• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETA KECAMATAN BAGAN SINEMBAH

4.4 Implikasi Pengangkatan Anak Pada Masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah

Pengangkatan anak dalam kehidupan keluarga adalah suatu hal yang umum terjadi, dan pada dasarnya pengangkatan anak terjadi dengan alasan utama, yaitu :

1. Meneruskan garis keturunan, 2. Menjadi teman dalam kehidupan.

Alasan tersebut didasarkan pada kepentingan yang timbul akibat dari sistem budaya dan perubahan yang terjadi dilingkungan, pada sistem budaya Batak Toba mensyarakatkan pewarisan dan melanjutkan garis keturunan dipegang oleh laki-laki sehingga peran laki-laki sangat penting sebagai pemegang kendali estafet sistem marga, walaupun cenderung menguntungkan pihak laki-laki, pihak perempuan juga mendapatkan hak yang sama ketika berada pada posisi anak angkat dengan alasan sebagai teman dalam kehidupan sehari-hari.

Pengangkatan anak dalam keluarga terutama dalam penelitian ini yang terfokus pada pengangkatan anak dalam masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah memiliki beberapa implikasi yang dapat dipandang sebagai suatu kemajuan yang berarti dalam implementasi hukum adat pada zaman sekarang, namun di sisi lain implikasi tersebut harus diberikan kedudukan yang penuh dalam posisi hukum adat dan agama serta hukum nasional sehingga dapat memberikan kepastian bagi kedudukan dan posisi anak angkat dikemudian hari yang pada saat sekarang ini hanya bermodalkan kepercayaan antara kedua belah pihak, yaitu orangtua kandung dan orangtua angkat.

Usia pengangkatan anak juga berimplikasi terhadap nasib anak angkat pada masa mendatang, mengingat proses pengangkatan anak hanya sebatas kesepakatan

antara orangtua kandung dan orangtua angkat tanpa melibatkan anak tersebut, implikasi umur dalam pengangkatan angkat memerlukan perhatian yang serius mengingat usia pengangkatan anak yang bersifat relatif yang dalam artian tidak ada batasan tertentu dalam mengangkat anak. Pada kasus pengangkatan anak dalam masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah berupaya untuk menciptakan suatu kondisi yang bersifat “win-win solution” atau kesepakatan berimbang bagi kedudukan dan posisi anak angkat kelak, usaha ini dirintis dengan menghadirkan unsur adat seperti pemuka adat, masyarakat dan agama serta Dalihan Natolu orangtua angkat yang berkeharusan untuk memperhatikan nasib anak angkat tersebut pada masa mendatang.

Akibat dari pengangkatan anak pada masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah yang memiliki kerumitan adalah ketika berbicara mengenai pemberian marga orangtua angkat dan masalah pewarisan, namun akibat tersebut cenderung menjadi dinamis ketika adanya hubungan antara hukum adat dan hukum agama dalam menjalankan fungsinya pada masalah anak angkat tersebut, secara sederhana hubungan antara hukum Islam dan hukum adat Batak Toba merupakan dua sisi yang saling mendukung, hal ini diperkuat dengan istilah yang berkembang di masyarakat Bagan Sinembah, yaitu adat-ibadat yang merupaka adat haruslah sejalan dengan ibadat (agama).

Proses pemberian marga bukanlah suatu keharusan bagi orangtua angkat untuk dilakukan namun dari hasil observasi dan wawancara pada lapangan penelitian, didapatkan bahwa dengan adanya pemberian atau penabalan marga sesuai dengan marga ayah orangtua angkat semakin memberi tenaga bagi anak angkat dalam menuntut haknya pada masa kedepan, hal ini didasarkan pada alasan ketika pemberian/penabalan terjadi maka dalihan na tolu dari pihak orangtua angkat (ayah)

hadir menyaksikan dan turut dalam prosesi tersebut sehingga posisi, kedudukan serta hak anak angkat dijamin dalam integrasi sistem Dalihan Natolu tersebut, hal ini untuk mempertegas upaya dalam pembagian warisan kelak, karena dalam hukum waris Islam yang diadaptasi tidak mengatur bahkan tidak memberikan hak waris pada anak angkat, namun hasil dari kolaborasi antara hukum adat dan agama telah melahirkan kesepakatan baru yang menjamin hak waris dari anak angkat.

Pembagian warisan dalam sistem hukum yang berlaku di masyarakat Batak Toba Bagan Sinembah memunculkan kesepakatan bahwa anak angkat berhak atas warisan apabila :

1. Memiliki surat wasiat, dengan memiliki surat wasiat maka akan menjamin hak waris bagi anak angkat tersebut, dengan catatan pembagian waris dilakukan ketika orangtua angkat belum meninggal dunia sehingga hak waris tersebut berubah menjadi hibah kepada anak angkat yang dilakukan dengan prosedur hibah, seperti perubahan nama atas asset waris.

2. Ketika pada kondisi memiliki surat wasiat namun tidak dirubah menjadi hibah maka hak anak angkat terhadap waris tetap terjamin atas kesepakatan yang nantinya akan dimusyawarahkan dalam rapat keluarga yang menyertakan pemuka adat, agama, masyarakat dan dalihan na tolu. Pembagian waris pada anak angkat didasarkan pada pembagian 1/3 bagian untuk anak angkat laki-laki dan 2/3 bagian untuk anak angkat perempuan dan posisi ini dapat berubah ketika dalam proses pembagian warisan disepakati oleh keluarga untuk membagi rata harta waris tersebut pada tiap-tiap bagian.

Proses pembagian tidak lepas dari peran Dalihan Natolu yang disertai dengan tokoh adat, agama dan masyarakat untuk semakin menjamin posisi anak angkat dalam pembagian waris, selain itu pembagian waris juga melibatkan Badan Amil Zakat

sebagai lembaga akhir yang nantinya akan menyalurkan harta waris ketika sampai pada kondisi anak angkat tunggal yang ditinggal oleh orangtua angkat karena meninggal dunia dan tidak memiliki sanak saudara.

BAB V

Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan dan saran sangat penting pada akhir penelitian, karena kedua hal tersebut mempengaruhi kondisi penelitian. Kesimpulan memuat hal-hal apa saja yang menjadi kata akhir dalam penelitian ini, sedangkan saran merupakan kumpulan masukan maupun kritikan terhadap fokus penulisan yang dapat membangun dan memperbaiki fokus penulisan sejenis dikemudian hari.

5.1Kesimpulan

Pengangkatan anak pada masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah merupakan suatu hal yang lazim terjadi ditengah-tengah masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah, mengingat adanya alasan-alasan yang memperkuat keinginan untuk mengangkat anak, seperti alasan untuk meneruskan keturunan atau pewarisan marga dan sebagai teman dalam kehidupan sehari-hari, alasan tersebut semakin kuat mengingat kondisi Bagan Sinembah yang memiliki kehidupan dari sektor perkebunan yang mensyaratkan kerja keras dalam usahanya tersebut serta membutuhkan tenaga kerja yang banyak terutama laki-laki dalam menjalankan usaha tersebut, selain itu adaptasi dari sistem budaya Batak Toba terhadap nilai-nilai sistem budaya agama Islam yang diakibatkan faktor geografis dan lingkungan yang memungkinkan, dimana secara geografis administratif, Kecamatan Bagan Sinembah berada dibawah wewenang pemerintahan propinsi Riau dan didominasi oleh lingkungan budaya Melayu yang erat dengan nilai budaya Islam sehingga perubahan terjadi dalam perjalanan sistem budaya Batak Toba di Kecamatan Bagan sinembah.

Kesimpulan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini adalah mendeskripsikan pertanyaan penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

adapun pertanyaan penelitian tersebut, yaitu posisi anak angkat dalam masyarakat Batak Toba di Desa Bagan Batu serta pembagian warisan serta kewajiban anak angkat pada masyarakat Batak Toba di Desa Bagan Batu.

Pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan posisi anak angkat dalam masyarakat Batak Toba di Kecamatan Bagan Batu telah dideskripsikan pada bab 3 penulisan skripsi ini yang memuat tentang kedudukan anak angkat dalam masyarakat Batak Toba di Kecamatan Bagan Sinembah, yaitu di daerah Batak Toba yang menganut sistem kekerabatan patrilineal, anak laki-laki merupakan penerus keturunan ataupun marga dalam silsilah keluarga. Anak laki-laki sangat berarti kehadirannya dalam suatu keluarga. Pada masyarakat Batak Toba, apabila suatu keluarga tidak mempunyai anak laki-laki, maka ia dapat mengangkat seorang anak laki-laki yang disebut dengan anak naniain dengan syarat anak laki-laki yang diangkat haruslah berasal dari lingkungan keluarga atau kerabat dekat orang yang mengangkat. Pengangkatannya haruslah dilaksanakan secara terus terang yaitu dilakukan di hadapan Dalihan Natolu dan pemuka-pemuka adat yang bertempat tinggal di desa sekeliling tempat tinggal orang yang mengangkat anak.

Pada pertanyaan kedua yang berisi pembagian warisan dan kewajiban anak angkat dalam masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah telah dideskripsikan lebih lanjut pada bab 4 penulisan skripsi ini yang memuat, antara lain hak atas waris dan hak atas garis keturunan secara patrilineal dalam hal ini marga yang dijamin oleh hukum adat Batak Toba dalam implementasi di Bagan Sinembah dan kolaborasi hukum adat dan agama yang menjamin hak atas waris anak angkat, mengenai subjek studi anak angkat telah dideskripsikan pada bab 4 penulisan skripsi ini.

Pembagian warisan terhadap anak angkat memiliki sistem tersendiri yang didasarkan pada jenis kelamin anak angkat serta posisinya dalam keluarga, apabila

anak angkat laki-laki sebagai anak tunggal maka anak angkat tersebut memperoleh 1/3 bagian dari harta warisan serta memperoleh marga secara patrilineal.

Apabila anak angkat laki-laki yang berada dalam posisi kedua dalam keluarga maka anak angkat tersebut berhak atas waris berupa 1/3 bagian untuk laki-laki atau pembagian secara rata berdasarkan kesepakatan diantara keluarga serta juga memperoleh marga secara patrilineal, sedangkan pada anak angkat perempuan maka memperoleh warisan berupa 2/3 harta warisan untuk perempuan dan mendapatkan marga.

Pembagian warisan didasarkan pada sistem hukum Islam, dikarenakan didaerah ini mayoritas penduduk adalah suku Melayu sehingga telah terjadi perubahan kebudayaan dengan mengadopsi nilai-nilai budaya Melayu yang didasarkan pada ajaran agama Islam.

Kewajiban anak angkat adalah menjaga nama baik keluarga, menghormati keluarga, adat dan agama serta tidak melupakan keluarga kandung dari anak angkat tersebut, pendeksripsian hal ini telah dilakukan pada bab 3 tulisan ini.

5.2 Saran

Penulisan skripsi setelah berkesimpulan pada bagian sebelumnya juga turut memberikan saran terhadap fenomena pengangkatan anak pada masyarakat Batak Toba di Kecamatan Bagan Sinembah, adapun saran tersebut adalah :

1. Menjaga kolaborasi antara hukum adat dan agama dalam menyikapi hak anak angkat di kemudian hari,

2. Menyebarluaskan pemahaman mengenai hukum adat yang bersifat dinamis terhadap perubahan terutama pada fokus anak angkat kedudukannya dalam

hak dan kewajiban sebagai anak angkat yang kelak dapat menjadi dasar hukum bagi anak angkat lainnya yang berada di wilayah lainnya,

3. Penulisan skripsi ini juga bertujuan memberikan sumbang pemikiran mengenai hukum adat, agama dalam aplikasinya dikehidupan sehari-hari, dimana kedua kedua sistem hukum tersebut dapat berkolaborasi dalam fokus anak angkat dan memberikan sumbangsih yang nyata bagi kehidupan masyarakat secara umum dan perkembangan suatu budaya pada khususnya.

Daftar Pustaka :

Bangun, Payung, Kebudayaan Batak dalam Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1982

Budiarto, M, Pengangkatan Anak Ditinjau dari segi Hukum, Akademika Pressindo, Jakarta, 1985.

Goodenough, Ward E, Comparisson in Cultural Anthropology, ---, ---

Hassan, A, Soal Tanya Jawab Berbagai Masalah Agama (3-4), Penerbit C.V. Diponegoro, Bandung, 1999

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi I, Rineka Cipta, Jakarta, 1996 ---, Pengantar Antropologi II, Rineka Cipta, Jakarta, 1999

Kozok, Uli, Surat Batak; Sejarah perkembangan Tulisan Batak Berikut Pedoman

Menulis Aksara Batak dan Cap Si Singamangaraja XII, KPG, Jakarta, 2009

Meliala, Djaja, Pengangkatan Anak (Adopsi) di Indonesia, Tarsito, Bandung,1982 Prodjodikoro, R. Wirjono Hukum Warisan di Indonesia, Sumur ,Bandung, 1976 Supomo R, Bab-Bab Tentang Hukum Adat, Universitas, 1963

Shihab, Quraish, Kumpulan Tanya Jawab Quraish Shihab; Mistik, Seks, dan

Agama, Penerbit Republika, 2004

Sihombing, T.M., Filasaft Batak, Balai Pustaka, Jakarta, 1986

Simanjuntak, Bungaran Antonius, Konflik Status Kekuasaan Orang Batak Toba, Penerbit Jendela, Jogjakarta, 2002.

Sudiyat, Iman, Hukum Adat – Sketsa Adat, Liberty, Yogyakarta, 1999 Suyatno, Bagong, Metode Penelitian Sosial, Prenda Media, Jakarta, 2005 Satrio .J., Hukum keluarga Tentang kedudukan Anak Dalam Undang-undang, Citra Aditya, Bandung, 2000

Tafal , Bastian B., Pengangkatan Anak Menurut hukum Adat Serta Akibat

Hukumnya di Kemudian hari, Rajawali, Jakarta, 1983

Ter Haar B, Adat law in Indonesia, Terjemahan Hoebel, E Adamson dan A. Arthur Schiler, Jakarta, 1962

---Asas-Asas Dan Susunan Hukum Adat, Terjmahan oleh K. ng. Soebakti

Van Dijk, Pengantar Hukum Adat Indonesia, terjemahan oleh A. Soehardi, Sumur Bandung, Bandung, 1971

Vergouwen, J.C, Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba, LKiS Pelangi Aksara , Yogyakarta, 1986

Warneck J, Kamus Batak Toba- Indonesia, Judul asli Toba batak Nederlands

Woordenbook, diterjemahkan oleh P. Leo Joosten Ofm Cap, Bina Media, Jakarta,

2001

Bahan Internet :

Dokumen terkait