• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) PADA PESERTA DIDIK KELAS XI IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) PADA PESERTA DIDIK KELAS XI IPA"

Copied!
229
0
0

Teks penuh

(1)PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) PADA PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMAN 8 TAKALAR. SKRIPSI. Diajukan untuk meraih gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Oleh : EKA SRI WAHYUNI 105441109616. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020.

(2) i.

(3) ii.

(4) iii.

(5) iv.

(6) Motto. “Jawaban sebuah keberhasilan adalah terus belajar dan tak kenal putus asa.”. Persembahan “Skripsi ini ku persembahkan kepada kedua orang tua, keluarga, dan sahabat Atas doa dan bantuannya dalam mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini” “Teman-teman Pendidikan Biologi 2016 khususnya kelas C, Serta seluruh pihak yang membantu”. v.

(7) ABSTRAK Eka Sri Wahyuni. 2020. Peningkatan Hasil Belajar Biologi Pada Materi Sistem Peredaran Darah Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Pada Peserta Didik Kelas XI IPA SMAN 8 Takalar. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Irmawanty dan pembimbing II Nurul Fadhilah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peningkatan hasil belajar biologi pada materi sistem peredaran darah melalui model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada peserta didik kelas XI SMAN 8 Takalar. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (class room action research) atau PTK. Penelitian Tindakan Kelas dalam pelaksanaannya menggunakan pola siklus, dimana setiap siklus membutuhkan dua atau tiga kali pertemuan dan tingkat penyelesaian penelitian tergantung pada sejauh mana tingkat pencapaian keberhasilan pembelajaran yang disesuaikan dengan standar penilaian. Setiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari tahapan kegiatan Perencanaan, Pelaksanaan tindakan, Observasi dan Evaluasi, dan Refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar Biologi pada materi sistem peredaran darah peserta didik XI IPA 1 SMAN 8 Takalar, hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata hasil belajar Biologi yang mengalami peningkatan dari siklus I yaitu 63, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh meningkat menjadi 83. Kata kunci: hasil belajar, Think Pair Share (TPS). vi.

(8) KATA PENGANTAR. Segala puji dan syukur patutlah dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Biologi Pada Materi Sistem Peredaran Darah Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Pada Peserta Didik Kelas XI IPA SMAN 8 Takalar”. Salawat dan salam juga semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta sahabat, keluarga, dan umat yang istiqomah berada di jalan-Nya. Penulis persembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat dikasihi dan sayangi ayahanda tercinta Muhammad Basri, SH dan. ibunda. Hasbiah, SE yang senantiasa mengiringi setiap perjalanan penulis dengan doa restu, memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang yang tulus tanpa pamrih, selalu memberi motivasi dan menjadi tempat keluh kesah terbaik bagi penulis. Untuk kakak-kakak yang selalu memberi dukungan moril dan materil serta mendukung dan memberikan semangat disetiap keluh juga kesah. Serta terimakasih kepada seluruh keluarga besar atas segala kasih sayang, dukungan yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.. vii.

(9) Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada Ayahanda Prof. Dr. H. Ambo Asse, S.Ag., M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Irmawanty, S.Si.,M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan. Ilmu. Pendidikan. Universitas. Muhammadiyah. Makassar. sekaligus. pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik. Nurul Fadhilah, S. Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu memberi saran dan masukan selama penyusunan sehingga skripsi selesai dengan baik. Bapak/ Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini dan membekali penulis selama perkuliahan. Seluruh Staf dan. Karyawan. Fakultas. Keguruan. dan. Ilmu. Pendidikan. Universitas. Muhammadiyah Makassar. Bapak Safri Aziz, S.Pd. selaku Guru pamong, yang telah banyak memberikan bimbingan baik secara langsung maupun tidak lansung sehingga pelaksanaan penelitian dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Guru dan staf jajaran SMAN 8 Takalar. Siswa yang telah menerima kami,dan mau di ajar oleh saya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, utamanya kepada Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis. viii.

(10) menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Billahi Fisabilil Haq Fastabiqul Khairat, Wassalamualaikum Wr. Wb Makassar, Agustus 2020. Eka Sri Wahyuni. ix.

(11) DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………..i LEMBAR PESETUJUAN PEMBIMBING…………………………...………….ii SURAT PERNYATAAN……………………………………………………..….iii SURAT PERJANJIAN………………………………………………………..….iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………………..v ABSTRAK………………………………………………………………………..vi KATA PENGANTAR………………………………………………………..….vii DAFTAR ISI………………………………………………………………………x DAFTAR TABEL………………………………………………...……………...xii DAFTAR GAMBAR……………………………………………..…………......xiii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….xiii BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..….….…1 A. Latar belakang…………………………………………………………….1 B. Masalah penelitian………………………….……………………………..4 C. Tujuan penelitian…………………………………….……………………5 D. Manfaat penelitian………………………………………………….…..…5 BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………..…7 A. Kajian Pustaka……………………………………………………….…...7 1. Model pembelajaran ………………..…………………………….…10 2. Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair Share (TPS)……13 3. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)….….........................................................................................15. x.

(12) 4. Hasil belajar……………………..…………………………………...18 5. Penelitian relevan……………………………………………..….….29 6. Materi ajar……………………………………………………...….…31 B. Kerangka pikir…………………………………………………..…….…35 C. Hipotesis tindakan…………………………………………………..…..37 BAB III METODE PENELITIAN………………………………………..……..38 A. Jenis dan desain penelitian……………………………………….….…..38 B. Lokasi dan waktu penelitian…………………………………….……….42 C. Sumber data………………………………………………………...…….42 D. Subjek Peneliian………………………………………………………….43 E. Faktor yang diselidiki……………………………………………………43 F. Instrumen penelitian…………………………………………….…….…43 G. Teknik pengumpulan data………………………………………..……...44 H. Teknik analisis data………………………………………………..…....44 I. Indikator Keberhasilan……………………………………………...…..46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….……………….47 A. Hasil Penelitian…………………………………………….…………....47 B. Pembahasan………………………………………………………..…...56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………...59 A. Kesimpulan………………………………………………………..……59 B. Saran………………………………………………………………..…..59 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………......60 LAMPIRAN…………………………………………………………………….63. xi.

(13) DAFTAR TABEL 3.1. Pengkategorian Hasil Belajar……………………………………….….46. 3.2. Kriteria Hasil Belajar Peserta Didik………………………………....…46. 4.1. Statistik Skor Hasil Belajar Peserta didik………………………….…...48. 4.2. Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil Belajar…………….….49. 4.3. Deskripsi Ketuntasan Belajar Peserta Didik…………………………...50. 4.4. Statistik Skor Hasil Belajar Peserta didik……………………………...53. 4.5. Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil Belajar…………….…54. 4.6. Deskripsi Ketuntasan Belajar Peserta Didik…………………………...55. xii.

(14) DAFTAR GAMBAR Gambar. 2.1. Bagan Kerangka Pikir…………………………………..37. Gambar. 3.1. Siklus Penelitian…..………………………………….…40. xiii.

(15) DAFTAR LAMPIRAN. A. Lampiran Persuratan…………………………………………………64 Surat pengantar penelitian dari LP3M…………………………….…....65 Surat izin penelitian dari Dinas Penanaman Modal……………….…...66 Surat telah melakukan penelitian dari SMAN 8 Takalar…………..…..67 Surat validasi instrument………………………………………....……68 B. Lampiran Validasi Instrumen………………………………….……69 Lembar validasi instrument validator I………………………….….…70 Lembar Validasi instrument validator II………………………..…..…83 C. Lampiran Instrumen Penelitian…………………………….………96 Rencana pelaksanaan pembelajaran………………………….…….…97 Lembar Kerja Siswa (LKS)…………………………………………129 Soal tes siklus I dan II…………………………………………..……138 Lembar observasi aktivitas peserta didik……………………….……178 D. Lampiran Hasil Belajar……………………………………….……182 Hasil belajar siklus I dan II………………………………………..…183 E. Lampiran Analisis Data……………………………………………202 Analisis data siklus I dan II……………………………………….…203 F. Lampiran Kartu Kontrol Penelitian………………………………207 G. Dokumentasi…………………………………………………………209. xii.

(16) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap Negara. Berhasil tidaknya pembangunan yang dilaksanakan akan menentukan maju mundurnya Negara tersebut. Pendidikan sebagai salah satu upaya untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi memerlukan pendukung mutu pendidikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah. Selain itu, dalam upaya untuk meningkatkan sumber daya pendidikan, guru merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan, sebab pembelajaran di sekolah yang terjadi selama ini masih berpusat pada guru. Beberapa kendala sehingga pembelajaran biologi belum mencapai taraf yang diharapkan adalah kurangnya motivasi peserta didik untuk belajar biologi, disamping itu peserta didik menganggap bahwa mata pelajaran biologi adalah mata pelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan. Persepsi peserta didik yang menganggap bahwa biologi adalah pembelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan, memiliki banyak faktor penyebab hal itu terjadi, misalnya saja ketika guru mengajarkan pelajaran biologi kepada peserta didik, kebanyakan guru masih menerapkan pembelajaran Konvensional yang mengakibatkan peserta didik merasa jenuh. Model pembelajaran konvensional 1.

(17) 2. (ceramah) kurang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik cenderung hanya diam dan hanya. mendengarkan. penjelasan. dari. guru. saja. dan. pembelajaran. konvensional kurang memfasilitasi peserta didik untuk bekerja sama antar peserta didik satu dengan yang lain. Oleh karena itu, perluh ada suatu model pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk mempelajari ilmu Biologi secara baik dan benar. Materi sistem peredaran darah merupakan materi yang sulit karena memiliki banyak konsep dan juga sangat penting karena banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari Berdasarkan pengamatan awal di SMAN 8 Takalar banyak peserta didik yang tidak memenuhi KKM, nilai KKM yaitu 75 untuk mata pelajaran biologi, dan yang memenuhi KKM pada materi sistem peredaran darah yaitu sebanyak 45 % sedangkan yang tidak memenuhi KKM yaitu sebanyak 55%. Oleh karena itu, diperlukan suatu tindakan dalam pembelajaran biologi agar siswa dapat merasa senang belajar biologi khususnya pada materi sistem peredaran darah dan memperoleh nilai yang memenuhi KKM. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu pemilihan model pembelajaran yang tepat. Sehingga siswa dapat melibatkan dirinya secara aktif baik fisik, emosi, maupun sosial. Adapun salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6.

(18) 3. orang dengan struktur kelompok heterogen. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (Student Oriented) terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan oleh guru dalam mengaktifkan peserta didik yang agresif dan tidak peduli kepada orang lain. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe yang salah satunya adalah Tipe Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah pembelajaran kelompok dimana siswa diberi kesempatan untuk berfikir mandiri dan saling membantu dengan teman yang lain. Pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural. Pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Hal sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Nopiyanita (2013) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat menigkatkan prestasi belajar kognitif. Hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan siklus I dan II. Pada siklus I presentase peserta didik yang tuntas adalah 42,42% dan pada siklus II meningkat menjadi 81,82%, sedangkan dari aspek afektif, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan ketercapaian rata-rata indikator dari 72,31% menjadi 79,01%. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mengambil judul.

(19) 4. “Peningkatan hasil belajar biologi pada materi sistem peredaran darah melalui model pembelajaran Think Pair Share (TPS) Pada peserta didik kelas XI SMAN 8 Takalar” B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, salah-satu masalah utama dalam kegiatan pembelajaran Biologi di sekolah khususnya pada materi sistem peredaran darah adalah kecenderungan proses pembelajaran yang bersifat konvensional sehingga peserta didik kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan berdampak pada hasil belajar yang tidak mencapai nilai KKM yaitu 75. Padahal, sebagai seorang guru profesional, seharusnya dapat menemukan dan menggunakan berbagai cara dalam proses pembelajaran sehingga dapat menekankan pada keaktifan peserta didik dalam belajar sehingga penguasaan materi dapat lebih maksimal dan dapat meningkatkan hasil belajar. 2. Alternatif Pemecahan Masalah Untuk memecahkan masalah mengenai rendahnya hasil belajar peserta didik pada materi sistem peredaran darah di kelas XI SMAN 8 Takalar, maka penulis menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS). 3. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: “Apakah model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil.

(20) 5. belajar biologi Peserta didik pada materi sistem peredaran darah kelas XI SMAN 8 Takalar?” C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Peningkatan hasil belajar biologi pada materi sistem peredaran darah melalui model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada peserta didik kelas XI SMAN 8 Takalar. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat , yaitu sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian dapat menambah pemahaman terhadap model pembelajaran Think Pair Share (TPS). 2. Manfaat Praktis a.. Bagi Sekolah, Sebagai bahan masukan, saran dan informasi terhadap SMAN 8 Takalar, Untuk penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan hasil belajar.. b.. Bagi Guru Biologi SMAN 8 Takalar, penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru Biologi di SMAN 8 Takalar, mengenai model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang dapatk meningkatkan hasil belajar.. c.. Bagi peserta didik, membantu dalam memahami pelajaran biologi pada materi. sistem. peredaran. darah. pembelajaran Think Pair Share (TPS). dengan. diterapkannya. model.

(21) 6. d.. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) sebagai suatu. model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik..

(22) BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA 1. Model pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Suyanto (2013:154), Model Pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka di kelas atau pembelajan tambahan di luar kelas dan untuk menyusun materi pembelajaran, sedangkan metode pembelajaran merupakan cara mengajar atau menyapaikan materi pelajaran kepada siswa yang sedang belajar. Model pembelajaran dirancang untuk tujuan-tujuan tertentu, pengajaran konsep-konsep informasi, cara-cara berpikir,studi dan nilai-nilai sosial. Menurut Huda (2019:72), Model Pembelajaran dirancang untuk tujuan tertentu, Sebagai model berpusat pada penyampaian guru, sementara sebagaian yang lain berusaha fokus pada respon siswa dalam mengerjakan tugas dan posisi-posisi siswa sebagai partner dalam proses pembelajaran. Akan tetapi semua model tersebut menekankan bagaimana membantu siswa belajar mengkonstruksi pengetahuan belajar, yang mencakup belajar dari sumber-sumber yang sering kali dianggap pasif, seperti belajar dari ceramah, filem, tugas membaca, dan sebagainya.. 7.

(23) 8. b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning berasal dari kata Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai suatu kelompok tim. Istilah Cooperative Learning dikenal dengan pembelajaran kooperatif, yaitu suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli orang lain. Wibowo (2011:13). Istilah pembelajaran kooperatif dalam pengertian bahasa asing adalah cooperative learning. Pada hakekatnya, metode pembelajaran kooperatif merupakan metode atau strategi pembelajaran gotongroyong yang konsepnya hampir tidak jauh berbeda dengan metode pembelajaran kelompok. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode pembelajaran kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya Saputra (2010: 49)..

(24) 9. Menurut Sholihatin (2010: 4), Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerjasama sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok. Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, pada saat guru mendorong para siswa untuk melakukan kerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses belajar-mengajar guru tidak lagi mendominasi, siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajarmengajar sesama mereka (Isjoni, 2010: 17). Menurut Huda (2019:111), Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dalam sebuah kelompok yang terdiri dari tiga atau lebih anggota pada hakikatnya dapat memberikan daya dan. manfaat. tersendiri.. Salah. satu asumsi. yang mendasari. pengembangan pembelajaran kooperatif adalah bahwa sinergi yang muncul melalui kerja sama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar dari pada melalui lingkungan kompetitif individual..

(25) 10. Kelompok-kelompok social interaktif memiliki pengaruh yang lebihbesar dari pada kelompok yang dibentuk secara berpasangan. c. Pengertian Model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) Menurut Marlina (2014:23-24), Pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang dalam bentuk diskusi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir, keterampilan komunikasi, dan mendorong keterampilan siswa dalam kelas. Pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa secara berpasangan yang terdiri dari 2 sampai 5 orang untuk menyelesaikan tugas melalui tiga tahap yaitu Think (berpikir), Pair (berpasangan), dan Share (berbagi). Pembelajaran kooperatif Tipe. Think. Pair. Share. (TPS). merupakan pembelajaran kelompok dimana siswa diberi kesempatan untuk berfikir mandiri dan saling membantu dengan teman yang lain. Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) merupakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural. Pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (Suyitno,2010:10). Tipe Think Pair Share (TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) membimbing siswa untuk memiliki tanggung jawab. individu. dan tanggung jawab. dalam. kelompok. atau. pasangannya. Prosedur tersebut telah disusun dan dibentuk sedemikian.

(26) 11. rupa sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk dapat berpikir dan merespon yang nantinya akan membangkitkan partisipasi siswa. Pelaksanaan Tipe Think Pair Share (TPS). meliputi. tiga. tahap. yaitu. Think. (berpikir),. Pairing. (berpasangan), dan Sharin (berbagi). Tipe Think Pair Share (TPS) memiliki keistimewaan, yaitu siswa selain bisa mengembangkan kemampuan. individunya. sendiri,. juga. bisa. mengembangkan. kemampuan berkelompoknya serta keterampilan atau kecakapan sosial (Suyitno, 2010:187) Menurut Suyitno (2010:198), Keterampilan sosial dalam proses pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) antara lain: 1.. Keterampilan sosial siswa dalam berkomunikasi meliputi dua aspek, yaitu: a.. Aspek bertanya, Aspek bertanya meliputi keterampilan sosial siswa dalam hal bertanya kepada teman dalam satu kelompoknya ketika ada materi yang kurang dimengerti serta bertanya pada diskusi kelas.. b.. Aspek. menyampaikan. ide. atau. pendapat,. Meliputi. keterampilan siswa menyampaikan pendapat saat diskusi kelompok serta berpendapat (memberikan tanggapan atau sanggahan) saat kelompok lain presentasi. 2. Keterampilan sosial aspek bekerjasama, Keterampilan sosial siswa pada aspek yang bekerjasama meliputi keterampilan sosial siswa.

(27) 12. dalam hal bekerjasama dengan teman dalam satu kelompok untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. 3. Keterampilan sosial aspek menjadi pendengar yang baik, Keterampilan sosial siswa pada aspek menjadi pendengar yang baik yaitu keterampilan dalam hal mendengarkan guru, teman dari kelompok lain saat sedang presentasi maupun saat teman dari kelompok lain berpendapat. Menurut Sanjaya (2010:31), Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) mempunyai beberapa komponen, yaitu : 1. Think (berpikir), Pelaksanaan pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) diawali dari berpikir sendiri mengenai pemecahan suatu masalah. Tahap berpikir menuntut siswa untuk lebih tekun dalam belajar dan aktif mencari referensi agar lebih mudah dalam memecahkan masalah atau soal yang diberikan guru. 2. Pair (berpasangan), Setelah diawali dengan berpikir, siswa kemudian diminta untuk mendiskusikan hasil pemikirannya berpasangan. 3. Share (berbagi), Setelah mendiskusikan hasil pemikirannya, pasanganpasangan siswa yang ada diminta untuk berbagi hasil pemikiran yang telah dibicarakan bersama pasangannya masing-masing kepada seluruh kelas. Beberapa alasan mengapa kita perlu menggunakan Tipe Think Pair Share (TPS) karena membantu menstrukturkan diskusi (menyusun diskusi dengan pola tertentu), Tipe Think Pair Share (TPS) meningkatkan.

(28) 13. partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya informasi yang dapat diingat siswa, Tipe Think Pair Share (TPS) meningkatkan lamanya “Time On Task” (waktu pengerjaan permasalahan) dalam kelas dan kualitas kontribusi dalam diskusi kelas, Siswa dapat meningkatkan kecakapan sosial hidup mereka (Suyatno, 2010: 20). d. Langkah - Langkah Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) Menurut Suyanto dan Jihad (2013:173), dalam pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) memiliki beberapa langkah yaitu: 1) Langkah Pertama a). Menyampaikan pertanyaan : Guru menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.. b). Siswa memperhatikan/mendengarkan dengan aktif penjelasan dan pertanyaan dari guru.. 2) Langkah kedua a) Berpikir : siswa berpikir secara individual. b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan oleh guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikiran masing-masing. 3) Langkah ketiga a) Berpasangan : setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masingmasing dengan pasangan..

(29) 14. b) Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS sebagai lembar kerja, kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok. 4) Langkah keempat a) Berbagi : siswa berbagi jawaban mereka dengan seluruh kelas. b) Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual atau kelompok didepan kelas. Individu/kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat terhadap hasil diskusi kelompok tersebut. c) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan, dan memberikan pujian bagi kelompok yang berhasil baik dan memberi semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik (jika ada). 5) Langkah kelima a) Dengan bimbingan guru siswa membuat simpulan dari materi yang telah didiskusikan. b) Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri. c) Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal evaluasi..

(30) 15. e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Menurut Suyanto dan Jihad (2013:165), ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) diantaranya: 1) Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Think Pair Share (TPS) diantaranya: a) Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertnyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan. b) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah. c) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang. d) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar. e) Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran..

(31) 16. 2) Beberapa Kekurangan dari model pembelajaran Think Pair Share (TPS) diantaranya: a) sangat sulit diterapkan disekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak. b) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor c) Lebih sedikit ide yang muncul d) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah 2. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Menurut Nasution (2011:34), hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah meteri pelajaran tertentu. Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasa ditunjukkan dari nilai tes yang diberikan oleh guru. Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa baik dari segi aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang merupakan hasil dari belajar. Secara sederhana hasil bhelajar merupakan kemampuan anak setelah melalui proses pembelajaran. Karena belajar merupakan proses untuk seseorang yang berusaha memperoleh suatu perubahan perilaku yang relatif menetap (Susanto, 2013: 5)..

(32) 17. Hasil belajar merupakan prestasi yang di capai setelah siswa menyelesaikan sejumlah pelajaran. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Adapun prestasi merupakan hasil yang di peroleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Dalam proses pembelajaran, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, artinya bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik (Sinar, 2018:20-21). Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional (Popi, 2011: 63). Jufri (2013: 58), menyatakan hasil belajar adalah kapabilitas atau kemampuan (Performance) yang dapat dilihat dalam diri seseorang. Menurut Sudjana (2009: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima perlakuan dari pengajarnya. Sedangkan Suprijono (2016: 7), meyatakan bahwa hasil belajar adalah prestasi yang dicapai siswa.

(33) 18. dalam proses belajar mengajar yang membawa suatu perubahan perilaku seseorang. Menurut Maisaroh (2010:161), Hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun tim. Kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Hasil suatu membelajaran dapat terwujud jika pembelajaran terjadi, menginginkan suatu pekerjaan dilakukan secara baik dan benar agar memperoleh hasil yang baik dari pekerjaan tersebut. Keberhasilan ini akan tampak dari pemahaman, pengetahuan, atau keterampilan yang dimiliki individu. Menurut Dimyati (2010:50), hasil belajar adalah hasil dari interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil interaksi tersebut dapat dilihat melalui dua sisi yaitu dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar dan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya dan puncak proses belajar. Menurut Hamalik (2010:31), Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengetahuan-pengetahuan, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimuliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Setelah suatu proses pembelajaran berakhir, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Tujuan utama yang ingin di capai dalam kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk.

(34) 19. mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi tersebut. Menurut Arikunto (2010:58), hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan. diukur. dalam. perubahan. pengetahuan,. sikap. dan. keterampilan.Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan, dan sebagainya. Lebih lanjut Winkel (2010:27), mengatakan “hasil belajar adalah perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap yang bersifat konstan menetap”. Seseorang yang sudah belajar tidak sama keadaannya dengan saat ketika belum belajar. Para guru dan sekolah juga lebih mengutamakan aspek kognitif dalam pengukuran hasil belajar siswa. b. Penilaian Hasil Belajar Menurut Gantini (2011:25), Penilaian pengetahuan dilakukan untuk mengetahui tahap penguasaan-penguasaan faktual, koseptual, serta prosedural. yang dimiliki peserta didik. Selain itu, penilaian. pengetahuan juga dapat mencari tahu sejauh mana tingkat kecakapan berpikir yang mampu dilakukan peserta didik, yang berada di rentang rendah hingga tinggi. Penilaian pengetahuan tidak hanya dilakukan untuk mengetahui pencapaian peserta didik dalam ruang lingkup KBM/KKM. Hal ini juga dilakukan untuk mengidentifikasi kelemahan.

(35) 20. dan kekuatan peserta didik dalam aspek penguasaan pengetahuan yang telah mereka pelajari. Hasil penilaian pengetahuan akan memberikan umpan balik bagi guru dan peserta didik, terutama mengenai kelemahan penguasaan pengetahuan yang masih dimiliki peserta didik. Dalam hal ini, hasil tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Penilaian pengetahuan dilakukan selama dan setelah proses pembelajaran, yang hasilnya dinyatakan dalam bentuk angka dalam rentang skor 0-100. Menurut Maisaroh (2010:157), Nilai hasil belajar adalah salah satu indikator yang bisa digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar seseorang. Nilai hasil belajar mencerminkan hasil yang dicapai seseorang dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dalam proses belajar mengajar, ada banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian nilai hasil belajar siswa, baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun dari lingkungan luar, factor internal ini terkait disiplin belajar, respond an motivasi siswa, sementara factor eksternal adalah lingkungan belajar, tujuan pembelajaran, kreatifitas pemilihan media pembelajaran oleh pendidik serta metode pembelajaran. Ada beberapa teknik penilaian pengetahuan yang umum dilakukan, dalam prosesnya tentu akan lebih baik apabila guru memiliki teknik penilaian yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang akan dinilai. Teknik yang biasa digunakan adalah teknik tes tertulis, tes lisan, penugasan dan portopolio. Perlu ditekankan kembali bahwa.

(36) 21. penerapan masing-masing teknik penilaian pengetahuan perluh disesuaikan dengan karakteristik masing-masing kompetensi dasar. Hal ini disebabkan adanya karakteristik tertentu yang dimuliki masingmasing teknik penilaian, sehingga kaidah dan penggunaannya perluh diperhatikan. Gantini (2011:25). Menurut Gantini (2011:26), Butir soal dan pedoman penskoran yang perluh dibuat sebagai instrument masing-masing teknik pun beragam jenisnya yaitu, tes tertulis adalah jenis tes yang soal dan jawabannya disajikan secara tertulis. Bentuknya dapat berupa pilihan ganda, isian, salah benar, menjodohkan, atau uraian. Menurut Gantini (2011:27), ada beberapa langkah-langkah dalam menyusun instrument tes tertulis: 1). Menetapkan tujuan tes Langkah pertama adalah menetapkan tujuan penilaian. Tentukan apakah tes dilakukan untuk mengetahui capaian pembelajaran, untuk memperbaikki proses pembelajaran atau keduanya.. 2). Menyusun kisi-kisi Kisi-kisi merupakan spesifikasi berisi kriteria soal yang akan diujikan dan meliputi kompotensi dasar yang akan diukur, materi, indikator soal, bentuk soal, serta jumlah soal. Kisi-kisi disusun untuk memastikan bahwa butir soal telah mempresentasikan materi yang perluh diukur secara proporsional.. 3). Membuat soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan soal.

(37) 22. Soal yang dibuat harus dipastikan sama dengan kisi-kisi yang telah disusun, sehingga proporsi soal yang akan diujikan dapat terukur secara sistematis dan tepat. Hal ini menghindari adanya soal ujian yang melebihi kemampuan peserta didik. 4). Menyusun pedoman penskoran Guru perluh menyediakan kunci jawaban untuk soal pilihan ganda, isian, menjodohkan, dan jawaban singkat serta kunci/ model jawaban dan rubrik untuk soal uraian.. c. Macam-Macam Hasil Belajar Sudjana (2009: 22), membagi tiga macam hasil belajar, yakni a) keterampilan dan kebiasaan; b) pengetahuan dan pengertian; c) sikap dan cita-cita. Sedangkan Subur (2015: 11-12), membagi lima kategori hasil belajar yaitu : 1) Informasi verbal (verbal information), yaitu hasil belajar yang berupa kemampuan untuk menyediakan respon terhadap stimulus yang spesifik pula, atau kemampuan mengingat atau menghafal informasi. Contoh; kemampuan menyebutkan, mengidentifikasi dan menjelaskan. 2) Keterampilan motoric (motor skill), yaitu kemampuan yang berupa tindakan bersifat fisik dan penggunaan otot untuk melakukan sesuatu tindakan, kemampuan hasil temuan itu. 3) Sikap (attitude), yaitu kondisi internal yang dapat memengaruhi pilihan individu dalam melakukan tindakan. Sikap menunjukkan.

(38) 23. adanya suatu kecenderungan yang dimiliki oleh seseorang dalam berperilaku. Sikap bisa berupa keyakinan dan pilihan seseorang yang mempengaruhi cara seseorang bertindak dalam menghadapi suatu situasi dan kondisi. Karakteristik penting dari pembelajaran pada ranah sikap adalah kemungkinan untuk tidak dapat dicapai dalam waktu pendek, untuk menanamkan sikap dalam diri siswa diperlukan waktu yang relatif cukup lama. Karena itu domain sikap ini tidak dapat. dicapai segera setelah siswa selesai selesai. mengikuti aktivitas pembelajaran. 4) Keterampilan intelektual (intelektual skill), yaitu kemampuan dalam melakukan analisis dan modifikasi simbol-simbol kognitif atau. informasi.. Keterampilan. intelektual. dilakukan. untuk. mengatasi permasalahan. 5) Strategi. kognitif. (cognitive. strategy),. yaitu. kemampuan. metakognitif yang diperlihatkan dalam bentuk kemampuan berfikir (think how to think) ddan belajar bagaimana belajar (learn how to learn). d. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Tim Pengembang MKDP (2013: 140-141), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : 1) Faktor Internal yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, meliputi:.

(39) 24. a) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar,struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya. b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang meliputi faktor intelektual (bakat, kecakapan, prestasi) dan faktor non-intelektual (sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, emosional). c) Faktor kematangan baik fisik maupun psikis. 2) Faktor Eksternal yaitu faktor-faktor yang berada di luar diri siswa, meliputi : a) Faktor sosial yaitu lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok. b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian, dan sebagainya. c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, belajar, iklim, dan sebagainya. d) Faktor spiritual atau lingkungankeagamaan. Sedangkan menurut Syah (2015: 145-156), secara global faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat kita bedakan menjadi 3 macam, yakni: a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani (aspek fisiologis) dan rohani (aspek psikologis) siswa. Pada aspek fisiologis, kondisi umum jasmani dan tonus.

(40) 25. (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan integritas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinyapun kurang atau tidak berbekas. Sedangkan pada aspek psikologis, banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi belajar. b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua macam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi.

(41) 26. keluarga semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa. Sedangkan pada. lingkungan. nonsosial,. faktor-faktor. yang. termasuk. lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktorfaktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materimateri pelajaran. Strategi dalam hal ini merupakan seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yang pertama faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Yang kedua adalah faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa. Hasil belajar pada umumnya memiliki hasil belajar sebsesar 70% yang dipengaruhi oleh faktor internal dan 30% dipengaruhi oleh faktor eksternal atau dari lingkungan. Faktor lingkungan inilah yang memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa dan kualitas pembelajaran (Abdullah, 2019 : 38)..

(42) 27. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa merupakan hasil dari suatu proses yang di dalamnya terlibat sejumlah faktor yang dapat dibedakan jadi dua yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa yang saling memengaruhinya. Tinggi rendahnya hasil belajar sesorang dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Menurut Slameto (2013:54), berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1). Faktor individu (intern) yaitu : a) Faktor biologis meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar. b) Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berpikir. c) Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani Nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang.. 2) Faktor yang ada pada luar individu (ekstern) yaitu:.

(43) 28. a) Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar, b) Faktor. sekolah. meliputi:. metode. mengajar,. kurikulum,. hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah, c) Faktor masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar Menurut Slameto (2013), Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu factor intern yang berasal dari siswa tersebut, dan factor ekstern yang berasal dari luar diri siswa tersebut. Faktor dari diri siswa terutama adalah kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Seperti yang telah dikemukakan oleh Clark (2010), bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Selain faktor kemampuan siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, serta masih banyak faktor lainnya. Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku yang diniati dan.

(44) 29. disadarinya. Siswa harus merasakan adanya kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Meskipun demikian, hasil yang dicapai masih juga bergantung dari lingkungan. Artinya, ada faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah adalah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran.. 3. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan berfungsi memberikan pemaparan tentang penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Berikut beberapa hasil penelitian yang terdapat kaitannya dengan penelitian ini adalah : a. Dalam penelitian Novita (2013) yang berjudul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media berbasis website untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas X di SMAN 3 jember” disimpulkan bahwa hasil belajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terdapat peningkatan motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa kelas X SMAN 3 Jember. b. Dalam penelitian Hermawati (2010) yang berjudul “Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem reproduksi manusia” disimpulkan bahwa.

(45) 30. terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem reproduksi manusia pengaruhnya dapat dilihat dari perbedaan hasil belajar antara kelompok yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan kelompok yang diajar dengan diskusi biasa. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share mengalami peningkatan yaitu dari 47,5% menjadi 87,5% c. Dalam penelitian Kumala (2011) yang berjudul “Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X IPA di SMAN 5 Jambi” dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada rana kognitif, afektif, dan psikomotorik kelas X IPA di SMAN 5 Jambi. d. Dalam Penelitian Hardyanti (2017) yang berjudul Penerapan “Model Pembelajaran Think. Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Hasil. Belajar Siswa Kelas XI MIA 2 SMAN 3 Model Takalar” dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 3 Takalar dengan 6 fase yaitu Fase pendahuluan, Fase think, Fase pair, Fase share, Fase evaluasi, Fase penghargaan dan Fase kesimpilan. e. Dalam Penelitian Maisaroh (2010) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair.

(46) 31. Share (TPS) Pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi Di SMK Negeri 1 Bogor” dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan keterampilan komunikasi siswa di SMK Negeri 1 Bogor. 4. Materi Ajar Salah satu Kompetensi Dasar (KD) dalam Kurikulum 2013 adalah 3.7 Menganalisis sistem peredaran darah pada manusia dan memahami gangguan pada sistem peredaran darah manusia. Untuk mencapai KD tersebut pembelajaran di arahkan pada materi sistem peredaran darah yang terdiri dari, Komponen dan mekanisme sistem peredaran darah manusia, serta gangguan pada sistem peredaran darah manusia. Dalam hidupnya, manusia memerlukan makanan dan oksigen untuk melangsungkan metabolisme. Proses metaboisme, selain menghasilkan zat-zat yang berguna juga menghasilkan sampah (zat sisa) yang harus di keluarkan dari tubuh. Bahan-bahan yang diperlukan tubuh seperti makanan, oksigen, hasil metabolisme dan sisanya diangkut dan di edarkan didalam tubuh melalui sistem peredaran darah. a. Komponen Sistem Peredaran Darah 1) Darah Menurut Zubaidah (2014: 5) darah merupakan jaringan yang tersusun atas plasma, sel darah merah, sel darah putih, dan kepingkeping darah. Kurang lebih 55% bagian dari darah adalah plasma..

(47) 32. Darah berfungsi untuk mengangkut nutrisi, oksigen, karbondioksida serta sisa metabolisme. 2) Sel Darah Merah (Eritrosit) Sel darah merah (eritrosit) merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya. Berbentuk cakram bikonkaf, bagian tengah lebih tipis dibanding bagian tepi. Eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel-sel di seluruh tubuh. Oleh karena itu, jenis sel darah ini yang paling banyak terdapat dalam darah. Satu milimeter kubik darah (lebih kurang sekitar satu tetes) terdiri atas lima juta lebih sel darah merah Zubaidah (2014: 6). 3) Sel Darah Putih Sel darah putih memiliki bentuk yang tidak tetap atau bersifat amuboid dan mempunyai inti sel. Jumlah sel darah putih juga tidak sebanyak jumlah sel darah merah. Setiap satu milimeter kubik darah mengandung sekitar 8.000 sel darah putih. Fungsi utama sel darah putih adalah melawan penyakit yang masuk ke dalam tubuh dan membentuk antibodi. Berdasarkan ada atau tidaknya butir-butir kasar (granula) dalam sitoplasma, leukosit dapat dibedakan menjadi granulosit dan agranulosit. Granulosit merupakan kelompok sel darah putih yang mempunyai granula dalam sitoplasmanya. Sebaliknya, agranulosit tidak mempunyai granula. Leukosit jenis granulosit terdiri atas eosinofil, basofil, dan netrofil (Zubaidah .2014)..

(48) 33. 4) Keping Darah (Trombosit) Trombosit merupakan fragmen sel yang tidak bernukleus berasal dari megakariosit yang sangat besar didalam sumsum tulang. Trombosit berjumlah 150.000 sampai 400.000 butir sel/mm darah. Trombosit berbentuk tidak beraturan, tidak berwarna, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar. Trombosit berfungsi dalam hemostatis, perbaikan pembuluh darah yang robek, dan pembekuan darah (Irnaningtyas, 2014). 5) Jantung Menurut Sutanto, dkk., (2013: 179-182) Jantung merupakan salah satu organ peredaran darah yang penting bagi tubuh manusia. Jantung terletak di rongga dada sebelah kiri dan berfungsi sebagai alat pemompa darah sehingga dapat dialirkan keseluruh tubuh manusia. Jantung memiliki 4 ruang, yaitu dua ruang sebelah atas yang terdiri dari serambi kiri (atrium sinister) dan serambi kanan (atrium dexter), dan dua ruang sebelah bawah yang terdiri atas bilik kiri (ventikel sinister) dan bilik kanan (ventrikel dexter). b. Pembagian Sistem Peredaran Darah Manusia Peredaran darah manusia termasuk peredaran darah tertutup karena darah selalu beredar didalam pembuluh darah. Setiap beredar, darah melalui jantung dua kali sehingga disebut peredaran darah ganda. Pada peredaran darah ganda tersebut dikenal peredaran darah kecil dan peredaran darah besar..

(49) 34. 1) Peredaran Darah Kecil Peredaran darah kecil disebut juga peredaran darah pulmonal. Sistem peredaran darah ini dimulai ketika darah di bilik kanan jantung yang rendah oksigen dipompa oleh arteri pulmonalis menuju paru-paru. Disinilah karbondioksida yang ada dalam darah dilepas ke paru, sementara oksigen yang baru masuk ke aliran darah. 2) Peredaran Darah Besar Peredaran darah besar adalah peredaran darah dari jantung keseluruh tubuh kemudian kembali ke jantung lagi. Sistem peredaran darah besar disebut juga peredaran darah sistemik. Sistem peredaran darah besar dimulai ketika bilik kiri jantung memompa darah yang mengandung oksigen dan nutrisi melalui aorta ke seluruh tubuh. Ketika darah telah rendah oksigen atau hanya tersisa karbondioksida, maka darah akan terkumpul di pembuluh darah dan kembali ke bilik kanan jantung. c. Gangguan Pada Sistem Peredaran Darah Manusia Menurut Zubaidah (2014: 17) gangguan sistem peredaran darah pada manusia yaitu: 1. Serangan Jantung Serangan jantung terjadi jika arteri koronaria yang terdapat pada jantung tidak dapat mengirimkan darah yang cukup ke sel-sel jantung. Kondisi ini dapat terjadi karena arteri koronaria tersumbat.

(50) 35. oleh lemak atau kolesterol. Tersumbatnya arteri koronaria akan menyebabkan otot jantung berhenti beraktivitas jika sel-sel otot tidak menerima oksigen dan nutrisi yang cukup 2. Stroke Stroke merupakan suatu penyakit yang terjadi karena matinya jaringan di otak yang disebabkan oleh kurangnya asupan oksigen ke otak. 3. Arteriosklerosis Yaitu pengerasan pembuluh nadi karena endapan lemak berbentuk plakyaitu jaringan ikat berserat dan sel-sel otot polos yang di infiltrasi oleh lipid 4. Anemia Anemia yaitu rendahnya kadar hemoglobin dalam darah atau berkurangnya jumlah eritrosit dalam darah. 5. Hipertensi Hipertensi yaitu tekanan darah tinggi akibat arteriosklerosis B. Kerangka Pikir Model pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akansangat membantu. dalam. keberhasilan. proses. pembelajaran. Keberhasilan suatu proses pembelajarandapat dilihat melalui hasil belajar siswa. Hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang.

(51) 36. dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil. tes mengenai. sejumlah materi pelajaran tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa nilai kkm siswa dipengaruhi oleh model pembelajaran yang tepat. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ini, siswa diberi kesempatan untuk belajar secara individual terlebih dahulu, setelah itu siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Di dalam kelompok siswa dapat saling bertukar pikiran, apabila saat diberi kesempatan untuk belajar secara individual masih belum mengerti dapat didiskusikan dalam kelompok. Siswa yang lebih pintar dapat memberi bantuan kepada siswa yang lemah untuk menyelesaikan kesulitannya, sehingga tujuan pembelajaran. dapat. tercapai.. Pembelajaran. menggunakan. model. pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) diharapkan dapat berpengaruh baik pada hasil belajar siswa dan pada akhirnya siswa akan memperoleh hasil belajar yang meningkat..

(52) 37. Kondisi Awal. Tindakan. Kondisi Akhir. Guru Menggunakan Model Pembelajaran Konfensional. Hasil belajar Rendah. Menggunakan Model Pembelajaran. Think Pair Share (TPS). Dengan Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) Diharapkan hasil belajar meningkat. Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir. C. Hipotesis Tindakan Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu, jika model pembelajaran Think Pair Share (TPS) diterapkan di Kelas XI SMAN 8 Takalar pada materi sistem peredaran darah, maka hasil belajar peserta didik akan meningkat..

(53) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (class room action research) atau PTK. Penelitian Tindakan Kelas dalam pelaksanaannya menggunakan pola siklus, dimana setiap siklus membutuhkan dua atau tiga kali pertemuan dan tingkat penyelesaian penelitian tergantung pada sejauh mana tingkat pencapaian keberhasilan pembelajaran yang disesuaikan dengan standar penilaian. Setiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari tahapan kegiatan: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi dan Evaluasi, 4) Refleksi. 2. Prosedur Penelitian a. Tahap Perencanaan (Planning) : langkah yang paling awal, yaitu langkah untuk merencanakan tindakan yang telah dipilih untuk memperbaiki keadaan, meliputi beberapa hal yang terkait dengan: 1) pembuatan skenario pembelajaran 2) persiapan sarana pembelajaran 3) persiapan instrument penelitian untuk pembelajaran 4) simulasi pelaksanaan tindakan.. b. Tahap Pelaksanaan (action) : untuk melaksanakan hal-hal yang telah direncanakan dalam tahap perencanaan. Peneliti utama dan kolaborator. 38.

(54) 39. harus saling meyakinkan bahwa apa yang telah disepakati dalam Perencanaan benar-benar dapat dilaksanakan. c. Tahap Observasi (Observation) Tahap observasi adalah tahap mengamati kejadian yang ada pada saat pelaksanaan tindakan. d. Tahap Refleksi (Reflecting) : Tahap refleksi merupakan perenungan yang sangat mendalam untuk membuat kesimpulan bersama jika indikator tercapai maka dapat berlanjut ke siklus berikutnya dan jika belum tercapai harus kembali untuk melakukan siklus berikutnya. Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus, dimana dalam siklus I dilsksanakan dalam dua (2) kali pertemuan dan siklus II dilaksanakan dalam dua (2) kali pertemuan akan tetapi jika siklus kedua belum berhasil maka akan dilanjutkan siklus berikutnya. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hal tersebut digambarkan pada bagan yang diuraikan oleh Arikunto (2017) yaitu:.

(55) 40. Perencanaan. Siklus ke-I Pelaksanaan. Refleksi Pengamatan. Perencanaan. Siklus ke-II. Refleksi. Pelaksanaan. Pengamatan. Hasil. Gambar 3.1 Siklus Penelitian 3. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas Langkah-langkah penelitian yang dilakukan berbentuk siklus. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan tahapan, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus I a. Perencanaan Pada tahap perencanaan, peneliti membuat perangkat pembelajaran dan menyiapkan materi yang digunakan dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan langkah sebagai berikut: 1) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk mengajarkan materi sesuai Kompetensi Dasar (KD)..

(56) 41. 2) Membuat. kesepakatan. dengan. guru. mengenai. kegiatan. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) 3) Membuat. Rencana. Peroses. Pembelajaran. (RPP). dengan. menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) b. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, dilakukan proses pembelajaran sesuai dengan RPP serta dilakukan observasi terhadap pelaksanaan RPP yang telah dilakukan. c. Pengamatan Selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) berlangsung, guru mengamati siswa dalam mengerjakan LKS. d. Refleksi Peneliti bersama dengan guru menganalisis hasil pengamatan kinerja peserta didik dan membuat kesimpulan, jika indikator belum tercapai maka harus kembali untuk melakukan siklus berikutnya. Siklus II a. Perencanaan 1) Menyiapkan perangkat pembelajaran 2) Menyiapkan soal tes untuk memperoleh data hasil belajar siswa..

(57) 42. b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dilakukan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat. c. Pengamatan Selama proses siklus II yang dilakukan pada model pembelajaran Think Pair Share (TPS) berlangsung, guru mengamai kinerja peserta didik. d. Refleksi Peneliti menganalisis hasil pengamatan kinerja peserta didik serta membandingkan dengan hasil pengamatan pada siklus I dalam bentuk persentase. Apakah hasil belajar siswa meningkat. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. B. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Takalar yang terletak di Jalan Tikolla Dg Leo. Pelaksanaan ini dilaksanakan di Kelas XI SMA Negeri 8 Takalar. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada Semester ganjil. C. Sumber Data 1. Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh dari objek penelitian melalui observasi yakni mengamati secara langsung serta mencatat peristiwa penting yang berhubungan dengan pembahasan..

(58) 43. 2. Data sekunder Data ini diperoleh melalui telaah dokumen yang ada kaitannya dengan penelitian, data ini dapat melalui data hasil belajar yang dikumpulkan.. D. Subjek Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjeck penelitian adalah peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 8 Takalar, yang berjumlah 24 orang terdiri dari 8 Laki-laki dan 16 Perempuan. E. Faktor yang diselidiki Faktor yang akan diselidiki pada penelitian ini, yaitu, Hasil belajar yang dicapai siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). F. Instrumen Penelitian Adapun Instrumen penelitian yang digunakan yaitu : 1. Tes Instrumen ini digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar Biologi pada materi sistem peredaran darah siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Penilaian dilakukan dengan cara melakukan tes pada akhir siklus berupa soal pilihan ganda sebanyak 30 butir soal. 2. Dokumentasi Data berupa gambaran profil sekolah, personil sekolah, foto, video saat proses pembelajaran berlangsung..

(59) 44. G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari observasi, dokumentasi dan tes. 1. Observasi Observasi adalah salah satu cara untuk mengadakan penelitian dengan cara pengamatan langsung dan sistematis. Observasi ini dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. 2. Dokumentasi Dokumentasi dalam penelitian ini adalah seluruh bahan rekaman selama penelitian berlangsung berupa foto-foto kegiatan pembelajaran, 3. Tes Tes adalah berupa pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan untuk mengukur pengetahuan, yang dimiliki individu atau kelompok berupa soal pilihan ganda sebanyak 30 butir soal H. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah deskripsi kualitatif, yaitu menjawab dan memecahkan masalah dengan melakukan pemahaman dan pendalaman secara menyeluruh dan utuh dari obyek yang diteliti guna mendapatkan kesimpulan yang bersifat deskriptif sesuai dengan kondisi dan waktu. Adapun data yang diperoleh melalui observasi dianalisis secara kualitatif. Sedangkan hasil belajar yang diperoleh siswa akan dianalisis secara kuantitatif kemudian dideskriptifkan secara sistematis sehingga.

(60) 45. dapat diperoleh suatu kesimpulan. Untuk menganalisis data secara kuantitatif digunakan statistik deskriptif. 1. Data ketuntasan belajar Untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik, data dianalisis dengan rumus : KK =. ∑𝑋 𝑁. x 100 %. Keterangan : X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 KK = Ketuntasan Klasikal N = Jumlah siswa yang ikut tes Kelas yang dikatakan tuntas secara klasikal terhadap materi pelajaran yang diajarkan, jika ketuntasan secara klasikal ≥ 75 %. 2. Data Nilai Rata – Rata Kelas Untuk mengetahui nilai rata-rata kelas dipergunakan persamaan berikut: x=. ∑ 𝑓𝑖.𝑥𝑖 ∑ 𝑓𝑖. Keterangan : x = Nilai rata-rata kelas fi = Frekuensi xi = Nilai tes Skor hasil belajar dikategorikan dengan menggunakan kategorisasi skala lima, yang mengacu pada teknik kategori standar yang diterapkan oleh departemen pendidikan nasional sebagai berikut:.

(61) 46. Tabel 3.1 Pengkategorian hasil belajar Nilai Hasil Belajar. Kategori. 90-100. Sangat tinggi. 80-89. Tinggi. 65-79. Sedang. 55-64. Rendah. 0-54. Sangat rendah. (Sumber : Aqib, 2011) I. Indikator keberhasilan Indikator keberhasilan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat dilihat adanya peningkatan nilai hasil belajar peserta didik setiap siklusnya. Hasil belajar peserta didik dianggap tuntas apabila adanya peningkatan rata-rata nilai peserta didik setiap siklusnya dan secara klasikal dianggap tuntas apabila mencapai 75 % (kategori tinggi) dan jumlah peserta didik seluruhnya mencapai KKM. Tabel 3.2 Kriteria Hasil Belajar Peserta Didik Nilai Predikat Keterangan 93-100. A. Sangat Baik. 84-92. B. Baik. 75-83. C. Cukup. <75. D. Kurang.

(62) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Paparan data siklus I a. Perencaraan (Planning) a) Peneliti melakukan analisis silabus untuk menentukan kompotensi dasar dan indikator yang akan disampaikan pada peserta didik b) Membuat RPP c) Membuat instrument yaitu lembar observasi peserta didik d) Menyusun alat evaluasi pembelajaran b. Pelaksanaan (Acting) e) memberikan pengertian kepada peserta didik kondisi pembelajaran dalam berkelompok a) Guru menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) b) Observasi dan refleksi Pada siklus I ini dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk soal pilihan ganda setelah penyajian materi. Adapun data skor hasil belajar siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:. 47.

(63) 48. Tabel 4.1 Statistik skor hasil belajar Biologi peserta didik kelas XI IPA 1 SMAN 8 Takalar : Statistik. Nilai Statistik. Subjek. 22. Skor ideal. 100. Skor maksimum. 80. Skor minimum. 48. Rentang skor. 32. Skor rata-rata. 63. Variansi. 16. Standar deviasi. 0,9. Dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa skor rata-rata (mean) hasil belajar Biologi setelah diterapkan model pembelajaran Think pair share (TPS) pada siklus I adalah 63 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100, menunjukkan bahwa masih rendahnya skor rata-rata yang dicapai dan belum mencapai nilai kkm. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya perhatian peserta didik terhadap pelajaran biologi dengan melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran berlangsung dan masih kurangnya minat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat mengganggu konsetrasi dalam. proses. pembelajaran.. Apabila. skor. hasil. belajar. siswa.

(64) 49. dikelompokkan ke dalam 5 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi nilai seperti yang disajikan pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan presentase skor hasil belajar Biologi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Takalar : Skor. Kategori. Frekuensi. Presentase (%). 0-54. Sangat rendah. 3. 13. 55-74. Rendah. 15. 68. 75-80. Sedang. 4. 18. 81-90. Tinggi. 0. 0. 91-100. Sangat tinggi. 0. 0. 22. 100. Jumlah. Dari Tabel 4.2 di atas terlihat bahwa 13 % nilai peserta didik masih pada kategori sangat rendah, 68 % nilai peserta didik berada pada kategori rendah, 18 % peserta didik berada pada kategori sedang, 0 % berada pada kategori tinggi dan 0% peserta didik berada pada kategori sangat tinggi. Pada tabel di atas terlihat bahwa jumlah sampel sebanyak 22, hal ini disebabkan karena pada saat mengikutti tes pada siklus I terdapat 2 orang peserta didik yang tidak hadir dari jumlah sampel yang ada sebanyak 24 orang peserta didik..

(65) 50. Presentase peserta didik yang berada pada kategori rendah lebih tinggi dibandingkan dari pada presentase peserta didik pada kategori tinggi. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya perhatian peserta didik terhadap pelajaran biologi dengan melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran berlangsung dan masih kurangnya minat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat mengganggu konsetrasi dalam proses pembelajaran. Presentase ketuntasan belajar peserta didik pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Deskripsi Ketuntasan Belajar Peserta Didik Siklus I Persentase. Kategori. Frekuensi. Persentase (%). 0-74. Tidak Tuntas. 18. 82. 75-100. Tuntas. 4. 18. 22. 100. skor. Jumlah. Berdasarkan Tabel 4.3 maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar biologi peserta didik kelas XI IPA 1 SMAN 8 Takalar setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan metode Think Pair Share (TPS) Pada akhir siklus I ternyata sebanyak 18 peserta didik (82%) yang masuk dalam kategori tidak tuntas dan 4 peserta didik (18%) yang masuk pada kategori tuntas..

Gambar

Gambar  2.1  Bagan Kerangka Pikir…………………………………..37
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Tabel 4.1 Statistik skor hasil belajar Biologi peserta didik kelas XI                IPA 1 SMAN 8 Takalar :
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan presentase skor hasil belajar Biologi         siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Takalar :
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

The objective of this thesis is to investigate whether sales, leverage and firm size are the determinants of working capital management in consumer goods companies.. This

Perhatikanlah salah satu akar yang sudah diketahui adalah berupa bilangan irasional(bilangan bentuk akar), maka salah satu akar yang lainpun juga akan berupa bilangan irasional

Demikian surat tugas ini dibuat untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya, setelah melaksanakan tugas diharap melapor ke atasan langsung. Rancabungur, 30 Agustus

Adanya gugus asam yang terikat pada atom C nomor 6 pada alginate, karagenan maupun agrose akan menghalangi terbentuknya ester sehingga perlu dideaktivasi dengan cara

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis akan menguraikan dan membahas hasil dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan secara langsung mengenai

Sejauh ini program tersebut telah menggunakan banyak indikator kinerja berbasis pada output (hasil) untuk mengevaluasi program, tetapi tidak pernah menggunakan sebuah indeks

Guru dituntut tidak hanya mengetahui teori-teori tentang demokrasi dan menciptakan pembelajaran hanya sebagai sebuah transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi