• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indeks kepuasan produsen terhadap atribut promosi

Perencanaan strategi pemasaran dilakukan terhadap nilai indeks yang paling kecil dari sekumpulan atribut. Nilai indeks tersebut diperoleh berdasarkan

5.5. Bauran Pemasaran Produsen

5.5.4. Indeks kepuasan produsen terhadap atribut promosi

Dari berbagai atribut yang melekat pada atribut promosi, hanya atribut pengaruh dari keluarga/kolega yang dipandang oleh produsen di kategori toko

khusus jati Jepara paling praktis untuk menarik minat konsumen (Tabel 13). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara terhadap konsumen yang menyatakan bahwa informasi mengenai toko mebel jati paling banyak diperoleh dari keluarga/kolega. Tingginya indeks ini diduga karena adanya pemberian komisi sebesar 5% dari harga jual mebel kepada pembeli yang membawa pembeli lain untuk berbelanja di

showroom tersebut. Atribut promosi lainnya seperti iklan, potongan harga

(discount) pada kategori toko jati Jepara masih perlu ditingkatkan guna meningkatkan penjualan mebel jati. Selain itu perlu dipertimbangkan pemberian hadiah bagi pembeli yang telah berbelanja.

Hasil yang sama juga terlihat pada kategori toko campuran. Cara yang paling praktis menurut produsen dan konsumen adalah melalui pengaruh dari keluarga/kolega. Seperti halnya toko jati Jepara, hal ini diduga disebabkan adanya pemberian komisi atau reward. Besaran komisi yang diberikan bervariasi tergantung dari kesepakatan dengan pihak toko. Atribut promosi yang perlu mendapatkan perhatian dari produsen adalah atribut pemberian hadiah karena konsumen menyatakan kurangnya pemberian hadiah oleh produsen kepada konsumen terutama bagi konsumen di toko Erbas Art.

Produsen pada kategori toko non jati Jepara juga menyatakan bahwa pemilik toko telah cukup berhasil melakukan promosi dalam menjual mebel jati Jepara. Namun hasil nilai indeks konsumen pada Tabel 9 memperlihatkan bahwa hanya atribut promosi pengaruh dari keluarga/kolega yang memberikan nilai indeks paling tinggi. Nilai indeks konsumen yang tidak begitu berbeda untuk atribut iklan, potongan harga, dan hadiah menyatakan bahwa produsen perlu untuk meningkatkan promosi mereka melalui ketiga atribut tersebut.

Tabel 13 Nilai indeks produsen untuk atribut promosi

Pertanyaan Kategori Toko

Jati Jepara Campuran Non Jati Jepara

Iklan menarik 1.2 1.6 1.6

Potongan harga (discount) 1.2 1.2 1.6

Berhadiah 1.2 1.2 1.6

Pengaruh dari keluarga/kolega 1.8 1.8 1.6

6.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik pasar mebel jati di Jepara adalah :

a. Margin pasar terbesar terdapat pada lembaga pengolahan akhir yang melakukan tambahan proses finishing yaitu pedagang mebel.

b. Struktur pasar ditingkat pengrajin dan toko mebel adalah struktur pasar persaingan sempurna, sedangkan jika berdasarkan segmen adalah pasar persaingan monopolistik.

c. Nilai rasio keuntungan terhadap biaya tidak bisa mencerminkan pendapatan yang diterima oleh pengumpul dan pemilik toko karena harus memasukkan hasil penjualan mebel lainnya dari pengumpul dan pemilik toko.

Dari sisi manajemen usaha pengrajin, faktor yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan industri mebel pengrajin adalah pengelolaan keuangan pengrajin tidak berorientasi jangka panjang dan lemahnya faktor perencanaan sistem produksi. Pada faktor pengelolaan keuangan, pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan mebel sering digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Pencampuradukan keuangan usaha mebel untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga mengakibatkan usaha pengrajin tidak berkembang. Pada faktor Perencanaan sistem produksi, kelangsungan usaha pengrajin dipengaruhi oleh : a. Penjualan mebel yang dilakukan pengrajin secara berlangganan lebih

menguntungkan bagi pengrajin dari pada penjualan mebel secara bebas. b. Akses pengrajin yang rendah terhadap pembeli berpengaruh terhadap

rendahnya harga jual mebel sehingga menurunkan pendapatan pengrajin. c. Kemampuan pengrajin dalam menentukan harga jual mebel tidak didukung

dengan kemampuan negosiasi pengrajin sehingga pengrajin lebih bersifat menerima harga yang diberikan oleh pembeli. Pengrajin juga memiliki kemampuan yang rendah dalam mengakses pembeli level selanjutnya.

Dari sisi pemasaran, saluran pemasaran yang diminati oleh pengrajin adalah saluran pemasaran satu dan saluran pemasaran 4. Kemudian terdapat perbedaan tingkat kepuasan konsumen dan produsen pada tiga kategori toko yaitu :

a. Perbedaan pada atribut produk terdapat pada tanggapan terhadap keluhan, kekuatan mebel, ukuran mebel dan atribut pemesanan mebel tepat waktu. b. Perbedaan pada atribut harga terdapat pada harga mebel yang mahal.

c. Perbedaan pada atribut lokasi penjualan terdapat pada jaringan distribusi, ketersediaan produk kontinyu, dan ukuran mebel

d. Perbedaan pada atribut promosi terdapat pada iklan dan pemberian hadiah.

6.2. Saran

Sebaiknya perlu diberi informasi tentang manajemen usaha yang baik kepada para pengrajin. Hal ini dapat dilakukan misalnya melalui penyuluhan atau melalui pelatihan.

Untuk mendorong inovasi para pengrajin sebaiknya para pengrajin membuat katalog produk unggulan yang dimiliki oleh setiap pengrajin. Hal ini dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pemilik outlet selaku pemilik modal.

Untuk mendukung terwujudnya sistem pemasaran yang baik dan pengendalian stabilitas harga mebel, maka diperlukan adanya institusi, misalnya koperasi, yang dapat berperan untuk melakukan bargaining atau tawar menawar dalam menentukan harga jual mebel dan juga berperan dalam membuka akses informasi pasar yang lebih lengkap dan sempurna sehingga pengrajin memiliki kekuatan tawar menawar dalam menentukan harga penjualan mebel. Peningkatan kekuatan tawar menawar pengrajin diharapkan akan meningkatkan pendapatan pengrajin sehingga kesejahteraannya juga meningkat.

Strategi pemasaran untuk mebel jati Jepara perlu dilakukan dengan mengakomodir ketidakpuasan konsumen pada atribut bauran pemasaran melalui perluasan jaringan distribusi, harga yang sesuai dengan daya beli konsumen, memperbanyak variasi ukuran mebel, tanggapan yang cepat terhadap keluhan, dan peningkatan promosi dengan menggunakan media iklan atau pemberian hadiah.

Anonim. 2009. Pertaruhan Keberlangsungan Industri Mebel. http://www.bisnis.vivanews.com. [15 Maret 2009].

[ASMINDO]. Asosiasi Mebel Indonesia Komda Jepara. 2008. Menuju Tata Niaga Industri Furniture Berdaya Saing Global (5 Tahun Membangun Industri Furniture Jepara). Jepara. Asmindo Komda Jepara 2002-2007. Assael H. 1992. Consumer Behaviour and Marketing Action. New York. Kent

Publishing Company.

Aulawi T. 2005. Preferensi Konsumen Beberapa Produk Suplemen Penstimulasi Stamina (Studi Kasus di Kota Bogor) [Tesis]. Bogor: Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Kabupaten Jepara Dalam Angka 2007. Jepara. Badan Pusat Statistik Kota Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2008a. Kota Bogor Dalam Angka 2008. Jepara. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara.

Badan Pusat Statistik. 2009. Kabupaten Jepara Dalam Angka 2008. Jepara. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara.

Badan Pusat Statisti. . 2009b. Jakarta Dalam Angka 2008. Jepara. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara.

Badan Pusat Statisti. 2009c. Kabupaten Bogor Angka 2008. Jepara. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara.

Departemen Kehuta. 2008. Statistik Kehutanan 2007. Badan Planologi Kehutanan. Jakarta. Departemen Kehutanan.

. 2007. Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia. Jakarta. Departemen Kehutanan.

. 2007a. Laporan Kajian Tata Niaga Kayu dan Konsumsi Kayu Olahan Dalam Negeri. Jakarta. Departemen Kehutanan.

Dinas Kehutanan Kabupaten Jepara. 2008. Statistik Kehutanan Kabupaten Jepara Tahun 2008. Jepara. Dinas Kehutanan Kabupaten Jepara.

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Jepara. 2008. Potensi Industri Kabupaten Jepara 2002-2007. Jepara. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi.

Dzięgielewski S, Fabisiak B. 2008. Furniture Design and Development of Furniture Production. Electronic Journal of Polish Agricultural Universities (11): 4.

Hukama LA. 2003. Analisis Pemasaran Jambu Mete: Studi Kasus Kabupaten Buton dan Muna [Tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Istijanto. 2009. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran: Cara Praktis Meneliti

Konsumen dan Pesaing. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kaplinsky R, Morris M. 2000. A Handbook for Value Chain Research.

Kozak RA, Cohen DH, Lerner J dan Bull GQ. 2004. Western Canadian Consumer Attitudes Towards Certified Value-added Wood Products: an exploratory assessment. Forest Products Journal, 54(9), 21-24.

Kotler P. 1997. Marketing Manajement: Analysis, Planning, Implementation and Contril. New Jersey. .Prentice Hall.

Kotler P, Keller KL. 2007. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Edisi ke-12. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Indeks.

Kotler P, Amstrong G. 1995. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan,

Implementasi, dan Kontrol (terjemahan Jilid III). Jakarta. Lembaga

Penerbit FFE-UI.

Limbong WH, Sitorus P. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Bogor. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Listyanti. 2003. Analisa Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) di

Wilayah Bogor, Jawa Barat [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Loebis L, Schmitz H. 2005. Java Furniture Makers: Globalisation winners or losers? Development and Practice (3&4): 514-522.

Michica W. 1998. Analisa Faktor-Faktor Keberhasilan Usaha Kecil Perusahaan Pasangan Usaha PT. Sarana Jabar Ventura, Bandung [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mohamed S, Yi TP. 2008. Wooden Furniture Purchase Attributes: A Malaysian Consumers’ Perspective. Pertanika J. Trop. Agric. Sci. 31(2): 197 – 203. Nurrochmat DR, Bahruni, Yovi EY. 2008. Background Paper: Domestic and

Internasional Market of Indonesian Wooden Furniture. Institut Pertanian Bogor.

Partomo TS, Soejoedono AR. 2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan

Koperasi. Bogor. Ghalia Indonesia.

Purnomo H. 2006. Teak furniture and Business Responsibility: A Global Value Chain Dynamics Approach. Economics and Finance in Indonesia 54 (3): 411 – 443.

Rachma M. 2008. Efisiensi Tataniaga Cabai Merah (Studi Kasus Desa Cibereum, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Roda JM, Cadene P, Fauzan AU, Guizol P, Santoso L. 2007. Atlas Industri

Mebel Kayu di Jepara, Indonesia. Bogor. CIRAD dan CIFOR.

Rangkuti F. 1997. Riset Pemasaran. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Sallatu IA. 2006. Analisis Pangsa Pasar dan Tataniaga Kopi Arabika di Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang, Sulawesi Selatan [Tesis]. Bogor: Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Setyawan H. 2002. Aspek Ekonomi Pengusahaan Hutan Rakyat Sengon di Kabupaten Sukabumi [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Simamora M. 2003. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan

Profitabel. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Soekartiwi. 1993. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Sudiyono A. 2002. Pemasaran pertanian. Malang. Universitas Muhammadiyah Malang.

Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran. Bogor . Ghalia Indonesia.

Susanti D. 2008. Perbandingan Preferensi Konsumen Terhadap Produk Furnitur Merek Olympic dengan Ligna [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Supranto J. 1991. Metode Riset: Aplikasinya dalam Pemasaran. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.

[UN COMTRADE] United Nation Commodity Trade Statistics. 2008. United Nations Commodity Trade Statistics Database. Statistics Division. United Nations.

[USAID] United States Agency for International Development. 2007. Studi

Hambatan Kebijakan Bagi Industri Furnitur: Hasil Studi di Jawa Timur dan Jawa Tengah. USAID dan SENADA.

Yusriana. 2004. Kajian Preferensi konsumen dan Strategi Pengembangan Produk Abon Ikan di Kotamadya Banda Aceh [Tesis]. Bogor: Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Wie TK, Thoha M, Firmansyah, Zarida, Sarana J. 2001. Dinamika Usaha Kecil

dan Menengah. Pusat Penelitian Ekonomi. Jakarta. Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia.

Zulkarnain H. 2008. Preferensi Konsumen Terhadap Produk Furnitur Kayu (Studi Kasus di Toko Furnitur dan Showroom Toserba, Kota Bogor) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Lampiran 1 Nilai Validitas

No Pertanyaan Nilai Validitas 1 Pertanyaan 1 0.756 2 Pertanyaan 2 0.768 3 Pertanyaan 3 0.770 4 Pertanyaan 4 0.878 5 Pertanyaan 5 0.829 6 Pertanyaan 6 0.854 7 Pertanyaan 7 0.279 8 Pertanyaan 8 0.721 9 Pertanyaan 9 0.740 10 Pertanyaan 10 0.719 11 Pertanyaan 11 0.717 12 Pertanyaan 12 0.717 13 Pertanyaan 13 0.728 14 Pertanyaan 14 0.771 15 Pertanyaan 15 0.677 16 Pertanyaan 16 0.798 17 Pertanyaan 17 0.808 18 Pertanyaan 18 0.807 19 Pertanyaan 19 0.836 20 Pertanyaan 20 0.783 21 Pertanyaan 21 0.760 22 Pertanyaan 22 0.742 23 Pertanyaan 23 0.742 24 Pertanyaan 24 0.656 25 Pertanyaan 25 0.678 26 Pertanyaan 26 0.700 27 Pertanyaan 27 0.758

Lampiran 2 Hasil Pengujian Reabilitas 1. Reabilitas Produk

Dokumen terkait