• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator Makroekonom

MASALAH DAN KEBIJAKAN EKONOM

2.5. Indikator Makroekonom

Indikator utama dalam ekonomi makro adalah pendapatan nasional yang kemudian diturunkan dalam menentukan indikator makroekonomi lainnya seperti inflasi dan pengangguran. Apa itu pendapatan nasional ? Pendapatan nasional adalah total pendapatan yang diterima oleh seluruh pelaku ekonomi yang berkontribusi dalam perekonomian. Salah satu konsep yang penting dalam pengukuran pendapatan nasional adalah produk domestik bruto (gross domestic bruto) yang mengukur total nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu perekonomian. Produk domestik bruto (PDB) merupakan bagian dari pendapatan nasional dan perhitungan produk nasional untuk mengetahui apakah perekonomian mengalami pertumbuhan ekonomi positif (ekspansi) atau pertumbuhan ekonomi negatif (kontraksi). Produk domestik bruto (PDB) juga menjadi dasar dalam menentukan apakah perekonomian menghadapi masalah inflasi atau resesi dan bagaimana merumuskan solusinya.

Produk domestik bruto (PDB) merupakan konsep pengukuran pendapatan nasional dan produk nasional dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran konsumsi rumah tangga

(C), pengeluaran investasi perusahaan (I), belanja pemerintah atas barang dan jasa (G), dan ekspor neto yaitu (X-M). Produk domestik bruto (PDB) dapat diformulasikan dalam suatu kesamaan sebagai berikut :

PDB = C + I + G + (X - M)

Secara umum produk domestik bruto (PDB) untuk mengukur performa perekonomian secara makro. Perbandingan kinerja ekonomi antara satu negara dengan negara lain dapat dilakukan secara mudah dengan membandingkan PDB antar negara. Ekonomi makro menjelaskan perekonomian secara keseluruhan (agregate) yang fokus pada pembahasan tentang pendapatan nasional (GDP/GNP), inflasi dan pengangguran. Pendapatan nasional (GDP/GNP) menunjukkan nilai pasar dari keseluruan produksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian selama periode waktu tertentu.

Konsep nilai pasar (market value) mengungkapkan keinginan masyarakat untuk membeli sekelompok jenis barang yang berbeda dengan harga pasar (market prices) yang berbeda. Jadi harga pasar (market prices) mencerminkan keinginan masyarakat untuk membayar pada berbagai jenis barang yang berbeda dan sekaligus juga menunjukkan nilai suatu barang.

Pengertian keseluruhan jenis barang mengandung arti semua jenis barang legal yang masuk dan ditransaksikan dalam pasar. Sedangkan barang-barang illegal seperti barang selundupan, narkoba, dsb tidak dihitung dalam pendapatan nasional (GDP/GNP). Demikian juga halnya dengan produksi dan konsumsi barang dan jasa dalam suatu rumah tangga misalnya tanaman buah di halaman rumah, jasa ibu rumah tangga, sayuran di kebun juga tidak dihitung dalam pendapatan nasional (GDP/GNP). Demikian juga dalam perhitungan transaksi jasa, misalnya jasa seorang dokter terhadap seorang pasien dihitung sebagai pendapatan nasional (GDP/GNP). Namun jika kemudian dokter tersebut menikah dengan pasiennya tersebut dan maka jasa pengobatan tidak masuk dalam kalkulasi pendapatan nasional (GDP/GNP).

Pengertian barang yang dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional (GDP/GNP) adalah sesuatu yang tampak secara fisik (tangible goods) seperti baju, sepatu, mobil, kursi, pena, dsb. Barang yang dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional (GDP/GNP) adalah barang yang diproduksi sekarang (currently produced) bukan barang yang sudah diproduksi sebelumnya (in the past).

Sedangkan jasa adalah sesuatu yang tidak tampak secara fisik (intangible services)

seperti jasa tukang cukur rambut, cleaning service, pemeriksanaan kesehatan oleh dokter, jasa konsultan, dsb. Jika seseorang membeli kaset atau CD (compact disc) berisi bacaan Al-

Qur‟an, maka dimasukkan dalam transaksi pembelian barang dalam pendapatan nasional (GDP/GNP). Namun jika membeli tiket masuk dalam lomba MTQ dengan pembaca yang sama, maka dimasukkan dalam transaksi jasa dalam pendapatan nasional (GDP/GNP).

Indikator makroekonomi berikutnya adalah inflasi yang dihitung dengan indeks harga konsumen (consumer price index = CPI) yaitu suatu keadaan dimana terjadi kenaika n harga barang secara umum dan terus menerus. Indeks harga konsumen (IHK) adalah angka (indeks) menunjukkan tingkat harga pada sekelompok komoditi yang dikonsumsi masyarakat. Kenaikan tingkat harga akan mempengaruhi tingkat pendapatan riil masyarakat dan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Perhitungan inflasi dari indeks harga konsumen dengan rumus sebagai berikut :

Inflasi  IHKt IHKt 1 IHKt1

Inflasi akan mempengaruhi pendapatan nasional dari sisi pengeluaran konsumsi rumah tangga (demand pull inflation) dan sektor luar negeri yaitu ekspor dan impor. Demikian juga inflasi akan meningkatkan biaya produksi barang (cost push inflation)

misalnya kenaikan inflasi yang disebabkan harga minyak bumi (BBM) sehingga produksi barang semakin berkurang. Namun sebaliknya pertumbuhan ekonomi atau pendapatan nasional juga akan mempengaruhi inflasi karena dengan semakin banyaknya produksi barang dan jasa akan menstabilkan harga barang (inflasi) di masyarakat. Tabel berikut menjelaskan indikator makroekonomi perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun :

Tabel 1

Indikator Makroekonomi Perekonomian Indonesia (%, year to year)

Indikator Ekonomi Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

Produk Domestik Bruto 4,6 6,2 6,5 6,2 5,8

- Konsumsi RT 4,9 4,7 4,7 5,3 5,3 - Konsumsi Pemerintah 15,7 0,3 3,2 1,2 4,9 - PMTB 3,3 8,5 8,8 9,8 4,7 - Ekspor -9,7 15,3 13,6 2,0 5,3 - Impor -15 17,3 13,3 6,6 1,2 Inflasi 2,8 7,0 3,8 4,3 8,4 - Inti 4,3 4,3 4,3 4,4 5,0 - Diatur Pemerintah -3,3 5,4 2,8 2,7 16,7

- Bergejolak 3,9 17,7 3,4 5,7 11,8 Sumber : Bank Indonesia , 2014

Tabel di atas mengungkapkan perkembangan makroekonomi dimana pertumbuhan ekonomi relatif stabil dan mengalami sedikit penurunan pada tahun 2013 sebesar 5,8 % dimana sebelumnya sebesar 6,2 % pada tahun 2012. Demikian juga komponen pendapatan nasional juga mengalami pertumbuhan relatif konstan kecuali ekspor yang mengalami fluktuasi yang cukup signifikan karena dipengaruhi oleh kondisi ekonomi domestik dan luar negeri. Indikator inflasi relatif terjaga karena pemerintah concern untuk menjaga stabilitas nilai mata uang meskipun akhir-akhir ini mengalami kenaikan akibat dari naiknya harga BBM sebagai imbas dari krisis luar negeri yang menyebabkan naiknya harga minyak dunia.

Indikator makroekonomi yang juga menjadi fokus dalam pembahasan dalam ekonomi makro adalah pengangguran (unemployment) yang ditandai dengan ketidakmampuan angkatan kerja terserap dalam dunia kerja. Angkatan kerja mengungkapkan jumlah total orang yang mencari pekerjaan baik yang sudah bekerja maupun yang belum bekerja. Tingkat pengangguran (unemployment rate) adalah besarnya prosentase angkatan kerja yang tidak bekerja. Besarnya tingkat pengangguran menunjukkan rendahnya kualitas SDM suatu negara dan rendahnya kemampuan tenaga kerja masuk dalam dunia kerja. Tingginya tingkat pengangguran juga mencerminkan inefisiensi dalam perekonomian karena potensi SDM baik yang terdidik maupun tidak terdidik yang tidak bisa berkontribusi dalam perekonomian.

Indikator untuk mengetahui kaitan antara tingkat pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi dirumuskan dalam hukum Okun (Okun‟s Law) dimana ada hubungan negatif antara tingkat pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi. Teori ini dirumuskan oleh Arthur Okun berdasarkan hasil penelitian atas data perekonomian dengan formula sebagai berikut :

∆ % Real GDP = 3 % - 2 x ∆ % Tingkat Pengangguran

Misal tingkat pengangguran meningkat dari 7 % menjadi 10 %, maka dapat dihitung besarnya prosentase perubahan GDP riil sebesar :

∆ % Real GDP = 3 % - 2 x ∆ % (10 7) = 3 % - 2 x 3 %

= 3 % - 6 % = - 3 %

Jadi dampak dari peningkatan pengangguran dari 7 % menjadi 10 % akan menurunkan pertumbuhan ekonomi menjadi 3 %.