• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator Perubahan Iklim Terhada Kondisi Perairan dan Habitat

Indikator terakhir pada domain ini adalah pengaruh perubahan iklim terhadap kondisi perairan dan habitat. Indikator ini perlu diketahui untuk menunjukan semakin besar dampak perubahan iklim terhadap kondisi perairan dan habitat, maka keberlanjutan sumberdaya perikanan semakin terancam, sehingga diperlukan strategi adaptasi dan mitigasi untuk menekan pengaruh perubahan iklim tersebut. Perubahan iklim dapat menyebabkan kenaikan suhu udara, kenaikan suhu permukaan laut, dan peningkatan konsentrasi karbondioksida di udara. Pengaruh perubahan iklim ini sangat mempengaruhi kondisi perairan, perubahan musim perikanan, kejadian kekeringan dan kebanjiran, serta degradasi terumbu karang akibat tingginya suhu permukaan laut yang menyebabkan pemutihan/bleaching.

Pada indikator ini tidak teridentifikasi adanya penelitian yang secara spesifik terkait dampak perubahan iklim terhadap biota laut, Kajian lebih lanjut untuk pengaruh perubahan iklim terhadap kabupaten Lembata perlu dilakukan.

38

Gambar 5. Agregat Domain Habitat dan Ekosistem

Berdasarkan nilai komposit di tiap indikator seperti ditunjukan pada gambar no.5 Secara keseluruhan domain habitat dan ekosistem di Kabupaten Lembata diberikan status sedang atau kuning dengan nilai komposit 180,83 dari nilai total komposit 300. Terdapat indikator dan subindikator yang tidak teridentifikasi dikarenakan kekurangan data di wilayah survey yaitu pada indikator kualitas perairan dan produktivitas estuari, dengan dasar tersebut diberikan performa terendah yaitu 1.

Domain habitat akan sangat menentukan kelimpahan dan keanekaragaman sumberdaya ikan yang terdapat di dalamnya. Secara umum, semakin baik kondisi habitat maka kelimpahan dan keanekaragaman sumberdaya semakin baik. Perlunya upaya Pemerintah Daerah dalam mendorong pengumpulan data terkait pengecheckan kualitas air dan status produktivitas estuaris perlu diketahui dan diidentifikasi kondisinya sebagai satu bagian habitat yang tidak bisa dipisahkan. Baik buruknya kualitas air dan produktivitas estuarine akan mempengaruhi kesehatan ekosistem didalamnya yang termasuk terumbu karang, lamun dan bakau yang berpengaruh terhadap produktivitas perikanan disuatu perairan.

39 4.1.3. Hasil Penilaian Per Indikator Pada Domain Teknis Penangkapan Ikan

Gambaran mengenai indikator-indikator yang termasuk dalam domain teknis penangkapan ikan berdasarkan hasil analisis EAFM ditampilkan dalam Tabel di bawah ini.

Tabel 11. Analisis Komposit Domain Teknis Penangkapan Ikan

INDIKATOR DEFINISI/ PENJELASAN MONITORING/ PENGUMPULA

N KRITERIA SKOR

BOBOT

(%) NILAI

1. Metode penangkapan ikan yang bersifat destruktif dan atau ilegal

Penggunaan alat dan metode

penangkapan yang merusak dan atau tidak sesuai peraturan yang berlaku. Laporan hasil pengawas perikanan, survey 1=frekuensi pelanggaran > 10 kasus per tahun ;

2 = frekuensi pelanggaran 5-10 kasus per tahun ;

3 = frekuensi pelanggaran <5 kasus per tahun

1 30 30

2. Modifikasi alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan.

Penggunaan alat tangkap dan alat bantu yang menimbulkan dampak negatif terhadap SDI Sampling ukuruan ikan target/ikan dominan.

1 = lebih dari 50% ukuran target spesies < Lm ;

2 = 25-50% ukuran target spesies < Lm

3 = <25% ukuran target spesies < Lm 2 25 50 3. Fishing capacity dan Effort Besarnya kapasitas dan aktivitas penangkapan Interview, survey, logbook 1 = R kecil dari 1; 2 = R sama dengan 1; 3 = R besar dari 1 2 15 30 4. Selektivitas

penangkapan Aktivitas penangkapan yang dikaitkan dengan luasan, waktu dan keragaman hasil tangkapan Statistik Perikanan Tangkap, logbook, survey 1 = rendah (> 75%) ; 2 = sedang (50-75%) ; 3 = tinggi (kurang dari 50%) penggunaan alat tangkap yang tidak selektif)

3 15 45

5. Kesesuaian fungsi dan ukuran kapal

penangkapan ikan dengan dokumen legal

Sesuai atau tidaknya fungsi dan ukuran kapal dengan dokumen legal Survey/monito ring fungsi, ukuran dan jumlah kapal.

1 = kesesuaiannya rendah (lebih dari 50% sampel tidak sesuai dengan dokumen legal); 2 = kesesuaiannya sedang (30-50% sampel tidak sesuai dengan dokumen legal);

3 = kesesuaiannya tinggi (kurang dari 30%) sampel tidak sesuai dengan dokumen legal

2 10 20 6. Sertifikasi awak kapal perikanan sesuai dengan peraturan. Kualifikasi kecakapan awak kapal perikanan. Sampling kepemilikan sertifikat 1 = Kepemilikan sertifikat <50%; 2 = Kepemilikan sertifikat 50-75%; 3 = Kepemilikan sertifikat >75% 1 5 5 Agregat 180

40 4.1.3.1 Indikator Metode Penangkapan Ikan yang bersifat destruktif

dan/atau ilegal

Indikator ini merupakan indikator dengan bobot terbesar dalam domain teknik penangkapan. Hal ini dikarenakan penangkapan ikan yang merusak dan atau ilegal merupakan ancaman yang paling besar bagi kelestarian ekosistem pesisir dan laut di Indonesia, terutama ekosistem terumbu karang. Dampak dari praktek-praktek penangkapan ikan yang destruktif dan atau ilegal tersebut, kini mulai dirasakan oleh masyarakat nelayan, khususnya untuk nelayan perikanan karang, yang semakin sulit untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan.

Secara definisi metode penangkapan ikan yang bersifat destruktif atau merusak adalah cara menangkap ikan yang dapat menimbulkan kerusakan secara langsung, baik terhadap habitat (tempat hidup dan berkembang biak) ikan maupun terhadap sumber daya ikan itu sendiri. Sementara, yang dimaksud dengan metode penangkapan ikan yang ilegal adalah cara menangkap ikan yang melanggar atau bertentangan dengan ketentuan peraturan yang berlaku, baik ditingkat lokal, nasional, regional maupun internasional (Modul EAFM, 2012).

Kriteria penilaian baik atau buruknya indikator metode penangkapan ikan yang bersifat destruktif dan atau ilegal dalam pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem di suatu perairan, adalah dengan melihat jumlah kasus pelanggaran yang terjadi dalam penggunaan metode penangkapan ikan yang bersifat destruktif dan atau ilegal tersebut. Dengan demikian, unit yang digunakan untuk indikator ini adalah jumlah kasus pelanggaran.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 81 responden yang tersebar di 8 desa pesisir menginformasikan bahwa terdapat aktivitas perikanan yang merusak dengan jumlah rata-rata frekuensi aktivitas diwilayah Tanjung Atadei 2-3 kali/bulan, Perairan Ile Ape hingga tanjung baja teridentifikasi sebanyak 20 kali/bulan dan aktivitas tertinggi di selat leur sebanyak 35 kali/bulan per tahun sejak 2011-2012, pelanggaran terhadap aktivitas perikanan didominasi oleh penggunaan bom ikan sebagai penyebab terbesar, selebihnya adalah penangkapan penyu dan pengambilan karang. Lokasi yang menjadi wilayah aktivitas merusak tersebut antara lain : Perairan Pada, Teluk Ile Ape, Lewotolok, Tanjung Baja,

41

Selat Leur, Tobotani, Tanjung Naga, Perairan selatan Lembata, dan, Tanjung Wakatua. Intensitas lokasi pengeboman ikan tertinggi adalah diwilayah Perairan Tobotani dan Lembata bagian selatan, mulai dari Tanjung Naga hingga Tanjung Atadei.

Pengawasan terhadap sumberdaya perairan kabupaten Lembata sudah dilakukan secara intensif oleh pihak yang berwenang. Peningkatan pada kapasitas masyarakat dalam membantu pengawasan akan lebih mengefesiensikan aktivitas pengawasan di perairan Lembata, begitu pula dengan menguatkan aturan formal terhadap kearifan lokal yang ada akan dalam mekanisme pengawasan. Seperti yang ditemukan di Desa Leworaja dengan membuat perdes dalam mengelola sumberdaya perairan.

4.1.3.2 Indikator Modifikasi alat penangkapan ikan dan alat bantu

Dokumen terkait