• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

B. Kemampuan Membaca Al-Qur’an

3. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Indikator kemampuan membaca Al-Qur’an yang dimaksud adalah kesanggupan seseorang membaca kalam Allah SWT dalam bentuk lafal Arab yang terdapat pada mushaf Al-Qur’an secara baik dan benar sesuai kaidah tajwid. Dalam

32 Rifqi Rosyidi, Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, https://kaltimtoday.co/berinteraksi-dengan-al-quran/ (diakses 29 Desember 2020)

penelitian ini pembahasan tajwid peneliti membatasi hanya dari segi memahami makharijul huruf, hukum nun sukun dan tanwin, hukum mim sukun, dan mad.

a. Makharijul huruf

Makharijul huruf ditinjau dari segi bahasa berasal dari kata kharaja (ََج َرَج)َ

yang berarti keluar. Apabila disandarkan pada wazan maf’alun (َ لَعْفَم) dengan sigat isim makan, maka menjadi makhrajun (َ ج َرْخَم) yang berarti tempat keluar.

Sedangkan jamaknya adalah makharijun (َ ج ِراَجَم) yang berarti tempat-tempat keluar.

Jadi, makharijul huruf (فْو ُرُحْلاَ ُج ِراَخَم) adalah tempat-tempat keluarnya huruf.

Sedangkan secara istilah, makharijul huruf adalah suatu tempat yang membentuk huruf atau ucapan. Atau dengan kata lain tempat keluarnya huruf pada waktu huruf tersebut diucapkan atau dibunyikan.33

Makharijul huruf terbagi atas 17 makhraj yang dikelompok menjadi lima tempat, yaitu34:

1) Al-Jauf (َُف ْوَجْلا) secara bahasa berarti kekosongan dan kehampaan.

Sedangkan menurut istilah berarti ruang kosong (rongga) yang terdapat pada mulut dan tenggorokan. Dari makhraj jauf, keluar tiga huruf mad, yaitu alif (ا) yang selamanya mati dan huruf sebelumnya selalu dibaca fathah, wawu mati (َْو) yang sebelumnya dibaca dhammah, dan ya’ mati (َْي) yang huruf sebelumnya dibaca kasrah.

33 Nur, Hadi dan Ahmad Riyanto, Ilmu Tajwid 2 (Semarang: Mutiara Aksara, 2019) h. 31

34 Muhammad Isham Muflih al-Qudhat, Al-Wadhih fi Ahkami at-Tajwid, terj. Abdul Majid, Panduan Lengkap Ilmu Tajwid Untuk Segala Tingkatan. (Jakarta Selatan: Turos 2015) h. 41-45

2) Al-Halq (َُقْلَحْلا), Di dalam tenggorokan (al-halq), terdapat tiga makhraj bagi enam huruf:

a) Pangkal tenggorokan, keluar huruf hamzah (ء) dan ha’ (ه) b) Bagian tengah tenggorokan, keluar huruf ‘ain (ع) dan ha’ (ح) c) Ujung tenggorokan, keluar huruf ghain (غ) dan kha’ (خ)

3) Al-Lisan (َْناَسِلْلا), makhraj huruf yang keluar dari lidah. Di dalamnya terdapat 10 makhraj yang menjadi tempat keluarnya 18 huruf.

a) Pangkal lidah bagian belakang dekat dengan tenggorokan dan bersentuhan dengan langit-langit mulut bagian belakang. Dari sini keluar huruf qaf (ق)

b) Pangkal lidah sedikit belakang setelah makhraj huruf qaf dan bersentuhan dengan langit-langit mulut bagian belakang. Darinya keluar huruf kaf (ك)

c) Lidah bagian tengah bersentuhan dengan langit-langit bagian atas.

Darinya keluar tiga huruf jim (ج), syin (ش) dan ya’ (ي)

d) Salah satu tepi lidah bagian kanan atau kiri bersentuhan dengan gigi geraham atas. Darinya keluar huruf dhad (ض)

e) Bagian ujung mendekati kedua tepi lidah ke arah ujung tepi lidah bersentuhan dengan gusi gigi seri atas. Darinya keluar huruf lam (ل) f) Ujung lidah yang bersentuhan dengan gusi gigi seri atas. Darinya keluar

huruf nun (ن)

g) Ujung lidah dan sedikit punggung lidah yang bersentuhan dengan bagian tengah lidah dan bersentuhan dengan gusi gigi seri atas setelah makhraj nun. Darinya keluar huruf ra’ (ر)

h) Ujung lidah bersentuhan dengan pangkal gigi seri atas. Darinya keluar huruf ta’ (ت), tha (ط) dan dal (د)

i) Ujung lidah dan bagian atas gigi seri bawah dengan menyisakan lubang kecil antara ujung lidah dan gigi seri. Darinya keluar huruf sin (س), shad (ص) dan za’ (ز)

j) Ujung lidah bertemu ujung gigi seri atas sambil mengeluarkan sedikit ujung lidah sampai keluar gigi seri. Darinya keluar huruf tsa’ (ث), dzal (ذ) dan zha’ (ظ)

4) Asy-Syafatain (َِنْيَتَفَّشلا), Makhraj yang keluar di dalam dua bibir atau syafatain terdapat dua makhraj untuk empat huruf:

a) Ketika mengatupkan dua bibir, keluar darinya dua huruf, yaitu ba’ (ب) dan mim (م)

b) Bagian dalam bibir bawah bertemu dengan ujung gigi seri atas. Darinya keluar huruf fa’ (ف)

5) Al-Khaisyum (َُم ْوُشْيَجْلا) adalah lubang hidung yang condong ke arah mulut.

Al-Khaisyum juga celah yang terbuka dari pangkal hidung sampai tenggorokan. Darinya keluar suara ghunnah.

Ghunnah (َُةَّنُغلا) adalah suara indah yang menyusun bunyi huruf nun dan mim. Sejumlah ulama ilmu tajwid berpandangan bahwa nun dan mim jika dibaca gunnah. Maka keduanya berpindah dari makhraj semula menuju

makhraj hidung, karena keduanya keluar dari makhraj asalnya diiringi dengan bunyi ghunnah. Menurut pendapat ini, hidung adalah makhraj tersendiri karena menjadi sifat dari nun dan mim sewaktu berada dalam keadaan ghunnah. Oleh karena itu, makhraj hidung selayaknya disebutkan bersama makhraj-makhraj yang lain.

b. Hukum nun sukun dan tanwin

Nun sukun (َْن) dan tanwin (ََـِـُـ) apabila bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah yang banyaknya ada 29 huruf, maka hukumnya ada lima hukum bacaan, yaitu35:

1) Izhar halqi (قاحراهظا) adalah jika ada nun mati (َْن) atau tanwin (ََـِـُـ) bertemu dengan salah satu huruf halqi (huruf yang keluar dari tenggorokan) yang jumlahnya ada enam, yaitu (غَعَهَءَخَح) maka hukumnya dibaca jelas serta bunyi suaranya tanpa disertai samar, dengung, dan tasydid.

Contoh: َ ُثْيَحَْنِمَ=َحَ–َ ْن

2) Idgam bigunnah (َْةَّنُغِبَ ْماَغْدِا) adalah bila ada nun sukun (َْن) atau tanwin (ََـِـُـ) bertemu dengan salah satu huruf idgam bigunnah yaitu (نَوَمَي) maka cara membacanya adalah nun sukun atau tanwin itu dimasukkan menjadi satu huruf dengan huruf sesudahnya dan disertai dengan dengung.

Contoh: َُل ْوُقَّيَ ْنَمَ=َيَ–َ ْن

3) Idgam bilagunnah (َْةَّنُغَلاِبَْماَغْدِا) adalah apabila ada nun sukun (َْن) atau tanwin (ََـِـُـ) bertemu dengan salah satu huruf idgam bilagunnah yang jumlahnya ada

35 Nurkholis, Ilmu Tajwid 1 (Semarang: Mutiara Aksara, 2019) h. 6-13

dua, yaitu (رَل) maka cara membacanya adalah nun sukun atau tanwin itu dimasukkan menjadi satu huruf dengan huruf sesudahnya dengan tanpa berdengung.

Contoh: مْي ِح َّر ر ْوُفَغَ=َر (ََـِـُـ) َ-َ

4) Iqlab (َْبَلاْقِا) adalah jika ada nun mati (َْن) atau tanwin (ََـِـُـ) bertemu dengan huruf ba (ب), maka bunyinya dimasukkan ke bunyi huruf ba dengan menyuarakan nun (َْن) atau tanwin ( -ً- ) menjadi suara mim (م), dengan ٍ-merapatkan kedua bibir serta mendengung.

Contooh: َِدْعَبَ ْن ِمَ=َبَ–َ ْن

5) Ikhfa (ءاَف ْخِا) jika ada nun mati (َْن) atau tanwin (ََـِـُـ) bertemu dengan salah satu huruf ikhfa menjadi bunyi yang samar serta berdengung, yakni antara izhar dan idgam dan bersambung dengan makhraj huruf berikutnya, sehingga terdengar seperti bunyi: “NG”. Huruf ikhfa ada 15, yaitu ( َقَشَجَكَثَدَص ضَتَفَزَطَدَس)

Contoh:اًّفَصَاًّفَصَُكَلَمْلا َوَ=َص (ََـِـُـ) َ-َ c. Hukum mim sukun

Apabila ada mim sukun (َْم) yang bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah, maka mempunyai tiga hukum bacaan yaitu36:

1) Idgam misli (يِلْث ِمَ ْماَغْدِا) adalah apabila ada mim sukun/mati (َْم) bertemu dengan huruf mim (م) yang sama. Maka cara membacanya adalah huruf

36 Ibid. h. 22-24

yang pertama dimasukkan ke dalam huruf yang kedua, sehingga seperti huruf yang bertasydid/huruf rangkap dan disertai dengung.

Contoh:ََنْيِنِم ْؤُمَْمُتْنُكَ ْنِاَ=َمَ–َْم

2) Ikhfa Syafawi (يِوَفَشَءاَفْجِا) adalah apabila ada mim sukun/mati (َْم) bertemu dengan huruf ba’ (ب) maka dibaca samar di bibir dan disertai dengung.

Contoh: َللهاِبَْم ِصِتْعِاَ=َبَ–َْم

3) Idzhar Syafawi (يِوَفَشَ راَهْظِا) adalah jika ada mim sukun/mati (َْم) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah selain mim (م) dan ba’ (ب), maka hukum bacaan mim tersebut dibaca jelas/terang (pada bibir) dan cepat dengan mulut tertutup, tanpai disertai samar atau berdengung.

Contoh:َ رْجَأَْمُهَلَفَ=َأَ–َْم d. Mad

Mad secara bahasa adalah panjang sedangkan menurut istilah mad ialah membaca panjang satu huruf hijaiyah di dalam Al-Qur’an karena bertemu salah satu huruf bacaan mad (hamzah (ء) Wawu (و) dan ya’ (ي) ) dan untuk ketentuannya tergantung pada mad itu sendiri.37

Menurut ilmu tajwid, bacaan mad itu secara garis besar/global ada dua macam, yaitu38:

1) Mad tabi’i (ىِعْيِبَطَ ْدَم) adalah apabila ada mad setelah huruf mad tidak ada sukun, tasydid dan hamzah. Atau dengan istilah lain, yaitu bila ada huruf mad dibaca panjang bunyi suaranya karena huruf alif (ا) jatuh setelah huruf

37 Rois Mahfud, Pelajaran Ilmu Tajwid (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017) h. 29

38 Nur, Hadi dan Ahmad Riyanto, Op.cit h. 13-19

fathahَ (ـَــ), huruf wau sukun (َْو) jatuh setelah harakat dammah (ـُــ) dan huruf ya sukun (َْي) jatuh setelah harakat kasrah (ـِــ) sedangkan panjangnya adalah satu alif (2 harakat)

Contoh: َِللهاِبُذ ْوُعَأ = huruf wau sukun (َْو) jatuh setelah harakat dammah (ـُــ) 2) Mad far’i (ىِع ْرَفْدَم) adalah mad cabang, artinya bacaan mad yang terjadi

karena salah satu sebab. Mad far’i dibagi menjadi 13 macam diantaranya yaitu:

a) Mad wajib muttasil adalah apabila ada mad dan setelah huruf mad ada huruf hamzah dan berada dalam satu kata. Adapun panjangnya dua setengah alif atau lima harakat.

Contoh: ََءآَمَّسلاَ،ََءآَج

b) Mad jaiz munfasil adalah apabila ada mad dan setelah huruf ada hamzah tidak dalam satu kata (serta terdiri atas dua kata). Adapun panjangnya adalah dua setelah alif (5 harakat)

Contoh: ُدُبْعَالآَ،ىَنْغَاآَم

c) Mad lazim kilmi, ada dua macam, yaitu

(1) Mad lazim kilmi musaqqal adalah apabila ada mad dan setelah mad ada huruf yang bertasydid dalam satu kata. Adapun panjangnya adalah tiga alif (6 harakat). Cara membacanya harus dipanjangkan kemudian ditasydidkan.

Contoh:ََّلآَضَ،ٍةَّبآَد

(2) Mad lazim kilmi mukhaffaf adalah apabila ada mad dan setelah huruf mad ada sukun (ـْــ) tidak diakhir kata (waqaf). Adapun panjangnya adalah tiga alif (6 harakat)

Contoh: َُللهآَ ْلُق

d) Mad lazim harfi, ada dua macam, yaitu:

(1) Mad lazim harfi mukhaffaf yaitu huruf-huruf yang terletak diawal surah yang terdiri dari salah satu atau lebih daripada huruf (َهَحَيَر ط) adapun panjangnya adalah satu alif (dua harakat)

Contoh: رلاَ،محَ،سيَ،هط

(2) Mad lazim harfi musaqqal yaitu apabila ada huruf-huruf yang terletak diawal surah yang terdiri atas satu huruf atau lebih dari huruf delapan (لَسَعَصَقَنَمَك) adapun panjangnya adalah 3 alif (enam harakat).

Contoh: قسعَ،مسطَ،نَ،ص

e) Mad aridi adalah apabila ada mad dan setelah huruf mad ada sukun (ـْــ) karena berhenti atau waqaf. Cara membacanya ada 3 cara, yaitu: utama, dibaca panjang 3 alif (6 harakat), sedang dibaca panjang 2 alif (4 harakat), biasa dibaca panjang 1 alif (2 harakat).

Contoh: ََن ْوُدُبْعَتاَم

f) Mad iwad adalah apabila ada fathatain (ـَــ) pada huruf akhir kata yang diwaqafkan. Cara membacanya adalah dibaca satu alif (2 harakat) Contoh: اًجا َوْفَا dibaca اَجا َوْفَا

g) Mad silah, dibagi menjadi 2 yaitu:

(1) Mad silah qasirah, yaitu bacaan mad/ha’ damir yang jatuh setelah huruf berharakat hidup atau tidak jatuh setelah huruf mati atau sukun dan setelahnya tidak bertemu dengan hamzah. Panjang bacaannya sama dengan mad tabi’i, yaitu satu alif (2 harakat).َ

Contoh: َ مْلِعَِهِبَ، مَلِعَُهَل

Dan apabila ha damir jatuh setelah sukun/mati atau dihubungkan dengan huruf lain berikutnya, maka ha damir tadi tidak boleh dibaca panjang.

Contoh: َُه ْرِفْغَتْسا َو

(2) Mad silah tawilah yaitu mad silah qasirah yang bertemu dengan huruf hamzah. Panjang bacaannya yaitu 2 alif (5 harakat)

Contoh: ََءآَشَاَمِبََّلِإَِهِمْلِع َ ْن ِم

h) Mad badal adalah setiap ada dua hamzah yang berjajar dan kedua hamzah tadi diganti huruf mad yang sesuai atau dibaca panjang. Panjang bacaannya yaitu 1 alif (2 harakat)

Contoh: ََنَمْاَأ

i) Mad tamkin adalah ya bertasydid jatuh setelah kasrah atau ya kasrah yang bertasydid dan bertemu ya sukun. Panjang bacaannya yaitu satu alif (2 harakat)

Contoh: ََكاَّيِإ

j) Mad lin adalah apabila ada harakat fathah yang diikuti wau atau ya sukun. Panjang bacaannya yaitu ½ alif (satu harakat atau ketukan) Contoh: كْيَلِإ

Dokumen terkait