• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.6. Analisis Data Biota

3.6.2. Indeks Biologi 1. Indeks Saprobitas

Tingkat pencemaran dalam suatu perairan dapat dilihat dengan menggunakan Indeks Saprobitas, yaitu dengan menggunakan parameter biologi dalam hal ini menggunakan makroavertebrata. Makroavertebrata yang telah di identifikasi dikelompokkan berdasarkan daya toleransinya terhadap bahan pencemar yaitu, kelompok indikator oligosaprobik (intoleran), kelompok indikator

β Mesosaprobik, dan α mesosaprobik (fakultatif) dan kelompok indikator polisaprobik (toleran). Indeks Saprobitas dapat dihitung dengan rumus (Pantle and Buck 1955 in Wilhm 1975) sebagai berikut :

h h I = σ.

σ

Keterangan : Iσ = Indeks Saprobitas

σ = Tingkat saprobitas tiap spesies h = Frekuensi kehadiran relatif spesies

Langkah-langkah analisis indeks saprobitas adalah: 1. Menentukan nilai s (tingkat pencemaran)

Makroavertebrata yang diperoleh dikelompokkan jenisnya berdasarkan kepekaan terhadap polusi organik dengan mengacu pada Tabel 6. Apabila organisme tersebut masuk dalam organisme sensitif maka nilai = 1, bila fakultatif mempunyai nilai = 2,5 (mesosaprobik), dan bila organismenya toleran maka = 5 (polisaprobik). Contoh jenis organisme yang sesuai dengan tingkat kepekaan bahan pencemar dapat dilihat pada Tabel 3 dalam tinjauan pustaka.

Tabel 6. Nilai Untuk Indeks Saprobitas

Tingkat saprobitas makroavertebrata

σ σσ σ Jenis Makroavertebrata 1 Indikator oligosaprobik 2 Indikator β mesosaprobik 3 Indikator σ mesosaprobik 4 Indikator polisaprobik 2. Menentukan nilai h.

Dari data yang telah ada pada setiap stasiun dilakukan penghitungan jumlah individu rata-rata. Kemudian ditentukan nilai terbesar (a) dan nilai terkecil (b) dari nilai rata-rata tadi dicari hasil pengurangan ((a-b)/3) untuk menentukan selang kelas dalam pembobotan nilai h. Nilai kisaran untuk genus atau spesies yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kisaran Nilai h Untuk Indeks Saprobitas.

h Interpretasi

1 Genus/ spesies yang jarang ditemukan 3 Genus/ spesies yang acap kali ditemukan 5 Genus/ spesies yang sering ditemukan

3. Kemudian hasil dari perhitungan nilai dan h tersebut dimasukan dalam rumus I untuk semua organisme yang ditemukan pada setiap stasiun pengamatan, sehingga status perairan dapat diduga dengan melihat indeks saprobitas (I ). Jenis makroavertebrata yang masuk kedalam nilai h, dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. Kisaran nilai indeks saprobitas dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai indeks saprobitas (I ) dan interpretasinya.

I Tingkat pencemaran

1. 1,0-1,5 Sangat ringan 2. 1,5-2,5 Ringan

3. 2,5-3,5 Sedang

2. LQI (Lincoln Quality Index)

Organisme yang ditemukan dan telah diidentifikasi sampai dengan famili, kemudian diberi skor berdasarkan data, kemudian skor itu dijumlahkan seluruhnya dan dari jumlah tersebut didapatkan nilai BMWP. Nilai BMWP dibagi dengan jumlah taksa untuk mendapatkan nilai ASPT (Average Score Per Taxon). Kalkulasi dari nilai BMWP dan ASPT diberikan penilaian bergantung pada tempat pengambilan sampel, kemudian dilihat nilai X dan Y nya. Nilai X dan Y tersebut dikalkulasikan untuk mengetahui nilai OQR (Overal Quality Rating) dengan formulasi sebagai berikut :

OQR =(X+Y)/2

Nilai OQR di gunakan untuk memberikan Indeks Kualitas Lincoln atau Lincoln Quality Indices (LQI) yang terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai OQR (Overal Quality Ratings ) indeks kualitas Lincoln dan interpretasinya (Masson 1991).

Nilai OQR Indeks Interpretasi

6+ A++ Kualitas excellent

5,5 A+ Kualitas excellent 5 A Kualitas excellent 4,5 B kualitas baik 4 C kualitas baik 3,5 D kualitas sedang 3 E kualitas sedang 2,5 F kualitas rendah 2 G kualitas rendah

1,5 H kualitas sangat rendah

3. FBI (Family Biotic Indeks)

Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan perkalian antara nilai kelimpahan organisme indikator yang ditemukan, berdasarkan famili pada tiap pengamatan dengan skor pada Lampiran 3. Kemudian jumlah total tersebut dibagi dengan jumlah seluruh organisme yang ditemukan kemudian dicocokkan dengan kriteria kualitas yang dapat dilihat dalam Tabel 10.

Tabel 10. Penggolongan kriteria kualitas air oleh: Hinselhoff (1988) in Hauer and Lamberti (1996).

4. SIGNAL 2 (Steram Invertebrate Grade Number Average Level )

SIGNAL 2 merupakan indeks biotik yang sederhana untuk makroavertebrata, dikembangkan pertama kali di Australia bagian timur khususnya untuk sistem Sungai Hawkesbury-Nepean (Chessman 2003). Adapun langkah-langkah perhitungan dari SIGNAL 2 adalah sebagai berikut :

1. Organisme yang ditemukan dan sudah diidentifikasi sampai tingkat famili atau tingkat ordo diberi nilai 1-10 berdasarkan penetapan nilai SIGNAL 2. Skor untuk penetapan nilai SIGNAL 2 ada di Lampiran 7. Dalam penelitian ini pemberian nilai skor ini berdasarkan hasil jumlah famili rata-rata dari 4 stasiun dengan empat kali ulangan.

2. Penentuan faktor pembobotan berdasarkan jumlah individu yang ditemukan pada tiap famili atau ordo. Nilai faktor pembobotan untuk jumlah famili yang

Indeks Kualitas Air

1. 0-3,75 Excellent 2. 3,76-4,25 Sangat baik 3. 4,26-5,00 Baik 4. 5,01-5,75 Sedang 5. 5,76-6,50 Agak buruk 6. 6,51-7,25 Buruk 7. 7,26-10,00 Sangat buruk

ditemukan dapat dilihat pada Tabel 11. Dalam penelitian ini jumlah famili rata-rata yang nilainya <1 tidak diberi skor dan faktor pembobotan.

3. Nilai faktor pembobotan yang telah dihitung dikalikan dengan skor dari tiap famili yang ditemukan, kemudian hasil perkalian tersebut dijumlahkan secara keseluruhan.

4. Hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan jumlah total faktor pembobotan, dan didapatkan nilai SIGNAL 2 yang biasanya berkisar antara 3-7 (Chessman 2003). Nilai SIGNAL 2 dapat dilihat pada Lampiran 7.

5. Nilai SIGNAL 2 didapatkan dan diplotkan dalam grafik yang dihubungkan dengan jumlah famili yang ditemukan. Contoh grafik dapat dilihat pada Gambar 4.

6. Dari grafik tersebut diperkirakan keberadaan dari nilai SIGNAL 2 tersebut dalam suatu kuadran. Penentuan kuadran berdasarkan pada keadaan geografis dari tempat pengambilan sample makrozoobenthos. Dari kuadran yang diperoleh dapat diketahui kriteria lingkungan.

Tabel 11. Nilai faktor pembobotan berdasarkan jumlah individu yang ditemukan (Chessman 2003). 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Juml ah F ami li Kuadran 3 Kuadran 1 Kuadran 4 Kuadran 2

Gambar 4. Contoh grafik dan kuadran untuk nilai SIGNAL 2. Jumlah individu pada tiap famili Faktor Pembobotan

1-2 1

3-5 2

6-10 3

11-20 4

Dari Gambar 4 nilai kuadran 1, menggambarkan tingginya nilai SIGNAL 2 dan jumlah makroavertebrata. Jumlah famili yang tinggi menunjukan bahwa keanekaragaman juga tinggi dan tidak terdapat faktor tekanan ekologis. Tingginya nilai SIGNAL 2 yang didapat pada kuadran 1 dapat menunjukan bahwa kekeruhan dan kandungan nutrient yang ada pada kuadran 1 ini rendah.

Pada kuadran 2 menggambarkan nilai SIGNAL 2 yang rendah dan jumlah makroavertebrata yang tinggi. Jumlah famili yang tinggi menunjukan bahwa adanya keanekaragaman fisik habitat yang tinggi dan terdapat faktor tekanan ekologis. Nilai SIGNAL 2 pada kuadran ini rendah, yang mengindikasikan tingginya kekeruhan dan nutrient yang ada di kuadran 2. Pada kondisi tersebut sungai yang ada pada kuadran 2, telah mengalami perubahan dari kondisi alaminya.

Untuk kuadran 3 menggambarkan tingginya nilai SIGNAL 2, dan rendahnya jumlah famili makroavertebrata. Sungai berada pada kuadran 3, diindikasikan sudah tercemar, bisa diakibatkan adanya buangan limbah kegiatan perkebunan atau dari limbah antropogenik yang dapat menyebabkan meningkatnya nilai pH.

Pada kuadran 4, digambarkan nilai SIGNAL 2 yang rendah dengan jumlah famili makroavertebrata yang rendah pula. Perairan yang berada pada kuadran 4 diindikasikan telah tercemar berat, karena buangan limbah dari daerah sekitar sungai yang cukup tinggi. Perairan sungai yang masuk kedalam kuadran terindikasi sudah tercemar berat.

3.6.3. Anilisis Keterkaitan Antara Kelimpahan Makroavertebrata dan

Dokumen terkait