• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMISKINAN DAN PENDIDIKAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMISKINAN DAN PENDIDIKAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA SKRIPSI"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

KEMISKINAN DAN PENDIDIKAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Dosen : Prof. Dr. Abdul Hamid, MS.

Disusun oleh:

Rayhan Arya Wicaksono NIM : 11160840000095

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Analisis Pengaruh Kemiskinan dan Pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Prasyarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh:

Rayhan Arya Wicaksono NIM : 11160840000095

Di bawah Bimbingan : Pembimbing

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP : 195706171985031002

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari Rabu, tanggal 13 Mei 2020 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama mahasiswa :

1. Nama : Rayhan Arya Wicaksono

2. Nim 11160840000095

3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kemiskinan Dan Pendidikan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan “LULUS” dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 13 Mei 2019 1. Djaka Badranaya,M.Si NIP.197705302007011008 (… ... ) 2. Najwa Khairina,SE, MA NIP. 198711132018012001 (… ... )

(4)

iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Rayhan Arya Wicaksono Nim 11160840000095

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagialisasi terhadap naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Bogor, 27 Juli 2020

Rayhan Arya Wicaksono NIM. 11160840000095

(5)

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini, Selasa, 27 Oktober 2020 telah dilakukan Ujian Skripsi atas Mahasiswa :

Nama : Rayhan Arya Wicaksono

Nim : 11160840000095

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Judul : Analisis Pengaruh Kemiskinan dan Pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Setelah mencermati dan mempehatikan penampilan serta kemampuan yang bersangkutan selama ujian skripsi, maka telah diputuskan bahwa mahasiswa di atas dinyatakan “Lulus” dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta 27 Oktober 2020.

1. Deni Pandu Nugraha, , M.Sc

NIP.- (...)

Ketua

2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP.195706171985031002

(...) Pembimbing

3. Dr. Pheni Chalid, M.A.

NIP.195605052000121001 (...) Penguji Ahli

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. Identitas Pribadi

1. Nama : Rayhan Arya Wicaksono 2. Tempat/Tanggal Lahir : Solo, 18 Januari 1998

3. Alamat : Perum. Bogor Raya Permai Blok FM 2 No.5, Kelurahan Curug, Kecamatan Kota Bogor Barat, Provinsi Jawa Barat.

4. Telepon 087781027714

5. Email : rayhan_wicaksono@yahoo.com

II. Riwayat Pendidikan

1. SDIT At-Taufiq 2004-2010

2. SMP At-Taufiq 2010-2013

3. SMAN 10 Bogor 2013-2016

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016-2020

III. Pengalaman Organisasi

1. Anggota Uin Jakarta-Bogor Community (UJBC) 2016

2. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Departemen Minat dan Bakat 2017-2018

3. Ketua Bidang Minat bakat divisi Musik 2016-2017

4. Ketua Bidang Minat dan Bakat Uin Jakarta-Bogor Community 2016

IV. Pengalaman Formal

1 Koordinator Divisi Band Competition 2017 2 Ketua Acara ECOUSTIC 2.0 2017

3 Ketua KKN ASKARA 2019

(7)

V. Seminar

1. Tafakur Training yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.2016

2. Seminar Nasional Ekonomi Islam dengan tema “Integrating SDG‟s Through Islamic Economics, Banking, and Finance in Digital Revolution Era” 2018 yang diselanggarakan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2018

3. International Conference on Multidisciplinary Academic (ICMA) PPI UKM 2018 “4th

Industrial Revolution – Global Welfare Through Digitalization” yang diselanggarakan oleh Universitas Mercu Buana, Jakarta. 2018

4. Seminar Nasional Ekonomi Digital dengan tema “Menjawab Peluang dan Tantangan Perkembangan Financial Technology di Indonesia “ yang diselanggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2018

(8)

ABSTRACT

This research purpose to know how far contribution of the Poverty Depth Index (IKK) and the Pure Participation Rate (APM) effect to the Indonesian Human Development Index (HDI) in 2008-2018 period. The data research used from secondary data obtained from the Central Statistics Agency. This research uses panel data analysis with multiple regression methods and Ordinary Least Square (OLS). The results of this research indicate that simultaneously or collectively the Poverty Depth Index and the Pure Participation Rate on the Human Development Index have a significant effect. Partially the Pure Participation Rate variable has a positive and significant effect on the Indonesian Human Development Index. The Poverty Depth Index has a negative and significant effect on the Human Development Index.

Keywords: Human Development Index, Poverty, Education, Panel Data, Ordinary Least Square.

(9)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh Indeks Kedalaman Kemiskinan (IKK), dan Angka Partispasi Murni (APM) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia periode 2008-2018. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Penelitian ini menggunakan analisis data Panel dengan metode Regresi Berganda dan Ordinary Least Square (OLS). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan atau secara bersama-sama Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Angka Partipasi Murni terhadap Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh signifikan. Secara parsial variabel Angka Partipasi Murni berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks pembangunan Manusia Indonesia. Indeks Kedalaman Kemiskinan memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

Kata Kunci: Indeks Pembangunan Manusia, Kemiskinan, Pendidikan, Data Panel, Ordinary Least Square.

(10)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji serta syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata‟ala yang mana telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Kemiskinan dan Pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia” dengan segala kelancaran dan kemudahan yang Allah SWT berikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi Wa Sallam, yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang benderang seperti saat ini.

Skripsi ini disusun untuk syarat penulis untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik apabila tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala serta balasan yang setimpal atas amal kebaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Antara lain:

1. Orang tua penulis, Bapak Budi Supriyanto dan Ibu Nafiah Ariyani, saudara kandung perempuan penulis Rara, yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa yang tiada hentinya kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi. 2. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP., selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta jajaran. 3. Bapak M. Hartana Iswandi Putra, M.Si. dan Bapak Deni Pandu, M.Sc. selaku

Kepala Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan arahan yang sangat membantu penulis selama masa perkuliahan hingga pengerjaan skripsi.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk selalu membimbing, membantu, dan memotivasi penulis dalam upaya menyelesaikan skripsi. Semoga Bapak selalu diberikan rahmat dan karunia oleh Allah SWT.

5. Bapak Drs. Rusdianto, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi.

(11)

6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas ilmu dan pelayanan yang selama diberikan kepada penulis.

7. Shinta Heriawati, Gustina Ade, Ibnu Bimo yang selalu sedia mendengarkan dan berbagi keluh-kesah dalam penyusunan Skripsi ini.

8. Teman-teman HMJ Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan pandangan baru terhadap penulis dalam berorganisasi.

8. Teman-teman “KKN ASKARA 93” yang telah menjadi bagian dari rangkaian proses dan usaha penulis selama menjadi mahasiswa, terimakasih atas semua pengalaman luar biasa yang kita lewati bersama.

9. Teman-teman Angkatan 2016 Ekonomi Pembangunan yang kini telah menjadi bagian keluarga di kampus selama perkuliahan.

10. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan, terima kasih kepada semua yang telah memberikan dukunan selama pengerjaan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan, maka penulis meminta maaf serta penulis sangat menerima dengan terbuka jika ada kritik dan saran, terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bogor, Juli 2020

(12)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBIN ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 13

A. Teori Pembangunan Manusia ... 13

B. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 15

C. Tinjauan Tentang Pendidikan... 17

1. Arti Pendidikan ... 17

2. Angka Partisipasi Pnedidikan... 18

E. Indeks Kedalaman Kemiskinan ... 20

F. Penelitian Terdahulu ... 26

G. Kerangka Pemikiran ... 29

(13)

xii

1. Hubungan Antar APM dengan Indeks Pembangunan Manusia

... 30

2. Hubungan Antar Indeks Kedalaman Kemiskinan dengan Indeks Pembangunan Manusia ... 31

I. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Populasi dan Sampel Penelitian... 33

B. Data dan Sumber Data ... 33

C. Metode Pengumpulan Data ... 34

E. Metode Analisis Data ... 34

1. Uji Asumsi Klasik ... 38

a. Uji Multikolinearitas... 38

2. Uji Hipotesis ... 39

a. Uji F ... 39

b. Uji t... 39

c. Koefisien Determinasi ... 40

F. Definisi Operasional Variabel ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 41

B. Temuan Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 42

1. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 42

a. Variabel Indeks Pembangunan Manusia ... 43

b. Variabel Angka Partisipasi Murni (APM) ... 47

c. Variabel Indeks Kedalaman Kemiskinan ... 50

2. Analisis Antar Variabel Penelitian ... 53

3. Uji Estimasi Common Effect... 54

4. Uji Chow ... 55

5. Uji Hausman ... 55

(14)

xiii

7. Random Effect Model ... 56

8. Uji Signifikansi Parsial ... 58

9. Uji Simultan ... 60

10. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 61

11. Uji Asumsi Klasik... 62

12. Uji Multikoliniearitas ... 62

C. Pembahasan ... 63

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Angka Partispasi Sekolah Menurut Usia Sekolah ... 7

Tabel 2.1 Indikator Indeks Pembangunan Manusia... 17

Tabel 2.2 Perubahan Metodologi IPM... 18

Tabel 2.3 Kondisi kemiskinan, definisi dan tujuan pengurangan kemiskinan ... 21

Tabel 2.4 Penyebab Kemiskinan... 24

Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu ... 25

Tabel 2.6 Kerangka Berpikir Penelitian Pengaruh Angka Partipasi Murni, Indeks Kedalaman Kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. ... 30

Tabel 4.1 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019... 42

Tabel 4.2 Perubahan Metodologi IPM... 44

Tabel 4.3 Hasil Analisa PLS Common Effect Variabel IKK dan APM dengan IPM ... 55

Tabel 4.4 Hasil Uji Chow ... 56

Tabel 4.5 Hasil Uji Hausman... 57

Tabel 4.6 Hasil Uji Langrange... 58

Tabel 4.7 Hasil Analisa Panel EGLS Variabel IKK dan APM dengan IPM ... 59

Tabel 4.8 Hasil t-statistic ... 60

Tabel 4.9 Hasil f-statistic ... 61

Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 62

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.5 Kemiskinan Transisi, Kemiskinan Kronis, dan Kemiskinan

Intergenerasi... 25 Gambar 3.1 Alur Metode Estimasi ... 38 Gambar 4.2 Capaian IPM 2018 ... 46

(17)

DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1

Grafik 1.2

Peringkat IPM Indoneisa di Asia Tenggara ... Jumlah Penduduk Miskin dan Indeks Kedalaman Kemiskinan

3

Tahun 2009-2019... 9

Grafik 4.1 Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2008-2019... 45

Grafik 4.3 Rata-Rata APM 2008-2019 ... 46

Grafik 4.4 Angka Partisipasi Murni SD, SMP, SMA, tahun 2008-2019 ... 49

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Hipotesis Common Effect ... 69

Lampiran 2 Uji Chow ... 69

Lampiran 3 Uji Hausman ... 70

Lampiran 4 Uji Langrange ... 70

Lampiran 5 Uji Random Effect ... 71

Lampiran 6 Uji Signifikasnsi Parsial ... 71

Lampiran 7 Uji Simultan ... 72

Lampiran 8 Uji Koefisiensi Determinasi ... 72

Lampiran 9 Uji Multikolinearitas ... 72

(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya, sehingga tujuan akhir pembangunan harus difokuskan pada manusia. Saat ini, banyak negara, khususnya negara berkembang menganggap pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan dan memainkan peran penting dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan rakyat (Amaluddin, Payapo, Laitupa, & Serang, 2018 : 325). Dengan pemikiran itu, fokus pembangunan telah bergeser dari pembangunan fisik infrastrukutur ke pembangunan manusia (human development), yaitu tentang orang, tentang memperluas pilihan orang untuk menjalani kehidupan yang kreatif, penuh dengan kebebasan dan bermartabat.

Pembangunan tidak hanya menghitung bagaimana pendapatan per kapita didapat, melainkan pembangunan adalah pembahasan multidimensi yang mencakup Sosial, Komunitas, Hukum, Ekonomi, dan Keamanan (Arisman, 2018 : 114). Untuk melihat kualitas atau hasil pembangunan manusia di suatu negara, pada tahun 1990 PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) menciptakan ukuran yang komprehensif yaitu Indeks Pembangunan Manusia-IPM (Human Development Index-HDI). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menegaskan bahwa pembangunan manusia tidak hanya berpusat pada ekonomi (pendapatan) saja, melainkan seluruh aspek kehidupan penduduk harus ditunjang dengan baik oleh negara. IPM juga mencerminkan sejauhmana negara mampu memenuhi hak-hak dasar warga negaranya.

Human Development Index/IPM menggambarkan lebih banyak tentang kinerja suatu negara pada beberapa elemen dasar human development daripada pendapatan per kapita (Ranis, dkk., 2007 : 348-349).

(20)

IPM diukur melalui 3 (tiga) dimensi dasar, yaitu: (i) kesehatan yang diukur dari usia hidup dan kesehatan; (ii) pendidikan, diukur dari pengetahuan; dan (iii) ekonomi, diukur dari penghidupan yang layak (decent living) (Faqihudin, 2010 : 6). IPM merepresantasikan ketiga dimensi tersebut dan terangkum dalam satu nilai tunggal, yaitu angka IPM (Statistik, 2014: 27).

IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah. IPM juga merupakan data strategis karena sebagai ukuran kinerja pemerintah.

Berkat upaya perbaikan yang terus menerus dilakukan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan, pendidikan dan pengurangan kemiskian, pembangunan manusia di Indonesia dari waktu ke waktu mengalami kemajuan. Pada tahun 2019, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mencapai 71,92. Indeks ini meningkat sebesar 0,53 poin atau tumbuh sebesar 0,74 persen dibandingkan tahun 2018. Namun demikian pencapaian IPM tahun 2019 ini masih di bawah target yang ditetapkan pemerintah yaitu, 71,98 (Statistik, 2020 : 1).

Jika didasarkan pada pemeringkatan IPM yang buat oleh UNDP (United National Development Programme) IPM Indonesiapada tahun 2019 berada pada kategori tinggi (70 – 80). Pencapaian IPM ini menjadikan Indonesia berada peringkat ke-111 dari 189. Jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara, Indonesia berada pada peringkat ke 6 dari 12 negara hanya sedikit di atas Vietnam. Kondisi ini tentu harus terus ditingkatkan agar dapat menyamai negara-negara dengan IPM yang lebih tinggi (Gambar 1).

IPM nasional juga mencerminkan keberhasilan pembangunan wilayah. Jika dilihat per provinsi nilai IPM cukup beragam. Sebanyak 22 provinsi mencapai status tinggi (70-80) dan 11 provinsi berada pada status sedang (60-70).

(21)

IPM tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta dengan nilai mencapai 80,76 yang menjadikan satu–satunya provinsi dengan status sangat tinggi. Peringkat kedua adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (IPM 79,99), disusul oleh Kalimantan Timur (76,61), Kepulauan Riau (75,48), Bali (75,38), Riau (73,00) dan Sulawesi Utara dengan indeks 72,99 sekaligus menjadi provinsi dengan IPM tertinggi di pulau Sulawesi. Sedangkan IPM terendah adalah Papua dengan indeks sebesar 60,84. Masih ada berbagai tantangan untuk mencapai tujuan pembangunan manusia Indonesia yang merata.

Salah satu variabel yang diperkirakan menjadi kontributor terhadapa indeks pembangunan manusia adalah pendidikan. Pendidikan adalah investasi yang terbaik untuk suatu negara. Pendidikan menjadi upaya strategis untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (Purwanto, 2006:7). Pendidikan akan dapat menyiapkan generasi yang unggul, berdaya saing tinggi dan mampu bekerjasama untuk kemakmuran negara.

Grafik 1.1

Peringkat IPM Indonesia di Asia Tenggara

Sumber: Katadata, 2013

Pendidikan sangat erat berhubungan dengan keberhasilan pembangunan, namun dapat juga menjadi penghambat jika program pendidikan tidak tepat sasaran atau tidak mampu meningkatkan potensi dan kapabilitas manusia (Saito,2003 :23).

(22)

Peningkatan pendidikan sejalan dengan tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dimana Indonesia telah ikut menandatanganinya pada September 2002.Sebagai sebuah pedoman, MDGs berhubungan dengan target-target pemenuhan hak dasar warga negara (right based approach) yang menjadi salah satu indikator

Human Development Index (HDI).

Kaitan pendidikan dengan IPM dapat dilihat dari dimensi pengetahuan, yang diukur dari tingkat partisipasi penduduk yang mengikuti pendidikan pada usia tertentu pada berbagai jenjang pendidikan. Semakin tinggi tingkat partisipasi penduduk maka akan semakin luas pengetahuannya dan semakin baiklah indeks pembangunan manusia di negara itu.

Sebagai upaya untuk meningkatkan pembangunan manusia, pemerintah mencanagkan program wajib belajar sembilan tahun sejak tahun 1994 dan direncanakan secara tuntas pada tahun 2008. Program wajib belajar 9 tahun adalah program lanjutan dari program wajib belajar 6 tahun yang telah sukses dilaksanakan pemerintah. Komitmen pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa disampaikan pemerintah dalam pertemuan World Education Forum pada bulan Maret 1990 untuk bersama-sama memotivasi dengan negara-negara penyumbang terbesar angka yang tidak sekolah atau putus sekolah untuk segera menuntaskan program wajib belajar dalam jangka waktu sepuluh tahun.

Dengan program ini, Pemerintah mewajibkan setiap warga menempuh pendidikan serendah-rendahnya sampai jenjang pendidikan menengah (kelas 9). Hal ini ditegaskan melalui Inpres Nomor 5, Tahun 2006 tentang Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun yang dikuatkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 47, Tahun 2008 tentang Wajib Belajar 9 tahun. Suksesnya wajib belajar sembilan tahun ditandai oleh tercapainya target angka partisipasi di tahun 2008 sebesar 95 persen(Abrar, 2012 : 1).

Dalam perjalanannya, kebijakan pendidikan program wajib belajar 9 tahun mengalami kemajuan dan penurunan dalam kinerjanya. Perkembangan jumlah siswa yang bersekolah baik untuk tingkat sekolah dasar maupun untuk tingkat SLTP selama periode 1994-2001 memperlihatkan kecenderungan menurun(Abrar, 2012: 9).

(23)

Kinerja program pendidikan yang menurun ini mempunyai beberapa permasalahan seperti biaya yang tidak ramah terhadap masyarkat, pungutan liar yang masih menjalar di beberapa institusi, bahkan program BOS saja masih belum tepat sasaran. Oleh karena itu, Untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, pada tahun 2016 program wajib belajar 9 tahun dirubah dengan penerapan wajib belajar 12 tahun.

Hal tersebut ditegaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Program Indonesia Pintar. Perubahan ini menggambarkan keseriusan pemerintah dalam mengejar ketertinggalan dalam pencapaian indeks pembangunan manusia Indonesia di bidang pengetahuan, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Sama halnya dengan kinerja program sebelumnya, program wajib belajar 12 tahun yang terbaru juga mengalami fluktuatif dalam perjalanannya. Program wajib belajar 12 tahun ini memang memiliki trend yang positif. Namun, dibalik trend tersebut masih ada kendala yang menghantui seperti : publikasi tentang program wajib belajar 12 tahun belum tersosialisasi dengan baik, masyarakat belum menganggap prioritas tertinggi untuk pendidikan, Kurangnya minat anak dan orang tua terhadap pentingnya pendidikan, dan masih banyak anak yang putus sekolah(Hasanah dan Jabar, 2017 : 237)

Tabel 1.1 menyajikan APM dan APS nasional dalam berbagai tingkat pendidikan selama tahun 2009-2019. Dari Tabel 1.1 diketahui program wajib belajar 9 tahun selama 10 (sepuluh) tahun terakhir belum mencapai target khususnya pada APM.

Ketercapaian terjadi pada APS yang menggambarkan jumlah anak kelompok usia tertentu yang sedang sekolah tanpa membedakan jenjang pendidikan yang ditempuh. APS digunakan untuk mengetahui cakupan pelayanan pendidikan untuk setiap kelompok usia sekolah.

Namun karena APS tidak mengukur ketepatan usia pada jenjang pendidikan yang sesuai, maka ketercapaian target APS belum menunjukkan usia peserta pendidikan yang ideal dan sekaligus menggambarkan putus sekolah. Sementara, ketidaktercapaian target pada APM menggambarkan partisipasi pendidikan pada usia sekolah yang sesuai masih belum optimal. Pembedaan APK dan APM memungkinkan

(24)

untuk mengetahui terjadinya inefisiensi karena terdapatnya anak yang berusia lebih dari usia sekolah yang seharusnya, baik karena mengulang kelas maupun tidak lulus sekolah.

Rendahnya angka partisipasi pendidikan di Indonesia yang paling mencolok adalah pada jenjang pendidikan tinggi. Angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi Indonesia hanya 31 persen, sementara negara Asean lainnya seperti Malaysia telah mencapai 38 persen dan Singapura mencapai 78 persen. Dalam indikator ini, Indonesia berada pada posisi 108 dunia dengan skor 0,603. Hanya sebanyak 44% penduduk menuntaskan pendidikan menengah, sementara 11% murid gagal menuntaskan pendidikan alias keluar dari sekolah (Www.dw.com, n.d,2017 :5.).

Tabel 1.1

Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah

T.A 2009-2019

Usia 7-12 13-15 16 -18 19-24

Sekolah /Tahun

APS APM APS APM APS APM APS APM 2009 97,95 94,37 85,47 67,43 55.16 45,11 12,72 2010 98,02 94,76 86,24 67,73 56,01 45,59 13,77 2011 97,62 91,07 87,99 68,36 57,95 48,07 14,82 2012 98,02 92,54 89,76 70,93 61,49 51,88 16,05 2013 98,42 95,59 90,81 73,88 63,84 54,25 20,14 2014 98,92 96,45 94,44 77,53 70,31 59,35 22,82 2015 99,09 86,70 94,72 77,82 70,61 59,71 22,95 2016 99,09 96,82 94,88 77,95 70,83 59,95 23,93 2017 99,14 97,19 95,08 78,40 71,42 60,37 24,77 2018 99,22 97,58 95,36 78,84 71,99 60,67 24,40 2019 99,24 97,64 95,51 79,40 72,36 60,84 25,21 Sumber: BPS, 2020

Ketidaktercapaian target wajib belajar 9 tahun salah satunya dikarenakan kondisi finansial masyarakat yang sangat terbatas. Sementara kondisi finansial masyarakat sangat berkaitan erat dengan tingkat kemiskinan yang masih cukup tinggi sebagaimana telah dijelaskan pada Grafik 1.2.

Sebagaimana dinyatakan oleh Dueramae,(2017:108), kemiskinan mengakibatkan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, terutama pendidikan tinggi yang hanya dapat diakses oleh kalangan masyarakat yang mampu saja. Dengan fasilitas pendidikan yang masih terbatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia

(25)

sekolah dan biaya sekolah yang cukup mahal, maka kecil harapan bagi masyarakat miskin untuk dapat mengakses pendidikan, apalagi pendidikan tinggi. Akhirnya, kondisi masyarakat miskin semakin terpuruk lebih dalam. Tingginya tingkat putus sekolah juga berdampak pada rendahnya tingkat pendidikan dan akan menyebabkan bertambahnya pengangguran karena tidak mampu bersaing di era globalisasi yang menuntut keterampilan di segala bidang.

Pendidikan dan kemiskinan sangat erat kaitannya jika melihat kondisi di Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2019 berjumlah 265. 015,3 jiwa. Jumlah tersebut terdiri atas 133.136,1 juta jiwa laki-laki dan 131.879,2 juta jiwa perempuan. Dari segi jumlah penduduk, Indonesia menduduki peringkat ke 4 (empat) jumlah penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang banyak di satu sisi merupakan sumber pembangunan, namun di sisi lain memerlukan pengelolaan yang baik agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki daya saing tinggi, dan memiliki intelektual yang baik.

Diperkirakan, pada tahun 2030-2040 Indonesia akan menikmati bonus demografi. Bonus demografi adalah keadaan dimana jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).

Pada periode tersebut, penduduk usia produktif diprediksi Indonesia mencapai 64% (enam puluh empat persen) dari total jumlah penduduk (atau sebesar 297 juta jiwa). Agar dapat memetik manfaat maksimal dari bonus demografi, maka ketersediaan sumber daya manusia usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan peningkatan kualitas dari sisi pendidikan dan keterampilan (Afandi, 2017 : 1).

Dalam buku “How China Escaped The Poverty Trap”, ada salah satu paragraf yang penulis catat, “Jika kamu ingin menjadi orang kaya (sukses) berpikirlah menjadi orang sukses, pindah ke kota yang lebih layak, berkuliah, investasikan kesehatan dan menabung” (Ang, 2016 : 1). Dari kalimat tersebut, jelas bahwa cara untuk melewati kemiskinan adalah dengan menganalogi kita sebagai orang kaya atau sukses. Dan, faktor yang paling memungkinkan untuk mencapainua adalah melalui pendidikan.

(26)

Kalimat itu meyakinkan bahwa, dengan menempuh pendidikan yang lebih lama maka diharapkan pemikiran menjaidi luas. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang cukup tinggi akan mendapatkan kepercayaan dari lingkungan dan tidak terperosok kedalam kemiskinan.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dicermati apakah kualitas pendidikan penduduk Indonesia dan kemiskinan yang masih menghadapi tingkat kesenjangan yang tinggi mampu berkontribusi dalam mendukung pencapaian IPM yang lebih tinggi. Sehingga Indonesia yang mempunyai jumlah penduduk yang sangat banyak ini dapat bersaing dengan negara-negara lainnya, melalui pembanguna manusia seutuhnya.

Peningkatan indeks pembangunan manusia Indonesia, tidak terlepas dari tingkat kemiskinan yang semakin menurun. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin Indonesia maupun tingkat kedalaman kemiskinan terus mengalami penurunan (Gambar 1.2). Indeks kedalaman kemiskinan (poverty gap)- (IKK) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.

Dilihat dari IKK, masih ada sekitar 25,91 juta orang yang hidup di bawah garis kemiskinan yang ditetapkan sebesar Rp1.990.170,00 per rumah tangga per bulan. Sekitar 20.619% dari seluruh penduduk masih rentan jatuh miskin karena pendapatan mereka hanya sedikit di atas garis kemiskinan (Statistik, 2018: 1)

Dalam arti luas, kemiskinan berarti ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan persepsi relatif dirinya, yang diukur dengan konsep kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasar. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi si miskin adalah penduduk memiliki pengeluaran per kapita bulanan rata-rata di bawah garis kemiskinan (Amaluddin et al., 2018 : 326) Berdasarkan data Maret 2019,

Grafik 1.2 menjelaskan perkembangan jumlah penduduk miskin Indonesia dan indeks kedalaman kemiskinan dari tahun 2009 hingga 2019 yang terus mengalami penurunan, hingga mencapai jumlah penduduk miskin pada tahun 2019 sebesar 9,4%.

(27)

Selama dasa warsa terakhir ini, kedua parameter kemiskinan tersebut menunjukkan perbaikan. Namun jika dilihat dari indeks Gini (Gini Ratio/indeks kesenjangan pendapatan masih menunjukkan angka yang cenderung stabil pada kisaran 0,4 yang merupakan ambang batas moderat kesenjangan ekonomi menurut versi Bank Dunia. Indeks Gini yang cenderung mendekati 0,4 tersebut, menggambarkan pendapatan masyarakat yang penyebarannya tidak rata atau mengalami ketimpangan. Dari Gambar 2 dapat disimpulkan, meskipun kemiskinan di Indonesia dari tahun ke tahun menurun tetapi belum diimbangi dengan pemerataan pendapatan diantara masyarakat. Kondisi ini memerlukan perhatian yang cermat dari pemerintah, agar keberhasilan pembangunan manusia yang telah dicapai dapat dinikmati oleh warga negara yang lebih luas.

Perbaikan Indeks Gini memelukan upaya yang cukup kuat dari pemerintah terkait dengan angka rentan miskin dan tingkat ketimpangan yang tinggi. Menurut Laporan Bank Dunia 2015, ketimpangan pendapatan naik dengan cepat dan hampir sepertiganya berasal dari ketimpangan kesempatan. Anak-anak yang sehat dan terdidik hidup berdampingan dengan anak-anak yang menderita malnutrisi, tidak mampu belajar di sekolah, dan putus sekolah terlalu dini. Ketimpangan antar daerah juga mencolok: hanya 6 persen anak di Jakarta yang tidak memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi, sedangkan di Papua, 98 persen anak tidak memiliki akses sanitasi yang layak. Data ini masih sangat relevan, karena sesuai dengan pencapaian IPM pada kedua provinsi sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Ketimpangan akan menghambat prospek pengembangan masyarakat dari generasi ke generasi.

(28)

12 10,7 2 10 9,8 7 9,2 3 8 8,6 8,52 8,1 6 8,2 2 7,7 3 7,26 6,8 9 6 6,56 4 2 0 1,91 0,37 2 1,57 0,38 2 1,52 1,38 1,41 1,25 1,29 0,396 0,425 0,424 0,433 0,419 1,21 0,40 9 1,24 0,40 4 1,08 0,39 1 1,0 2 0,3 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 % Penduduk Miskin

Indeks Kedalaman Kemiskinan (IKK)

Indeks Gini

Grafik 1.2

Jumlah Penduduk Miskin dan Indeks Kedalaman Kemiskinan Tahun 2009-2019

Sumber: BPS, 2020

Kemiskinan tidak hanya merefleksikan ketidakmampuan dan ketidakberdayaan individu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, namun juga mewakili suatu proses yang kompleks.

Ia mempengaruhi masyarakat, mempengaruhi kebijakan negara, jika dibiarkan akut maka dapat merusak hasil-hasil pembangunan dan menjebak generasi berikutnya. Sesuai pernyataan Dasgupta, (2003 : 2) kemiskinan adalah suatu jalur berlumpur berbentuk spiral, ketika seseorang atau suatu keluarga masuk ke jalur itu maka akan sulit keluar bahkan cenderung merosot ke bawah. Perlu waktu dan upaya yang komperehensif dan berkelanjutan untuk dapat keluar dari jalur berlumpur itu.

Gambaran kemiskinan yang telah disebutkan, memberi indikasi tentang faktor- faktor yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan IPM. Berbagai program pengentasan kemiskinan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah menjadi sinyal baik yang menggambarkan komitmen pemerintah dalam mengurangi kemiskinan khususnya dalam hal masih lebarnya kesenjangan pendapatan diantara penduduk dan tingginya kerentanan kemiskinan.

(29)

11

Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kontribusi kedalaman kemiskinan dan partisipasi pendidikan dalam meningkatkan indeks pembangunan manusia di Indonesia, dengan judul “Kemiskinan dan Pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia”.

A. Rumusan Masalah Penelitian

Dari uraian yang telah disampaikan pada latar belakang maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kontribusi kedalaman kemiskinan dan partisipasi pendidikan dalam meningkatkan indeks pembangunan manusia di Indonesia dikarenakan adanya pergerakan yang menunjukkan suatu trend dari tahun ke tahun antara pendidikan dan kemiskinan yang terjadi di Indonesia.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis pengaruh APM, Tingkat Kedalaman kemiskinan dan Indeks Pemangunan Manusia.

2. Menganalis pengaruh Tingkat Kedalaman kemiskinan terhadap Indeks Pemangunan Manusia.

3. Menganalis Pengaruh APM terhadap Indeks Pemangunan Manusia.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan bermanfaat:

1. Bagi pemerintah, dapat menjadi masukan pada pemeringkatan sektor pembangunan dalam rangka meningkatkan indeks pemabangunan manusia. 2. Bagi penulis, memberikan pengetahuan yang mendalam tentang kemiskinan,

(30)

3. Bagi umum, dapat menjadi sumber inspirasi penelitian berikutnya terkait dengan indeks pembangunan manusia khususnya di Indonesia.

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia adalah pembangunan yang berpusat pada manusia. Dalam hal ini menempatkan manusia sebagai tujuan akhir, bukan sebagai alat pembangunan. United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 mengenalkan konsep pembangunan manusia. Konsep pembangunan manusia mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Sebagaimana dikutip dari UNDP (UNDP, 1995: 1), terdapat sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia, yaitu:

1. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian.

2. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja.

3. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga dalam upaya- upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal.

4. Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok, yaitu: produktifitas, pemerataan, kesinambingan, dan pemberdayaan.

5. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.

Pembangunan merupakan tugas dan kewajiban yang dibebankan kepada pemerintah dan negara. Masyarakat pasif menjadi objek pembangunan. Belakangan ini pembangunan mulai mengikutsertakan masyarakat dan pihak ketiga seperti swasta untuk bersinergi satu sama lain yang bertujuan meningkatkan kualitas masyarakat (pembangunan inklusi).

(32)

Pembangunan manusia bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga dalam upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal. Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok, yaitu: produktifitas, pemerataan, kesinambingan, dan pemberdayaan.- Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya (UNDP, 1995). Berdasarkan konsep tersebut, penduduk di tempatkan sebagai tujuan akhir sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan itu.

Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Produktifitas. Pembangunan harus meningkatkan produktifitas dan partisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah. Sehingga pembangunan ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia.

2. Pemerataan. Penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

3. Kesinambungan. Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk generasi sekarang namun juga untuk generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui.

4. Pemberdayaan. Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka serta untuk berpartisipasi dan mengambil keputusan dalam proses pembangunan.

Pembangunan manusia menjadi salah satu alat ukur untuk melihat apakah masyarakat di negara memiliki kualitas yang tinggi atau masih rendah. Pengembangan manusia bertujuan juga untuk meluaskan potensi dengan sumber daya yang ada.

(33)

B. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM adalah skala keberhasilan pembangunan manusia yang dikembangkan oleh United Nations Development Programme (UNDP). IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar dari pembangunan manusia (Gambar 2.1):

1. Masa hidup yang diukur dengan angka harapan hidup,

2. Pengetahuan yang dinilai berdasarkan kemampuan baca tulis dan rata-rata tahun bersekolah, serta

3. Standar kehidupan yang diukur dengan pendapatan riil per kapita yang disesuaikan dengan paritas daya beli.

Umur pajang dan hidup sehat diukur dengan indikator angka harapan hidup, pengetahuan diukur dengan indikator harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah, sedangkan standar hidup layak diukur dengan indikator pengeluaran per kapita. Secara tidak langsung, IPM selalu berkolerasi dengan kesejahteraan masyarakat (Rahman, 2018 :55).

UNDP memeringkat semua negara dari skala 0 (terendah) sampai 1 (tertinggi) dalam hal pembangunan manusia ini dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). Urutan Indeks Pembangunan Manusia juga terbagi menjadi 4 kategori, yaitu:

1. Very high human development untuk urutan 1 sampai 47. 2. High human development untuk urutan 48 sampai 94. 3. Medium human development untuk urutan 95 sampai 141. 4. Low human development untuk urutan 142 sampai 187

(34)

Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Pengeluaran Pengetahuan Standar hidup layak Dimensi IPM Umur panjang dan hidup sehat

INDIKATOR

Produk Nasional Bruto per kapita Harapan lama Sekolah dan Rata-rata lama sekolah Angka Harapan Hidup Tabel 2.1.

Indikator Indeks Pembangunan Manusia

Sumber : (Statistik, 2014: 102)

IPM menjadi hal yang sangat penting dan memiliki manfaat untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM juga dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara. Untuk negara berkembang seperti Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah, juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran keberhasilan pembangunan manusia yang dikenalkan oleh UNDP pada tahun 1990. IPM merupakan indeks komposit dari agregasi beberapa dimensi pembangunan manusia. Dalam perjalanannya perhitungan IPM mengalami perubahan terus menerus mengikuti perkembangan zaman (Tabel 2.1).

(35)

Tabel 2.2.

Perubahan Metodologi IPM

Tahun 1990 Tahun 1991 Tahun 1995 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2014

Komponen IPM yang digunakan: Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Huruf (AMH, PDB

per kapita Metode agregasi menggunakan rata- rata aritmati. Komponen IPM yang digunakan AHH, AMH, RLS, PDB per kapita. Komponen IPM yang digunakan AHH, AMH, Kombinasi APK, dan PDB per kapita. Komponen IPM yang digunakan AHH, RLS (Rata-rata Lama Sekolah), HLS (Harapan Lama Sekolah), dan PNB per Kapita. Metode agregasi menggunakan rata-rata geometrik Mengganti tahun dasar PNB per kapita dari tahun 2008 menjadi 2005 Mengganti tahun dasar PNB per Kapita dari 2005 menjadi 2011. Merubah metode agregasi indeks pendidikan dari rata-rata geometrik menjadi rata- rata aritmatik Sumber: BPS.go.id

C. Tinjauan Tentang Pendidikan 1. Arti Pendidikan

Pendidikan merupakan proses yang dilakukan setiap individu menuju ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi kemanusiaan (Sinulingga, 2016: 244).

Pendidikan adalah salah satu landasan utama untuk memperkuat dan membentuk kualitas individu yang lebih baik.

Tujuan yang paling utama dalam pendidikan adalah mempersiapkan manusia yang hidup sempurna dan mendapatkan kebahagiaan sempurna.

Dalam dunia pendidikan di Indonesia, terdapat beberapa jenis pendidikan yang di terapkan, yaitu:

(36)

1. Pendidikan Formal

Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 pendidikan formal didefinisikan sebagai jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, penddikan menengah, dan pendidikan tinggi. Jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, meliputi SD/MI/sederajat, SMP/MTs/sederajat, SM/MA/sederajat dan PT.

2. Pendidikan Nonformal

Pendidikan Non formal dapat didefinisikan sebagai jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (Undang- Undang No 20 TAHUN 2003). Jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Meliputi pendidikan kecakapan hidup (kursus), pendidikan anak usia dini (PAUD) atau pra-sekolah, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan (paket A, paket B, dan paket C) serta pendidikan lainnya yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

2. Angka Partisipasi Pendidikan

Untuk mengetahui seberapa besar angka partisipasi dalam sektor pendidikan, BPS sebagai pusat data nasional mengelompokkan beberapa partisipasi, diantaranya: 1) Angka Partisipasi Sekolah (APS) yaitu proporsi anak sekolah pada usia jenjang

pendidikan tertentu dalam kelompok usia yang sesuai dengan jejang pendidikan tersebut.

2) Angka Partisipasi Murni (APM), yaitu proporsi anak sekolah pada satu kelompok usia tertentu yang bersekolah pada jenjang yang sesuai dengan kelompok usianya. 3) Angka Partisipasi Kasar (APK), yaitu proporsi anak sekolah pada suatu jenjang

(37)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Angka Partisipasi Murni untuk mengukur sektor Pendidikan, dikarenakan, APM adalah variabel yang paling tepat untuk melihat apakah seorang murid/siswa sudah melsksanakan pendidikan sesuai dengan umur dan jenjang yang tepat. Pemiihan APM juga berkaitan dengan upaya dalam menyiapkan tenaga kerja yang cakap, terampil dan berkualitas.

Dibandingkan dengan APS dan APK, APM lebih melihat secara kelompok, sehingga pemilihan sampel semakin baik karena data sudah mengerucut atau sudah berkelompok.

Untuk perhitungan angka partisipasi murni Indonesia terdapat rumus tertentu, berikut rumus untuk menghitung APM :

Rumusan APM SD =

APM SMP =

APM SMA=

Jumlah murid SD/sederajad usia 7 – 12 Jumlah penduduk usia 7 – 12 tahun

Jumlah murid SD/sederajad usia 13 – 15 Jumlah penduduk usia 13 – 12 tahun

Jumlah murid SD/sederajad usia 16 – 18 Jumlah penduduk usia 16 – 18 tahun

X100%

X100%

X100%

Sumber : https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/indikator/568

Nilai APM berkisar antara 0-100. APM menunjukkan seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai pada jenjang pendidikannya. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan mencapai 100 persen.

Secara umum, APM akan selalu lebih rendah dari APK karena APK memperhitungkan jumlah penduduk di luar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan

(38)

Untuk melihat tingkat penduduk dalam mengakses program pendidikan dapat dilihat dari angka partisipasi pendidikan yang meliputi Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Sekolah (APS) (Badan Pusat Statistik, 2012). Sebagai bentuk monitoring penuntasan wajib belajar dapat dilihat dari pencapaian nilai APK, menurut Departemen Pendidikan Nasional ada empat (4) kriteria penuntasan wajib belajar yaitu Tuntas Pratama bila APK mencapai 80%-84%, Tuntas Madya bila APK mencapai 85%-89%, Tuntas Utama bila APK mencapai 90%- 94% dan Tuntas Paripurna bila APK mencapai 95% atau lebih (Hitasari,dkk, 2015 : 1)

Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan ketuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun adalah Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/setara dan Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/setara dan Angka Partisipasi Sekolah (APS) secara nasional rata-rata mencapai nilai sekurang-kurangnya 95 persen (Berlian VA, 2011 : 44).

E. Indeks Kedalaman Kemiskinan

Kemiskinan adalah salah satu tantangan global utama dalam hidup manusia. Kemiskinan adalah penyebab utama kelaparan, kematian, tuna wisma, akses layanan kesehatan dan pendidikan. Kemiskinan juga merupakan alasan utama marjinalisasi ekonomi, sosial, dan politik (Nagarathnam, 2016 : 1). Kemiskinan merupakan subyek yang kompleks. Kompleksitas ini selain dikarenakan luasnya aspek yang terkait juga dipengaruhi oleh beragamnya perspektif dalam memahami kemiskinan itu sendiri.

Beberapa definisi fokus pada “kemiskinan relatif”, yang diartikan sebagai kurangnya sumber daya untuk mencapai standar hidup yang memungkinan orang untuk bermain peran, berpartisipasi dalam hubungan, dan menjalani kehidupan yang dianggap normatif dari masyarakat mana mereka berasal (Loewen,2009 :3).

(39)

Kemiskinan merupakan masalah yang berkelit dan multidimensional. Ketidakmampuan, keterbatasan, ketiadaan bakat serta rendahnya motivasi adalah karakter dari invidu yang bisa menjadikan dirinya menjadi seseorang yang miskin. Faktor lain yang mendorong untuk seseorang menjadi miskin adalah sistem ekonomi. Sistem yang terkenal di seluruh dunia adalah sistem ekonomi kapitalisme. Sistem tersebut mendasarkan pada mekanisme pasar yang mendorong untuk hidup individualis dan menghilangkan solidaritas. Dampak yang terjadi adalah invidu yang kurang beruntung akan masuk ke dalam jurang kemiskinan dengan mudah.

Ini yang disebut kemiskinan struktural. Cara mengkonsep kemiskinan akan mempengaruhi cara yang dikembangkan dal menyikapi hal itu (Loewen,2009 :3). Dengan demikian, penting untuk mengeksplorasi bagaimana kemiskinan dipahami berkaitan dengan kondisi yang melatarbelakangi dan tujuan-tujuan yang biasanya dikembangkan untuk menguranginya.

Berikut ilustrasi yang dijelaskan pada Tabel 2.2 tentang kemiskinan berdasarkan berbagai kondisinya dan tujuan pengurangannya. Masih banyak rumah tangga yang berada di sekitar garis kemiskinan, memang tidak bisa langsung ditentukan bahwa mereka masyarakat miskin, namun rentan menjadi miskin.

Hal ini karena ukuran kemiskinan masih berdasarkan pendapatan, bisa jadi orang tersebut memiliki pendapatan yang cukup namun masih belum bisa mendapatkan akses terhadap pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, sanitasi dan pangan.

(40)

Tabel 2.3

Kondisi Kemiskinan, definisi dan tujuan pengurangan kemiskinan Kondisi

Kemiskinan

Definisi Tujuan Pengurangan

Kemiskinan Kemiskinan

Absolut

Kurangnya sumber daya untuk memenuhi kebutuhan fisik untuk bertahan hidup.

Memenuhi kebutuhan dasar

Kemiskinan Relatif

Kurangnya sumber daya untuk mencapai standr hidupa yang memungkinkan orang memainkan peran, berpartisipasi dalam hubungan, dan menjalani kehidupan yang dianggap normative oleh masyarakat di mana mereka berada.

Ekuitas/ paritas dengan yang lain.

Kemiskinan sebagai

Ketergantungan

Kurangnya masa kritis asset yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan seseorang secara berkelanjutan

swasembada

Kemiskinan sebagai Pengecualian

Proses kekurangan dan marginalisasi yang mengisolasi orang dari kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat

Penyertaan/ keterlibatan

Kemiskinan sebagai Perampasan Kemampuan

Kurangnya sumber daya, kemampuan, pilihan, keamanan dan daya yang diperlukan untuk kenikmatan dari standar hidup yang layak dan lainnya, seperti sipil, ekonomi, hak-hak politik dan sosial.

Perkembangan manusia

Sumber : (Loewen, 2009 : 3)

Menurut Laporan Komisi Hak Asasi Manusia PBB, kemiskinan dapat dikonsepkan dalam tiga cara (Sarshar, 2010 :2):

1. Kemiskinan adalah situasi di mana terjadi kelangkaan fasilitas penting pada individu yang diakibatkan oleh pendapatan yang tidak memadai.

2. Kemiskinan didasarkan pada kegagalan untuk memenuhi kebutuhan dasar atau fundamental, atau tercabutnya kebutuhan tersebut. Kebutuhan dasar manusia meliputi sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan.

(41)

3. Kemiskinan adalah kurangnya kesempatan. Kurangnya disini dalam arti kekurangan dari segi ekonomi, sosial dan partisipasi politik, pengasingan individu sebagai mahluk sosial, terhambatnya akses individu ke manfaat dari pembangunan ekonomi dan sosial, serta terbatasinya pengembangan budaya

Salah satu hal yang membuat kemiskinan menjadi subjek yang kompleks adalah ada perbedaan yang luas dalam memahami penyebab kemiskinan, Kebanyakan tiap orang akan mendefinsikan kemiskinan dengan variasi yang sangat besar, sesuai pemahaman mereka sendiri dengan menekankan pada penyebab kemiskinan itu (Loewen, 2009 :5) (Tabel 2.2).

Tabel 2.4. Penyebab Kemiskinan

Jenis Kemiskinan Kekurangan Individu Budaya Kemiskinan Kemiskinan Situasional Kemiskinan Struktural Penyebab kemiskinan Kurang beradaptasi dengan tuntutan masyarakat di mana mereka tinggal, tidak bekerja cukup keras, membuat pilihan yang buruk atau beberapa cara lain yang kurang tepat lainnya seperti kurang

bertanggung jawab dan kurang motivasi.

Terpinggirkan dalam arus utama masyarakat, karena orang miskin mengembangkan seperangkat intuisi, nilai-nilai, norma- norma dan perilaku yang melanggengkan kemiskinan daripada mengcounter kemiskinan. Kemiskinan adalah hasil dari satu atau lebih peristiwa atau keadaan yang mencegah tercapainya tujuan ekonomi atau sosial, seperti : perceraian, kehilangan pekerjaan, penyakit, kurangnya akses pendidikan, dan lain-lain. Kemiskinan terjadi karena system ekonomi, politik dan sosial tidak menyediakan akses yang equal terhadap sumber dan peluang Sumber : (Loewen,2009 : 5)

Cara lain dalam memahami kemiskinan adalah memperhatikan aspek dinamika dari kemiskinan itu, Menurut pendeketan ini, kemiskinan digambarkan sebagai proses yang berhubungan dengan waktu dan ruang lingkupnya.

(42)

Kemiskinan Transisi

 Jangka relatif pendek (kurang dari 5 tahun)

 Peristiwa dan keadaan khusus

Kemiskinan Kronis

 Jangka panjang (seringkali lebih dari 10 tahun) Kemiskinan Antargenerasi

 Multidimensional dan siklis

Transisional

Kronis Kemiskinan dapat dikategorikan sebagai kemiskinan transisional, kemiskinan kronis dan kemiskinan intergenerasi.

Gambar 2.5

Kemiskinan Transisi, Kemiskinan Kronis dan Kemiskinan Intergenerasi

Sumber : (Loewen, 2009 : 5)

Fokus pada kemiskinan transisi biasanya akan menghasilkan beberapa inisiatif seperti: perumahan yang terjangkau, perawatan medis, konseling, dan atau mendukung peningkatan pendapatan untuk membantu individu dan rumah tangga untuk berhasil melalui peristiwa atau keadaan yang telah menyebabkan kemiskinan mereka. Pada kemiskinan antargenerasi, umumnya akan melakukan pendekatan multidimensi, termasuk berbagai intervensi perkembangan anak usia dini yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, nutrisi, rekreasi, orangtua, mentoring, dan lain-lain.

Salah satu hal yang membuat kemiskinan menjadi subjek yang kompleks adalah ada perbedaan yang luas memahami penyebab kemiskinan. Kebanyakan orang akan mendefinisikan kemiskinan dengan variasi yang sangat besar, sesuai pemahaman mereka sendiri dengan menekankan pada penyebab kemiskinan itu.

Badan Pusat Statistik memberikan konsep penjelasan tentang penduduk miskin dan memberikan penjelasan lain tentang kemiskinan. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

(43)

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Dalam pendataan kemiskinan ada 2 indeks yang menjelaskan kemiskinan, kedalaman dan keparahan kemiskinan. Dua indeks ini berbeda sedikit dari penjelasannya, namun tetap sama yang bertujuan untuk menggambarkan kemiskinan di Indonesia, yaitu :

1. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran rata- rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran pesuduk dari garis kemiskinan.

2. Lalu, Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

BPS memberikan rumus acuan untuk menghitung kedalaman kemiskinan Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul Konsumsi dan Kor.

Rumus Penghitungan :

Dimana : α = 1

z = garis kemiskinan.

yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q), yi < z

q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. n = jumlah penduduk.

(44)

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan.

Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu N

o. Judul

Penulis

(Tahun) Hasil Persamaan Perbedaan

1. Human Developme nt: Beyond the Human Developme nt Index Ranis, Gustav Stewart, Frances Samman, Emma. 2006 Menjelaskan bahwa Human Development Index (HDI) memberi info

lebih banyak tentang kinerja suatu negara pada beberapa elemen

dasar Human

Development (HD)

daripada pendapatan per kapita. Penelitian ini membahas tentang Indeks Pembangunan Manusia. Variabel yang diteliti tidak meggunakan Kedalaman Kemiskinan. Hanya mempusatk an pembahasan tentang pembangun an manusia. 2. Determinant of Human Development Index in ASEAN Countries Arisman, A. 2018

Menganalisis apa saja yang menjadikan faktor

penentu Indeks Pembangunan Manusia di kawasan ASEAN Penelitian ini menggunakan faktor-faktor pendukung Indeks Pembangunan Manusia. Pendidikan dan Ekonomi. Penelitian ini memfokuskan berbagai macam negara untuk melihat faktor apa saja

yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia dalam cakupan wilayah ASEAN. Tidak terfokus pada negara Indonesi a.

(45)

3. Pemodelan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Sumatera Utara Menggunakan Regresi Nonparametrik Spline N.Paranoan . 2017 Menjelaskan Faktor Indeks Pembangunan Manusia dengan 3 variabel Pendidikan (APM, APK,APS), Kesehatan (AHH), dan

standar hidup layak

Penelitian ini mengangkat pembahasan pendidikan dengan Angka Partispasi Murni (APM) untuk melihat laju tingkat pendidikan. Penelitian ini menjelaskan tentang analisis dari 3 variabel, dimana menaganalisis dimensi pendidikan melihat secara keseluruhan tidak secara spesifik. 4. Kontribusi Pendidikan Bagi Pembangunan Ekonomi Negara Purwanto, Nurtanio Agus. 2006 Menjelaskan bahwa pendidikan adalah investasi

yang terbaik untuk suatu negeri.

Pendidikan menjadi upaya strategis untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia. Penelitian ini juga membahas sektor pendidikan, dimana pendidikan adalah salah satu faktor pendorong Indeks Pembangunan Manusia Lebih menjelaskan terperinci tentang Pendidikan dan Pembangunan Negara. Tidak membandingkan dengan variabel lainnya 5. Hubungan Status Dan Fasilitas Pendidikan Dengan Pembangunan Manusia Rubiyatno. 2012

Sebagian besar dari variabel (fasilitas pendidikan yang meliputi jumlah SD, jumlah SMP, rasio guru dan murid SD,

rasio guru dan murid SMP,

jumlah murid per kelas SD dan jumlah murid per

kelas SMP) Penelitian ini melihat Angka Partisipasi Murni di setiap Jenjang Pendidikan, yaitu : SD, SMP, SMA. Pembahasan lebih membandingkan antara fasilitas pendidikan daripada dengan angkatan partisipasi murni pendidikan. Kemiskinan ikut dibahas namun hanya sedikit dan tidak mengungkit tentang Indeks Kedalaman Kemiskinan.

(46)

6. Kemiskinan Dan Pembangunan B. Pudjianto, M. Syawie. 2015 Menjelaskan bahwa penghambat Indeks Pembangunan Manusia adalah kemiskinan yang

dapat menjalar dari masyarakat kalangan bawah dan menengah

kebawah. Penelitian ini juga membahas tentang kemiskinan yang menjadikannya penghambat Indeks Pembangunan Manusia Pembahasan tanpa aspek pendidikan, hanya menjelaskan bagaimana kemiskinan bisa menjadi penghambat laju Indeks Pembangunan Manusia. 7. Model Kelembagaan Penanggulangan Kemiskinan : Studi Pada Program Pengentasan Kemiskinan Pemerintah, Zakat dan CSR Ariyani, Nafiah. 2016 Mengenalkan program hybrid untuk pengentasan

kemiskinan di indonesia dengan menggunakan Zakat dan CSR Penelitian ini bertujuan untuk bagaimana strategi yang baik untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan nilai Indeks Pembangunan Manusia Dalam penelitian tidak mengambil indeks pembangunan manusia, dan Angka Partisipasi Murni.

8 World Poverty: Causes and

Pathways

Dasgupta, Partha,

2003

Menjelaskan bahwa setiap individu manusia harus sudah mendapatkan hak-hak

kehidupan. Ilmu ekonomi diharapkan bisa diterapkan

di wilayah miskin. Penyebab adanya kemiskinan dikarenakan

negara gagal untuk mengolah sumber daya

yanga ada Penelitian ini membahas kemiskinan secara global. Kemiskinan ada hal buruk

bagi suatu negara Pembahasan tidak memakai variabel pendidikan maupun indeks pembangunan manusia 9. Compendium a " copmendium " of " poverty " reduction " strategies " and " frameworks ! ! Garry, Loewen, 2009 Menjelaskan konsep kemiskinan secara detail di

masyarakat. Memberikan konsep tentang kemiskinan

yang terjadi di saat ini

Penelitian ini membahas konsep kemiskinan secara sederhana untuk melihat bagiamana kondisi masyarakat miskin Pembahasan seputar kemiskinan saja, tidak menarik variabel lain seperti pendidikan ataupun pembangunan manusia

(47)

G. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menggunakan variabel Angka Partisipasi Murni, Indeks Kedalaman Kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia. Angka Partispasi Murni dan Indeks Kedalaman Kemiskinan diduga mempengaruhi bersama-sama terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

APM merupakan variabel yang mempengaruhi IPM di suatu negara. Tingginya Indeks Pembangunan Manusia menandakan tingginya APM juga dalam sektor pendidkan. Faktor lain yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia adalah indeks Kedalaman Kemiskinan.

Variabel indeks kedalaman kemiskinan ini memiliki hubungan negatif dengan Indeks Pembangunan manusia. Jika Indeks Kedalaman Kemiskinan memiliki nilai tinggi maka Indeks Pembangunan Manusia akan berkurang. Dengan tingginya IPM maka akan menghasilkan sektor pendidikan yang berkualitas dan juga mengurangi masyarakat miskin. 10. National Human Resource Development: Review Of Research And A Framework For Practice Nagarathnam, Bharani Babu, 2016 Menjelaskan tentang Pembangunan Manusia yang

menjadi sumber daya bagi negara. Selain itu, penelitian

ini juga memberikan rekomendasi bagaimana langkah yang baik untuk

negara dalam pengembangan masyarakat. Menjelaskan tentang pembangunan manusia dan memberikan rekomendasi untuk pemerintah. Pembahasan hanya bagaimana pembangunan manusia harus dioptimalkan bagi pemerintah. Tidak membahas tentang kemiskinan dan pendidikan.

(48)

Tabel 2.6.

Kerangka Berpikir Penelitian Pengaruh Angka Partipasi Murni, Indeks Kedalaman Kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

Alat Analisis Data Panel Uji Pemilihan Model 1. Uji Chow

2. Uji Hausman 3. Uji Langrange

Uji Hipotesis

Kesimpulan dan Saran

G. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis

1. Hubungan Antar APM dengan Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia memiliki 3 pilar utama, yaitu Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi. Salah satu faktor yang paling berpengaruh untuk meningkatkan kualitas manusia adalah sektor pendidikan. Sektor pendidikan yang baik akan menjadikan masyarakat pun menjadi lebih baik.

Investasi pendidikan adalah kunci dalam hubungan indeks ini, pendidikan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meingkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang. Banyak sekali pengaruh dalam pembangunan pendidikan yang nantinya akan menjadi hal yang baik untuk negara.

Angka Partisipasi Murni menjelaskan berapa banyak penduduk yang mengenyam pendidikan yang sesuai dengan usia dengan jenjang Pendidikan.

Variabel Independen (X) Angka Partisipasi Murni Indeks Kedalaman Kemiskinan

Variabel Dependen (Y) Indeks Pembangunan Manusia Random Effect Model Pengaruh Angka Partispasi Murni dan Indeks Kedalaman Kemiskinan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia

(49)

Dengan melihat APM, akan dapat diktahui informasi berapa banyak murid/siswa yang sudah menikmati fasilitas pendidikan dan sudah berapa banyak murid/siswa yang sudah tepat masuk strata Pendidikan sesuai dengan umurnya.

Jika, nilai rata-rata APM untuk semua jenjang pendidikan tinggi, hal itu menggambarkan pendidikan warga negara tidak banyak yang terlambat masuk sekolah sesuai dengan umur dan jenjang pendidikannya sehingga dimensi pendidikan pada IPM akan baik.

Sebaliknya, jika nilai rata-rata APM rendah menunjukkan kurang, dikarenakan banyak murid yang putus sekolah dengan alasan faktor ekonomi, faktor sosial, dan lain sebagainya sehingga penghambat IPM tinggi.

Suatu wilayah dengan IPM tinggi dapat diasumsikan bahwa wilayah tersebut memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik, namun dari segi pendidikan belum tentus wilayah tersebut meningkatkan angka partipsasi murni untuk pendidikan masyarakatnya. Ini dikarenakan pemertintah setempat belum menyadari bahwa pentingnya akses dan fasilitas pendidikan bagi masyarakat (Paranoan,2017 :32).

2. Hubungan Antar Indeks Kedalaman Kemiskinan dengan Indeks Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia menjadi salah satu alat ukur untuk melihat apakah penduduk di suatu negara memiliki kualitas yang tinggi atau masih rendah. Adanya indeks pembangunan manusia menjadikan standarisasi suatu daerah harus memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik. Mulai dari pendidikan, kesehatan, dan sosial. Rendahnya produktivitas masyarakat miskin dapat disebabkan oleh rendahnya akses mereka untuk memperoleh pendidikan. Orang miskin menggunakan tenaga mereka untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi, tetapi kemiskinan berakibat kurangnya pendidikan, serta gizi dan kesehatan yang buruk mengurangi kapasitas mereka untuk bekerja. Orang miskin tidak bisa mengambil keuntungan opportunitas pendapatann produktif karena terjadinya pertumbuhan ekonomi.

Gambar

Tabel 2.5  Penelitian Terdahulu  N
Gambar 3.1  Alur Metode Estimasi
Grafik 4.6  Indeks IKK 2008-2019
Tabel 4.6  Hasil Uji Langrange
+2

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Pengaruh Tingkat kemiskinan, pengeluaran pemerintah Sektor pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa tengah 2007-2009.. Skripsi

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi pemerintah mengalokasikan pengeluaran pada sektor pendidikan dan kesehatan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia yang akan

Sementara itu, di wilayah Indonesia bagian timur urutan IPM terendah terdapat di provinsi Papua (lihat Tabel 4.5). Ketimpangan pembangunan manusia antar kabupaten/kota juga

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI..

Dari perspektif Islam, pembangunan lestari ialah pembangunan yang mencapai kesederhanaan ataupun keseimbangan dalam aspek fizikal, sosial, politik, ekonomi dan budaya manusia pada

Untuk menguji pengaruh variabel – variabel independen (Tingkat Kemiskinan dan Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan) terhadap Indeks Pembangunan Manusia, maka

Dari kedua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa antara pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi berhubungan secara simultan, dengan kata lain tercapainya

Lahir : Labolong / 10 Agustus 1999 Jurusan / Prodi : Ilmu Ekonomi Fakultas / Program : Ekonomi dan Bisnis Islam Judul : Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Tingkat Pengangguran