• Tidak ada hasil yang ditemukan

FRAKSI PARTAI DEMOKRAT (PD)

KINERJA DPRD JAWA BARAT 2014-2019

A. Prestasi Fenomenal Periode 2014-2019

1. Indeks Pembangunan Manusia

Secara umum, salah satu parameter untuk menakar keberhasilan pembangunan di Jawa Barat dapat didasarkan pada IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang mengacu pada perkembangan tiga hal, tingkat pendidikan, taraf kesehatan, dan daya beli masyarakat sebagaimana tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2019 tentang Laporan dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Pada periode 2014-2019, IPM Jawa Barat mengalami peningkatan, kendati tidak terlalu signifikan dengan harapan.

Pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2015 memang kurang menggembirakan. Meski demikian, bukan berarti menghambat pertumbuhan Indikator Misi Pembangunan (IMP), Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Daerah (IKD) sejumlah daerah. Di Provinsi Jabar, IMP menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan.

Tim Analis Kebijakan Pembangunan Jawa Barat di Pusdalisbang Bappeda Provin si Jawa Barat menyebutkan, analisis pencapaian IKP dan IKD tahun 2015, terungkap sejumlah pertumbuhan signifikan pada beberapa indikator misi pembangunan. Fakta itu tentu akan menopang pen capaian visi pembangunan Provinsi Jabar 2013-2018, 'Jawa Barat Maju dan Sejahtera untuk Semua'.

Dari visi tersebut diturunkan menjadi lima Misi. Misi pertama, yakni Membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing'. Misi kedua, Membangun perekonomian yang kokoh dan ber keadilan. Misi ketiga, Meningkatkan kinerja pemerintahan, profesionalisme aparatur dan perluasan partisi pasi publik. Misi keempat, Mewujudkan

94

Jawa Barat yang nyaman dan pembangunan infrastruktur strategis yang berkelanjutan. Misi kelima, Meningkatkan kehidupan sosial, seni dan budaya, peran pemuda dan olah raga serta pengem bangan pariwisata dalam bingkai kearifan lokal.

Dalam kegiatan Analisis Pembangunan Jawa Barat sejumlah pertumbuhan pada seluruh IMP. Beberapa target indikator kinerja yang tercapai pada misi pertama, yakni angka melek huruf (AMH), rata-rata lama sekolah kota, angka harapan hidup, dan karya ilmu pengetahuan dan teknologi yang didaftarkan men jadi HAKI.

Dalam terjemahan angkanya, per tumbuhan IMP kesatu terlihat dari indeks pembangunan manusia (IPM) yang tumbuh dari 68,80 poin (2014) menjadi 69,50 poin (2015). Sementara pada IMP kedua, pencapain target ter jadi pada indikator pola pangan harap an, PDRB per kapita (ADHB dan ADHK), laju pertumbuhan ekspor, nilai investasi, jumlah penerima manfaat kredit modal kerja dan indeks daya beli.

Indeks pembangunan manusia (IPM) yang tumbuh dari 68,80 poin (2014) menjadi 69,50 poin (2015). Sementara pada IMP kedua, pencapain target terjadi pada indikator pola pangan harapan, PDRB per kapita (ADHB dan ADHK), laju pertumbuhan ekspor, nilai investasi, jumlah penerima manfaat kredit modal kerja dan indeks daya beli. Sepanjang 2015, skor pola pangan harapan tumbuh dari 74 poin (2014) menjadi 78,3 poin (2015), investasi PMA dan PMDN tumbuh signifikan dari Rp 62,83 triliun (2014) menjadi Rp 121,50 triliun (2015). Sementara itu, pada jumlah penerima manfaat kredit modal usaha dari 5.101 orang (2014) naik menjadi 8.365 orang (2015). Pada IMP ketiga, sejumlah target indikator yang tercapai yakni pendapatan asli daerah (PAD), keterbukaan informasi publik, indeks kebahagiaan serta indeks demokrasi. Pada indikator PAD, realisasi pencapaian di tahun 2015 sebesar Rp 16,26 triliun dari target sebesar Rp 13,30 triliun. Begitu pun dengan indeks kebahagiaan dari target 59 hingga 61 poin, tarcapai hing ga 68,28 poin. IMP keempat pun menunjukkan kemajuan yang signifikan. Target indikator yang tercapai terjadi pada jumlah penduduk, penurunan emisi gas rumah kaca (GRK), jaringan irigasi provinsi, elektrifikasi rumah tangga, layanan persampahan, layanan air minum serta kemantapan jalan.Pada tahun 2015, rasio elektrifikasi rumah tangga mencapai 93,71 persen. Sebelumnya (2014), rasio elektrifikasi hanya terealisasi 83,41 persen. Pada cakupan layanan air minum yang semula terealisasi 65,43 persen (2014) menjadi 67,13 persen di tahun 2015.

Sementara itu, pada IMP kelima, pencapaian terjadi pada indikator jumlah PMKS yang ditangani, jumlah pekerja anak, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, jumlah karya seni dan budaya yang didaftarkan untuk memeroleh HAKI atau sertifikasi badan internasional. Wisatawan mancanegara yang berkunjung di tahun 2015 mencapai 2.028.000

95

jiwa. Sebelumnya (2014), kunjungan wisatawan mancanegara ke Jabar hanya 1.963.000 jiwa.

Di tahun 2015 pula, sedikitnya ada delapan karya seni dan budaya yang didaftarkan untuk memeroleh HAKI atau sertifikasi Badan Internasional.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada tahun 201 naik status dari kategori sedang menjadi tinggi yaitu mencapai 70,18. Perubahan kategori dari sedang menjadi tinggi diikuti oleh empat provinsi termasuk Jawa Barat.

Berdasarkan data di Badan Pusat Statistik (2015), pembangunan manusia di Indonesia terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya IPM. Pada tahun 2016, IPM Indonesia mencapai 70,18 atau meningkat 0,63 poin dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 69,50. Kemajuan pembangunan manusia pada tahun 201 juga terlihat dari perubahan statistik pembangunan manusia di tingkat provinsi. Pada tahun 2016, terdapat empat provinsi yang statusnya meningkat dari Sedang menjadi Tinggi yaitu Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh dan Kepulauan Riau.

Di Provinsi Jawa Barat, IPM mencapai 0,0 . Angka tersebut naik 0,79 persen dari tahun 2015. Meskipun demikian, IPM Jabar masih berada di bawah IPM nasional sebesar 70,18. Indeks Pembangunan Manusia Jawa Barat terdiri dari Angka Harapan Hidup saat lahir 72,44; sementara arapan Lama Sekolah 12,3 dan Rata-rata lama sekolah ,9 . Sementara itu, pengeluaran per kapita penduduk Jawa Barat per tahun rata rata mencapai Rp 10.03 .000.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat 2017 merupakan publikasi terkait capaian pembangunan manusia di Jawa Barat. Publikasi ini memuat gambaram umum, metodologi, perkembangan IPM di Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten/Kota, ketimpangan pembangunan manusia dari berbagai aspek, serta isu terkait daya beli masyarakat. Pada tahun 2017 capaian IPM Provinsi Jawa Barat sebesar 70,69, berada pada status tinggi. Jika dibandingkan dengan tahun 2016, IPM Jawa Barat tumbuh 0,91 persen di tahun 2017. Hal ini ditopang oleh tumbuhnya komponen penyusun IPM, terutama ratarata lama sekolah dan pengeluaran per kapita disesuaikan.

Pada 2018 indeks pembangunan manusia (IPM) di Provinsi Jawa Barat mencapai 71,30. Angka ini meningkat sebesar 0,61 poin dibanding IPM 2017.

Pembangunan manusia di Jabar masih berstatus tinggi sama dengan statusnya pada 2017, tetapi IPM di 2018, tumbuh sebesar 0,86%. Ada empat komponen yang mempengaruhi meningkatnya pembentukan IPM, di antaranya dimensi umur panjang dan hidup sehat, dimensi pengetahuan, dimensi standar hidup layak, dan agrerasi indeks.

96

Peningkatan IPM di tingkat provinsi itu pun tercermin pada level kabupaten/kota.

Pada periode 2017-2018, seluruh kabupaten/kota mengalami kenaikan IPM. Pada periode ini, tercatat tiga kabupaten/kota dengan kemajuan pembangunan manusia paling cepat, yakni, Cianjur sebesar 1,44%, Garut 1,39%, dan Tasikmalaya sebesar 1,34%. Kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Garut didorong perbaikan dimensi pendidikan, sedangkan Cianjur dan Tasikmalaya oleh perbaikan dimensi standar hidup layak.

Meningkatnya IPM Provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun menunjukkan prestasi, baik bagi Pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun DPRD Provinsi Jawa Barat. Keberhasilan tersebut diraih hasil kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat, DPRD Jawa Barat, seluruh stakeholder di Provinsi Jawa Barat dan seluruh masyarakat Jawa Barat yang ikut berperan aktif dalam pembangunan Jawa Barat.

Berikut gambaran perkembangan IPM di Provinsi Jawa Barat sepanjang periode 2014-2019.

Gambar 4.1

Peningkatan IPM dalam Lima Tahun Terakhir

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat; up date 17 Mei 2018

2. Prestasi-Prestasi Jawa Barat

Selama lima tahun terakhir ini, dibawah kepemimpinan Gubernur Ahmad Heryawan dan Wakil Gubernur Deddy Mizwar yang bermitra dengan DPRD Provinsi Jawa Barat Periode 2014-2019 yang dipimpin oleh Ineu Purwadewi Sundari, Pemerintahan Provinsi

0 10 20 30 40 50 60 70 80

2014 2015 2016 2017 2018

71,3 70,69 70,05 69,5 68,8

97

Jawa Barat menerima ratusan penghargaan tingkat nasional. Sebanyak 234 penghargaan tersematkan pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai bukti prestasi bagi masyarakat Jawa Barat.

Salah satu prestasi yang perlu diapresiasi dari ratusan prestasi tersebut, yakni Pemerintah Provinsi Jawa Barat kembali mendapatkan penghargaan sebagai provinsi berkinerja terbaik secara nasional. Indikasi penilaiannya terlihat dari program-program inovasi pelayanan publik berbasis teknologi informasi yang telah diterapkana berjalan sukses.

Seperti tiga aplikasi pelayanan publik yang baru-baru ini telah diadopsi oleh 17 provinsi di Indonesia dan menjadi pilot project KPK dalam pencegahan tindak korupsi. Aplikasi tersebut yakni pelayanan perizinan terpadu satu pintu, aplikasi sasaran kinerja pegawai (SKP) online berbasis tunjangan perbaikan penghasilan pegawai dan aplikasi e-samsat.

Keberhasilan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat tersebut tidak terlepas dari peran serta masyarakat Jawa Barat. Adanya pengawasan dari masyarakat dan harapan yang dibangun bersama-sama masyarakat, serta optimistis pembangunan di Jawa Barat terus mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik.

Tahun 2018 daya saing Provinsi Jawa Barat menduduki posisi nomor dua nasional.

Sebelumnya Jawa Barat berada di posisi 5 atau naik 3 peringkat dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun. Melonjaknya posisi ini disebabkan meningkatnya skala kepuasan masyarakat terhadap layanan pemerintah dari skala tiga di tahun 2013 dan pada tahun 2017 berubah menjadi tiga setengah. Peningkatan daya saing dan kepuasan masyarakat tersebut dapat dilihat dari jumlah terbitnya perizinan nasional yang mencapai 223.000 izin dari sebelumnya 39.029 izin.

Kinerja pemerintahan, profesionalisme aparatur, dan perluasan partisipasi publik di Jawa Barat terus mengalami peningkatan, sehingga mendongkrak posisi Jawa Barat dari posisi 5 pada tahun 2017 menjadi posisi 2 nasional untuk indikator daya saing pada tahun 2018.

Selain itu, pendapatan asli daerah melonjak dari Rp 12,4 triliun pada 2013 menjadi Rp 18,3 triliun pada 2017. Pencapaian kinerja tersebut merupakan hasil dari akumulasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan di Jawa Barat yang telah dicapai sejak tahun anggaran 2013 hingga akhir tahun anggaran 2017.

Peningkatan APBD Provinsi Jabar pada tahun 2013 APBD Jabar sebesar Rp 17,38 triliun dan pada akhir pelaksanaan RPJMD tahun 2017, meningkat menjadi Rp 32,19 triliun.

Untuk pengeluaran pembiayaan daerah pada 2013 sebesar Rp18,40 trilun dan pada 2017 meningkat secara signifikan yaitu sebesar Rp32,56 triliun.

98

APBD yang terus meningkat ini dapat dimaknai sebagai kesempatan masyarakat untuk mendapatkan hasil pembangunan. Hal tersebut telah dibuktikan dengan peningkatan layanan pembangunan Pemerintah Provinsi Jawa Barat di berbagai sektor.

Adapun indikator lain seperti Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) sebesar 5,29% yang berada di atas rata-rata nasional sebesar 5,19%. Laju inflasi sebesar 3,63% atau lebih rendah dibanding laju inflasi nasional sebesar 3,61%.

Kemudian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita atas dasar harga konstan yang mencapai Rp 27,96 juta atau meningkat sebesar Rp19,43 juta dibanding 2013 sebesar Rp 8,53 juta. Sementara itu, PDRB per kapita atas dasar harga bruto mencapai Rp 37.18 juta pada 2017 atau meningkat sebesar Rp Rp 13,58 juta dibanding 2013 yang mencapai Rp 23,60 juta.

Peningkatan pun terjadi di bidang pendidikan pada 2013, indeks pendidikan sebesar 58,08 poin maka 2017 menjadi 62,19 poin. Demikian juga dengan angka harapan lama sekolah meningkat sebesar 0,95 tahun yaitu dari 11,81 pada 2013 menjadi 12,76 tahun pada 2017. Sementara itu, angka partisipasi kasar sekolah menengah meningkat dari 72,68 persen pada 2013-2014 menjadi 81,25 persen pada 2017-2018.

Keberhasilan Bidang Pendidikan, fokusnya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui alokasi pembiayaan sebesar 20 persen dari total APBD. Pada kurun waktu RPJMD 2013-2018 telah direalisasikan Pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMA/SMK/MA rata-rata sebanyak 1.712.498 siswa setiap tahun; pembangunan ruang kelas baru (RKB) bagi SMA/SMK/MA negeri, swasta, dan pesantren sebanyak 12.243 unit.

Jumlah ini telah melampaui target sebanyak 10.000 unit.

Sebagai salah satu upaya peningkatkan angka partisipasi masyarakat Jawa Barat untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, Pemerintah Provinsi Jabar telah membangun sebanyak 866 RKB bagi perguruan tinggi swasta dan direalisasikan beasiswa sebanyak 4.640 siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Selain itu, diberikan beasiswa kepada keluarga atlet, guru, dan mahasiswa berperestasi sebanyak 484 orang dengan keseluruhan biaya bea-siswa sebesar Rp 61,49 triliun.

Sementara itu, peningkatan kualitas layanan kesehatan serta perluasan akses pelayanan kesehatan, dialokasikan pembiayaan sebesar 10% dari APBD. Dengan penganggaran tersebut, banyak hal telah dicapai di antaranya jumlah puskesmas yang sudah terakreditasi mencapai 298 puskesmas serta rumah sakit yang sudah terakreditasi mencapai 87 unit. Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kesehatan ibu dan bayi sesuai

99

standar mencapai 88 rumah sakit, dan penduduk dengan jaminan kesehatan mencapai 71,62%.

Kemudian peningkatan kualitas iklim usaha dan investasi, tingkat partisipasi angkatan kerja naik dari 63,01% pada 2013 menjadi 63,34% pada 2017. Laju pertumbuhan ekspor pun meningkat dari 5,5% pada 2013 menjadi 13,42% pada 2017. Sementara itu, nilai investasi penanaman modal asing (PMA) meningkat dari Rp93,5 triliun menjadi Rp162,7 triliun. Pena-naman modal dalam negeri (PMDN) meningkat dari Rp26,2 triliun menjadi Rp94,05 triliun pada 2017.

Jawa Barat menempati urutan tertinggi dalam penanaman modal asing. Nilai investasi PMA-PMDN di Jawa Barat berdasarkan selama kurun waktu empat tahun mengalami peningkatan 74%, dengan rata-rata terjadi peningkatan nilai investasi sebesar 14,9% setiap tahunnya. Tidak hanya itu, selama kurun 2013-2017, Pemprov Jabar telah berhasil mencip-takan 129.191 wirausaha baru. Jumlah ini melampaui target untuk mencipmencip-takan 100.000 wirausaha baru di Jawa Barat.

Hal tersebut berbanding lurus dengan meningkatnya daya beli masyarakat Jawa Barat.

Daya beli masyarakat Jabar meningkat dari Rp6,41 juta menjadi Rp10 juta lebih pada 2017 seiring dengan terciptanya 2.002.017 lapangan kerja. Dengan penciptaan 2 juta lebih lapangan kerja, tingkat pengangguran terbuka pun turun dari 9,22% pada 2013 menjadi 8,22% pada 2017, sedangkan angka kemiskinan turun dari 9,61% pada 2013 menjadi 7,83%

pada 2017.

Pencapaian kinerja LKPJ-AMJ ini, merupakan cerminan akumulasi kinerja penyelenggaraan pemerintahaan yang telah dicapai sejak Tahun Anggaran 2013. LKPJ-AMJ difokuskan pada capaian kinerja berbasis misi dan indikator makro pembangunan daerah, sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor Nomor 25 Tahun 2013.

Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,39%, kondisi ini merupakan keberhasilan pemerintah Provinsi Jawa Barat yang dapat mengendalikan LPP sebesar 0.04%

dari kondisi Tahun 2016 sebesar 1,43%. Capaian Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) pada Tahun 2017 sebesar 70,77 poin, atau meningkat 0.72 poin dari kondisi Tahun 2016 sebesar 70,05 poin, yang terdiri dari indeks pendidikan 2017 sebesar 62,19 poin, indeks kesehatan 2017 81,18 poin dan indeks daya beli 2017 mencapai 70,22 poin.

Gambar 4.2

100

Peningkatan APBD Jawa Barat dalam Enam Tahun Terakhir

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat; up date 17 Mei 2018

Kondisi perekonomian global, regional dan nasional yang dinamis pada Tahun 2017 mendorong Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan seluruh pemangku kepentingan untuk beker-ja keras dalam menbeker-jaga tren positif perekonomian Jawa Barat, sehingga berhasil mencapai Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) sebesar 5,29% atau berada di atas rata-rata nasional se-besar 5,19%, Laju inflasi dapat dikendalikan sese-besar 3,63% atau lebih rendah dibanding laju inflasi nasional sebesar 3,61%, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai 27,96 juta rupiah, atau meningkat sebesar 1,04 juta rupiah dibanding Tahun 2016 sebesar 26,92 juta rupiah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita atas dasar harga bruto (ADHB) mencapai 37,18 juta rupiah atau meningkat sebesar 2,30 juta rupiah dibanding Tahun 2016 sebesar 34,88 juta rupiah.

Untuk memberikan manfaat yang lebih luas kepada keberhasilan pembangunan ekonomi tersebut, maka pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama seluruh pemangku kepent-ingan terus berupaya meningkatkan pemerataan ekonomi bagi seluruh masyarakat.

Keberhasilan pemerataan ekonomi tersebut ditunjukan dengan menurunnya indeks gini dari 0,40 poin pada Tahun 2016 menjadi 0.39 poin pada Tahun 2017. Menurunnya tingkat kemiskinan dari 8,77% pada Tahun 2016 menjadi 7,83% pada Tahun 2017, dimana kondisi ini lebih rendah dari tingkat kemiskinan nasional yang mencapai 10,12%; dan perluasan kesempatan kerja yang ditunjukkan oleh menurunnya tingkat pengangguran terbuka dari 8,89% pada Tahun 2016 menjadi 8,22% pada Tahun 2017.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

2014 2015 2016 2017 2018 2019

37,05T 33,96T 31,367T 29,966T 24,753T 21,671T

101

Selain capaian gemilang kinerja Pemerintah kurun waktu setahun, Provinsi Jawa Barat juga telah berhasil meraih 41 anugerah nasional dalam berbagai bidang pembangunan.

Penghargaan itu merupakan pengakuan terhadap prestasi kolektif Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dengan dukungan yang kuat dari DPRD Provinsi Jawa Barat, kerjasama dengan pemerintah daerah Kabupaten/Kota, dunia usaha, akademisi, dan seluruh masyarakat Jawa Barat, sebagai manifestasi dari konsep pembangunan Jabar Masagi.

Direktorat Jendral Otonomi Daerah Kementrian Dalam Negeri, Sumarsono sempat mengapresiasi raihan penghargaan Provinsi Jawa Barat yang setiap tahun selalu mengukir prestasi. Tidak heran Provinsi Jawa Barat jika Jawa Barat pun mendapat penghargaan Parasamhya Purna Karya Nugraha.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2019 terdapat delapan program prioritas di antaranya pendidikan, kesehatan, infrastruktur, peningkatan kualitas SDM dan kemandirian ketahanan pangan di Jabar. Siapapun kepala daerahnya pada pilkada serentak mendatang 2018 harus mampu mengembangkan prestasi yang pernah diraih Jabar serta terus memajukan masyarakat Jabar. Sebagai pemimpin Jabar ke depan juga harus mampu menghormati program-program pembangunan yang telah dijalankan di masa pemerintahannya. Karena, pembangunan yang telah terwujud di Jabar saat ini pun tak lepas dari peran pemimpin di masa lalu. ***