• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGIAN I PETUNJUK UMUM

A. PEMBELAJARAN IPS

2. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

Untuk menetapkan Indikator Pencapaian Kompetensi ( I P K ) , pembelajaran IPS harus b i s a memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Penetapan IPK harus lebih diarahkan pada Higher Order Thinking Skills (HOTS).

Pembelajaran yang disajikan sebaiknya dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir kritis, logis, dan sistematis sesuai dengan karakteristik IPS, serta memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS).

Anderson mengkategorikan tingkat berpikir seperti dalam Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Deskripsi Kemampuan Kognitif

KATEGORI DESKRIPSI

Mengingat

(Remember) Menyajikan fakta dari ingatan (mengenai fakta penting/recognizing; memanggil/recalling/retrieving) Memahami

(Understand)

Memaknai materi yang dipelajari dengan kata-kata/kalimat sendiri (interpretasi/interpreting, memberi contoh/illustrating,

mengklasifikasi/classifying/categorizing, meringkas/

summarizing/abstracting,menyimpulkan/concluding/

ektrapolating/interpolating, predicting, membandingkan/

comparing/contrasting/mapping/matching,

menjelaskan/constructing model e.g. cause-effect) Menerapkan

(Apply)

Melaksanakan (executing), menggunakan prosedur (implementing) untuk suatu situasi baru (melakukan, menerapkan)

HOTS

Menganalisis Mengelompokkan informasi/fenomena dalam bagian-bagian penting

Berdasarkan tingkat berpikir yang tercantum dalam Tabel 1 di atas, nampak adanya kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills = HOTS) yang harus dikuasai oleh peserta didik yaitu kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Oleh sebab itu, maka dalam pembelajaran, guru dianjurkan untuk mendorong peserta didiknya menguasai kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dengan menyajikan pembelajaran yang variatif serta pemberian materi yang “tidak biasa” yang dikembangkan dari KD-KI 3 dan 4.

Contoh kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS).

a. Guru menugaskan peserta didik untuk menganalisis permasalahan yang disajikan melalui Lembar Kerja Siswa atau Lembar Kerja Peserta Didik (LKS/LKPD) berkaitan dengan materi Kondisi Geografis dan Aktivitas Manusia dalam Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya di Indonesia;

(Analyze) (differentiating/discriminating/focusing/selecting), menentukan keterkaitan antar komponen

(organizing/finding

coherence/integrating/outlining/structuring), menemukan pikiran pokok/bias/nilai penulis (attributing/deconstructing)

Mengevaluasi (Evaluate)

Menentukan apakah kesimpulan sesuai dengan uraian/fakta

(checking/coordinating/detecting/monitoring/testing), menilai metode mana yang paling sesuai untuk menyelesaikan masalah (critiquing/judging) Mencipta

(Create)

Merumuskan hipotesis (generating), merencanakan penelitian (planning/designing), menghasilkan produk baru (producing/ constructing)

b. Peserta didik menganalisis permasalahan tersebut melalui kegiatan diskusi kelompok, yang diawali dengan mengidentifikasi fakta, konsep, prosedur, dan atau metakognitif yang ditemukan dalam permasalahan;

c. Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi berkaitan dengan permasalahan yang disajikan dari berbagai sumber belajar, kemudian bersama kelompoknya mengolah data yang terkumpul untuk dianalisis sehingga menghasilkan rumusan penyelesaian masalah;

d. Melalui diskusi dan tanya jawab bersama kelompoknya, peserta didik melakukan evaluasi terhadap rumusan penyelesaian masalah yang diperolehnya;

e. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, kemudian membuat kesimpulan bersama;

f. Selama kegiatan berlangsung, guru melakukan pengamatan dan pendampingan.

Berbasis pada KD 1-5 untuk KI-3 dan KD 1-5 untuk KI-4, berikut diberikan contoh indikator pencapaian kompetensi mata pelajaran IPS kelas-XI sbb.:

Contoh:

Pada 3.2 Memahami aktivitas manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di sekitarnya (dalam lingkup nasional).

Indikator pencapaian kompetensi pengetahuan yang berkaitan dengan fakta adalah:

a. Mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi keruangan di Indonesia;

b. Mengidentifikasi potensi sumber daya alam Indonesia;

c. Mengidentifikasi potensi sumber daya manusia Indonesia.

Indikator Pencapaian Kompetensi Pengetahuan yang berkaitan dengan konsep di antaranya adalah: berbagai pengertian atau definisi tentang iklim, rupa bumi, tata air, tanah, flora dan fauna, dsb.

Pengetahuan yang berkaitan dengan prosedur di antaranya adalah: menuangkan fakta ke dalam bentuk tabel/diagram/

peta seperti: kondisi geografis (letak dan luas, iklim, rupa bumi, tata air, tanah, flora dan fauna), potensi sumber daya alam serta potensi sumber daya manusia di Indonesia.

Sedangkan pengetahuan yang berkaitan dengan metakognitif di antaranya adalah: menjelaskan aktivitas manusia dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya (produksi, distribusi, konsumsi) kaitannya kondisi geografis di Indonesia;

3. Karakteristik Pembelajaran IPS

Berikut ini merupakan karakteristik pembelajaran IPS berbasis aktivitas.

Karakteristik pembelajaran IPS berbasis aktivitas a. interaktif dan inspiratif;

b. menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif;

c. kontekstual dan kolaboratif;

d. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik; dan

e. sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

4. Prinsip Pembelajaran IPS

Prinsip pembelajaran IPS di antaranya adalah sebagai berikut:

a. peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;

b. peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar;

c. proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah;

d. pembelajaran berbasis kompetensi;

e. pembelajaran terpadu;

f. pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi;

g. pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;

h. peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard skills dan soft skills;

i. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

j. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

k. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;

l. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;

m. pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik; dan

n. suasana belajar menyenangkan dan menantang.

Karakteristik dan prinsip tersebut harus diaplikasikan oleh guru IPS dalam pembelajarannya disesuaikan dengan karaktristik kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Sebagai contoh, agar karakteristik pembelajaran kontekstual dan kolaboratif dapat terlaksana, maka guru harus dapat mengembangkan materi pembelajaran yang relevan dengan situasi dan kondisi lingkungan sekitar (kontekstual), serta dapat menciptakan kegiatan yang melibatkan peserta didik untuk dapat berkolaborasi antar sesamanya, misalnya kerja kelompok atau diskusi kelompok.

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka terjadi pergeseran paradigma terhadap prinsip pembelajaran yang digunakan, yaitu:

a. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik

mencari tahu;

b. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar;

c. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;

d. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;

e. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;

f. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

g. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;

h. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisik (hard skills) dan keterampilan mental (soft skills);

i. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.

j. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

k. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;

l. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas.

m. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan n. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang

budaya peserta didik.

5. Materi Pembelajaran IPS

Materi IPS meliputi perilaku sosial, ekonomi dan budaya manusia di masyarakat. Masyarakat merupakan sumber utama materi pembelajaran IPS. Aspek kehidupan sosial terkait dengan ruang tempat tinggalnya, baik menyangkut hubungan sosial, ekonomis, budaya, kejiwaan, sejarah, geografis maupun politis, sumbernya adalah masyarakat.

Adapun sumber materi IPS adalah:

a. Lingkungan geografis dan budaya meliputi segala aspek geografis dan antropologis dari lingkungan peserta didik yang terdekat sampai yang terjauh.

b. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.

c. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar peserta didik sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas, yaitu negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.

d. Kegiatan manusia, misalnya mata pencaharian, pendidikan, agama, produksi, komunikasi, dan transportasi.

Sementara Materi Pembelajaran IPS adalah:

a. Kondisi Geografis dan Aktivitas Manusia dalam Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya di Indonesia.

b. Aktivitas Manusia pada Masa Penjajahan, Pergerakan Nasional, sampai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

c. Aktivitas Manusia dalam Kelembagaan Sosial, Ekonomi, Pendidikan, dan Budaya di Indonesia.

d. Aktivitas Ekonomi Masyarakat Indonesia.

6. Pendekatan dan Model Pembelajaran IPS a. Pendekatan Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS harus disajikan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik/scientific), dan menggunakan model Problem Based Learning (PBL), Project Based Learning (PjBL), dan inquiry-discovery based learning.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik secara aktif membangun konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan (5M). Ke-5 komponen tersebut merupakan pengalaman belajar dan sekaligus sebagai kompetensi yang harus dilatihkan secara terus menerus sehingga akan menghasilkan luaran yang menguasai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara komprehensif. Hal ini

akan mendorong setiap peserta didik untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat dan bersikap ilmiah dalam kehidupan. Kondisi ini dibangun oleh ekosistem pendidikan di sekolah melalui pembelajaran IPS yang berbasis aktivitas dan pendekatan keilmuan.

Pembelajaran dikembangkan dan diimplementasikan berdasarkan karakteristik mata pelajaran IPS dan karakteristik kompetensi dasar (KD mata pelajaran IPS). KD akan dicapai secara optimal melalui pemberian pengalaman belajar yang bervariasi (multimetode, multimedia, multisumber belajar, dan multijawab), sesuai dengan konteks dan keunggulan lokal, kebutuhan peserta didik, serta memperhatikan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) sesuai dengan tuntutan kebutuhan kompetensi abad ke-21.

Guru IPS diberikan keleluasaan dalam mengembangkan pengalaman belajar atau pendekatan-pendekatan pembelajaran IPS yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPS, kompetensi, materi pelajaran IPS, dan kondisi wilayah/Indonesia.

Model-model pembelajaran (seperti problem based learning, project based learning, inquiry-discovery based learning) beserta sintaknya tetap dapat digunakan sesuai dengan karakteristik KD dan materi pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik. Guru IPS diberikan ruang yang seluas-luasnya untuk menerapkan berbagai model pembelajaran lain seperti: Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning),

dan Pembelajaran Tematik Terpadu. Dengan kata lain, guru tidak disibukkan dengan penamaan pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan, akan tetapi lebih menekankan pada variasi pengalaman-pengalaman belajar yang didapatkan oleh peserta didik.

7. Tahap-tahap Pembelajaran IPS

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui tiga tahap kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Ketiga tahap kegiatan ini dilaksanakan secara berurutan dan disesuaikan dengan karakteristik materi pembelajaran IPS.

a. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

1) mengondisikan suasana belajar/kelas yang menyenangkan;

2) mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan;

3) menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari;

4) menjelaskan garis besar cakupan materi pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan; dan

5) menjelaskan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan pembelajaran berbasis keilmuan dengan mengedepankan prinsip Activity Based Learning, Resource Based Learning, serta Integrated Learning, yang disesuaikan dengan karakteristik IPS dan peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan aktivitas yang membangun kemampuan sesuai dengan tuntutan kompetensi. Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan perkembangan sikap peserta didik pada kompetensi dasar dari KI-1 dan KI-2 antara lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain, sebagaimana yang tercantum dalam silabus.

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup terdiri atas:

1) Kegiatan guru bersama peserta didik:

a) membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

b) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan; dan

c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

2) Kegiatan guru yaitu:

a) melakukan penilaian;

b) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan

c) menjelaskan rencana pembelajaran pertemuan berikutnya.

Sekedar sebagai contoh penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat diperhatikan Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Contoh Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah pada Mata Pelajaran IPS.

FASE KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Kegiatan Pendahuluan

Fase 1

Orientasi peserta didik kepada masalah

Memberikan orientasi peserta didik pada permasalahan

tentang konektivitas/hubungan antarruang dan waktu

2. Kegiatan Inti

Fase 2

Mengorganisasikan peserta didik

Peserta didik dikelompokkan terdiri atas 2-3 orang sesuai kondisi kelas, kemudian

dilanjutkan dengan penayangan gambar, misalnya tentang “Badai di Australia”. Lalu, dilakukan tanya jawab singkat terkait dengan ruang dan waktu.

Fase 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok

Cari Bacaan dan diskusikan wacana tentang “Badai di Australia” dengan semua

anggota kelompok. Rundingkan secara baik untuk menentukan siapa yang bertanggungjawab menjelaskan bagian informasi yang tercermin dalam

pertanyaan yang ada

a. Pelaksanaan penyelidikan kelompok melalui: diskusi kelompok untuk memberikan kesempatan pada peserta didik saling mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati ataupertanyaan untuk mendapatkan

informasi tambahan tentang apa yang diamati (guru berkeliling memberikan bimbingan kelompok) b. Mengumpulkan informasi:

menjawab pertanyaan yang ada dalam kartu

permasalahan 1 s.d.6, serta mencatat semua informasi tentang fenomena badai di Australia dan dampaknya bagi Indonesia kegunaan prakiraan cuaca bagi kehidupan sosial, budaya dan ekonomi. Pertanyaan:

1) Jelaskan secara singkat tentang makna yang terjadi dalam wacana 2) Mengapa badai yang

terjadi di Australia dapat berdampak bagi

Indonesia?

3) Bagaimana cuaca dapat diamati oleh manusia?

4) Jelaskan manfaat cuaca bagi kehidupan sehari-hari (ekonomi, sosial dan budaya)

5) Adakah keterkaitan antara lapisan udara dengan peristiwa cuaca dan iklim, jelaskan!

6) Berdasarkan wacana, apakah dampak peristiwa yang ada bagi pertanian dan industri serta pariwisata?

Fase 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

a. Dilanjutkan dengan

mengasosiasikan/mengolah informasi tentang badai di Australia dan pengaruhnya bagi Indonesia yang sudah dikumpulkan dari kegiatan mengamati gambar dan menjawab pertanyaan yang ada untuk menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan

b. Mengembangkan dan menyajikan hasil

karya/mengkomunikasikan:

presentasi, menyampaikan hasil pengamatan dan penyusunan data dari hasil kerja kelompok tentang badai di Australia dan pengaruhnya bagi Indonesia serta

kegunaan prakiraan cuaca dalam kehidupan ekonomi, sosial dan budaya

Fase 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Menganalisis dengan cara melakukan refleksi:

mengundang salah satu

perwakilan peserta didik untuk menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah 3. Kegiatan Penutup

4. a. Dengan bimbingan guru, peserta didik membuat simpulan dan merangkum kegiatan pembelajaran b. Guru membimbing peserta

didik untuk mengevaluasi proses pemecahan masalah yang telah dilakukan.

c. Guru juga membimbing peserta didik untuk merefleksi seluruh aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Refleksi dapat dikaitkan dan difokuskan pada perilaku ilmiah yang dapat terbentuk pada diri peserta didik melalui aktivitas

pembelajaran. Perilaku ilmiah tersebut seperti memiliki keingintahuan, obyektif; jujur;

teliti; cermat; tekun; hati-hati;

bertanggungjawab; terbuka;

kritis; kreatif; dan inovatif.

B. PENILAIAN PEMBELAJARAN IPS

1. Konsep Penilaian dalam Pembelajaran IPS

Penilaian dilakukan dengan cara menganalisis dan menafsirkan data hasil pengukuran capaian kompetensi peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Kurikulum 2013

merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang menekankan pembelajaran berbasis aktivitas yang bertujuan memfasilitasi peserta didik memperoleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini berimplikasi pada penilaian yang harus meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan baik selama proses (formatif) maupun pada akhir periode pembelajaran (sumatif).

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, menafsirkan, baik proses maupun hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan, keberhasilan proses pembelajaran, tingkat kesulitan belajar peserta didik, menentukan tindak lanjut pembelajaran, laporan hasil belajar peserta didik, dan pertanggungjawaban (accountability) terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Penilaian proses pembelajaran IPS menggunakan pendekatan penilaian autentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar peserta didik atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran. Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau layanan konseling. Selain itu,

hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen yang berupa: angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.

2. Karakteristik Penilaian Pembelajaran IPS

a. Penilaian pembelajaran IPS mengacu pada ketuntasan KD Dalam pembelajaran IPS, ketuntasan penilaiannya dilakukan setelah tercapainya satu bab. Satu bab bisa terdiri atas beberapa KD. Setiap KD dalam satu bab tidak selalu memuat seluruh indikator, artinya satu KD baru tuntas setelah beberapa bab dipelajari. Oleh karena itu penilaian yang seharusnya dilakukan setiap KD, namun pelaksanaan pembelajarannya bisa berdasarkan bab.

b. Penilaian dikembangkan secara terpadu

Pengembangan instrumen penilaian untuk pembelajaran IPS secara terpadu mencakup aspek afektif, kognitif dan skill/keterampilan. Berbagai jenis, teknik dan bentuk penilaian yang variatif digunakan agar diperoleh informasi pencapaian kompetensi peserta didik yang obyektif, dan komprehensif.

3. Teknik dan Instrumen Penilaian

Teknik dan instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kompetensi pada aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan adalah sebagai berikut.

a. Penilaian Kompetensi Sikap

Penilaian sikap dilakukan secara berkelanjutan dan komprehensif oleh guru mata pelajaran, guru bimbingan konseling, dan wali kelas dengan menggunakan observasi dan informasi lain yang valid dan relevan dari berbagai sumber. Informasi tersebut harus ditindaklanjuti oleh pendidik. Skema penilaian sikap dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Skema penilaian sikap

Selain itu, penilaian diri dan penilaian antarteman dapat dilakukan dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik, yang hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu data konfirmasi dari hasil penilaian sikap oleh pendidik. Skema penilaian sikap dapat dilihat pada gambar berikut.

1) Observasi

Instrumen yang digunakan dalam observasi berupa lembar observasi atau jurnal. Lembar observasi atau jurnal tersebut berisi kolom catatan perilaku yang diisi oleh guru mata pelajaran, wali kelas, dan guru BK berdasarkan pengamatan dari perilaku peserta didik yang muncul secara alami selama satu semester. Perilaku peserta didik yang dicatat di dalam jurnal pada dasarnya adalah perilaku yang sangat baik dan atau kurang baik yang berkaitan dengan indikator dari sikap spiritual dan sikap sosial.

Setiap catatan memuat deskripsi perilaku yang dilengkapi dengan waktu dan tempat teramatinya perilaku tersebut.

Catatan tersebut disusun berdasarkan waktu kejadian.

Tabel 3. dan Tabel 4. berturut-turut menyajikan contoh jurnal penilaian (perkembangan) sikap spiritual dan sikap sosial oleh wali kelas.

Tabel 3. Contoh Jurnal Perkembangan Sikap Spiritual

Nama Sekolah : SMALB Tanah Air Kelas/Semester : XI/I

Tahun Ajaran: 2015/2016

No Waktu

Nama Peserta

didik Catatan Perilaku Butir Sikap 1. 21/07/15 A... Tidak mengikuti sholat

Jumat yang

diselenggarakan di sekolah.

Ketakwaan

2 21/07/15 B... Mengganggu teman yang sedang berdoa sebelum makan siang di kantin.

Ketakwaan

3.

22/09/15 C... Mengajak temannya untuk berdoa sebelum

pertandingan sepakbola di lapangan olahraga

sekolah.

Ketakwaan

4. 18/11/15 D... Ikut membantu temannya untuk mempersiapkan perayaan keagamaan yang berbeda dengan agamanya di sekolah.

Toleransi beragama

5.. 13/12/15 E... Menjadi anggota panitia perayaan keagamaan di sekolah.

Ketakwaan

6. 23/12/15 F... Mengajak temannya untuk berdoa sebelum praktik memasak di ruang keterampilan.

Ketakwaan

Tabel 4. Contoh Jurnal perkembangan Sikap Sosial

Nama Sekolah : SMALB Tanah Air Kelas/Semester : XI/I

Tahun pelajaran : 2015/2016 No Tanggal Nama

Siswa Catatan Perilaku Butir Sikap 1. 12/07/15 A... Menolong orang lanjut usia

untuk menyeberang jalan di depan sekolah.

Kepedulian

2. 26/08/15 B... Berbohong ketika ditanya alasan tidak masuk sekolah di ruang guru.

Kejujuran

3. 25/09/15 C... Menyerahkan dompet yang ditemukannya di halaman sekolah kepada satpam sekolah.

Kejujuran

4. 07/09/15 D... Tidak menyerahkan surat izin tidak masuk dari orang tuanya kepada guru

Tanggung jawab

No Tanggal Nama

Siswa Catatan Perilaku Butir Sikap 5. 25/10/15 E... Terlambat mengikuti

upacara di sekolah.

Kedisiplinan 6. 15/12/15 F... Mempengaruhi teman untuk

tidak masuk sekolah.

Kedisiplinan 7. 08/12/15 G... Memungut sampah yang

berserakan di halam sekolah.

Kebersihan

8. 17/12/15 H... Mengkoordinir teman-teman sekelasnya mengumpulkan bantuan untuk korban bencana alam.

Kepedulian

Contoh format tersebut dapat digunakan untuk guru mata pelajaran dan guru BK.

Apabila catatan perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial dijadikan satu, perlu ditambahkan satu kolom KETERANGAN di bagian paling kanan untuk menuliskan apakah perilaku tersebut sikap SPIRITUAL atau sikap

Apabila catatan perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial dijadikan satu, perlu ditambahkan satu kolom KETERANGAN di bagian paling kanan untuk menuliskan apakah perilaku tersebut sikap SPIRITUAL atau sikap