• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.3.2 Misi Pembangunan Bagan Sinembah

Untuk mempertegas tugas dan tanggung jawab pembangunan dari seluruh

stakeholder maka visi pembangunan kota dijabarkan ke dalam misi yang jelas, terarah

pembangunan kota sehingga diharapkan seluruh stakeholder dapat mengetahui dan memahami kedudukan dan peran masing-masing masyarakat dalam pembangunan.

Adapun misi Bagan Sinembah adalah :

1. Mewujudkan percepatan pembangunan daerah pinggiran, dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk kemajuan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat kota.

2. Mewujudkan tata pemerintahan yang lebih baik dengan birokrasi yang lebih efisien, efektif, kreatif, inovatif dan responsif.

3. Penataan kota yang ramah lingkungan berdasarkan prinsip keadilan sosial, ekonomi, budaya. Membangun dan mengembangkan pendidikan, kesehatan serta budaya daerah.

4. Meningkatkan suasana religius yang harmonis dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

Selain misi yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa tujuan atau fokus dari pengembangan Bagan Sinembah, yaitu :

a. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dan aparatur pemerintahan yang dilandasi oleh iman dan taqwa,

b. Pemberdayaan ekonomi rakyat,

c. Peningkatan prasarana dan sarana ekonomi dan social, d. Penataan kelembagaan,

e. Peningkatan pembangunan seni budaya, oleharaga dan peningkatan iman dan taqwa,

f. Pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan, g. Pelaksanaan otonomi daerah.

2.4 Keadaan Penduduk

Penduduk Bagan Sinembah dapat digolongkan pada kategori masyarakat heterogen, yaitu masyarakat yang terdiri dari berbagai jenis suku, agama, ras dan golongan. Komposisi masyarakat Bagan Sinembah terdiri atas Melayu, Batak (Mandailing, Toba, Simalungun, Angkola), Jawa, Tionghoa, India (Tamil, Sikh).

Komposisi masyarakat Bagan Sinembah yang heterogen terbagi-bagi atas beberapa lokasi, hal ini disebabkan karena pada awalnya lokasi tersebut merupakan daerah awal tumbuh dan berkembangnya suku tersebut di Bagan Sinembah. Perbedaan lokasi tersebut bukan merupakan gambaran penduduk yang terpecah-belah melainkan sebagai wujud persatuan etnisitas yang dimiliki setiap masyarakat di Bagan Sinembah.

Berdasarkan data kependudukan (kecamatan dalam angka 2007) diperoleh data bahwa komposisi masyarakat Bagan Sinembah terdiri dari laki-laki berjumlah 13870 Jiwa dan Perempuan berjumlah 12918 Jiwa dan total 26788 Jiwa.

Tabel 1.

Jumlah Penduduk Bagan Sinembah

Laki-laki Perempuan Jumlah

13.870 jiwa 12.918 jiwa 26.788 Jiwa Kecamatan Dalam Angka 2007 (data diolah penulis).

Berdasarkan data dalam table diatas diperoleh keterangan bahwa jumlah penduduk Bagan Sinembah berdasarkan jenis kelamin terdiri dari, laki-laki 13.870 Jiwa dan Perempuan berjumlah 12.918 Jiwa, dengan jumlah total 26.788 Jiwa, data ini didasarkan atas data Kecamatan Dalam Angka Tahun 2007.

Pada tabel berikutnya akan dijelaskan mengenai komposisi agama yang dianut oleh masyarakat Bagan Sinembah, adapun komposisi agama tersebut adalah : Islam dengan jumlah penganut sebanyak 20.145 Jiwa, kemudian disusul oleh Kristen Protestan sebanyak 3.542 Jiwa, Kristen Katolik sebanyak 1.789 Jiwa, setelah itu disusul oleh Budha 854 Jiwa dan Hindu 255 Jiwa serta aliran kepercayaan tradisional sebanyak 233 Jiwa.

Tabel 2.

Komposisi Agama di Bagan Sinembah

Islam 20.145 jiwa

Kristen Protestan 3.542 jiwa

Kristen Katolik 1.789 jiwa

Budha 854 jiwa

Hindu 255 jiwa

Aliran Kepercayaan 233 jiwa Kecamatan Dalam Angka 2007 (data diolah penulis).

Tabel 3.

Profesi dan Pekerjaan

Pegawai Negeri 2.347 Pegawai Swasta 2.121 Pemilik Lahan 1.285 Buruh Kebun 18.430 Guru 864 Penarik Becak 485 Lain lain 1.256

Kecamatan Dalam Angka 2007 (data diolah penulis).

Tabel 3 menjelaskan mengenai beragam profesi dan pekerjaan dari masyarakat Bagan Sinembah, berdasarkan data tersebut diperoleh bahwa : pegawai negeri menempati posisi tertinggi dengan jumlah 2.347 Jiwa yang tersebar pada berbagai instansi pemerintah kemudian disusul pegawai swasta dengan jumlah 2.121 Jiwa dan disusul dengan pemilik lahan sebanyak 1.285 Jiwa serta buruh kebun sebanyak 18.430 Jiwa, posisi buruh kebun mendominasi pekerjaan di Bagan Sinembah dikarenakan lokasi ini merupakan perkebunan sawit, selain daripada itu pekerjaan lainnya adalah guru sebanyak 864 Jiwa, penarik becak 485 Jiwa serta pekerjaan lainnya berjumlah 1.256 Jiwa.

Tabel 4.

Komposisi Masyarakat Berdasarkan Suku

Melayu 10.846 Jawa 1.023 Batak Toba 8.629 Mandailing 734 Minang 4.702 Tionghoa 854

Kecamatan Dalam Angka 2007 (data diolah penulis).

Berdasarkan komposisi suku, masyarakat Bagan Sinembah didominasi oleh suku Melayu sebanyak 10.846 Jiwa dan kemudian suku Batak Toba sebanyak 8.629 Jiwa, suku Minang berjumlah 4.702 Jiwa, suku Jawa 1.023 Jiwa, Suku Mandailing 734 Jiwa serta suku Tionghoa 854 Jiwa.

2.5 Organisasi Masyarakat

Wilayah penelitian di Bagan Sinembah memiliki organisasi masyarakat yang menjadi wadah persatuan masyarakat yang didasarkan oleh aspek-aspek tertentu.Organisasi masyarakat penting untuk dijelaskan dalam penelitian ini, karena organisasi masyarakat merupakan kunci pembuka kepada beberapa hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun organisasi masyarakat tersebut adalah :

1. Himpunan Keluarga Besar Melayu, yang merupakan organisasi masyarakat yang terdiri dari masyarakat Bagan Sinembah dan tidak terbatas pada suku Melayu saja melainkan termasuk suku lainnya yang terdapat di Bagan Sinembah dan memiliki kontribusi bagi perkembangan suku Melayu.

Foto Kantor Besar Himpunan Keluarga Besar melayu – Bagan Sinembah (Sumber : Penulis)

2. Organisasi lainnya, pada umumnya organisasi masyarakat ini berbasiskan kepada pekerjaan, olahraga maupun aspek kemasyarakatan lainnya.

2.6 Deskripsi Masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah

Masyarakat Batak Toba yang terdapat di Bagan Sinembah merupakan masyarakat pendatang yang mengusahakan perkebunan kelapa sawit yang tersebar di wilayah Bagan Sinembah. Komoditas kelapa sawit merupakan faktor yang menarik banyak masyarakat Batak Toba untuk berdiam di wilayah ini, sebagaimana diungkapkan oleh Sitorus (70 Thn) : “ketika aku datang kesini tahun 1940, daerah ini cuma hamparan kebun sawit milik Belanda”, berdasarkan informasi tersebut maka benar adanya bahwa kelapa sawit adalah komoditas utama dan faktor yang menarik kedatangan kaum pendatang di wilayah tersebut.

Kedatangan masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah tidak lepas dari kedekatan wilayah secara geografis antara Sumatera Utara dan Riau serta wilayah Bagan Sinembah yang merupakan wilayah terluar dan perbatasan dari provinsi Riau, hal ini didukung oleh sikap masyarakat Batak Toba yang memiliki kebiasaan untuk

berpindah-pindah dan keharusan untuk memiliki tanah.

2.7 Karakteristik Masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah

Pemilihan lokasi dalam penelitian ini didasarkan atas beberapa hal, seperti : sejarah lokasi, letak strategis lokasi. Adapun pemilihan lokasi penelitian ini juga memperhatikan karakteristik masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah, adapun karakteristik dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan mengenai seberapa jauh masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah dalam memandang dan melakukan adat budaya mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Karakteristik masyarakat Batak Toba dalam penelitian dibagi atas beberapa bagian, yaitu : 1. Karakteristik masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah yang masih memegang adat budaya Batak Toba dalam kehidupan mereka tanpa berusaha menggabungkannya dengan adat budaya lainnya yang terdapat di sekitar lingkungan, 2. Karakteristik masyarakat Batak Toba yang memegang adat budaya Batak Toba dan berproses menggabungkannya dengan budaya lainnya yang ada disekitar tempat tinggal mereka, 3. Karakteristik masyarakat Batak Toba yang tidak mengenal adat budaya Batak Toba dan memegang budaya lain seperti budaya Melayu dan lainnya dalam kehidupannya. Adapun indikator yang dapat menuntun penelitian ini untuk mendapatkan setidaknya gambaran umum mengenai karakteristik masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah, adapun indikator karakteristik masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah sebagai berikut : Linguistik, Sosial dan Budaya.

Indikator linguistik berkaitan dengan penggunaan bahasa daerah (bahasa Batak Toba) dalam bentuk kehidupan sehari-hari, setidaknya penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan dapat memberi sedikit gambaran mengenai kehidupan masyarakat Batak Toba pada daerah penelitian ini, sedangkan indikator sosial adalah

indikator yang berusaha untuk menangkap perilaku, cara pandang masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah seperti apakah mereka masih menggunakan dan melakukan adat budaya Batak Toba di Bagan Sinembah. Indikator ketiga adalah budaya, indikator ini berhubungan dengan indikator sebelumnya, yaitu linguistik dan sosial.

Melalui indikator yang telah ditetapkan sebelumnya dan digunakan untuk memberikan gambaran mengenai karakteristik masyarakat Batak Toba di Bagan Sinembah, adapun hasil dari penggunaan indikator ini adalah : Pada Kecamatan Bagan Sinembah dari hasil observasi dan wawancara kepada informan didapatkan hasil bahwa kehidupan masyarakat Batak Toba dilokasi ini memiliki karakteristik masyarakat Batak Toba yang sudah berpikiran dan bertindak sesuai dengan lingkungan sekitarnya dalam hal ini dijelaskan bahwa kehidupan masyarakat tersebut masih memegang adat budaya Batak Toba dan berusaha untuk menerima budaya lain yang terdapat disekitar lingkungan tempat tinggal mereka, hal ini disebabkan kehidupan pada daerah tersebut memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan intensitas pergaulan yang juga tinggi serta faktor heterogenitas penduduk di lokasi tersebut.

Dokumen terkait