• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indeks Kerentanan Pantai Akibat Bencana Tsunam

D 2 (14) dimana b adalah parameter tektonik yang didapat dari hukum Guternberg dan

4.5. Indeks Kerentanan Pantai Akibat Bencana Tsunam

Klasifikasi tingkat kerentanan pantai terhadap bencana tsunami membagi daerah menjadi lima kelas berdasakan tingkat kerentanan pantainya. Klasifikasi tersebut terdiri dari kelas kerentanan sangat rendah, kelas kerentanan rendah, kelas kerentanan sedang, kelas kerentanan tinggi dan kelas kerentanan sangat tinggi. Kelas kerentanan sangat rendah dan kelas kerentanan rendah dominan berada di bagian utara Pangandaran. Kedua kelas ini juga ditemukan berada di bagian selatan Pangandaran tepatnya di bagian Tanjung Pangandaran (Cagar Alam). Kelas kerentanan sedang dominan berada di bagian tengah wilayah penelitian. Zona ini berada pada jarak 3000 m dari garis pantai. Kelas kerentanan tinggi dan kelas kerentanan sangat tinggi umumnya berada di wilayah selatan Pangandaran. Zona ini berbatasan langsung dengan laut dimana jarak daratan sangat dekat dengan laut. Hal tersebut berdampak pada pengaruh langsung terhadap gelombang tsunami.

Gradasi warna merah menunjukan daerah-daerah yang memiliki tingkat kerentanan tinggi dan sangat tinggi, sedangkan gradasi warna jingga menjelaskan zona kerentanan sedang, rendah dan sangat rendah. Zona kerentanan sangat tinggi merupakan daerah yang berpotensi paling besar dalam hal kerusakan atau

kehancuran aset yang ditimbulkan apabila terlanda tsunami serta memiliki ancaman teradap risiko keselamatan penduduk yang lebih parah. Karakteristik

pantai dan pesisir di zona ini di tandai oleh dataran rendah yang landai dengan jarak dari pantai yang sangat dekat, berbatasan dengan sungai-sungai besar yang dekat dengan muaranya, selain itu ditambah dengan bentuk penggunaan lahan berupa permukiman dengan penduduk yang cukup padat. Sebaran spasial klasifikasi tingkat kerentanan wilayah Pangandaran diperlihatkan pada Gambar 36.

Gambar 36. Sebaran spasial tingkat kerentanan pantai terhadap bencana tsunami di Pangandaran

Zona kerentanan tinggi dan sangat tinggi umumnya berbatasan langsung dengan laut. Kedua kelas tersebut tergolong zona berbahaya terhadap limpasan gelombang tsunami. Zona kerentanan tinggi dan sangat tinggi pada umumnya berada pada jarak 1000 m dari garis pantai kecuali di bagian Tanjung

Pangandaran. Wilayah Tanjung Pangandaran berbatasan secara langsung dengan laut dan berada dalam raidius 1000 m dari garis pantai, akan tetapi tingkat kerentanan di wilayah tersebut di dominasi oleh kelas kerentanan sangat rendah

dan kelas kerentanan rendah. Keadaan ini disebabkan morfologi wilayahnya yang betopogafi tinggi dengan slope yang besar dan tipe penggunaan lahan berupa vegetasi darat (hutan).

Zona kerentanan sangat rendah merupakan daerah daerah paling aman atau sangat tahan terhadap bencana tsunami. Zona kerentanan sangat rendah ditandai oleh dataran tinggi atau berbukit dimana memiliki jarak yang paling jauh dari garis pantai serta tipe penggunaan lahan tidak banyak melibatkan manusia seperti lahan kosong, semak belukar dan vegetasi darat/hutan berada pada daerah yang aman.

Desa Babakan, Desa Pangandaran dan Desa Cikembulan merupakan wilayah yang di dominasi oleh kelas kerentanan sangat tinggi. Wilayah-wilayah tersebut digolongkan sebagai wilayah yang paling berbahaya terhadap limpasan gelombang tsunami. Bentuk morfologi daerah pantai dan pesisirnya memberikan pengaruh yang tinggi terhadap risiko bencana sunami. Hal ini akan berdampak pada tingkat kerusakan yang lebih tinggi di wilayah-wilayah tersebut (Zona Bahaya Tsunami I). Desa Sukaresik dan Desa Pananjung di dominasi oleh tingkat kerentanan tinggi. Desa-desa ini menjadi daerah dengan peringkat kedua yang memiliki risiko kerusakan tertinggi (Zona Bahaya Tsunami II). Desa Wonoharjo di dominasi oleh tingkat kerentanan sedang sehingga Desa Wonoharjo

digolongkan kedalam Zona Bahaya Tsunami III. Wilayah yang letaknya tidak berbatasan langsung dengan laut cenderung memiliki kerentanan yang rendah dan sangat rendah. Desa-desa yang tergolong dalam kelas tersebut antara lain Desa Cikalong, Sidamulih, Pejanten, Sidomulyo, Purbahayu, Sukahurip. Daerah ini berada dalam jangkauan lebih dari 3000 m dari garis pantai, sehingga penetrasi

gelombang tsunami tidak cukup kuat untuk masuk kedaratan sejauh itu (Gambar 36). Topografi di daerah tersebut juga memberikan pengaruh teradap penjalaran gelombang tsunami, topografi di daerah ini cenderung lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa terjal dan landainya morfologi pantai akan mempengaruhi jangkauan tsunami yang menghempasnya. Luas masing-masing kelas kerentanan di setiap wilayah disajikan pada Tabel 24.

Tabel 24. Luas tingkat kerentanan pantai terhadap bencana tsunami di setiap desa Nama Desa

Luas area tingkat kerentanan (Ha) Sangat

tinggi Tinggi Sedang Rendah

Sangat rendah Babakan 335,55 284,39 45,38 12,93 0 Cikalong 0 0 59,65 276,18 4,05 Cikembulan 227,22 135,67 104,34 155,59 0 Pananjung 106,13 203,36 50,92 10,61 0 Pangandaran 203,11 133,19 36,23 166,58 299,31 Pejanten 0 7,60 134,64 484,45 3,57 Purbahayu 0 0,33 60,10 296,03 200,76 Sidamulih 0 0 0 0,53 10,40 Sidomulyo 0 0 81,84 246,51 13,34 Sukahurip 0 2,60 14,25 190,22 201,70 Sukaresik 174,62 243,00 178,09 226,68 0 Wonoharjo 114,72 183,42 252,05 58,92 0 Total 1.161,35 1.193,56 1.017,49 2.125,23 733,15 Secara keluruhan, Desa Pangandaran yang terletak di bagian daratan yang menghubungkan daratan pulau jawa dengan tanjung Pangandaran (tanah genting) di tempatkan sebagai zona yang paling berbahaya karena merupakan daerah dengan permukiman terpadat. Sebaran dan kepadatan permukiman menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi risiko bencana tsunami yang akan terjadi.

Permukiman penduduk menggambarkan tingkat kepadatan penduduk dan sebaran tempat hunian yang akan mempengaruhi tingkat keugian jiwa maupun harta benda.

108

5.1 Kesimpulan

Pesisir Pangandaran merupakan wilayah yang memiliki risiko tinggi terhadap bahaya tsunami. Selain dekat dengan zona subduksi yang merupakan zona sumber tsunami, wilayah pesisir Pangandaran memiliki karakteristik pantai yang sangat rentan terhadap limpasan gelombang tsunami. Pada umumnya faktor kerentanan yang dimiliki antara lain kondisi topografi rendah dan landai yang luas dan membentang dalam jarak 1500 m dari garis pantai, jenis penggunaan lahan berupa permukiman dominan berada dekat dengan laut serta berada diantara sungai-sungai besar (Sungai Ciambulungan, Sungai Cikidang dan Sungai Citonjong).

Hasil model penjalaran gelombang tsunami memperlihatkan bahwa waktu tempuh penjalaran gelombang tsunami untuk mencapai daratan Pangandaran memerlukan waktu kurang dari satu jam setelah terjadinya gempa. Semakin dekat sumber gempa terhadap daratan maka waktu tempuh gelombang tsunami semakin cepat, selain itu semakin besar kekuatan gempa maka tsunami yang dihasilkan semakin besar. Hasil model limpasan (run-up) gelombang tsunami

memperlihatkan bahwa setiap wilayah memiliki luas limpasan gelombang tsunami yang berbeda-beda. Pada umunya desa-desa yang berada di sepanjang pesisir Kecamatan Pangandaran bagian selatan (Babakan, Pangandaran, Pananjung dan Wonoharjo) serta pesisir Kecamatan Sidamulih bagian selatan (Cikembulan dan Sukaresik) terkena dampak yang paling parah dibandingkan daerah-daerah yang lainnya. Hal ini disebabkan keadaan topografi dan kemiringan daratannya rendah dan landai.

Berdasarkan analisis kerentanan pantai akibat bencana tsunami diketahui zona kerentanan sangat tinggi mencakup Desa Babakan, Desa Pangandaran dan Desa Cikembulan. Zona kerentanan tinggi meliputi Desa Sukaresik dan Desa Pananjung. Zona kerentanan sedang berada di Desa Wonoharjo. Zona kerentanan rendah dan sangat rendah berada cukup jauh dari garis pantai, dimana wilayahnya tidak berbatasan langsung dengan laut. Zona ini meliputi Desa Cikalong, Desa Sidamulih, Desa Pejanten, Desa Sidomulyo, Desa Purbahayu dan Desa Sukahurip. Secara keluruhan, Desa Pangandaran yang terletak di bagian daratan yang

menghubungkan daratan pulau jawa dengan tanjung Pangandaran (tanah genting) di tempatkan sebagai zona yang paling berbahaya. Hal ini disebabkan karena karakteristik daerah tersebut memberikan pengaruh yang besar terhadap

kerentanan bahaya tsunami mulai dari daerah dengan permukiman terpadat, daera yang sangat dekat dengan laut dan kondisi topografinya rendah dan landai.

5. 2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemodelan tsunami dengan multi skenario sehingga dapat memberikan data yang lebih akurat dalam menentukan tingkat kerentanan terhadap bencana tsunami. Selain itu pada

dasarnya kajian ini merupakan studi yang sifatnya umum dan asumsi-asumsi yang digunakan masih bersifat umum sehingga sangat membatasi keakuratan hasil studi. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan

mempertimbangkan banyak variabel yang berpengaruh terhadap penjalaran dan limpasan gelombang tsunami.