• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Administrasi Wilayah Kabupaten Sukabum

6 DESA DALAM PERSPEKTIF KEMANDIRIAN 1 Indek Kemandirian Desa

6.4 Indikator Pengguna PLN

Keluarga/rumah tangga pengguna layanan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Kabupaten Sukabumi khususnya sangat dominan, jumlah desa dengan persentase rumah tangga non pengguna PLN <15 persen total rumah tangganya berjumlah sebanyak 382 desa (98,96 persen) dan hanya ada satu desa dengan jumlah rumah tangga non pengguna PLN >30persen yaitu Desa Sirnaresmi kecamatan Cisolok, sedangkan sisanya, tiga desa yaitu Desa Tenjolaut Kecamatan Cidadap, desa Ciambar Kecamatan Ciambar, dan Desa Sirnarasa Kecamatan Cikakak memiliki rumah tangga non pengguna PLN antara 15-30 persen. Tingginya rumah tangga non pengguna PLN di desa Sirnaresmi yang jumlahnya diatas 30persen dari total rumah tangga dikarenakan desa Sirnaresmi merupakan desa adat yang menjadi tempat berdomisili masyarakat adat kasepuhan Banten Selatan (Abah Anom) yang masih secara kuat memegang teguh prinsip tradisionalitas dalam segenap sendi kehidupan bermasyarakatnya, serta memiliki satuan pembangkit listrik tenaga mikro hidro yang dapat memasok kebutuhan listrik bagi hampir seluruh masyarakat adat.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa hampir seluruh rumah tangga di seluruh desa memakai jasa PLN dalam penggunaan listrik untuk rumahtangganya, hal ini menandakan bahwa tingkat ketergantungan rumah tangga terhadap pasokan listrik PLN sangat besar. Upaya-upaya pembuatan sumber listrik baru oleh masyarakat menjadi sangat penting untuk dilakukan mengingat banyak sekali potensi sumber listrik yang dapat dimanfaatkan oleh rumah tangga di Kabupaten Sukabumi seperti: air terjun untuk mikrohidro, angin, kotoran sapi/biogas (khusus dibeberapa wilayah basis ternak sapi potong).

Penggalian potensi listrik di Kabupaten Sukabumi harus terus dilakukan, mengingat secara ekologis Sukabumi merupakan wilayah yang sangat potensial menyimpan potensi energi alternatif. Hamparan gunung api dan pesisir laut yang panjang, sebaran jumlah air terjun yang lebih dari 20 lokasi merupakan beberapa potensi energi yang dapat digali. Kecepatan angin rata-rata di wilayah pesisir selatan Sukabumi mencapai lima meter per detik (5m/s) yang artinya sudah cukup untuk dapat menggerakkan kincir turbin listrik tenaga angin dengan potensi arus sebesar 10-100kw.

Upaya penyediaan listrik secara mandiri sudah pernah dilakukan oleh beberapa wilayah di Kabupaten Sukabumi, misalnya di daerah kasepuhan adat Banten selatan, Ciptagelar pada yahun 2012 telah diresmikan sebuah pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) oleh Menteri BUMN saat itu Dahlan Iskan. PLTMH yang diresmikan pada tahun 2012 teresebut dapat menghasilkan tenaga

sebanyak 50-100kw dan dapat melayani sekitar 400 KK disekitar lokasi kasepuhan adat.

Untuk wilayah utara, beberapa air terjun juga dapat didorong untuk dijadikan sumber listrik alternatif yang paling tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar air terjun. Ketersediaan mata air yang melimpah akibat baiknya kondisi hutan di dua pegunungan di wilayah utara merupakan modal besar bagi operasi PLTMH. Biaya pembuatan PLTMH yang tidak terlalu mahal serta efeknya pada upaya pelestarian alam merupakan hal positif yang dapat menjadi pertimbangan fokus pembangunan sektor energi di Kabupaten Sukabumi. 6.5 Indikator Pengguna Kayu Bakar

Luas kebun campur dan lahan hutan baik milik masyarakat maupun perkebunan atau negara, secara langsung berakibat positif terhadap penyediaan kayu bakar yang dapat dimanfaatkan oleh rumah tangga untuk dijadikan sumber bahan bakar rumah tangga. Kelangkaan gas elpiji tabung tiga kilogram yang semakin sering terjadi dan bersifat menyeluruh, turut andil dalam fenomena kembalinya masayarakat di Kabupaten Sukabumi menggunakan kayu bakar. Berdasarkan hasil pengolahan data PODES atas pengguna bahan bakar, terdapat 89 desa mandiri dengan jumlah rumahtangga penguna kayu bakar lebih dari 50 persen, 206 desa masih bergantung pada gas elpiji maupun minyak tanah karena hanya kurang dari 30 persen rumah tangga di desa tersebut yang masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar utamanya, dan 94 desa berada pada kondisi setengah mandiri karena memiliki jumlah rumah tangga pengguna bahan bakar kayu sebanyak 30-50 persen.

Program penanaman hutan gundul atau lahan kritis yang dirintis pada saat menteri kehutanan periode lalu dengan program one billion trees (satu milyar pohon), khusus untuk daerah Kabupaten Sukabumi sangat membantu masyarakat untuk dapat kembali menggunakan kayu bakar. Rerata pohon yang ditanam pada program penanaman satu milyar pohon sudah berumur tiga-empat tahun sehingga dapat dilakukan pemangkasan yang hasil dari pangkasannya dapat digunakan sebagai kayu bakar. Selain itu, demam pohon jabon yang juga melanda Kabupaten Sukabumi dan banyaknya lahan HGU yang kembali ditanami pohom kayu juga menyediakan kelimpahan kayu bakar bagi sebagian besar masyarakat desa di Kabupaten Sukabumi, walaupun untuk beberapa desa perkotaan, penggunaan

Liquid Petroleum Gas (LPG) masih menjadi favorit karena ketersediaan lahan umum serta kebun campur sebagai penyedia kayu bakan sangat terbatas.

Pilihan menggunakan LPG dan kayu bakar oleh rumah tangga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari didasari oleh tidak adanya atau terbatasnya ketersediaan bahan lain yang dapat digunakan. Tren kenaikan pengguna kayu bakar di Kabupaten Sukabumi memiliki peluang untuk semakin besar karena selain adanya kelimpahan sumberdaya, kelangkaan LPG tabung tiga kilogram (tabung melon) serta semakin ketatnya pasokan tabung melon akibat pengetatan subsidi yang dilakukan secara tersistematika dan menyeluruh di setiap kabupaten.

Gambar 18. Peta Rumah Tangga Pengguna Kayu Bakar di Kabupaten Sukabumi Penggunaan kayu bakar yang dipadukan dengan perkembangan teknologi melalui pengembangan wood pellets yang dapat dijadikan alternatif bahan bakar untuk masa depan. Kayu bakar yang diolah secara tepat akan menghasilkan sumber energi yang lebih ramah lingkungan serta bersifat terbarukan, hal ini sekali lagi sangat sesuai dengan program SDGs yang sedang digalakkan oleh pemerintah. Pengembangan bahan bakar sebagai energi terbarukan dengan penggunaan kembali kayu bakar menjadi sumber bahan bakar rumah tangga akan mendorong upaya penanaman kembali lahan kossng sebagai bahan baku utama kayu bakar yang akhirnya dapat berfungsi ganda sebagai penyedia bahan bakar sekaligus juga penetral karbon.

Riset-riset yang dilakukan untuk mengolah kayu bakar menjadi wood pellets sudah banyak tersedia, bahkan secara bebas dapat diakses melalui jaringan

internet. Pengenalan kembali kayu bakar dalam varian baru sebagai bahan bakar utama untuk kebutuhan rumah tangga, dalam skala kecil sudah pernah dilakukan oleh beberapa lembaga yang sangat peduli terhadap kelestarian lingkungan. Pada akhir tahun 2015, Fakultas Kehutanan (Fahutan) IPB melakukan pelatihan dan riset aksi di Desa Cicantayan mengenai pembuatan wood pellets dan tatacara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari (buletin Desa Cicantayan Volume 1/2016).

Dokumen terkait