• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka implikasi penelitiannya adalah pentingnya pelaksanaan supervisi klinis dalam meningkatkan kinerja guru PAI yang secara langsung dapat meningkatkan kompetensi profesional guru. Program ini juga perlu dijalankan setiap semesternya agar guru itu dapat memperbaiki keterampilan mengajarnya, selain itu juga perlu ada dukungan dari pihak sekolah baik itu dari kepala sekolah, guru-guru dan staf sekolah agar

pelaksanaan supervisi klinis ini dapat berjalan dengan baik, sehingga kualitas proses belajar mengajar menjadi lebih efektif serta kualitas dan kuantitas sekolah dapat meningkat secara keseluruhan.

C. Saran

Dari hasil temuan penelitian di atas, ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam pelaksanaan supervisi klinis dalam upaya meningkatkan kinerja guru PAI sebagai berikut :

1. SMP Negeri 98 Jakarta Selatan sebagai sekolah yang pernah mempraktikan supervisi klinis dapat membagi pengalamannya kepada sekolah lain yang belum mengenal dan mempraktikan supervisi klinis agar dapat mempraktikannya di sekolah lain.

2. Bagi supervisor, sebaiknya harus melihat kembali proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang telah disupervisi klinis, apakah guru tersebut sudah memperbaiki cara mengajarnya atau belum.

3. Bagi guru jika terdapat kekurangan dalam keterampilan mengajar, sebaiknya meminta bantuan kepada kepala sekolah atau guru-guru senior yang ada di sekolah untuk memberikan saran agar kekurangan tersebut dapat diperbaiki sehingga dapat meningkatkan kinerja mengajarnya. 4. Perlu adanya sikap antusias dan keinginan yang kuat dari para guru untuk

83

Asmani, Jamal Ma’mur. Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, Jogjakarta: DIVA Press, 2012.

Bafadal, Ibrahim. Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional Guru, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.

Barnawi., dan Arifin, Mohammad. Kinerja Guru Profesional: Instrumen Pembinaan, Peningkatan & Penilaian, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Danim, Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, Bandung: Alfabeta, 2013.

Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: CV Naladana, 2004.

Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Depdiknas, 2003.

Faisyal Mahdi, “Pelaksanaan supervisi klinis pada guru bidang studi rumpun agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Darul Ma’arif Pringapus Kab. Semarang tahun pelajaran 2013/2014”, Skripsi pada S1 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga: 2014.

Fathurrohman, Pupuh., dan Suryana, Aa. Guru Profesional, Bandung: PT Refika Aditama, 2012.

Gunawan, Ari H. Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996.

H. Makawimbang, Jerry. Supervisi Klinis Teori dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2013.

Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran: Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Hendra Faizal, “Supervisi Klinis dalam Mengantisipasi Konflik di SMP Islamiyah Sawangan Depok”, Skripsi pada S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2006.

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif: untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2012.

Kartino, Kartini. Menyiapkan dan Memadukan Karir, Jakarta: CV Rajawali, 1985.

Kunandar. Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Majid, Abdul., dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: PT Refika Aditama, 2006.

---. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000.

Margono, S. Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Masaong, Abd. Kadim. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru: Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, Bandung: Alfabeta, 2013

Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

Munir, Abdullah. Menjadi Kepala Sekolah Efektif, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.

Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011.

Nasir, Sahilun A. Peranan Pendidikan agama terhadap pemecahan problema remaja, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

Pidarta, Made. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.

---. Supervisi Pendidikan Kontekstual, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992.

Rugaiyah., dan Atiek Sismiati. Profesi Kependidikan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Sagala, Syaiful. Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2012.

Sahertian, Piet A. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Sahertian, Piet., dan Sahertian, Ida Aleida. Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program Inservice Education, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990.

Samana, A. Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: Kanisius, 1994.

Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, Jakarta: Indeks, 2012.

Saudagar, Fachruddin., dan Idrus, Ali. Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.

Soetjipto., dan Kosasi, Raflis. Profesi Keguruan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.

Sudirman, dkk. Ilmu Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1988.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008.

Suharsaputra, Uhar. Administrasi Pendidikan, Bandung: PT Refika Aditama, 2010.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Suryosubroto, B. Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta: Kencana, 2013.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997.

Trianto., dan Tutik, Titik Triwulan. Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualitas Kompetensi & Kesejahteraan, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007.

Usman, M. Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Wijaya, Cece., dan Rusyan, Tabrani. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991.

Wita Ristyani, “Usaha Kepala Sekolah dalam Melaksanakan Supervisi Klinis (Studi Kasus di SMA UII Yogyakarta)”, Skripsi pada S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2009.

Hari/Tanggal : Selasa, 23 September 2014 Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Kelas : IX. 2

Tujuan : Untuk mengetahui aktivitas mengajar guru

No. Aspek yang Diamati Deskriptif

1. Menyampaikan materi yang diajarkan Guru menyampaikan materi tentang hadits menuntut ilmu. Dari segi penjelasannya guru sudah baik, karena selalu mengaitkan materi kedalam aplikasi dikehidupan sehari-hari, agar siswa mampu mengaplikasikan apa yang sudah diajarkan guru didalam kehidupannya.

2. Membentuk kelompok kecil Setelah menjelaskan materi pembelajaran, guru meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil. Pengelompokkan siswa dilakukan dengan cara siswa mengambil kertas dalam wadah yang telah disediakan. Pengelompokkan siswa ini sudah cukup baik, karena pengelompokkan tersebut dilakukan dengan cara adil dan tidak memilih-milih.

3. Membimbing siswa dalam diskusi kelompoknya

Pada saat diskusi berlangsung, guru mendatangi setiap kelompok satu persatu, dan juga mengarahkannya jika terdapat kelompok yang masih kurang mengerti.

4. Meminta kepada siswa untuk menjelaskan hasil diskusinya

Guru memanggil perwakilan dari masing-masing kelompok untuk menjelaskan makna dari suatu hadits. Guru memberi apresiasi

yang telah berlangsung.

Jakarta, 23 September 2014

Observer

Yang di wawancarai :

Jabatan :

Tempat :

Yang mewawancarai :

A. Supervisi Klinis

1. Apakah bapak membicarakan bersama guru mengenai apa saja yang akan di observasi?

2. Apakah bapak menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru? 3. Bagaimana hubungan bapak dengan para guru dan karyawan di sekolah ini?

4. Apakah bapak menjelaskan kepada guru mengenai tujuan pelaksanaan supervisi klinis ini?

5. Apakah bapak mencatat berapa banyak siswa yang memberikan respon terhadap pertanyaan guru?

6. Apakah cara mengajar guru sudah sesuai dengan apa yang bapak harapkan? 7. Apakah guru memberikan tugas-tugas latihan kepada murid?

8. Apakah bapak mendiskusikan hasil observasi kepada guru?

9. Apakah bapak menanyakan kepada guru mengenai hasil mengajarnya? 10. Bagaimana perasaan guru setelah di observasi cara mengajarnya?

11. Apakah bapak membuat catatan yang lengkap mengenai kejadian-kejadian di kelas? 12. Apakah banyak hal-hal yang perlu diperbaiki oleh guru mengenai cara mengajarnya?

B. Kinerja Guru PAI

13. Usaha apa yang Bapak lakukan dalam meningkatkan kinerja guru dalam mengajar? 14. Apa yang diusahakan oleh guru dalam meningkatkan kinerjanya kedepan?

15. Metode pengajaran apa saja yang biasa guru terapkan dalam pembelajaran PAI? 16. Bagaimana sikap siswa ketika pelajaran PAI sedang berlangung?

mengajar?

20. Apakah guru-guru PAI selalu memberikan motivasi kepada siswa agar semangat dalam menerima pengajaran PAI?

21. Apakah guru-guru PAI selalu memberikan tauladan yang baik kepada murid-muridnya?

Yang di wawancarai :

Jabatan :

Tempat :

Yang mewawancarai :

A. Supervisi Klinis

1. Apakah Bapak/Ibu bersama kepala sekolah membuat kesepakatan tentang hal-hal yang akan di observasi?

2. Apakah Bapak/Ibu dengan kepala sekolah melakukan komunikasi secara akrab dan terbuka?

3. Apakah Kepala sekolah selalu menghargai Bapak/Ibu?

4. Apakah kepala sekolah menjelaskan tujuan pelaksanaan supervisi klinis? 5. Apakah kepala sekolah menetapkan waktu/jadwal kegiatan observasi? 6. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pelaksanaan supervisi klinis?

7. Apakah pelaksanaan supervisi klinis ini dapat meningkatkan kinerja guru, khususnya untuk guru-guru PAI?

8. Bagaimana perasaannya ketika kepala sekolah sedang mengobservasi kinerja mengajar Bapak/Ibu?

9. Apakah kepala sekolah mendokumentasikan perilaku/interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran?

10. Apakah kepala sekolah mengamati proses kinerja mengajar guru?

11. Apakah kepala sekolah menanyakan perasaan guru setelah melakukan proses pembelajaran?

12. Apakah kepala sekolah melakukan analisis terhadap hasil observasi? 13. Apakah kepala sekolah memberitahu hasil analisisnya kepada guru?

14. Apakah kepala sekolah memberikan masukan kepada Bapak/Ibu mengenai kinerja mengajar yang lebih baik?

18. Apakah pelaksanaan supervisi klinis dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru pada proses pembelajaran?

19. Apakah pelaksanaan supervisi klinis dapat memberikan manfaat untuk Bapak/Ibu? 20. Apakah kepala sekolah sudah baik dalam menjalankan tugasnya sebagai supervisor

Yang di wawancarai : Dra. Hj. Sri Triana Pranawingrum

Jabatan : Wakil Kepala Sekolah / Bid. Kurikulum

Tempat : Ruang wakil Kepala Sekolah SMP Negeri 98 Jakarta

Tujuan : Untuk mengetahui pendapat supervisor tentang kegiatan supervisi

klinis yang telah dilakukan dan hasil dari pelaksanaan supervisi tersebut.

1. Apakah ibu membicarakan bersama guru mengenai apa saja yang akan di

observasi? Jawab:

Iya, karena saya memberikan formatnya sehingga guru menjadi tahu apa saja yang akan kita lihat didalam kelasnya nanti.

2. Apakah ibu menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru?

Jawab:

Iya, memang harus akrab supaya guru tidak merasa disalahkan atau dijatuhkan. Jadi harus dalam suasana akrab.

3. Bagaimana hubungan ibu dengan para guru dan karyawan di sekolah ini?

Jawab:

Hubungan saya sangat baik dengan para guru dan karyawan di sekolah.

4. Apakah ibu menjelaskan kepada guru mengenai tujuan pelaksanaan supervisi

klinis ini? Jawab:

Iya, saya menjelaskan. Karena tujuan supervisi klinis ini untuk perbaikan cara mengajar guru dikelas dan beberapa hal disitu.

5. Apakah cara mengajar guru sudah sesuai dengan apa yang ibu harapkan?

Jawab:

Cara mengajar guru banyak yang sudah sesuai, hanya perlu beberapa variasi metode yang perlu dilakukan oleh guru tersebut.

Jawab:

Iya mendiskusikan, supaya guru tahu bahwa hasil yang sudah saya amati dari kelas itu kemudian ada kekurangan-kekurangannya sehingga guru tahu apa yang harus diperbaikinya.

8. Bagaimana perasaan guru setelah di observasi cara mengajarnya?

Jawab:

Perasaannya baik, karena ada beberapa hal yang mungkin selama ini tidak disadari untuk dilakukan begitu kita lihat dan amati sehingga menyadari ada kekurangannya disitu.

9. Apakah ibu membuat catatan yang lengkap mengenai kejadian-kejadian di

kelas? Jawab:

Kalau kejadian-kejadian dikelas hanya secara garis besarnya saja jadi tidak secara detail karena yang kita amati hanya metode dan modelnya, kalau materi kita yakin beliau sudah bisa sehingga kita hanya mengamati tehnik-tehnik yang perlu dikembangkan yang kita perhatikan.

10. Apakah banyak hal-hal yang perlu diperbaiki oleh guru mengenai cara

mengajarnya? Jawab:

Tidak banyak, mungkin hanya seperti variasi media kemudian seperti tehnik bertanyanya perlu ditingkatkan kemudian memancing pertanyaan siswa.

11. Manfaat apa yang didapat dari pelaksanaan supervisi klinis untuk kinerja guru?

Jawab:

a. Biasanya guru akan mencoba mencari media yang tepat untuk di tunjukkan kepada murid, seperti menggunakan video.

b. Guru bisa lebih kreatif untuk mencari media yang lain dan juga dapat memilih metode-metode yang tepat untuk diterapkan didalam pembelajaran.

c. Guru dapat meningkatkan kinerja mengajarnya melalui pelaksanaan supervisi klinis ini.

dan terkadang juga dengan kepala sekolah.

13. Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan supervisi klinis bagi seorang guru?

Jawab:

a. Biasanya guru yang mau di supervisi itu suka tegang jadi harus ada persiapan yang bagus supaya nanti hasilnya bagus juga.

b. Kemampuan IT yang kurang sehingga guru PAI sangat jarang sekali menggunakan media pembelajaran disaat proses pembelajaran.

14. Usaha apa yang ibu lakukan dalam meningkatkan kinerja guru dalam

mengajar? Jawab:

Usaha yang dilakukan adalah mengirim guru untuk mengikuti pelatihan mengenai metode yang diperlukan oleh beliau, kemudian kami melakukan supervisi tidak hanya satu kali tapi dua kali dalam satu tahun.

15. Apa yang diusahakan oleh guru dalam meningkatkan kinerjanya kedepan?

Jawab:

Biasanya guru kalau sekolah mengirimkan beliau untuk mengikuti pelatihan dia harus mau berangkat, kemudian harus memperbaiki kemampuan IT nya, kemudian karena beliau guru agama tentu pengalamannya diluar juga diperlukan.

16. Metode pengajaran apa saja yang biasa guru terapkan dalam pembelajaran PAI?

Jawab:

Biasanya menggunakan praktek di musholah, seperti menghafalkan surat-surat pendek dengan model permainan itu sangat menyenangkan bagi siswa.

17. Bagaimana sikap siswa ketika pelajaran PAI sedang berlangung?

Jawab:

Kalau menggunakan model game pasti senang siswanya, tapi kalau mendengarkan ceramah biasanya mereka bosan, makanya guru harus bervariasi dalam mengajar.

18. Problem apa saja yang guru hadapi didalam pelaksanaan pengajaran PAI?

Jawab:

Problemnya adalah media, karena di sekolah ini medianya terbatas sehingga penggunaan media ini yang masih kurang.

kinerja mengajar guru umum lainnya.

20. Apakah guru-guru PAI selalu menggunakan media/sumber belajar ketika

proses mengajar? Jawab:

Kalau sumber belajar salalu menggunakan seperti model cerita kemudian model permainan, tapi kalau media hambatannya ada disitu.

21. Apakah guru-guru PAI selalu memberikan motivasi kepada siswa agar

semangat dalam menerima pengajaran PAI? Jawab:

Iya, semua guru saya rasa begitu. Kita harus memberikan motivasi didalam pembelajaran khususnya pada pembelajaran PAI.

22. Apakah guru-guru PAI selalu memberikan tauladan yang baik kepada

murid-muridnya? Jawab:

Selama ini guru PAI selalu memberikan teladan yang baik kepada murid-muridnya dan juga tidak ada guru PAI yang bermasalah disini.

23. Bagaimana dampak supervisi terhadap kinerja guru PAI?

Jawab:

Ada peningkatan mengenai metode walaupun itu tidak terlalu besar karena supervisi klinis itu tidak boleh dlakukan hanya sekali tapi harus berulang-ulang kali sehingga dapat menghasilkan kinerja guru yang lebih baik lagi.

Jakarta, 29 September 2014

Interviewer Interviewee

Yang di wawancarai : Idi Supriyadi, S. Pd. I

Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam

Tempat : Ruang Audio SMP Negeri 98 Jakarta

Tujuan : Untuk mengetahui pendapat guru model tentang kegiatan supervisi

klinis yang telah dilakukan dan hasil dari pelaksanaan supervisi tersebut.

1. Apakah Bapak bersama kepala sekolah/supervisor membuat kesepakatan

tentang hal-hal yang akan di observasi? Jawab:

Ya, ada kesepakatan antara kami dengan kepala sekolah terkait hal-hal yang akan di observasi pada pelaksanaan supervisi klinis.

2. Apakah Bapak dengan kepala sekolah/supervisor melakukan komunikasi

secara akrab dan terbuka? Jawab:

Ya, kami selalu berkomunikasi dengan kepala sekolah dengan akrab dan terbuka.

3. Apakah Kepala sekolah/supervisor selalu menghargai Bapak?

Jawab:

Ya sangat menghargai, bahkan menjunjung untuk memajukan pendidikan agama islam di sekolah ini.

4. Apakah kepala sekolah/supervisor menjelaskan tujuan pelaksanaan supervisi

klinis? Jawab:

Ya, kepala sekolah menjelaskan apa itu tujuan pelaksanaan supervisi klinis.

5. Apakah kepala sekolah/supervisor menetapkan waktu/jadwal kegiatan

observasi? Jawab:

Menurut saya supervisi klinis itu sangat diperlukan bagi guru untuk perbaikan proses kegiatan belajar mengajar di kelas.

7. Apakah pelaksanaan supervisi klinis ini dapat meningkatkan kinerja guru, khususnya untuk guru PAI?

Jawab:

Ya, pelaksanaan supervisi klinis ini sangat membantu dalam meningkatkan kinerja guru khususnya untuk guru PAI.

8. Bagaimana perasaannya ketika kepala sekolah/supervisor sedang

mengobservasi kinerja mengajar Bapak? Jawab:

Pada saat kepala sekolah mengobservasi kinerja mengajar saya, perasaan saya biasa-biasa saja karena kami biasa berkomunikasi dengan pimpinan.

9. Apakah kepala sekolah/supervisor mendokumentasikan perilaku/interaksi

guru dan siswa dalam proses pembelajaran? Jawab:

Benar, kepala sekolah mendokumentasikan perilaku/interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran, baik berupa catatan ataupun dengan mengambil gambarnya.

10. Apakah kepala sekolah/supervisor mengamati proses kinerja mengajar guru?

Jawab:

Ya, kepala sekolah selalu melihat dan mengamati proses kinerja mengajar guru pada saat pelaksanaan supervisi klinis.

11. Apakah kepala sekolah/supervisor menanyakan perasaan guru setelah

melakukan proses pembelajaran? Jawab:

Benar, kepala sekolah menanyakan dan timbal baliknya itu sebagai koreksi untuk guru agar pada saat pertemuan berikutnya guru itu benar-benar siap dengan materi yang akan disampaikan.

12. Apakah kepala sekolah/supervisor melakukan analisis terhadap hasil

13. Apakah kepala sekolah/supervisor memberitahu hasil analisisnya kepada guru?

Jawab:

Ya, disampaikan dengan melalui lewat penilaiannya dan untuk penilaiannya itu kepala sekolah biasanya memberikan wewenang kepada wakil kepala sekolah, baik wakil kurikulum, wakil kesiswaan dan staff lainnya yang sudah senior.

14. Apakah kepala sekolah/supervisor memberikan masukan kepada Bapak

mengenai kinerja mengajar yang lebih baik? Jawab:

Kadang-kadang ada masukan juga dari kepala sekolah mengenai kinerja mengajar saya, karena dengan adanya masukan dari kepala sekolah itu bisa meningkatkan kinerja mengajar saya yang lebih baik lagi.

15. Bagaimana perasaan Bapak setelah mengetahui hasil analisis pembelajaran?

Jawab:

Perasaan saya senang, karena dengan adanya analisis pembelajaran dapat berguna untuk perbaikan proses belajar mengajar.

16. Apakah kepala sekolah/supervisor menanyakan kesan guru terhadap

pembelajaran yang telah dilaksanakan? Jawab:

Iya ditanyakan kepada guru, maka guru itu lewat observasi kepala sekolah dan juga lewat supervisinya ditanyakan kesannya terhadap pembelajaran yang telah disampaikannya.

17. Apakah pelaksanaan supervisi klinis dapat memecahkan masalah-masalah

yang dihadapi guru pada proses pembelajaran? Jawab:

Pada pelaksanaan supervisi klinis sebagian dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru pada proses pembelajaran di kelas.

18. Apakah pelaksanaan supervisi klinis dapat memberikan manfaat untuk

Bapak? Dan apa manfaatnya? Jawab:

19. Apakah kepala sekolah/supervisor sudah baik dalam menjalankan tugasnya sebagai supervisor pada pelaksanaan supervisi klinis?

Jawab:

Secara umum kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai supervisor sudah dapat dinilai baik, karena setiap satu semester itu ada pelaksanaan supervisi klinis.

20. Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan supervisi klinis bagi seorang

guru? Jawab:

a. Sarananya yang masih kurang, khususnya dalam pengadaan alat media pembelajaran, sehingga guru PAI sangat jarang sekali dalam menggunakan media pembelajaran disaat proses pembelajaran.

b. Terkendalanya waktu pelaksanaan supervisi klinis, terkadang waktu sudah ditetapkan untuk pelaksanaannya namun karena ada agenda lain di sekolah sehingga pelaksanaan supervisi klinis tersebut dibatalkan, padahal dalam hal ini guru sudah menyiapkan semuanya,

Jakarta, 23 September 2014

Interviewer Interviewee

Dokumen terkait