• Tidak ada hasil yang ditemukan

Independent (strong driver-weak dependent variables) , subelemen yang masuk dalam sektor ini merupakan bagian dari sistem dan disebut variabel bebas

Stakeholder lainnya (NGO,

Sektor 4. Independent (strong driver-weak dependent variables) , subelemen yang masuk dalam sektor ini merupakan bagian dari sistem dan disebut variabel bebas

Jika nilai DP > 50% dari jumlah subelemen dan nilai D < 50% dari jumlah subelemen, maka akan diklasifikasikan dalam sektor 4.

Data Envelopment Analysis (DEA)

Data Envelopment Analysis (DEA) adalah suatu pendekatan program matematika non parametrik yang menghitung relatif efisiensi multikriteria. DEA yang sering diistilahkan juga sebagai frontier analysis merupakan suatu teknik pengukuran kinerja berbasis linier programming yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif decision making unit (DMU) dalam perusahaan (Zhou et al. 2008). Pada penelitian ini, DEA digunakan sebagai salah satu pendekatan untuk mengukur kinerja kelembagaan pengadaan bahan baku pada sub-topik penelitian desain model kelembagaan pengadaan bahan baku kulit sapi yang memenuhi persyaratan sertifikasi halal.

Secara garis besar, langkah-langkah pendekatan DEA adalah sebagai berikut: (1) Identifikasi unit yang akan dievaluasi, input yang dibutuhkan serta output yang dihasilkan oleh unit tersebut, (2) Membentuk efficiency frontier atas set data yang tersedia untuk menghitung nilai produktivitas dari unit-unit yang tidak termasuk dalam efficiency frontier serta mengidentifikasi unit mana yang tidak menggunakan input secara efisien relatif terhadap unit berkinerja terbaik dari set data yang dianalisis, (3) Identifikasi himpunan bagian DMU yang efisien secara best practice, untuk DMU yang tidak termasuk dalam himpunan tersebut, DEA mengukur tingkat ketidakefisienan dengan membandingkan hasil pencapaian DMU tersebut terhadap efficiency frontier yang terbentuk oleh DMU yang efisien; dan (4) Penentuan bobot untuk menentukan variabel output ataupun input.

Menurut Cooper et al. ( 002), model dasar Data Envelopment Analysis adalah sebagai berikut:

Efisiensi maksimum:

= ik i rk r k X V Y U η (10) Keterangan:

k = Unit pengambil keputusan yang akan dievaluasi Ur V = Bobot output i Y = Bobot input rk X = Nilai output ik = Nilai input. Analisis Finansial

Dalam menilai tingkat keberhasilan suatu perusahaan, pengambil keputusan memerlukan informasi tentang kinerja keuangan yang tersusun dalam bentuk akuntansi keuangan. Kajian analisis finansial meliputi nilai NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C rasio (Net Benefit Cost Ratio), PBP (Payback Period) dan analisis sensitivitas. NPV, IRR, Net B/C rasio dan PBP.

Penghitungan NPV

Metode nilai sekarang (present value method) adalah metode penilaian kelayakan finansial yang menyelaraskan nilai yang akan datang arus kas menjadi nilai sekarang dengan melalui pemotongan arus kas dengan memakai faktor pengurang (diskonto) pada tingkat biaya modal tertentu yang diperhitungkan. Kriteria nilai sekarang neto (net present value, NPV) didasarkan pada konsep mendiskonto seluruh aliran kas ke nilai sekarang. Dengan mendiskonto semua aliran kas masuk dan keluar selama umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung angka bersih (neto) maka akan diketahui selisihnya dengan memakai dasar yang sama, yaitu harga (pasar) saat ini. Hal tersebut berarti dua hal sekaligus telah diperhatikan, yaitu faktor nilai waktu dari uang dan selisih besar aliran kas masuk dan keluar. Dengan demikian amat membantu pengambil keputusan untuk menentukan pilihan. NPV menunjukkan jumlah lumpsum yang dengan arus diskonto tertentu memberikan angka berapa besar nilai usaha (Rp) tersebut pada saat ini. Jika NPV lebih besar dari 0 atau bernilai positif, berarti proyek layak dan jika NPV lebih kecil dari 0 atau negatif berarti proyek tidak layak. NPV dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Soekardono 2009) :

= + − = n t t t t i C B NPV 0 (1 ) (11) dengan :

Bt : benefit bruto pada tahun ke-t Ct : biaya bruto proyek pada tahun ke-t i : tingkat suku bunga

t : lama investasi (t = 0, 1, 2, …, n)

Penghitungan IRR

Tingkat kemampulabaan internal (internal rate of return, IRR) adalah metode analisis kelayakan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat balikan internal sewaktu nilai sekarang arus kas masuk sama dengan nilai sekarang pengeluaran investasi atau sewaktu NPV sama dengan 0. Jika IRR lebih besar dari tingkat bunga, maka proyek tersebut layak diterima. IRR dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut (Soekardono 2009)

) (2 1 2 1 1 1 i i NPV NPV NPV i IRR − − + = (12) dengan :

NPV1 : nilai sekarang bersih yang diperoleh dari faktor i1

NPV

(positif)

2 : nilai sekarang bersih yang diperoleh dari faktor i2

i

(negatif)

1

i

: tingkat bunga yang kecil

2

Penghitungan Net B/C rasio

: tingkat bunga yang besar

Kelayakan finansial suatu usaha dapat pula dikaji dengan menggunakan kriteria Net B/C rasio. Jika B/C lebih besar dari satu artinya suatu usaha layak namun jika lebih kecil dari satu maka usaha tersebut tidak layak dan sebaiknya ditolak. Net B/C rasio dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut (Soekardono 2009)

= = + + + = n t t t n t t t I i C i B ratio C B Net 0 0 0 ) 1 ( ) 1 ( / (13) dengan : Bt C

: benefit bruto pada tahun tertentu (t)

t

i : tingkat bunga

: biaya bruto pada tahun tertentu (t)

n : umur ekonomis proyek I0 : investasi awal

Penghitungan PBP

Jangka waktu pemulihan modal PBP (payback period) adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal yang diinvestasikan. Biasanya dinyatakan dalam satuan tahun. PBP dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut (Soekardono 2009)

= ≤ − − θ 1 0 ) ( k I Ek Rk (14) dengan : Rk E

: penerimaan pada tahun ke-k

k

Ө : payback period

: pengeluaran pada tahun ke-k

Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk menghitung kepekaan investasi terhadap perubahan-perubahan faktor harga. Analisis sensitivitas ini dapat menggambarkan perubahan harga produk apabila terjadi kenaikan atau penurunan harga bahan baku.

53

Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Pemodelan sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri gelatin sebagai salah satu komponen pengembangan agroindustri gelatin memerlukan kajian yang serius dengan pendekatan holistik. Karena persoalan agroindustri bersifat sistemik, maka pendekatan analitis belum cukup untuk menjawab persoalan. Keterlibatan pakar sangat diperlukan untuk memberikan penilaian dan judgment terhadap persoalan riil yang relevan terhadap pemodelan sistem kelembagaan tersebut.

Penelitian ini mengkaji sistem kelembagaan pasokan bahan baku kulit sapi yang digunakan untuk memproduksi gelatin guna memastikan asal-usul dan proses pengadaan bahan baku tersebut telah memperoleh perlakukan yang memenuhi persyaratan sertifikasi halal. Penelitian dilakukan pada industri penyamakan kulit PT. Muhara Dwi Tunggal Laju Tannery untuk mengetahui proses perlakukan kulit yang dihasilkan dari industri penyamakan kulit yang digunakan sebagai bahan baku agroindustri gelatin. Beberapa hal yang perlu diketahui adalah data potensi bahan baku, data ketersediaan bahan baku, data proses produksi kulit samak, data pengadaan kulit dan data distributor dan pemasok kulit sapi ke industri penyamakan kulit. Kemudian penelitian dilanjutkan untuk mengkaji pemasok kulit pada industri penyamakan kulit yaitu Rumah Pemotongan Hewan (RPH), pengumpul kulit sapi. Selain itu juga dikaji kelembagaan dari distributor dan pengumpul kulit yang ada saat ini serta cakupan untuk setiap pengumpul kulit dalam suatu wilayah.

Penelitian dilanjutkan untuk mengkaji seluruh stakeholder dari penyediaan bahan baku kulit sapi dari peternak sapi sampai pada industri penyamakan kulit. Kajian ini digunakan untuk memperoleh data kendala dan potensi konflik dari masing – masing stakeholder dalam kaitannya dengan penanganan bahan baku kulit sapi yang ditinjau asal-usul dan proses pengadaan dan penanganan bahan baku tersebut pada setiap tingkatan pelaku. Kerangka pemikiran konseptual dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Kerangka pemikiran konseptual penelitian

Selanjutnya dilakukan analisis usaha dari setiap pelaku penyediaan bahan baku tersebut dengan faktor kritis terpenuhinya persyaratan halal dan peningkatan mutu serta pendapatan peternak dengan terbentuknya suatu kelembagaan pasokan bahan baku yang bersertifikasi. Analisis ini dilakukan dengan melibatkan tujuh

Industri Penyamakan

Kulit Peternak Sapi

Rumah Pemotongan Hewan (RPH)

Kondisi Sistem Penyediaan Bahan Baku Kulit Sapi dan Kendala Sertifikasi: Usaha peternakan sapi, usaha pemotongan hewan, usaha pengumpulan kulit

sapi, rantai pasokan dan industri gelatin

Pendekatan Sistem Kelembagaan

Analisis Usaha Peternakan Sapi Analisis usaha pemotongan hewan Analisis Usaha Pemotongan Hewan Analisis Sertifikasi Mutu Analisis Elemen Kelembagaan Kondisi Situsional Peternakan Sapi Kondisi Situsional Pemotongan Hewan Persyaratan Jaminan Mutu Produk Elemen Kunci Kelembagaan

Perekayasaan Sistem Kelembagaan Jaminan Mutu Pasokan Bahan Baku Gelatin dari Kulit Sapi Split

Struktur Kelembagaan Analisis Nilai Tambah

dan Tingkat Efisiensi

Analisis Konflik dan Kendala

Implementasi dan Verifikasi

Faktor Pendukung Faktor Penghambat

Sistem Kelembagaan Pasokan Bahan Baku Gelatin dari

orang pakar yang berkompeten (akademisi, peneliti dan praktisi) untuk mendapatkan suatu model sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri gelatin guna menjamin mutu yang efektif dan efisien.

Nilai keilmuan dari penelitian ini adalah bagaimana suatu sistem kelembagaan pengadaan dan pasokan bahan baku kulit sapi untuk memenuhi persyaratan sertifikasi halal dapat terbentuk, serta model sistem kelembagaan dalam ranah rekayasa manajemen dapat digunakan dan diimplementasikan pada agroindustri gelatin berbahan baku kulit sapi untuk perencanaan dan pengembangan agroindustri gelatin halal. Validasi dan verifikasi terhadap model yang diusulkan dilakukan dengan melalui pengujian antar variabel dengan berdasarkan penilaian pendapat pakar.

Tahapan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sistem untuk merekayasa model kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri gelatin. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan yang dirancang untuk dapat menghasilkan model konseptual kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri gelatin .

Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 5, sedangkan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap awal penelitian terdiri dari studi pustaka dan survai lapangan, analisis kebutuhan, perumusan masalah dan identifikasi sistem. Dalam tahap ini dilakukan survai lapang di Bogor, Bandung, Semarang, dan Surabaya terhadap beberapa pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam pasokan bahan baku kulit sapi yaitu peternak sapi, pedagang sapi, rumah pemotongan hewan, pengumpul kulit, pedagang kulit dan industri penyamakan kulit. Disamping itu juga dilakukan studi literatur terhadap berbagai metode penelusuran bahan baku dalam rangka memenuhi kriteria jaminan mutu halal. 2. Analisis sistem kelembagaan sertifikasi halal gelatin untuk mendapatkan

permasalahan dan konflik kepentingan antar stakeholder penyediaan bahan baku gelatin. Dalam hal ini dilakukan analisis terhadap kelembagaan sertifikasi mutu yang telah ada saat ini yaitu badan LPPOM MUI sehingga

diperoleh kendala yang dihadapi oleh setiap pemanggku kepentingan dalam mendapatkan label sertifikasi mutu.

3. Tahap analisis pemasok bahan baku potensial berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan kebutuhan para stakeholder pengembangan agroindustri gelatin. Sehingga dengan analisis ini diharapkan akan diperoleh model pemasok yang efektif dan efisien dalam pengadaan bahan baku agroindustri gelatin guna menunjang konsep sertifikasi mutu.

4. Tahap penentuan struktur model sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri gelatin. Strukturisasi sistem dilakukan dengan menggunakan metode ISM untuk mengetahui elemen-elemen kunci dari sistem pasokan bahan baku agroindustri gelatin dan struktur pengembangan dari masing-masing elemen berdasarkan kekuatan penggerak dari masing-masing-masing-masing sub elemennya. Tahap ini kemudian dilanjutkan dengan formulasi struktur kelembagaan penyediaan bahan baku agroindustri dilakukan untuk membuat struktur penyediaan bahan baku agroindustri gelatin yang menjamin kepastian asal-usul bahan baku dan proses penyediaannya.

5. Tahap pemilihan strategi aliansi antar pelaku usaha penyediaan bahan baku agroindustri gelatin untuk menentukan model aliansi yang cocok untuk pengembangan agroindustri tersebut dengan AHP. Dengan tahapan ini diharapkan akan diperoleh strategi yang efektif dalam pengadaan bahan baku agroindustri gelatin guna menunjang sertifikasi mutu.

6. Analisis kinerja kelembagaan penyediaan bahan baku agroindustri gelatin untuk mengetahui kinerja kelembagaan tersebut serta kekurangan dan kelebihannya dengan DEA.

7. Tahap analisis finansial pengembangan agroindustri gelatin dengan sertifikasi mutu halal yang dapat diimplementasikan oleh investor agroindustri gelatin dengan bahan baku kulit sapi.

8. Pemodelan sistem pendukung pengambilan keputusan guna membantu pemangku kepentingan dalam mengimplementasikan sistem kelembaggan pasokan bahan baku agroindustri gelatin.

9. Verifikasi dan validasi model menggunakan pendapat pakar untuk mengetahui kebenaran sistem dan mendapatkan keabsahan dan keyakinan bahwa model mampu bekerja sesuai kebutuhan pengambil keputusan.

Gambar 5 Tahapan penelitian rekayasa sistem kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin dari kulit sapi split

Studi pustaka

Analisis Kebutuhan

Formulasi tujuan penelitian

Formulasi masalah pengembangan industri gelatin Mulai

Analisis sistem kelembagaan sertifikasi halal

Strukturisasi sistem kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku agroindustri gelatin

Identifikasi sistem Analisis kebutuhan pengguna

Analisis sistem kelembagaan penyediaan bahan baku

Analisis sistem pasokan dan pemasok bahan baku kulit sapi

Strukturisasi sistem kelembagaan pemasok bahan baku

Analisis efisiensi kinerja model kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin

Formulasi strategi pengembangan sistem kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku

Analisis potensi bahan baku dan rancangan skala kelayakan usaha industri gelatin Pemilihan model kelembagaan jaminan mutu

pasokan bahan baku

Kesimpulan dan saran

--- ISM

--- DEA --- AHP

--- MPE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari tanggal 1 Agustus 2008 sampai dengan 30 Juli 2010. Penelitian dilakukan di Jabodetabek, Jawa Barat dan Jawa Tengah terkait dengan potensi penyediaan bahan baku agroindustri gelatin dan industri penyamakan kulit yang terdapat di Jawa Barat. Penelitian terutama dilakukan pada beberapa rumah pemotongan hewan yaitu RPH Cakung, RPH Kabupaten dan Kota Bandung. RPH Semarang dan industri penyamakan kulit (PT. Muhara Dwitunggal Laju Tannery) yang ada di Jawa Barat.

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survai lapang dengan melakukan wawancara mendalam dan pengisian kuesioner dengan pelaku terkait dan pakar. Pakar yang dimaksud adalah seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan dan kemampuan mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya (Hart 1986) dan didasarkan atas pertimbangan dan kriteria-kriteria antara lain; 1) Keberadaan “responden” dan keterjangkauan serta kesediaan untuk diwawancarai, 2) Mempunyai reputasi, kedudukan dan telah menunjukan kredibilitasnya sebagai ahli, 3) Telah berpengalamaqn dibidangnya (Machfud, 2001) Beberapa pakar yang dilibatkan dalam penelitian ini berasal dari dua orang dari praktisi agroindustri gelatin, dua orang peneliti agroindustri gelatin dari Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT), tiga orang pemerhati agroindustri gelatin dari Perguruan Tinggi, dan satu orang dari LPPOM-MUI. Pelaku-pelaku yang terkait dengan pasokan bahan baku yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini meliputi peternak sapi, Rumah Pemotongan Hewan (RPH), pengepul kulit sapi, dan industri penyamakan kulit. Data sekunder diperoleh melalui instansi terkait dan publikasi dari lembaga-lembaga yang relevan dengan penelitian ini. Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup beberapa hal sebagai berikut :

1. Pengumpulan data dan informasi untuk analisis sistem dilakukan wawancara mendalam dan pengisian kuesioner dengan stakeholder yang terkait dan pakar. Pengumpulan data dan informasi ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi tentang permasalahan dan kebutuhan pengembangan agroindustri gelatin.

2. Pengumpulan data dan informasi tentang pelaku penyediaan bahan baku gelatin yang potensial dilakukan melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan pakar dari akademisi, praktisi dan peneliti yang dipilih secara purposive yang dapat mewakili semua kepentingan (expert survey). Pakar yang diwawancarai dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut: (a) memiliki reputasi dalam domain pengetahuan yang diperlukan. (b) memiliki kedudukan sebagai perencana dan pengambil keputusan sehingga memiliki pengetahuan struktur sistem. (c) telah berpengalaman dibidangnya. (memiliki kemampuan berkomunikasi dan bersedia diwawancarai). Pengumpulan data dan informasi dilakukan untuk memperoleh kumpulan pendapat tentang penentuan bobot, kriteria dan alternatif dalam penentuan agroindustri potensial.

3. Pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan strukturisasi sistem kelembagaan dilakukan melalui survey pakar (expert survey). Pengumpulan data dan informasi ini dilakukan untuk memperoleh kumpulan pendapat tentang interaksi antar sub elemen dalam suatu elemen sistem. Data dan informasi tersebut digunakan untuk menentukan sub elemen kunci dari masing-masing elemen serta kekuatan pendorong (driver power) dalam elemen sistem tersebut. 4. Data penyediaan bahan baku agroindustri gelatin diperoleh melalui

survey terhadap pedagang/pemasok bahan baku agroindustri gelatin yang berada di Jabodetabek, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Metode Analisis Data

Data dan informasi hasil survey lapang dan pendapat pakar diolah sesuai dengan rancangan metode yang digunakan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemodelan dan strukturisasi sistem kelembagaan penyediaan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk sesuai sertifikasi halal dilakukan dengan menggunakan teknik Interpretive structural modelling (ISM), dengan agregasi pendapat pakar dilakukan dengan metode mean atau modus.

2. Analisis pemilihan model kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku agroindustri gelatin yang potensial dilakukan dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Agregasi pendapat pakar dilakukan dengan metode rata-rata.

3. Analisis pengukuran kinerja kelembagaan penyediaan bahan baku gelatin dilakukan dengan menggunakan metode DEA (Data Envelopment Analysis), dengan satu output yaitu peningkatan kepuasan pelanggan. Kemudian agregasi pendapat pakar dilakukan dengan rata-rata.

4. Analisis sensitifitas kelayakan usaha agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk dengan skala sesuai dengan potensi bahan baku kulit sapi split yang tersedia dalam sistem kelembagaan optimal menggunakan metode analisis finansial agroindustri gelatin yang diintegrasikan pada industri penyamakan kulit.

5. Metode penyusunan strategi pengembangan agroindustri gelatin yang terintegrasi pada industri penyamakan kulit dan strategi pengembangan model kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku agroindustri gelatin dilakukan dengan AHP.

6. Analisis sistem kelembagaaan pasokan bahan baku yang berjalan saat ini dilakukan dengan analisis deskriptif.

Verifikasi dan Validasi Model

Kredibilitas sebuah model ditentukan oleh aksebilitas model dihadapan para pengguna atau pemangku kepentingan. Penerimaan sebuah model oleh pengambil keputusan sebagai pengguna harus diuji melalui proses verifikasi dan validasi. Proses ini akan membuktikan kebenaran model dan penerimaan pengguna terhadap kemampuan dari model. Seluruh rangkaian dalam menghasilkan mulai dari pemuatan elemen sistem nyata, pembangunan logika dan penulisan kode komputer dengan bahasa pemrograman tertentu akan diperiksa konsistensinya terhadap konsep dan teori yang digunakan.

Verifikasi dan validasi model adalah bagian esensial dari proses pengembangan model agar model diterima dan digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan. Pertanyaan utama yang sering disampaikan kepada seseorang yang memperkenalkan sebuah model adalah keabsahan model sebelum diterapkan. Verifikasi adalah proses untuk menjamin bahwa model sudah bekerja dengan benar, sedangkan validasi adalah proses menjamin bahwa model memenuhi kebutuhan yang diharapkan dari segi metoda yang digunakan dan hasil yang diperoleh. Verifikasi dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui kebenaran kerja model, selanjutnya divalidasi untuk mengetahui kesesuaian model terhadap peruntukannya (Carson 2002).

Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan sistem untuk menghasilkan sebuah sistem penunjang keputusan. Tujuan dari verifikasi dan validasi adalah memeriksa kesesuaian model dengan teori-teori dan konsep-konsep yang diterapkan dengan sistem nyata. Verifikasi konseptual dilakukan untuk mendapatkan relevansi asumsi-asumsi dan teori-teori yang digunakan dalam memodelkan rantai pasok yang telah diwujudkan dalam bentuk persamaan ataupun pertidaksamaan. Teknik verifikasi yang digunakan adalah menelusuri apakah konsistensi pemakaian relasi dan fungsi pada model sesuai dengan aturan matematik dan menggambarkan fungsi dari variabel keputusan dalam bentuk grafik. Model yang telah melewati verifikasi secara teoritik dan konseptual diuji secara komputasional dengan perangkat komputer yang telah disiapkan menggunakan data dari obyek penelitian.

Menurut Carson (2002) menjelaskan beberapa teknik validasi model yang dapat digunakan dan penelitian ini menerapkan teknik face validity. Teknik face validity ini memungkinkan penelusuran model secara menyeluruh dan utuh sehingga konsistensi konsep dan kebutuhan pemangku kepentingan dapat dievaluasi secara bersamaan. Face validity dilaksanakan dengan cara bertanya kepada orang (pakar) yang mempunyai pengetahuan tentang gelatin dan manajemen pasokan bahan baku agroindustri gelatin serta sertikasi mutu gelatin mengenai kesesuaian model dan/atau prilakunya terhadap peruntukannya. Proses ini menggunakan rasionalisme dan empirisme berdasarkan pendapat seseorang ahli yang mengetahui tentang agroindustri gelatin. Rasionalisme adalah validasi dengan cara deduksi logika untuk menilai asumsi dari model sudah sesuai atau belum. Empirisme membutuhkan data empiris untuk menilai kesesuaian model dengan peruntukannya.

63

Penelitian ini menganalisis sistem kelembagaan pasokan bahan baku kulit sapi yang digunakan untuk memproduksi gelatin guna memastikan asal usul dan proses pengadaan bahan baku tersebut telah memperoleh perlakukan yang memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan. Penelitian dilakukan pada industri penyamakan kulit PT. Muhara Dwitunggal Laju Tannery untuk mengkaji proses perlakukan kulit yang dihasilkan dari industri penyamakan kulit tersebut yang kemudian digunakan sebagai bahan baku agroindustri gelatin. Data yang dikehendaki adalah data potensi bahan baku, data ketersediaan bahan baku, data proses produksi kulit samak, data pengadaan kulit dan data distributor dan pemasok kulit sapi ke industri penyamakan kulit. Penelitian dilanjutkan untuk mengkaji pemasok kulit pada industri penyamakan kulit yaitu RPH (Rumah Pemotongan Hewan), pengumpul kulit sapi pada tingkat kelurahan, tingkat kecamatan dan tingkat propinsi. Data yang diinginkan dari kajian ini adalah data distribusi dan jumlah RPH yang tersedia di suatu wilayah, data proses pemotongan hewan di RPH terkait, data sertifikasi pelaku pemotongan hewan serta data keterkaitan antara suatu RPH dengan pengumpul kulit atau distributor kulit. Selain itu juga dikaji kelembagaan dari distributor dan pengumpul kulit yang ada saat ini serta cakupan untuk setiap pengumpul kulit dalam suatu wilayah (Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, atau Jawa Timur).

Industri penyamakan kulit

Industri penyamakan kulit di Indonesia memiliki sejarah panjang dengan para produsen dalam negeri yang sebagian besar menggunakan kulit sapi, kerbau, domba dan kambing dalam proses produksinya. Industri penyamakan kulit kelas menengah hingga besar berada di sejumlah daerah di seluruh pulau Jawa, termasuk Jakarta Raya, Jawa Barat (Cianjur dan Bandung), Jawa Tengah (Yogyakarta, Solo, Semarang) dan Jawa Timur (Malang, Pasuruan, Sidoarjo dan Surabaya); sementara penyamakan rumahan sebagian besar berada di Jawa Barat

Dokumen terkait