• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Analisis Vegetasi

7. Indeks Nilai Penting

Indeks Nilai Penting atau Important Value Index merupakan indeks kepentingan yang menggambarkan pentingnya peranan suatu jenis vegetasi dalam ekosistemnya. Apabila INP suatu jenis bernilai tinggi, maka jenis tersebut sangat mempengaruhi kestabilan ekosistem tersebut

commit to user

(Agustina 2008). Bakri (2009) menyatakan INP menyatakan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta memperlihatkan peranannya dalam komunitas, dan nilai penting itu pada tingkatan pohon didapat dari hasil penjumlahan kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR) dan dominansi relatif (DR).

Gambar 10. Indeks Nilai Penting (INP) pohon terbanyak pada ketinggian < 300 m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl

INP merupakan salah satu parameter yang dapat memberikan gambaran tentang peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian (Arrijani 2008). Sampel pekarangan yang terletak pada ketinggian tempat < 300 m dpl memiliki suhu rerata harian sebesar 30oC dengan kelembaban udara relatif sebesar 60,8% serta rerata curah hujan tahunan sebesar 181,96 mm/tahun. Pada kondisi lingkungan yang demikian dapat diketahui bahwa pada ketinggian < 300 m dpl komoditas pohon buah yang memiliki INP tertinggi yaitu mangga (48,32), nangka (22,67), dan rambutan (20,89). Buah mangga, nangka, dan rambutan memiliki INP tertinggi karena didukung oleh dominansi relatifnya yang cukup tinggi (berturut-turut 19,34; 8,88; dan 7,69), hal ini menunjukkan bahwa penguasaan penutupan lahannya (coverage) lebih luas dibandingkan dengan tanaman lainnya.

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00

buah kayu industri buah kayu industri buah kayu industri

< 300 m dpl 300-400 m dpl > 400 m dpl

INP

mangga nangka rambutan kelengkeng jambu biji duku

durian alpukat jati johar randu waru

trembesi mahoni turi kayu jabon sengon melinjo

commit to user

Komoditas pohon kayu dengan INP tertinggi pada ketinggian < 300 m dpl yaitu jati (27,16), johar (13,88), dan randu (9,04). Kayu jati memiliki nilai kepentingan yang tinggi jika ditinjau dari nilai kerapatan relatif yang tinggi (12,70), artinya bahwa nilai kepentingan kayu jati ditentukan oleh jumlah pohon yang ditemukan pada area sampel. Kayu johar dan randu memiliki nilai kepentingan yang tinggi dilihat dari nilai dominansi relatifnya yang tinggi (berturut-turut 5,77 dan 3,58). Hal ini menunjukkan bahwa kedua komoditas kayu ini menjadi penting karena penguasaan penutupan lahannya (coverage) yang lebih luas dibandingkan komoditas kayu lainnya.

Komoditas pohon industri dengan INP tertinggi dapat ditemukan pada pohon melinjo (37,10), kelapa (9,08), dan jengkol (0,75). Pohon melinjo memiliki nilai kepentingan yang tinggi ditinjau dari aspek kerapatan relatifnya yang tinggi (16,65), artinya melinjo menjadi penting karena jumlahnya yang cukup banyak pada suatu area pengamatan. Kelapa dan jengkol memiliki INP yang tinggi dilihat dari aspek frekuensi relatifnya yang tinggi (3,85 dan 0,43), hal ini menunjukkan bahwa hampir setiap pekarangan memiliki tanaman kelapa dan jengkol.

Sampel pekarangan pada ketinggian 300-400 m dpl memiliki suhu rerata harian sebesar 28,7oC dan kelembaban udara relatif sebesar 62,47% serta curah hujan rerata tahunan sebesar 232,42 mm/tahun, dengan kondisi lingkungan yang demikian nilai INP tertinggi ditemukan pada pohon duku (37,16), rambutan (32,98), dan nangka (18,61). Nilai kepentingan buah duku dan rambutan disumbangkan oleh nilai dominansi relatif yang tinggi (18,33 dan 13,06), hal ini menggambarkan bahwa keberadaan buah duku dan rambutan dianggap penting karena penguasaan penutupan lahannya

(coverage) yang lebih luas dibandingkan dengan tanaman buah lainnya.

Pohon nangka memiliki kepentingan yang cukup tinggi jika ditinjau dari frekuensi relatifnya yang tinggi (6,81), artinya bahwa pohon nangka menjadi penting karena memiliki nilai keseringan muncul yang tinggi pada tiap pekarangan yang diamati.

commit to user

INP tertinggi untuk kategori komoditas pohon kayu dapat ditemukan pada pohon mahoni (16,49), jati (13,67), dan turi (3,70). Kayu mahoni dan turi memiliki nilai kepentingan yang tinggi ditinjau dari kerapatan relatifnya (9,15 dan 2,74), jadi kedua komoditas ini penting karena jumlahnya yang banyak pada area pekarangan yang diamati. Kayu jati menjadi penting keberadaannya ditinjau dari kerapatan relatif (4,97) dan frekuensi relatifnya (4,97), artinya bahwa kayu jati menjadi penting karena jumlahnya yang banyak dan dapat ditemukan hampir pada semua pekarangan yang diamati.

Komoditas pohon industri dengan INP tertinggi pada ketinggian 300-400 m dpl dapat dilihat pada pohon kelapa (45,01), melinjo (21,65), dan kakao (9,29). Kelapa memiliki INP tertinggi karena didukung oleh nilai dominansi relatifnya yang tinggi (27,10), artinya bahwa keberadaan kelapa menjadi penting karena penguasaan penutupan lahannya (coverage) yang lebih luas dibandingkan dengan komoditas pohon industri lainnya. Melinjo dan kakao memiliki kepentingan yang tinggi karena didukung oleh kerapatan relatifnya yang tinggi (berturut-turut 9,38 dan 4,14), hal ini menggambarkan bahwa keberadaan melinjo dan kakao juga penting karena jumlahnya yang cukup banyak pada semua sampel pekarangan yang diamati.

Kondisi lingkungan pada ketinggian > 400 m dpl menunjukkan suhu rerata harian sebesar 26,23oC dan rerata kelembaban udara relatif sebesar 73,27% serta curah hujan rerata tahunan sebesar 232,42 mm/tahun, dengan kondisi lingkungan yang demikian nilai INP tertinggi untu komoditas buah dapat ditemukan pada pohon alpukat (36,29), rambutan (31,58), dan durian (28,01). Buah alpukat dan durian memiliki nilai yang sangat penting untuk kategori pohon buah ditinjau dari aspek kerapatan relatifnya (14,28 dan 9,61), artinya bahwa kedua pohon buah ini jumlahnya banyak dalam suatu area yang diamati; sedangkan rambutan dinilai penting karena dominansi relatifnya yang cukup tinggi (12,01), hal ini menunjukkan bahwa rambutan memiliki penguasaan penutupan lahannya (coverage) yang cukup luas disbanding tanaman pohon buah lainnya.

commit to user

Komoditas pohon kayu yang memiliki INP tertinggi dapat dilihat pada jati (6,64), mahoni (4,92), dan waru (4,30). Jati dan waru memiliki nilai penting yang tinggi ditinjau dari aspek frekuensi relatifnya yang tinggi (berturut-turut 3,40 dan 1,89), artinya bahwa kedua pohon kayu ini memiliki keseringan muncul yang tinggi pada setiap pekarangan yang diamati; sedangkan mahoni dianggap penting karena kerapatannya yang tinggi (2,19), artinya bahwa jumlah pohon mahoni ini cukup banyak dibandingkan dengan komoditas pohon kayu lainnya pada area yang diamati.

Komoditas pohon industri dengan INP tertinggi dapat dilihat pada pohon kelapa (46,65), cengkeh (16,47), dan melinjo (12,08). Kelapa dinilai penting dilihat dari sumbangan dominansi relatifnya yang tinggi (23,82), artinya bahwa penguasaan penutupan lahannya (coverage) lebih luas dibandingkan komoditas pohon industri lainnya; sedangkan cengkeh kepentingannya disumbang dari kerapatan relatifnya yang tinggi (7,70), artinya bahwa cengkeh dianggap penting karena jumlahnya yang banyak pada area pekarangan yang diamati; dan melinjo dianggap penting karena sumbangan frekuensi relatifnya yang tinggi (4,91), artinya bahwa cengkeh menjadi penting keberadaannya karena keseringan munculnya pada semua pekarangan yang diamati cukup tinggi.

Spesies-spesies dengan INP tertinggi pada masing-masing ketinggian tersebut merupakan spesies-spesies yang dominan pada masing- masing ketinggian tempat. Menurut Sujarwo dan Darma (2011) jenis yang dominan mempunyai produktivitas yang besar. Keberadaan jenis dominan menjadi suatu indikator bahwa jenis tersebut berada pada habitat yang sesuai dalam mendukung pertumbuhannya. Setiap ketinggian tempat memiliki kondisi lingkungan yang berbeda-beda sehingga jenis tanaman yang ada di pekarangan pada masing-masing ketinggian juga berbeda-beda. Selain alasan lingkungan yang sesuai dengan faktor tumbuh tanaman pohon, faktor ekonomi juga menjadi alasan pemilihan jenis tanaman pohon. Pada ketinggian < 300 m dpl tanaman pohon didominasi oleh tanaman mangga, nangka, dan rambutan. Berdasarkan wawancara dengan pemilik pekarangan,

commit to user

selain kondisi lingkungan yang sesuai dengan faktor tumbuh tanaman, alasan pemilihan tanaman mangga dan rambutan adalah karena sifatnya yang mudah tumbuh tanpa input yang tinggi dan perawatan yang tidak sulit. Kedua buah ini merupakan buah musiman yang digemari masyarakat, sehingga dapat menambah pendapatan pemilik pekarangan. Pada ketinggian < 300 m dpl juga ditemukan kayu jati dan johar. Pemilihan komoditas kayu jati dan johar menurut pemilik pekarangan karena kedua kayu ini memiliki jual yang cukup tinggi, walaupun hasilnya baru akan diterima 10-15 tahun yang akan datang, selain itu perawatan kedua jenis kayu ini tidak memerlukan banyak biaya.

Kecamatan Matesih merupakan sentra buah duku dan durian yang sudah terkenal di Indonesia yang dikenal dengan duku dan durian Matesih. Pada sampel di ketinggian 300-400 m dpl dan > 400 m dpl yang terletak di Kecamatan Matesih dan Kecamatan Tawangmangu, kondisi lingkungannya sangat sesuai untuk pertumbuhan kedua jenis tanaman buah tersebut. Kedua tanaman tersebut juga memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi dan sifatnya musiman, selain harganya jualnya yang cukup tinggi, keduanya merupakan buah yang digemari masyarakat luas.

8. Indeks Kelimpahan Spesies/Species Richness (Margalef Index), Indeks

Dokumen terkait