• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.10 Implikasi Manajerial

Secara umum, manajemen fungsional mempergunakan pendekatan fungsi POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling). Namun, pada penelitian ini pembahasan lebih mendalam diarahkan pada fungsi planning,

mengingat keberadaan fungsi perencanaan yang begitu penting sebagai proses dasar bagi organisasi, untuk menetapkan dan mencapai sasaran-sasarannya, sehingga berbagai pekerjaan yang ada menjadi lebih efektif dan efisien.

Pada fungsi perencanaan, terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu faktor SMART yang merupakan singkatan dari Specific, Measurable, Achieveable, Realistic dan Time-phased. Dalam faktor Spesific,

pelaku usaha harus jelas dan terfokus pada penerapan beberapa indikator dominan yang mencirikan kemampuan entrepreneurial marketing yang baik. Kemampuan

entrepreneurial marketing pelaku usaha dikatakan baik jika setidaknya telah tercapai optimalisasi pada 5 indikator utama, yaitu: frekuensi diversifikasi produk, tingkat keragaman produk, kemampuan menjalin hubungan dengan usaha menengah, kemampuan menjalin hubungan dengan usaha besar, dan tingkat keaktifan mencari info usaha. Mengacu pada hasil analisis yang menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah berpengaruh tidak langsung terhadap daya saing melalui kemampuan entrepreneurial marketing, maka pemerintah sebaiknya lebih memfokuskan intervensinya untuk meningkatkan kemampuan entrepreneurial marketing pelaku usaha, dibandingkan kemampuan daya saingnya. Berdasarkan persepsi pelaku usaha, kebijakan pemerintah dapat dikatakan baik jika minimal tercapainya 5 indikator utama seperti: pelatihan manajerial, pelatihan marketing, pelatihan produksi, pelatihan keuangan dan pemberian fasilitas atau pasar. Pelaksanaan dimensi kebijakan pelatihan diarahkan untuk membenahi kompetensi pelaku usaha, baik dari segi teknis maupun manajerial. Sedangkan kebijakan kemudahan investasi khususnya penyediaan pasar, merupakan salah satu bentuk proteksi yang dilakukan pemerintah dalam menjaga kemandirian usaha yang ada melalui penyerapan produk di pasaran. Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Perizinan Terpadu serta bidang UMKM merupakan beberapa instansi pemerintah yang bertanggung jawab terhadap fasilitasi pemasaran dan promosi produk-produk IKM lokal termasuk produk IK alas kaki. Oleh karena itu, fungsi

dan keberadaan intervensi lintas sektoral untuk memajukan alas kaki Bogor perlu ditingkatkan.

Measurable artinya rencana harus dapat diukur tingkat keberhasilannya, dalam hal ini rencana pelaku usaha dalam melaksanakan entrepreneurial marketing serta program kerja pemerintah terkait berbagai kebijakan yang mendorong kemajuan IK alas kaki, keduanya haruslah terukur melalui target- target pencapaian yang jelas. Bagi pemerintah, ukuran keberhasilan dari berbagai kebijakannya adalah ketika terjadi perbaikan dan peningkatan kemampuan

entrepreneurial marketing di kalangan pelaku usaha yang dicerminkan oleh peningkatan pada indikator-indikator utamanya.

Pihak UPT : “ minimal ada perubahan… yang jelas dari 20 orang, 10 orang yang jadi juga sudah bagus.. memang harapannya semuanya jadi, tapi kenyataannya 40-50 persen yang jadi.. ada juga yang lulusan SD dia mau ikut pelatihan ke Sidoarjo, Jakarta.. sekarang di rumahnya sudah ada kantornya, komputernya, pembukuan yang jelas, produknya begitu beragam… ”

Sedangkan bagi pelaku usaha, perbaikan dalam hal kemampuan

entrepreneurial marketing dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan kemampuan daya saing, yang dapat tercermin dari beberapa indikator dominan seperti: peningkatan jumlah pelanggan per tahun, peningkatan cakupan wilayah pemasaran dan tingkat keberhasilan produk terjual pada pelanggan baru.

Achievable berarti bahwa perencanaan dan program kerja dari pelaku usaha dan pemerintah pada akhirnya harus dapat dicapai, dengan memperhatikan kemampuan dan sumber daya yang ada dari masing-masing pihak (Realistic).

Pihak UPT : “… kita meningkatkan target kinerja itu nggak gegabah.. misalnya, dari 80 kodi kita tambah 100 persen, nggak mungkin.. lebih yang realistis saja”

Jika dilihat dari kemampuan entrepreneurial marketing pelaku usaha, sebagian besar telah mampu mencapai indikator dominan kemampuan concept

terutama dalam hal: frekuensi diversifikasi produk dan tingkat keragaman produk. Namun, pada kemampuan market intelligence khususnya: kemampuan menjalin hubungan dengan usaha menengah, kemampuan menjalin hubungan dengan usaha besar dan tingkat keaktifan mencari info usaha, masih belum terlaksana dengan optimal. Sehingga, dibutuhkan realisasi yang optimal oleh para pelaku usaha dalam hal kemampuan market intelligence. Pembenahan tersebut dapat dicapai salah satunya dengan mengikuti kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak

UPT, terutama yang mengikutsertakan pelaku usaha dari berbagai daerah dengan skala usaha yang lebih besar. Para pelaku usaha juga dapat memanfaatkan hubungan kerjasama mereka dengan pihak grosir yang biasanya merupakan usaha yang berskala lebih besar.

Pada sisi pemerintah, kebijakan pemerintah dikatakan baik jika setidak- tidaknya terlaksana dengan optimal beberapa indikator utama, terkait kebijakan pelatihan dan kebijakan penyediaan pasar. Kebijakan yang berkenaan dengan dimensi pelatihan memang sudah terlaksana, meski kebijakan terkait penyediaan pasar belum terasa pada mayoritas pelaku usaha. Penyediaan pasar yang pasti merupakan bentuk kemudahan investasi yang memproteksi pelaku IK alas kaki agar tetap berkelanjutan. Penyediaan pasar yang pasti dapat dilakukan misalnya dengan menampung hasil-hasil produksi untuk dipromosikan pada kalangan internal dan eksternal Pemda.

Pada faktor terakhir yaitu Time-phased, memiliki arti bahwa terdapat batas waktu yang jelas dalam melaksanakan entrepreneurial marketing pada pihak pelaku usaha, serta optimalisasi implementasi berbagai kebijakan oleh pemerintah. Dibutuhkan time schedule yang jelas untuk melihat progress

pencapaian yang terjadi selama rencana tersebut berlangsung.

Meski memainkan peranan yang penting, fungsi perencanaan tidak dapat berjalan tanpa ditunjang oleh fungsi manajemen lainnya. Pada pendekatan manajerial, fungsi manajemen lebih diarahkan pada fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Setelah merumuskan berbagai perencanaan,

stakeholder dalam hal ini pelaku usaha dan pemerintah perlu konsisten dalam melaksanakan berbagai formulasi yang telah ada. Proses implementasi strategi dilakukan beriringan dengan proses pengendalian. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa implementasi tersebut sesuai dengan strategi yang telah dibuat sebelumnya. Berbagai perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian dirumuskan pada pemetaan implikasi manajerial, yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 34.

Pihak UPT : “kita sebut roadmap atau peta panduan pengembangan industri alas kaki, tinggal menunggu SK Menteri turun.. roadmap dibentuk untuk dapat dilaksanakan oleh semua stakeholder (Dinas-dinas terkait).. permasalahan-permasalahan seperti modal sampai infrastrukturpun akan digandengkan dengan roadmap .. adanya intervensi secara langsung dari bidang Dinas terkait“

Pada dasarnya, pembenahan terhadap IK alas kaki Bogor harus dilakukan secara terpadu. Rencana pembenahan terpadu untuk memajukan IK alas kaki khususnya Kabupaten Bogor telah tertuang pada roadmap atau peta panduan pengembangan industri alas kaki, yang terdiri dari: (i) Rencana Aksi Jangka Menengah Pengembangan Industri Alas Kaki Tahun 2012-2016 dan (ii) Rencana Aksi Jangka Panjang Pengembangan Industri Alas Kaki dan Barang Kulit Tahun 2017-2025. Melalui keberadaan roadmap pengembangan industri alas kaki tersebut, diharapkan dapat segera terwujud perkembangan signifikan sentra IK alas kaki Bogor yang berkelanjutan.

Tabel 34. Implikasi Manajerial dalam Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengendalian pada Pelaku Usaha dan Pemda Berdasarkan Hasil Penelitian

Hasil penelitian

Stake

holder Perencanaan Pelaksanaan Pengendalian

1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan: jenis usaha, omset (Rp), keragaman produk, kemampuan menjalin hubungan dengan usaha menengah dan kemampuan menjalin hubungan dengan usaha besar. Pelaku usaha •Peningkatan tingkat pendidikan untuk peningkatan mindset dalam berusaha. • Mengikuti wajib belajar 9 tahun atau penyesuaian.

• Mengikuti kegiatan pelatihan dari Pemda.

• Berinteraksi dengan usaha skala lebih besar atau usaha serupa yang sudah maju.

•Menjaga hubungan dengan pihak UPT, sebagai partner berdiskusi yang baik.

•Hubungan baik dengan usaha menengah dan usaha besar. Pemda Bogor • Perbaikan mindset pelaku usaha. • Melakukan pelatihan secara optimal, baik pelatihan: manajerial, marketing, produksi dan keuangan, bagi seluruh karakteristik pelaku usaha.

•Monev dan pembinaan intensif pasca pelatihan.

2. Ada hubungan antar modal dan keinginan pindah usaha. Pelaku usaha • Menuju kemandirian modal. •Mempelajari dan menyiapkan berbagai persyaratan yang diperlukan dalam pengajuan modal melalui pelatihan keuangan. Misal: pembuatan pembukuan keunagan yang jelas dan rapih.

•Aktif mencari info permodalan melalui instansi pemerintah terdekat, misalnya pihak Desa.

• Menjaga hubungan dengan pihak UPT, sebagai partner berdiskusi yang baik.

Hasil penelitian

Stake

holder Perencanaan Pelaksanaan Pengendalian

Pemda Bogor • Peningkatan optimalisasi akses permodalan bagi pelaku usaha.

•Bekerja sama dengan pihak Bank untuk memberikan persyaratan yang lebih lunak terkait pembiayaan usaha alas kaki.

•Bekerja sama dengan pihak swasta terkait CSR untuk usaha alas kaki.

• RAJMP alas kaki (2012-2016) mengenai fasilitasi akses modal.

• RAJPP alas kaki (2017-2025) mengenai peningkatan akses pendanaan.

3. Ada hubungan antara omset (Rp) dan % pemenuhan kebutuhan. Pelaku usaha • Meningkatkan pendapatan demi perbaikan % pemenuhan kebutuhan keluarga. •Mengikuti wajib belajar 9 tahun atau penyesuaian.

•Mengikuti kegiatan pelatihan dari Pemda.

•Memasuki pasar elit, dengan membuat produk berkualitas, sistem pesan per pasang, yang berawal dari pemesan personal.

• Menjaga hubungan dengan pihak UPT, sebagai partner berdiskusi yang baik. • Menjaga komitmen dan konsistensi pemenuhan kualitas dan kuantitas sesuai pesanan.

• Hubungan baik dengan usaha menengah dan usaha besar. Pemda Bogor • Memfasilitasi peningkatan omset (Rp) pelaku usaha. •Melakukan pelatihan secara optimal, baik pelatihan: manajerial, marketing, produksi dan keuangan, bagi seluruh karakteristik pelaku usaha.

•Sosialisasi fungsi kerja dan keberadaan UPT sebagai workshop, yang juga melayani dalam hal permesinan.

• Monev dan pembinaan intensif pasca pelatihan.

• RAJMP alas kaki (2012-2016) mengenai bantuan peralatan sesuai kebutuhan. 4. Analisis Indek: kemampuan EM yaitu market intelligence masih rendah. Pelaku usaha • Peningkatan kemampuan entrepreneuria l marketing khususnya pada sub variabel market intelligence  •Penguatan jaringan informal dengan semua stakeholder, yaitu: pemasok, pemerintah, usaha menengah, dan usaha besar, serta melakukan peningkatan kemampuan pengumpulan informasi pasar. •Menjaga hubungan dengan pihak UPT, sebagai partner berdiskusi yang baik.

•Hubungan baik dengan usaha menengah dan usaha besar.

5. Analisis indek: KP yang masih rendah implementasinya adalah fasilitasi modal, kemudahan investasi, fasilitasi pelatihan dan pengendalian persaingan. Pemda Bogor • Peningkatan sub variabel kebijakan pemerintah seperti: fasilitasi modal, kemudahan investasi, fasilitasi pelatihan, dan

•Bekerja sama dengan pihak Bank untuk memberikan persyaratan yang lebih lunak terkait pembiayaan usaha alas kaki.

•Bekerja sama dengan pihak swasta terkait CSR untuk usaha alas kaki.

• RAJMP alas kaki (2012-2016) tentang fasilitasi akses modal.

• RAJPP alas kaki (2017-2025) tentang peningkatan akses pendanaan.

• RAJMP alas kaki (2012-2016) tentang bantuan peralatan

Hasil penelitian

Stake

holder Perencanaan Pelaksanaan Pengendalian

pengendalian persaingan.

•Sosialisasi fungsi kerja dan keberadaan UPT sebagai workshop, yang juga melayani dalam hal permesinan.

•Penyediaan pasar yang pasti. Misalnya: dengan menampung hasil-hasil produksi untuk dipromosikan pada kalangan internal dan eksternal Pemda.

•Melakukan pelatihan secara optimal, baik pelatihan: manajerial, marketing, produksi dan keuangan, bagi seluruh karakteristik pelaku usaha. •Penguatan kelompok usaha bersama (KUB) pengrajin. sesuai kebutuhan.

• RAJMP alas kaki (2012-2016) mengenai fasilitasi pemasaran.

• RAJPP alas kaki (2017-2025) mengenai pembentukan lembaga promosi dan fasilitasi promosi. • Penguatan fungsi Kosebo, UPT, Disperindag, BPT, dan UKM dalam hal pemasaran produk.

• Monev dan pembinaan intensif pasca pelatihan.

• RAJMP alas kaki (2012-2016) mengenai pembinaan KUB pengrajin. 6. Analisis SEM PLS: a.KP berpengaruh terhadap EM dan EM berpengaruh terhadap DS. b.Indikator dominan KP pada model pengaruh terhadap EM: kebijakan fasilitasi pelatihan dan kemudahan investasi. c.Indikator dominan EM pada model pengaruh terhadap DS: kemampuan concept dan market intelligence. d.Indikator dominan

DS: pangsa pasar DN, diversifikasi pasar domestik dan nilai produk. Pelaku usaha • Peningkatan kemampuan entrepreneuria l marketing untuk menuju peningkatan kemampuan daya saing dalam pasar domestik.  •Pencapaian kemampuan concept yang baik khususnya melalui optimalisasi 2 indikator utamanya yaitu: frekuensi diversifikasi produk dan tingkat keragaman produk. •Pencapaian kemampuan market intelligence yang baik khususnya melalui optimalisasi 3 indikator utamanya yaitu: hubungan dengan usaha menengah, hubungan dengan usaha besar dan keaktifan mencari info usaha.

•Pencapaian target indikator-indikator utama yang mencerminkan kemampuan daya saing yang baik, meliputi: peningkatan jumlah pelanggan per tahun, peningkatan wilayah pemasaran dan keberhasilan produk terjual pada pelanggan baru.

•Menjaga hubungan dengan pihak UPT, sebagai partner berdiskusi yang baik.

•Hubungan baik dengan usaha menengah dan usaha besar.

Hasil penelitian

Stake

holder Perencanaan Pelaksanaan Pengendalian

Pemda Bogor • Peningkatan kebijakan pemerintah demi peningkatan kemampuan entrepreneuria l marketing, yang akhirnya meningkatkan kemampuan daya saing. •Melakukan pelatihan secara optimal, baik pelatihan: manajerial, marketing, produksi dan keuangan, bagi seluruh karakteristik pelaku usaha.

•Penyediaan pasar yang pasti. Misalnya: dengan menampung hasil-hasil produksi untuk dipromosikan pada kalangan internal dan eksternal Pemda.

• Monev dan pembinaan intensif pasca pelatihan.

• RAJMP alas kaki (2012-2016) mengenai fasilitasi pemasaran.

• RAJPP alas kaki (2017-2025) mengenai pembentukan lembaga promosi dan fasilitasi promosi. • Penguatan fungsi Kosebo, UPT, Disperindag, BPT, dan UKM dalam hal pemasaran produk. 7. Analisis SEM PLS berdasarkan 3 karakteristik pelaku usaha: a.EM: kemampuan concept dimiliki pada ketiga karakter. Kemampuan strategy (ekspansi) khusus pada: “alprod memadai”, “kurang 75%”, “sangat sumber utama” dan “sumber utama”. Kemampuan market intelligence khusus pada: “alprod memadai”, “alprod kurang memadai”, “kurang 75%”, “lebih 75%” dan “sumber utama”. b.KP: kebijakan pelatihan terdapat pada ketiga karakter. Kebijakan pemberian pasar khusus untuk: “alprod memadai”, “kurang 75%” dan “sumber utama”. Kebijakan pemberian modal khusus untuk: “kurang 75%”. Kebijakan persaingan khusus untuk: “sangat sumber utama”. Pelaku usaha • Realisasi indikator- indikator utama kemampuan entrepreneuria l marketing berdasarkan beberapa kategori pelaku usaha. •Pelaksanaan indikator ekspansi pasar khususnya pada pelaku usaha dengan kategori: alat produksi memadai, pemenuhan kebutuhan kurang 75%, posisi usaha sangat menjadi sumber utama dan sumber utama.

•Pelaksanaan kemampuan market intelligence dengan porsi yang lebih besarpada semua pelaku usaha terkecuali yang memposisikan usaha sangat menjadi sumber utama. •Menjaga hubungan dengan pihak UPT, sebagai partner berdiskusi yang baik.

•Hubungan baik dengan usaha menengah dan usaha besar. Pemda Bogor • Pembenahan permasalahan pelaku usaha melalui kebijakan- kebijakan yang sesuai dengan karakteristik pelaku usaha.

•Porsi intervensi yang lebih besar pada fasilitasi pemberian pasar bagi pelaku usaha khususnya dengan kategori alat produksi memadai, pemenuhan kebutuhan kurang dari 75% dan yang memposisikan usaha sebagai sumber pendapatan utama

•Pemberian tawaran modal khususnya bagi pelaku usaha yang pemenuhan kebutuhan kurang dari 75%

• RAJMP alas kaki (2012-2016) mengenai fasilitasi pemasaran.

• RAJPP alas kaki (2017-2025) mengenai pembentukan lembaga promosi dan fasilitasi promosi. • Penguatan fungsi Kosebo, UPT, Disperindag, BPT, dan UKM dalam hal pemasaran produk.

• RAJMP alas kaki (2012-2016) mengenai fasilitasi akses modal.

Hasil penelitian

Stake

holder Perencanaan Pelaksanaan Pengendalian

c.DS: pada ketiga karakter terdapat sub variabel nilai produk dan pangsa pasar DN (jumlah pelanggan). Diversifikasi pasar domestik khusus pada: “alprod kurang memadai”, “lebih 75%”, “sangat sumber utama” dan “sumber utama”. Kemampuan bersaing dengan usaha sejenis khusus pada: “kurang 75%”. •Pengendalian persaingan khususnya bagi pelaku usaha yang memposisikan usaha sangat menjadi sumber pendapatan utama.

• RAJPP alas kaki (2017-2025) mengenai peningkatan akses pendanaan.

• RAJMP alas kaki (2012-2016) mengenai pembinaan kelompok usaha bersama pengrajin.

Dokumen terkait