• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

H. Teknik Analisis Data

I. Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat dilihat adanya peningkatan nilai hasil belajar peserta didik setiap siklusnya. Hasil belajar peserta didik dianggap tuntas apabila adanya peningkatan rata-rata nilai peserta didik setiap siklusnya dan secara klasikal dianggap tuntas apabila mencapai 75 % (kategori tinggi) dan jumlah peserta didik seluruhnya mencapai KKM.

Tabel 3.2 Kriteria Hasil Belajar Peserta Didik

Nilai Predikat Keterangan

93-100 A Sangat Baik

84-92 B Baik

75-83 C Cukup

<75 D Kurang

47

1. Paparan data siklus I a. Perencaraan (Planning)

a) Peneliti melakukan analisis silabus untuk menentukan kompotensi dasar dan indikator yang akan disampaikan pada peserta didik

b) Membuat RPP

c) Membuat instrument yaitu lembar observasi peserta didik d) Menyusun alat evaluasi pembelajaran

b. Pelaksanaan (Acting)

e) memberikan pengertian kepada peserta didik kondisi pembelajaran dalam berkelompok

a) Guru menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) b) Observasi dan refleksi

Pada siklus I ini dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk soal pilihan ganda setelah penyajian materi. Adapun data skor hasil belajar siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

48

Tabel 4.1 Statistik skor hasil belajar Biologi peserta didik kelas XI IPA 1 SMAN 8 Takalar :

Statistik Nilai Statistik

Subjek 22

Skor ideal 100

Skor maksimum 80

Skor minimum 48

Rentang skor 32

Skor rata-rata 63

Variansi 16

Standar deviasi 0,9

Dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa skor rata-rata (mean) hasil belajar Biologi setelah diterapkan model pembelajaran Think pair share (TPS) pada siklus I adalah 63 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100, menunjukkan bahwa masih rendahnya skor rata-rata yang dicapai dan belum mencapai nilai kkm.

Hal ini disebabkan karena masih kurangnya perhatian peserta didik terhadap pelajaran biologi dengan melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran berlangsung dan masih kurangnya minat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat mengganggu konsetrasi dalam proses pembelajaran. Apabila skor hasil belajar siswa

dikelompokkan ke dalam 5 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi nilai seperti yang disajikan pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan presentase skor hasil belajar Biologi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Takalar :

Skor Kategori Frekuensi Presentase (%)

0-54 Sangat rendah 3 13

55-74 Rendah 15 68

75-80 Sedang 4 18

81-90 Tinggi 0 0

91-100 Sangat tinggi 0 0

Jumlah 22 100

Dari Tabel 4.2 di atas terlihat bahwa 13 % nilai peserta didik masih pada kategori sangat rendah, 68 % nilai peserta didik berada pada kategori rendah, 18 % peserta didik berada pada kategori sedang, 0 % berada pada kategori tinggi dan 0% peserta didik berada pada kategori sangat tinggi.

Pada tabel di atas terlihat bahwa jumlah sampel sebanyak 22, hal ini disebabkan karena pada saat mengikutti tes pada siklus I terdapat 2 orang peserta didik yang tidak hadir dari jumlah sampel yang ada sebanyak 24 orang peserta didik.

50

Presentase peserta didik yang berada pada kategori rendah lebih tinggi dibandingkan dari pada presentase peserta didik pada kategori tinggi.

Hal ini disebabkan karena masih kurangnya perhatian peserta didik terhadap pelajaran biologi dengan melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran berlangsung dan masih kurangnya minat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat mengganggu konsetrasi dalam proses pembelajaran. Presentase ketuntasan belajar peserta didik pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Deskripsi Ketuntasan Belajar Peserta Didik Siklus I Persentase

skor

Kategori Frekuensi Persentase (%)

0-74 Tidak Tuntas 18 82

75-100 Tuntas 4 18

Jumlah 22 100

Berdasarkan Tabel 4.3 maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar biologi peserta didik kelas XI IPA 1 SMAN 8 Takalar setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan metode Think Pair Share (TPS) Pada akhir siklus I ternyata sebanyak 18 peserta didik (82%) yang masuk dalam kategori tidak tuntas dan 4 peserta didik (18%) yang masuk pada kategori tuntas.

c. Refleksi

Pada siklus I, dalam proses pembelajaran masih kurangnya perhatian peserta didik terhadap pelajaran biologi dengan melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran berlangsung, peserta didik masih kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat mengganggu konsetrasi dalam proses pembelajaran, dan kurang aktifnya peserta didik dalam melakukan diskusi kelompok.

Untuk memperbaikki kelemahan pada siklus I, maka peneliti bersama dengan guru biologi merancang perbaikan pembelajaran siklus II dengan cara lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan, memberikan reward berupa pujian dan tepuk tangan kepada kelompok yang memiliki hasil kerja kelompok yang terbaik dan tetap memotivasi kelompok yang lain dalam mengerjakan tugas kelompok, serta meningkatkan kepercayaan diri peserta didik di depan kelas. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada siklus II.

2. Paparan Siklus II

a. Perencanaan (planning)

a) Memberikan motivasi kepada peserta didik agar lebih aktif dalam proses pembelajaran

b) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan c) Memberikan pengakuan atau penghargaan kepada peserta didik

52

b. Pelaksanaan

a) Tugas yang diberikan kepada peserta didik pada tahap Think mampu dikerjakan dengan baik, dan didiskusikan bersama dengan anggota kelompoknya. dan peserta didik dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pembelajaran

b) Sebagian besar peserta didik terlihat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga suasana pembelajaran efektif sudah tercapai.

c. Observasi dan evaluasi

Tes belajar pada siklus II ini dilaksanakan dengan bentuk soal pilihan ganda sebanyak 25 butir soal. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa skor rata-rata yang dicapai oleh peserta didik kelas XI IPA 1 SMAN 8 Takalar yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada siklus II yang disajikan dalam Tabel 4.4

Tabel 4.4 Statistik Skor Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMAN 8 Takalar

Statistik Nilai Statistik

Subjek 21

Skor ideal 100

Skor maksimum 96

Skor minimum 76

Rentang skor 20

Skor rata-rata 83

Variansi 12

Standar deviasi 0,7

Secara individual, skor yang dicapai peserta didik bervariasi dari skor minimum 75 dari terendah yang mungkin mencapai 0 sampai dengan skor maksimum 96 dari skor ideal yang mungkin dicapai 100 dari rentang skor 20.

Apabila skor hasil belajar peserta didik dikelompokkan ke dalam 5 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi nilai dilihat dari tabel 4.5

54

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil Belajar Biologi Peserta didik Kelas XI IPA 1 SMAN 8 Takalar

Skor Kategori Frekuensi Presentase (%)

0-54 Sangat rendah 0 0

55-74 Rendah 0 0

75-80 Sedang 10 48

81-90 Tinggi 7 33

91-100 Sangat tinggi 4 19

Jumlah 21 100

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa 0% nilai peserta didik yang berada pada kategori sangaat rendah, 0% nilai peserta didik yang berada pada kategori rendah, 48% nilai peserta didik berada pada kategori sedang, 33% nilai peserta didik berada pada kategori tinggi dan 19% nilai peserta didik berada pada kategori sangat tinggi, Pada tabel di atas terlihat bahwa jumlah sampel sebanyak 21, hal ini disebabkan karena pada saat mengikutti tes pada siklus II terdapat 3 orang peserta didik yang tidak hadir dari jumlah sampel yang ada sebanyak 24 orang peserta didik. Maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar peserta didik kelas XI IPA 1 SMAN 8 Takalar mengalami peningkatan hasil belajar pada siklus II.

Apabila hasil belajar peserta didik pada siklus II dianalisis maka persentase ketuntasan belajar peserta didik siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Deskripsi Ketuntasan Belajar Peserta Dididk Siklus II

Persentase skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0-74 Tidak Tuntas 0 0

75-100 Tuntas 21 100

Jumlah 21 100

Dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa persentase ketuntasan setelah pemberian tindakan ternyata sebanyak 21 peserta didik (100%) yang masuk pada kategori tuntas dan 0% peserta didik yang masuk pada kategori tidak tuntas. Dalam hal ini peserta didik mengalami peningkatan pembelajaran Biologi pada materi sistem peredaran darah.

d. Refleksi

Pada siklus II semangat dan antusias peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran memperlihatkan kemajuan, secara umum dapat dikatakan bahwa seluruh kegiatan pada siklus II ini mengalami peningkatan. Berdasarkan data hasil pengamatan, perbaikan pembelajaran siklus II dinyatakan telah berhasil, karena seluruh peserta didik telah bersemangat dan antusias, serta aktif dalam mengerjakan tugas kelompok sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat.

56

Keberhasilan perbaikan proses pembelajaran pada siklus II tidak lepas dari refleksi yang dilakukan antara guru dan peneliti pada siklus I.

Berdasarkan hasil tersebut dan diskusi antara peneliti dan guru menyatakan proses pembelajaran pada siklus II dikatakan berhasil.

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan selama 6 kali pertemuan, dimana 3 kali pertemuan pada siklus I dan 3 kali pertemuan pada siklus II. Setiap siklus dilakukan 2 kali pertemuan tatap muka (kegiatan pembelajaran) dan 1 kali tes hasil belajar.

Perbedaan antara siklus I dan siklus II yaitu terletak pada tindakan hasil refleksi pada siklus I yang diterapkan pada siklus II dengan tujuan memperbaiki proses pembelajaran sedangkan langkah-langkah model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada kedua siklus pada dasarnya sama.

Berdasarkan hasil penyajian data pada siklus I dan siklus II, model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, keberanian peserta didik untuk mengungkapkan pendapatnya di depan kelas, dan kemampuan peserta didik bekerja sama dalam satu kelompok belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut. Di dalam pembelajaran Think Pair Share (TPS) peserta didik dipacu untuk belajar secara mandiri dalam satu kelompok . Peserta didik belajar malalui keterlibatan aktif. Pelaksanaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) akan membuat peserta didik lebih mandiri serta meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membangun struktur kognitifnya sendiri.

Kentuntasan hasil belajar pada siklus I hanya mencapai 18 % yang berarti hanya 4 orang peserta didik yang mencapai KKM dari 22 orang peserta didik kelas XI IPA I SMAN 8 Takalar. Sedangkan pada siklus II ketuntasan hasil belajar peserta didik mencapai 100% yang berarti seluruh peserta didik memiliki nilai mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) sudah terlaksana dengan sempurna.

Hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa dalam fase Think yang menjadi kendala dalam proses pembelajaran adalah pada saat guru memberikan soal LKS. Dalam pemberian soal LKS ini peserta didik harus menyalin soal yang di tampilkan oleh guru sehingga membutuhkan waktu yang banyak. Hal ini membuat guru dan peneliti mengambil tindakan berupa membuat print out soal LKS tersebut untuk dibagikan kepada peserta didik sehingga peserta didik hanya perluh melihat, membaca LKS tersebut dan memperhatikan penjelasan guru. Tindakan ini efektif dalam efesiensi waktu yang digunakan dalam fase Think.

Dalam fase Pair, peserta didik dalam kelompoknya kurang antusias dalam bekerja sama sehingga kurang memahami materi pembelajaran. Dengan adanya masalah ini, maka guru lebih aktif membimbing setiap anggota kelompok dan memberikan reward kepada kelompok yang memiliki nilai tertinggi. Dengan tindakan ini maka peserta didik akan berusaha untuk lebih antusias dalam melakukan diskusi kelompok sehingga peserta didik akan lebih memahami materi pembelajaran. Hal tesebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sulfia (2017), menyatakan bahwa pemberian reward cukup efektif untuk

58

menumbuhkan antusias dan semangat peserta didik dalam proses pembelajaran.

Pada fase Share, semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, namun tindakan ini mengambil banyak waktu karena jawaban yang dipaparkan hampir sama dengan kelompok yang lain. Untuk mengatasi hal ini, maka guru hanya meminta satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan menanyakan kepada kelompok lain apakah jawaban yang dipaparkan sama atau memiliki jawaban yang berbeda. Dalam fase ini masalah kedua yang ditemui yaitu, peserta didik belum berani mengangkat tangan untuk mengemukakan pendapat di depan kelas. Dengan masalah ini, guru mengatasinya dengan menunjuk peserta didik untuk berpendapat di depan kelas. Dengan tindakan ini peserta didik akan lebih berani dan percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya. Hal tesebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Habibati (2011), menyatakan bahwa menunjuk salah seorang peserta didik ke depan kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung dapat meningkatkan rasa percaya diri peserta didik.

Berdasarkan uraian diatas, penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) berhasil dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dari

siklus I ke siklus II. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Nopiyanita (2013) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat menigkatkan prestasi belajar kognitif peserta didik. Hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan siklus I dan II.

Pada siklus I presentase peserta didik yang tuntas adalah 42,42% dan pada siklus II meningkat menjadi 81,82%.

Berdasarkan pada indikator keberhasilan, peserta didik dikatakan tuntas apabila adanya peningkatan rata-rata nilai siswa setiap siklusnya dan secara klasikal dianggap tuntas apabila mencapai 75 % jumlah siswa seluruhnya mencapai KKM. Dari data yang diperoleh dapat ditunjukkan bahwa pada siklus I presentase ketuntasan belajar peserta didik yaitu 18 % tuntas, dan pada siklus II presentase ketuntasan belajar peserta didik meningkat menjadi 100% tuntas.

Dengan melihat dari jumlah ketuntasan belajar peserta didik tersebut mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang digunakan dalam proses pembelajaran, dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi sistem peredaran darah kelas XI.

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait