areal Penggunaan Lain

Hutan Rakyat 362,99 362,99 0,40 181,90 181,90 0,20 544,89 0,30 Kebun/Perkebunan 13.780,92 13.780,92 15,26 16.846,22 16.846,22 18,41 30.627,14 16,85 Ladang/Tegalan 10.192,08 10.192,08 11,29 19.163,46 19.163,46 20,94 29.355,54 16,15 Sawah Irigasi 25.523,54 25.523,54 28,26 16.645,88 16.645,88 18,19 42.169,42 23,19 Sawah Tadah Hujan 3.582,88 3.582,88 3,97 5.835,04 5.835,04 6,38 9.417,92 5,18 Ruang Terbangun 23.515,94 2.351,59 2,60 7.793,09 779,31 0,85 3.130,90 1,72 Agregat Kawasan 90.312,59 69.148,24 76,35 91.502,41 84.488,63 92,23 153.636,87 84,35 Agregat Kawasan Hutan 11.473,84 11.473,84 12,69 17.959,65 17.959,65 19,63 29.433,49 16,19 Agregat Areal Penggunaan Lain 78.838,76 57.492,41 63,66 73.542,76 66.437,98 72,60 123.930,40 68,17 Sumber: Hasil analisis.

Di kawasan perkotaan, luas RTH tersebut terdiri atas RTH privat seluas 55.431,01 ha (61,38%) dan hutan kota seluas 13073.25 ha (14,48%). Pada kondisi optimal, RTH privat mengalami peningkatan sebesar 5,21% dan hutan kota mengalami peningkatan sebesar 327,14% dari kondisi aktual. Peningkatan luas hutan kota tersebut mengakibatkan terpenuhinya standar minimum luas hutan kota sebesar 10% (PP 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota). Hutan kota pada

kondisi aktual terdiri atas hutan lindung (10,99%) dan hutan konservasi (1,59%) di dalam kawasan hutan, serta hutan lindung di luar kawasan hutan (hutan kota) seluas 1,18%. Perbandingan luas RTH pada kondisi aktual dan optimal tiap kelompok penggunaan lahan disajikan dalam grafik pada Gambar 21 dan digambarkan secara spasial disajikan pada Gambar 22.

Gambar 21 Perbandingan luas RTH tiap kelompok penggunaan lahan di DAS Citarum Hulu pada kondisi aktual dan optimal.

㪎 㪍 㪇 㪇 㪇 㪇 㪎 㪍 㪇 㪇 㪇 㪇 㪎 㪎 㪇 㪇 㪇 㪇 㪎 㪎 㪇 㪇 㪇 㪇 㪎 㪏 㪇 㪇 㪇 㪇 㪎 㪏 㪇 㪇 㪇 㪇 㪎 㪐 㪇 㪇 㪇 㪇 㪎 㪐 㪇 㪇 㪇 㪇 㪏 㪇 㪇 㪇 㪇 㪇 㪏 㪇 㪇 㪇 㪇 㪇 㪏 㪈 㪇 㪇 㪇 㪇 㪏 㪈 㪇 㪇 㪇 㪇 㪏 㪉 㪇 㪇 㪇 㪇 㪏 㪉 㪇 㪇 㪇 㪇 㪏 㪊 㪇 㪇 㪇 㪇 㪏 㪊 㪇 㪇 㪇 㪇 㪐 㪉 㪇 㪇 㪇 㪇 㪇 㪐 㪉 㪇 㪇 㪇 㪇 㪇 㪐 㪉 㪈 㪇 㪇 㪇 㪇 㪉 㪈 㪇 㪇 㪇 㪇 㪐 㪉 㪉 㪇 㪇 㪇 㪇 㪉 㪉 㪇 㪇 㪇 㪇 㪐 㪉 㪊 㪇 㪇 㪇 㪇 㪐 㪉 㪊 㪇 㪇 㪇 㪇 㪐 㪉 㪋 㪇 㪇 㪇 㪇 㪉 㪋 㪇 㪇 㪇 㪇 㪐 㪉 㪌 㪇 㪇 㪇 㪇 㪉 㪌 㪇 㪇 㪇 㪇 RTH (%) 10.0 10.0 - 34.4 34.4 - 70.9 70.9 - 100.0 Batas Sub-DAS N E W S

KONFIGURASI SPASIAL PERSENTASE

Dokumen terkait