• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Peran Pendampingan Bidan Desa 1.Pengertian Pendampingan 1.Pengertian Pendampingan

2.3.3. Indikator Pengembangan Desa Siaga

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1529/MENKES/SK/X/2010 kriteria desa siaga meliputi :

1. Adanya forum desa/kelurahan

2. Adanya Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM)/Kader Kesehatan 3. Kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar

4. Posyandu dan UKBM lainnya aktif

5. Dukungan dana untuk kegiatan kesehatan di desa dan kelurahan : - Pemerintah Desa dan Kelurahan

- Masyarakat - Dunia usaha

6. Peran serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan 7. Peraturan Kepala Desa atau peraturan Bupati/Walikota

8. Pembinaan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga. Disebutkan pula ada 4 tingkatan desa siaga, yaitu:

1. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama, yaitu desa/kelurahan yang :

a. Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa/Kelurahan, tetapi belum berjalan. b. Sudah memiliki KPM/kader kesehatan Desa/Kelurahan Siaga Aktif minimal

2 orang.

c. Sudah ada kemudahan Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.

d. Sudah memiliki Posyandu, tetapi UKBM lainnya tidak aktif.

e. Sudah ada dana untuk pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan tetapi belum ada sumber dana lainnya.

f. Ada peran aktif dari masyarakat namun belum ada peran aktif organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan Desa/Kelurahan Siaga Aktif.

g. Belum memiliki peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif.

h. Kurang dari 20 persen rumah tangga di Desa/Kelurahan mendapat pembinaan PHBS.

2. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Madya, yaitu desa/kelurahan yang :

a. Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang berjalan, tetapi belum secara rutin setiap triwulan

b. Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan desa dan kelurahan siaga aktif antara 3-5 orang.

c. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.

d. Sudah memiliki Posyandu dan 2 (dua) UKBM lainnya yang aktif.

e. Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta satu sumber dana lainnya baik dari masyarakat ataupun dunia usaha.

f. Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari satu ormas dalam kegiatan desa dan kelurahan siaga aktif.

g. Sudah memiliki peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur pengembangan desa/kelurahan siaga aktif, tetapi belum direalisasikan.

h. Minimal 20 % rumah tangga di desa dan kelurahan mendapat pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

3. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Purnama, yaitu desa dan kelurahan yang :

a. Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang berjalan secara rutin setiap triwulan.

b. Sudah memiliki kader Pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan desa dan kelurahan siaga aktif antara 6-8 orang.

c. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.

d. Sudah memiliki Posyandu dan 3 (tiga) UKBM lainnya yang aktif.

e. Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta mendapat dukungan dana dari masyarakat dan dunia usaha.

f. Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari dua ormas dalam kegiatan desa dan kelurahan siaga aktif.

g. Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur pengembangan desa/kelurahan siaga aktif. h. Minimal 40 % rumah tangga di desa dan kelurahan mendapat pembinaan

PHBS.

4. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri, yaitu desa dan kelurahan yang :

a. Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa/Kelurahan yang berjalan secara rutin setiap bulan.

b. Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan desa/kelurahan siaga aktif lebih dari 9 orang.

c. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.

d. Sudah memiliki Posyandu dan memiliki lebih dari 4 (empat) UKBM lainnya yang aktif dan berjenjang.

e. Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta mendapat dukungan dana dari masyarakat dan dunia usaha.

f. Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif lebih dari 2 (dua) ormas dalam kegiatan desa dan kelurahan siaga aktif.

g. Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur pengembangan desa/kelurahan siaga aktif. h. Minimal 70 % rumah tangga di desa dan kelurahan mendapat pembinaan

PHBS.

Pramudho K,(2009) dalam paparannya mengenai Desa Siaga Sebagai Basis Menuju Masyarakat Sehat di Politeknik Kesehatan Bandung Jurusan Gizi, mengungkapkan ada tujuh komponen dan desa siaga meliputi : sumber daya, Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana, surveilans berbasis masyarakat, pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat, keluarga sadar gizi (Kadarzi) serta

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS). Lebih lanjut Pramudho,K (2009) menjelaskan hal-hal yang menjadi knitenia pengembangan suatu desa menjadi desa siaga, jika :

a. Memiliki pelayanan kesehatan dasar, seperti puskesmas atau puskesmas pembantu, namun bagi desa yang belum memiliki akses puskesmas/ puskesmas pembantu, maka dikembangkan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes),

b. Memiliki berbagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) sesuai kebutuhan masyarakat setempat, seperti Pos Pelayanan Terpadu (posyandu), Pondok Bersalin Desa (Polindes), Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), Klinik Desa/Balai Pengobatan Desa dan lain-lain,

c. Memiliki sistem surveilans yang berbasis masyarakat untuk memantau kejadian penyakit yang muncul di masyarakat desa dan tanggap terhadap faktor-faktor risiko yang berpotensi munculnya suatu penyakit atau menyebarnya suatu penyakit di desa tersebut, sehingga dengan cepat dan tepat dapat ditanggulangi secara mandiri,

d. Memiliki sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawat-daruratan dan bencana berbasis masyarakat. Kemampuan ini perlu dukungan dan Pemerintah Daerah setempat, lintas sektor terkait atau pelayanan kesehatan terdekat seperti rumah sakit setempat,

e. Masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Sasaran PHBS ini mulai dari balita, remaja, ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur, sampai dengan usia lanjut,

f. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat. Pengumpulan dana dapat benupa iuran, sumbangan, jimpitan, arisan, penyisihan hasil usaha, dana sosial keagamaan (zakat, infaq, shodaqoh, wasiat, hibah, waris, dan lain-lain),

g. Memiliki lingkungan yang sehat.

Dokumen terkait