• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk mengetahui pengaruh IOD terhadap pertumbuhan karang dilakukan perbandingan antara kedua parameter tersebut sepanjang periode pertumbuhan karang (Gambar 21 sampai 23). DMI yang terendah terjadi pada tahun 1996 sebesar -1,55, tertinggi pada tahun 1994 sebesar 1,72, dan rata-rata DMI sebesar 0,03 dalam periode 1966 – 2004.

Gambar 21. Hubungan Laju Pertumbuhan Karang dengan IOD di Pulau Parsupahan

100

Gambar 23. Hubungan Laju Pertumbuhan Karang dengan IOD di Pulau Aur

Tabel 3. Ringkasan Stastistik Hubungan Parameter Lingkungan Laut dan Laju Pertumbuhan Karang (skenario 2)

Hubungan suhu permukaan laut dengan laju pertumbuhan karang di sekitar perairan Pulau Parsupahan memiliki nilai korelasi tergolong lemah serta tidak signifikan, di sekitar Pulau Merak dan Aur memiliki nilai korelasi tergolong sangat lemah dan tidak signifikan. Tidak adanya korelasi dan signifikansi antara masing-masing parameter dengan laju pertumbuhan karang diduga disebabkan oleh adanya parameter lain yang lebih mempengaruhi laju pertumbuhan karang disekitar Pulau Parsupahan, Pulau Merak, dan Pulau Aur daripada suhu permukaan laut.

Hubungan salinitas dengan laju pertumbuhan karang di sekitar perairan Pulau Parsupahan memiliki nilai korelasi tergolong lemah serta signifikan positif, di sekitar Pulau Merak dan Pulau Aur memiliki nilai korelasi tergolong sangat lemah dan tidak signifikan. Adanya ketidak korelasian dan ketidaksignifikanan masing-masing parameter dengan laju pertumbuhan karang disebabkan diduga adanya parameter lain yang mempengaruhi laju pertumbuhan karang disekitar Pulau Parsupahan, Pulau Merak, dan Pulau Aur selain dari salinitas.

Hubungan IOD dengan laju pertumbuhan karang di sekitar perairan Pulau Parsupahan memiliki nilai korelasi tergolong lemah serta tidak signifikan, di sekitar Pulau Merak dan Pulau Aur memiliki nilai korelasi tergolong sangat lemah dan tidak signifikan. Adanya ketidak korelasian dan ketidaksignifikanan masing-masing parameter dengan laju pertumbuhan karang d i s e b a b k a n diduga adanya parameter lain yang mempengaruhi laju pertumbuhan karang disekitar Pulau Parsupahan, Pulau Merak, dan Pulau Aur selain dari IOD.

101

Tabel 4. Ringkasan Stastistik Gabungan Seluruh Hubungan Parameter Lingkungan Laut dan Laju Pertumbuhan Karang (skenario 2)

Pada korelasi linear ganda ini digunakan untuk menghubungkan seluruh parameter terhadap laju pertumbuhan karang di setiap lokasi. Untuk perhitungan korelasi serta nilai signifikansi dengan regresi linear ganda yang telah dianalisa dengan SPSS 21 (Tabel 4). Hasil penelitian menunjukkan hubungan parameter suhu permukaan laut, salinitas, dan IOD terhadap laju pertumbuhan karang di sekitar Pulau Parsupahan pada tahun 1966 hingga 2004 memiliki nilai korelasi yaitu 0,467 hal ini menunjukkan bahwa nilai korelasi tergolong sedang. Nilai signifikansi sebesar 0,033 yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh dari ketiga parameter yang mempengaruhi laju pertumbuhan karang Porites sp. Apabila data terlihat signifikan maka dilanjutkan dengan uji parsial yang fungsinya untuk mengetahui parameter yang paling mendominasi, hasil uji parsial untuk Pulau Parsupahan bahwa nilai salinitas yang paling berpengaruh dalam laju pertumbuhan karang.

Hal yang sama terlihat pula pada hasil analisis data Pulau Merak. Hasil penelitian menunjukkan hubungan parameter suhu permukaan laut, salinitas, dan IOD terhadap laju pertumbuhan karang di sekitar Pulau Merak pada tahun 1966 hingga 2004 memiliki nilai korelasi yaitu 0,189 hal ini menunjukkan bahwa nilai korelasi tergolong lemah. Nilai signifikansi sebesar 0,730 yang menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh dari ketiga parameter yang mempengaruhi laju pertumbuhan karang Porites sp. Tidak terkecuali pada Pulau Aur, Hasil penelitian menunjukkan hubungan parameter suhu permukaan laut, salinitas, dan IOD terhadap laju pertumbuhan karang di sekitar Pulau Merak pada tahun 1966 hingga 2004 memiliki nilai korelasi yaitu 0,150 hal ini menunjukkan bahwa nilai korelasi tergolong lemah. Nilai signifikansi sebesar 0,835 yang menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh dari ketiga parameter yang mempengaruhi laju pertumbuhan karang Porites sp.

Dapat disimpulkan bahwa hubungan suhu permukaan laut, salinitas, dan IOD dengan laju pertumbuhan karang secara sekaligus di sekitar perairan Pulau Parsupahan memiliki nilai korelasi tergolong sedang serta signifikan, di sekitar Pulau Merak dan Aur memiliki nilai korelasi tergolong sangat lemah dan tidak signifikan. Apabila dilihat dari data keseluruhan nilai korelasi keseluruhan parameter terhadap pertumbuhan karang lebih besar daripada korelasi masing-masing parameter terhadap pertumbuhan karang. Hal ini diduga karena keterkaitan antar masing-masing parameter yaitu suhu permukaan laut, salinitas, dan IOD yang saling terkait yang pada akhirnya membuat karang Porites sp tumbuh, jadi tidak hanya mengaitkan antar masing-masing parameter saja akan tetapi dengan mengaitkan semua parameter secara sekaligus, namun nilai korelasi yang dihasilkan dengan mengaitkan seluruh parameter juga masih tergolong rendah yaitu 0,467 pada perairan Pulau Parsupahan, 0,189 pada perairan Pulau Merak, dan 0,150 pada perairan Pulau Aur, dan perlu diadakan penelitian lebih lanjut.

Hal seperti ini terjadi pada jurnal (Tito et al., 2013) yang menunjukkan bahwa penelitiannya juga memiliki korelasi yang lemah dengan mengaitkan masing-masing parameter terhadap laju pertumbuhan dan mengaitkan antar parameter secara sekaligus terhadap laju pertumbuhan. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai korelasi lebih besar ditunjukkan oleh korelasi yang mengaitkan parameter secara sekaligus dari pada mengaitkan setiap parameter dengan laju pertumbuhan karang Porites sp. Diduga adanya parameter lain yang mempengaruhi laju pertumbuhan karang selain suhu permukaan laut, salinitas, dan IOD.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Skenario 1 laju pertumbuhan korelasi masing-masing parameter tidak berkorelasi secara signifikan terhadap laju pertumbuhan karang.

2. Skenario 2 korelasi antara masing-masing parameter terhadap laju pertumbuhan karang di Pulau Parsupahan lemah dan tidak signifikan, sedangkan di Pulau Merak dan Aur

102

korelasinya sangat lemah dan tidak signifikan. Korelasi yang sangat lemah dan tidak signifikan juga terlihat pada hubungan antara IOD dan laju pertumbuhan karang.

3. Korelasi gabungan parameter terhadap laju pertumbuhan karang lebih besar dibandingkan membandingkan parameter satu per satu.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada pusat penelitian LIPI Geoteknologi Bandung dan UPT Loka Pengembangan Kompetensi SDM Oseanografi Jakarta. Kami berterima kasih kepada ibu Dr. Sri Yudawati Cahyarini untuk diskusinya dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang sudah memberikan dukungan.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyarini, S. Y. (2011). Pertambahan Penduduk, Variasi Interannual Suhu Permukaan Laut dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Linier Karang Porites di Kepulauan Seribu. Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, 2, 39 – 48.

Carton, J. A. dan B. S. Giese. (2005). SODA: A Reanalysys of Ocean Climate, Department of Atmospheric and Oceanic, University of Maryland.

Coral X-Radiograph Densitometry System. Gambar CoralXDS. 2015.

Corvianawatie, C., Cahyarini S. Y., dan M. R. Putri. (2015). The Effect of Changes in Sea Surface Temperature on Linear Growth og Porites Coral in Ambon Bay. AIP Conference Proceeding 1677, 060008.

Dipo, P., Nurjaya I. W. Syamsudin, F. (2011). Karakteristik Oseanografi Fisik di Perairan Samudera Hindia Timur pada saat Fenomen Indian Ocean Dipole (IOD) Fase Positif Tahun 1994/1995, 1997/1998, dan 2006/2007. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,3, 71-84.

Klein, R dan Y. Loya. (1991). Skeletal Growth and Density Patterns of Two Porites Corals From the Gulf of Eilat, Red Sea. Marine Ecology Progress Series Bol.77, 253-259.

Lough, J. M. D. J. Barnes M. J. Devereux. (1999). Variability Frowth Characteristics of Massive Porites in the Great Barrier Reef. CRC Reef Research Centre Technical Report No. 28. Townsville.

Lough, J. M dan D. J. Barnes. (1997). Several Centuries of Variation in Skeletal Extension, Densiy and Calcification in Massive Porites Colonies from the Great Barrier Reef: A Proxy for Seawater Tempetarure and a Background of Variability Against Which to Identify Unnatural Change. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology, 211, 29-67.

Mccook, L. J. (1999). Environmental Status of the Great Barrier Reef: Macroalgae (Seaweeds). Centre for Marine Studies, University of Queensland, St Lucia, Australia.

Nur’utami, M. N dan R. Hidayat. (2016). Influences of IOD dan ENSO to Indonesia Rainfall Variability: Role of Atmosphere-Ocean Interaction in the Indo-Pacific Sector. The 2nd International Symposium on LAPAN-IPB Satellite for Food Security and Environmental Monitoring2015, LISAT-FSEM 2015. Procedia Environmental Sciences,22, 196-203.

Purnamasari, I. A dan S. Y. Cahyarini. (2010). Suhu Muka Laut dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Linier Koral Kepulauan Seribu. Riset Geologi dan Pertambangan,200, 111-117. Rani, C, J. Jamaluddin, Amiruddin. (2004). Pertumbuhan Tahunan Karang Keras Porites Lutea Di Kepulauan Spermonde: Hubungannya Dengan Suhu Dan Curah Hujan. Torani, 14(4), 195–203.

Saji, N. H, B. N Goswami, P. N. Vinayachandran, dan T. Yamagata. (1999). A Dipole Mode in the Tropical Indian Ocean. Nature, 401.

Semedi, B dan R. Fajar. (2016). Estimation of Stress Levels of Coral Reefs Bleaching Using Night-Time Satellite Data: A Case Study of Indonesia Tropical Waters. Nature Environment and Pollution Technology an International Quartely Scientific Journal,1, 297-300.

Tito, C. K., A. Jusach, J. Jenhar, M. Wasis, dan A. Rohman. (2013). Kajian SPL, Presipitasi, dan Salinitas Kaitannya dengan Laju Pertumbuhan Karang Porites di Nusa Penida, Bali. Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan,V, 499 – 503.

Veron, J. E. N. (1986). Corals of Australia and Indo-Pacific. University of Hawaii Press. Honolulu. Yulihastin, Suryantoro, dan Krisminto. (2009). Penentuan Onset Monsun di Jawa Barat, Banten, dan

103

MONITORING CORALS AND FISH ABUNDANCE IN SIMEULUE ISLAND, ACEH