• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E. Indeks Kedalaman Kemiskinan

Kemiskinan adalah salah satu tantangan global utama dalam hidup manusia. Kemiskinan adalah penyebab utama kelaparan, kematian, tuna wisma, akses layanan kesehatan dan pendidikan. Kemiskinan juga merupakan alasan utama marjinalisasi ekonomi, sosial, dan politik (Nagarathnam, 2016 : 1). Kemiskinan merupakan subyek yang kompleks. Kompleksitas ini selain dikarenakan luasnya aspek yang terkait juga dipengaruhi oleh beragamnya perspektif dalam memahami kemiskinan itu sendiri.

Beberapa definisi fokus pada “kemiskinan relatif”, yang diartikan sebagai kurangnya sumber daya untuk mencapai standar hidup yang memungkinan orang untuk bermain peran, berpartisipasi dalam hubungan, dan menjalani kehidupan yang dianggap normatif dari masyarakat mana mereka berasal (Loewen,2009 :3).

Kemiskinan merupakan masalah yang berkelit dan multidimensional. Ketidakmampuan, keterbatasan, ketiadaan bakat serta rendahnya motivasi adalah karakter dari invidu yang bisa menjadikan dirinya menjadi seseorang yang miskin. Faktor lain yang mendorong untuk seseorang menjadi miskin adalah sistem ekonomi. Sistem yang terkenal di seluruh dunia adalah sistem ekonomi kapitalisme. Sistem tersebut mendasarkan pada mekanisme pasar yang mendorong untuk hidup individualis dan menghilangkan solidaritas. Dampak yang terjadi adalah invidu yang kurang beruntung akan masuk ke dalam jurang kemiskinan dengan mudah.

Ini yang disebut kemiskinan struktural. Cara mengkonsep kemiskinan akan mempengaruhi cara yang dikembangkan dal menyikapi hal itu (Loewen,2009 :3). Dengan demikian, penting untuk mengeksplorasi bagaimana kemiskinan dipahami berkaitan dengan kondisi yang melatarbelakangi dan tujuan-tujuan yang biasanya dikembangkan untuk menguranginya.

Berikut ilustrasi yang dijelaskan pada Tabel 2.2 tentang kemiskinan berdasarkan berbagai kondisinya dan tujuan pengurangannya. Masih banyak rumah tangga yang berada di sekitar garis kemiskinan, memang tidak bisa langsung ditentukan bahwa mereka masyarakat miskin, namun rentan menjadi miskin.

Hal ini karena ukuran kemiskinan masih berdasarkan pendapatan, bisa jadi orang tersebut memiliki pendapatan yang cukup namun masih belum bisa mendapatkan akses terhadap pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, sanitasi dan pangan.

Tabel 2.3

Kondisi Kemiskinan, definisi dan tujuan pengurangan kemiskinan Kondisi

Kemiskinan

Definisi Tujuan Pengurangan

Kemiskinan Kemiskinan

Absolut

Kurangnya sumber daya untuk memenuhi kebutuhan fisik untuk bertahan hidup.

Memenuhi kebutuhan dasar

Kemiskinan Relatif

Kurangnya sumber daya untuk mencapai standr hidupa yang memungkinkan orang memainkan peran, berpartisipasi dalam hubungan, dan menjalani kehidupan yang dianggap normative oleh masyarakat di mana mereka berada.

Ekuitas/ paritas dengan yang lain.

Kemiskinan sebagai

Ketergantungan

Kurangnya masa kritis asset yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan seseorang secara berkelanjutan

swasembada

Kemiskinan sebagai Pengecualian

Proses kekurangan dan marginalisasi yang mengisolasi orang dari kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat

Penyertaan/ keterlibatan

Kemiskinan sebagai Perampasan Kemampuan

Kurangnya sumber daya, kemampuan, pilihan, keamanan dan daya yang diperlukan untuk kenikmatan dari standar hidup yang layak dan lainnya, seperti sipil, ekonomi, hak-hak politik dan sosial.

Perkembangan manusia

Sumber : (Loewen, 2009 : 3)

Menurut Laporan Komisi Hak Asasi Manusia PBB, kemiskinan dapat dikonsepkan dalam tiga cara (Sarshar, 2010 :2):

1. Kemiskinan adalah situasi di mana terjadi kelangkaan fasilitas penting pada individu yang diakibatkan oleh pendapatan yang tidak memadai.

2. Kemiskinan didasarkan pada kegagalan untuk memenuhi kebutuhan dasar atau fundamental, atau tercabutnya kebutuhan tersebut. Kebutuhan dasar manusia meliputi sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan.

3. Kemiskinan adalah kurangnya kesempatan. Kurangnya disini dalam arti kekurangan dari segi ekonomi, sosial dan partisipasi politik, pengasingan individu sebagai mahluk sosial, terhambatnya akses individu ke manfaat dari pembangunan ekonomi dan sosial, serta terbatasinya pengembangan budaya

Salah satu hal yang membuat kemiskinan menjadi subjek yang kompleks adalah ada perbedaan yang luas dalam memahami penyebab kemiskinan, Kebanyakan tiap orang akan mendefinsikan kemiskinan dengan variasi yang sangat besar, sesuai pemahaman mereka sendiri dengan menekankan pada penyebab kemiskinan itu (Loewen, 2009 :5) (Tabel 2.2).

Tabel 2.4. Penyebab Kemiskinan

Jenis Kemiskinan Kekurangan Individu Budaya Kemiskinan Kemiskinan Situasional Kemiskinan Struktural Penyebab kemiskinan Kurang beradaptasi dengan tuntutan masyarakat di mana mereka tinggal, tidak bekerja cukup keras, membuat pilihan yang buruk atau beberapa cara lain yang kurang tepat lainnya seperti kurang

bertanggung jawab dan kurang motivasi.

Terpinggirkan dalam arus utama masyarakat, karena orang miskin mengembangkan seperangkat intuisi, nilai-nilai, norma- norma dan perilaku yang melanggengkan kemiskinan daripada mengcounter kemiskinan. Kemiskinan adalah hasil dari satu atau lebih peristiwa atau keadaan yang mencegah tercapainya tujuan ekonomi atau sosial, seperti : perceraian, kehilangan pekerjaan, penyakit, kurangnya akses pendidikan, dan lain-lain. Kemiskinan terjadi karena system ekonomi, politik dan sosial tidak menyediakan akses yang equal terhadap sumber dan peluang Sumber : (Loewen,2009 : 5)

Cara lain dalam memahami kemiskinan adalah memperhatikan aspek dinamika dari kemiskinan itu, Menurut pendeketan ini, kemiskinan digambarkan sebagai proses yang berhubungan dengan waktu dan ruang lingkupnya.

Kemiskinan Transisi

 Jangka relatif pendek (kurang dari 5 tahun)

 Peristiwa dan keadaan khusus

Kemiskinan Kronis

 Jangka panjang (seringkali lebih dari 10 tahun) Kemiskinan Antargenerasi

 Multidimensional dan siklis

Transisional

Kronis Kemiskinan dapat dikategorikan sebagai kemiskinan transisional, kemiskinan kronis dan kemiskinan intergenerasi.

Gambar 2.5

Kemiskinan Transisi, Kemiskinan Kronis dan Kemiskinan Intergenerasi

Sumber : (Loewen, 2009 : 5)

Fokus pada kemiskinan transisi biasanya akan menghasilkan beberapa inisiatif seperti: perumahan yang terjangkau, perawatan medis, konseling, dan atau mendukung peningkatan pendapatan untuk membantu individu dan rumah tangga untuk berhasil melalui peristiwa atau keadaan yang telah menyebabkan kemiskinan mereka. Pada kemiskinan antargenerasi, umumnya akan melakukan pendekatan multidimensi, termasuk berbagai intervensi perkembangan anak usia dini yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, nutrisi, rekreasi, orangtua, mentoring, dan lain-lain.

Salah satu hal yang membuat kemiskinan menjadi subjek yang kompleks adalah ada perbedaan yang luas memahami penyebab kemiskinan. Kebanyakan orang akan mendefinisikan kemiskinan dengan variasi yang sangat besar, sesuai pemahaman mereka sendiri dengan menekankan pada penyebab kemiskinan itu.

Badan Pusat Statistik memberikan konsep penjelasan tentang penduduk miskin dan memberikan penjelasan lain tentang kemiskinan. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Dalam pendataan kemiskinan ada 2 indeks yang menjelaskan kemiskinan, kedalaman dan keparahan kemiskinan. Dua indeks ini berbeda sedikit dari penjelasannya, namun tetap sama yang bertujuan untuk menggambarkan kemiskinan di Indonesia, yaitu :

1. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran rata- rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran pesuduk dari garis kemiskinan.

2. Lalu, Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

BPS memberikan rumus acuan untuk menghitung kedalaman kemiskinan Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul Konsumsi dan Kor.

Rumus Penghitungan :

Dimana : α = 1

z = garis kemiskinan.

yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q), yi < z

q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. n = jumlah penduduk.

Dokumen terkait