• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerintah, Pasar dan Kebijakan Fiskal

Dalam dokumen TEORI EKONOMI MAKRO PENDEKATAN EKONOMI ISLAM (Halaman 167-170)

moneter hanyalah „instrumen ekonomi‟ untuk menggerakkan sektor riil dan kesejahteraan ekonomi masyarakat dapat terwujud dari perkembangan pada

KEBIJAKSANAAN FISKAL

8.3. Pemerintah, Pasar dan Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal dikaitkan dengan tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab pemerintah dalam mengatur perekonomian agar dapat berjalan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Peran pemerintah dalam perekonomian dikaitkan dengan kegagalan pasar dalam menyelesaikan masalah ekonomi baik menyangkut alokasi dan distribusi sumberdaya ekonomi serta fungsi stabilisasi perekonomian. Jadi intervensi pemerintah dalam perekonomian karena pasar dalam beberapa kasus gagal dalam menyelesaikan masalah ekonomi sehingga menimbulkan permasalahan ekonomi seperti kemiskinan, pengangguran, ketimpangan pendapatan, dsb. Kegagalan pemerintah dalam menyelesaikan masalah public goods dan externality menimbulkan ekses dalam perekonomian seperti terbengkalainya fungsi dan layanan publik seperti kualitas bangunan sekolah dasar (SD) yang buruk, sanitasi yang tidak terawat, kesejahteraan pegawai negeri sipil yang rendah, kualitas jalan raya yang rusak, lampu penerang jalan yang tidak terawat, sampah yang berserakan, kualitas persenjataan dan alutista yang tertinggal, layanan kesehatan di Puskesmas yang rendah, dsb.

Kondisi tersebut merupakan dampak dari ketidakmampuan pemerintah dalam menyediakan fasilitas umum (public goods) yang baik.

Dalam perekonomian melalui bekerjanya mekanisme pasar seharusnya alokasi dan distribusi sumber daya ekonomi dapat dilakukan dengan baik sehingga permasalahan ekonomi di atas tidak terjadi. Mekanisme pasar melalui bekerjanya kekuatan permintaan dan penawaran akan menyelesaikan permasalahan ekonomi dan menentukan keseimbangan pada berbagai jenis barang dan jasa secara efisien sehingga dapat ditentukan harga dan kuantitas keseimbangan barang dan jasa. Namun dalam permasalahan public goods dan externality mekanisme pasar tidak selalu bisa menyelesaikan masalah ekonomi tersebut yang disebabkan karena Kebijaksanaan fiskal atau sering diungkapkan dengan kebijakan fiskal (fiscal policy)

adalah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang anggaran (APBN) untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Kebijakan fiskal diformulasikan dengan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah pada pos-pos pendapatan dan pengeluaran dalam anggaran pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian. Sifat kebijakan fiskal ada dua macam yaitu kebijakan fiskal ekspansif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kebijakan fiskal kontraktif untuk mengatasi perekonomian yang over heating ditandai dengan inflasi yang tinggi. Pengendalian perekonomian melalui penentuan besarnya pos-pos pendapatan misalnya kebijakan fiskal kontraktif melalui peningkatan tarif pajak untuk mengerem laju pertumbuhan ekonomi sehingga tingkat inflasi dapat dikendalikan. Implikasinya adalah dengan peningkatan pajak akan menyebabkan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposible income) akan berkurang sehingga mengurangi pengeluaran konsumsi dan akhirnya mengurangi agregat demand. Kebijakan fiskal kontraktif juga bisa dilakukan melalui pengendalian dari sisi penerimaan misalnya pemotongan gaji dan tunjangan bagi PNS, pemotongan anggaran kementrian dan pengurangan subsidi bagi masyarakat miskin.

Pada sisi lain kebijakan ekspansif melalui pengendalian dari sisi penerimaan misalnya pengurangan pajak yang menyebabkan peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposible income) sehingga akan meningkatkan pengeluaran konsumsi dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan fiskal melalui sisi pengeluaran (expenditure) dilakukan melalui peningkatan anggaran belanja pemerintah untuk peningkatan gaji PNS, peningkatan anggaran kementrian dan lembaga, peningkatan subsidi bagi masyarakat miskin.

Umer Chapra dalam buku Islam dan Tantangan Ekonomi menegaskan tentang bagaimana peran negara dalam mengatur perekonomian melalui beberapa elemen tindakan (Chapra, hal. 216) yaitu :

1. Mekanisme filter yang secara sosial disepakati

2. Sistem motivasi yang mendorong individu untuk melakukan yang terbaik untuk dirinya dan masyarakatnya

3. Restrukturisasi perekonomian yang secara keseluruhan dengan tujuan mewujudkan maqashid meskipun menghadapi kelangkaan sumber-sumber daya

Mekanisme filter dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi merupakan kombinasi antara mekanisme pasar dan sistem perencanaan yang memungkinkan terjadinya pemanfaatan sumber daya secara efisien. Dalam pandangan Chapra bahwa Islam memiliki sistem nilai yang dapat mengendalikan persoalan ekonomi yaitu melalui kekuatan moral yang dapat mengendalikan keinginan individu dalam perilaku konsumsinya. Prinsip hidup kesederhanaan dan merasa cukup menjadi benteng moral untuk menghindari perilaku hedonis yang dapat mengatasi persoalan kesenjangan ekonomi antara yang kaya dan miskin serta pengurasan sumber daya ekonomi yang sifatnya terbatas. Filter moral juga menegaskan tentang pemanfaatan sumber daya alam sebagai fungsi untuk mewujudkan kesejahteraan hidup manusia yang tidak mentolerir apapun bentuk perilaku yang merusak tatanan sosial dan ekonomi. Filter moral akan menghindari dari perilaku boros dan penggunaan sumber daya ekonomi. Filter moral akan menghindari timbulnya perilaku korup yang berakibat pada timbulnya kesenjangan antara yang kaya dan miskin. Filter moral juga menghindarkan diri dari penggunaan sumber daya ekonomi secara boros dan tidak tepat sasaran.

Motivasi yang benar dari individu akan menciptakan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan individu dan sosial. Sistem kapitalisme mengandalkan kekuatan pasar melalui motiv mencari keuntungan individu secara maksimal yang berpotensi merugikan kepentingan sosial. Namun motif individu dalam sistem pasar memang dapat memaksimalkan potensi individu karena akan mendapatkan imbalan yang selaras dengan kontribusinya. Sistem sosialisme menolak paham individualisme dalam pengaturan ekonomi karena akan mengorbankan kepentingan sosial dan harus diganti dengan sistem perencanaan yang menjamin pemenuhan kebutuhan setiap individu dalam masyarakat. Namun sistem perencanaan mengabaikan motif individu yang berakibat pada kemandekan ekonomi dan menimbulkan kemiskinan masal. Inti persoalannya adalah pada pandangan sekuler dalam memahami kehidupan dunia ini yang menimbulkan kerakusan, ketamakan dan rendahnya solidaritas sosial. Untuk itu perlu rekonstruksi dalam pandangan dunia ini yang berimplikasi pada perilaku ekonomi individu dan masyarakat. Dalam pandangan bahwa dunia ini adalah ciptaan Allah SWT untuk manusia dan manusia berkewajiban untuk mengelolanya dengan baik untuk kesejahteraan hidup bersama yang harus dipertanggungjawabkan nanti di akhirat kelak. Pandangan hidup inilah yang akan menetralisir sikap, pandangan, perilaku hedonis yang cenderung mengabaikan aspek moral. Islam mengakui hak individu untuk mendapatkan kompensasi sesuai dengan kontribusinya dalam perekonomian. Namun Islam juga memperhatikan kepentingan sosial dengan aturan tentang pengelolaan hak milik umum untuk kepentingan masyarakat. Islam melarang praktek monopoli oleh swasta yang berpotensi merugikan individu. Islam juga mencela sikap kikir, tamak, rakus yang berakibat rusaknya sendi-sendi sosial masyarakat.

Pengaturan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari peranan negara sebagai regulator perekonomian. Peran negara untuk menegaskan tentang pentingnya moral ekonomi ditegakkan dalam praktek ekonomi di tengah masyarakat. Peran ini terutama dihadirkan dalam perlindungan kepentingan masyarakat untuk pengelolaan kekayaan negara seperti hutan, sumber energi,sumber air dan kekayaan laut. Peran negara juga penting untuk menyelenggarakan sektor publik yang ditinggalkan individu seperti pertahanan dan

keamanan, sistem moneter, penyediaan inftrastruktur jalan, pelabuhan, jembatan, bandara dan penyelenggaraan administrasi publik. Peran negara dihadirkan untuk mewujudkan hak fundamental masyarakat dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Peran negara juga dihadirkan untuk mengatasi penyakit sosial seperti kemiskinan, pengangguran, narkoba, pornoaksi, pornografi, prostitusi dan konflik sosial.

Pentingnya peranan negara dalam menyelenggarakan kehidupan ekonomi dan sosial, maka harus diwujudkan sistem dan mekanisme seleksi personil aparatur negara dari pimpinan tertinggi sampai eselon paling rendah. Sistem meritokrasi pada penyelenggaraan pemerintahan yang mengedepankan prinsip moral keadilan dan profesionalitas akan melahirkan sistem ketatanegaraan yang kuat dan berwibawa. Pemerintahan yang kuat, profesional dan amanah akan melahirkan kebijakan-kebijakan yang rasional untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera.

Dalam dokumen TEORI EKONOMI MAKRO PENDEKATAN EKONOMI ISLAM (Halaman 167-170)