• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Industri Kerajinan

Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, yang menyebutkan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancangan dan perekayasaan industri. Pengertian industri juga meliputi semua perusahaan yang

mempunyai kegiatan tertentu dalam mengubah secara mekanik atau secara kimia bahan-bahan organis sehingga menjadi hasil baru.

Dari pengertian di atas maka industri mencakup segala kegiatan produksi yang memproses pembuatan bahan-bahan mentah menjadi bahan-bahan setengah jadi maupun barang jadi atau kegiatan yang bisa mengubah keadaan barang dari suatu tingkat tertentu ke tingkat yang lain, kearah peningkatan nilai atau daya guna yang berguna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Industri sebagai suatu sistem terdiri dari unsur fisik dan unsur perilaku manusia. Unsur fisik yang mendukung proses industri adalah komponen tempat meliputi pula kondisinya, peralatan, bahan mentah/bahan baku, dan beberapa hal yang memerlukan sumber energi. Sedangkan unsur perilaku manusia meliputi komponen tenaga kerja, ketrampilan, tradisi, transportasi, dan komunikasi, serta kpeadaan pasar dan politik (Dumairy, 1998).

Menurut Azhary (1986) industri di Indonesia digolongkan dalam empat kriteria yaitu:

1. Industri besar menggunakan tenaga kerja mencapai 100 orang atau lebih. 2. Industri sedang menggunakan tenaga kerja mencapai 20-99 orang. 3. Industri kecil menggunakan tenaga kerja 5-19 orang.

4. Industri rumah tangga menggunakan tenaga kerja mencapai 1-4 orang.

Menurut Deperindag industri juga dapat dibedakan berdasarkan tingkat investasinya, yaitu:

1. Industri besar dengan tingkat investasi lebih dari Rp. 1 milyar. 2. Industri sedang dengan tingkat investasi Rp. 200 juta – 1 milyar.

3. Industri kecil dengan tingkat investasi Rp. 5 juta – 200 juta.

4. Industri kerajinan rumah tangga dengan tingkat investasi kurang dari Rp. 5 juta.

Perusahaan industri kecil merupakan kesatuan produksi yang terkecil di suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan untuk mengubah barang secara mekanis atau kimia sehingga menjadi barang atau produk baru yang sifatnya lebih dekat dengan konsumen. Karakteristik industri kecil menurut Tambunan (1999) antara lain: 1. Proses produksi lebih mechanized, dan kegiatannya dilakukan di tempat khusus (pabrik) yang biasanya berlokasi di samping rumah si pengusaha atau pemilik usaha.

2. Sebagian besar tenaga kerja yang bekerja di industri kecil adalah pekerja bayaran (wage labour).

3. Produk yang dibuat termasuk golongan barang-barang yang cukup

sophisticated.

Berdasarkan eksistensinya dinamisnya industri kecil (dan kerajinan rumah tangga) di Indonesia dapat dibagi dalam tiga (3) kelompok kategori, yaitu:

1. Industri lokal, yaitu kelompok industri yang menggantungkan kelangsungan hidupnya kepada pasar setempat yang terbatas, serta relatif tersebar dari segi lokasi.

2. Industri sentra, yaitu kelompok jenis industri yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil, tetapi membentuk suatu pengelompokan atau

kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis.

3. Industri mandiri, adalah kelompok jenis industri yang masih mempunyai sifat-sifat industri kecil, namun telah berkemampuan mengadakan teknologi produksi yang cukup canggih (Saleh, 1986 dalam Subekti, 2007).

Klasifikasi industri kecil menurut Departemen Perindustrian (dalam Subekti, 2007) antara lain:

1. Industri Kecil Modern

Menurut definisi Departemen Perindustrian, industri kecil modern meliputi industri kecil yang:

a. Menggunakan teknologi yang proses madya (intermediate process

technologies).

b. Mempunyai skala produksi yang terbatas.

c. Tergantung pada dukungan Litbang dan usaha-usaha kerekayasaan (industri besar).

d. Dilibatkan dalam sistem produksi industri besar dan menengah dan dengan sistem pemasaran domestik dan ekspor.

e. Menggunakan mesin khusus dan alat perlengkapan modal lainnya. 2. Industri Kecil Tradisional

Ciri-cirinya antara lain:

b. Teknologi pada bantuan Unit Pelayanan Teknis (UPT) yang disediakan oleh Departemen Perindustrian sebagai bagian dari program bantuan teknisnya kepada industri kecil.

c. Mesin yang digunakan dan alat perlengkapan modal lainnya relatif sederhana.

d. Lokasinya di daerah pedesaan.

e. Akses untuk menjangkau pasar di luar lingkungan yang berdekatan terbatas.

3. Industri Kerajinan Kecil

Industri kerajinan kecil meliputi industri kecil yang sangat beragam mulai dari industri kecil yang menggunakan teknologi proses yang sederhana, sampai industri kecil yang menggunakan teknologi proses madya atau malahan teknologi proses yang maju. Selain potensinya untuk menyediakan lapangan kerja dan kesempatan untuk memperoleh pendapatan bagi kelompok-kelompok yang berpendapatan rendah, terutama di daerah pedesaan, industri kerajinan kecil juga didorong atas landasan budaya yakni mengingat peranan pentingnya dalam pelestarian warisan budaya Indonesia.

Menurut Saleh (1986) dalam Subekti (2007) alasan-alasan yang mendukung pentingnya pengembangan industri kecil adalah:

1. Fleksibel dan adaptabilitasnya yang ditopang oleh kemudahan relatif dalam memperoleh bahan mentah dan peralatan.

2. Relevansinya dengan proses desentralisasi kegiatan ekonomi guna menunjang terciptanya integrasi kegiatan pada sektor-sektor ekonomi lainnya.

3. Potensinya terhadap penciptaan dan perluasan kesempatan kerja bagi pengangguran.

4. Berperan sebagai basis bagi suatu kemandirian pembangunan ekonomi, karena pada dasarnya diusahakan oleh pengusaha dalam negeri serta proses produksinya dengan dengan kandungan impor (impor content).

Menurut Wening (1998) dalam Subekti (2007), bahwa usaha kecil mempunyai potensi untuk dikembangkan, yaitu:

1. Memiliki potensi penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

2. Kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal serta menghasilkan barang serta jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga terjangkau. 3. Suasana kekeluargaan lebih mudah diciptakan.

4. Memiliki kelebihan dibanding dengan usaha besar, yaitu lebih leluasa bergerak, lebih fleksibel dan cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi. Menurut surat edaran Menteri Perindustrian No. 1556/M/III/1989 penggolongan industri kecil yang tercantum dalam surat keputusan Menteri Perindustrian No. 286/M/SK/10/1989 dapat dijelaskan sebagi berikut:

1. Industri kecil yang mempunyai kaitan dengan industri menengah dan besar yaitu:

a. Industri kecil yang menghasilkan barang-barang yang diperlukan oleh industri menengah dan besar.

b. Industri kecil yang memerlukan produk dari industri menengah dan besar baik bahan baku maupun barang setengah jadi.

c. Industri kecil yang memerlukan bahan-bahan limbah dari industri menengah dan besar untuk diperlukan sebagai bahan baku.

2. Industri kecil yang berdiri sendiri ialah industri kecil yang menghasilkan barang-barang yang langsung dipakai konsumen dari barang-barang tersebut. 3. Industri penghasil barang seni adalah

a. Industri yang menghasilkan barang hasil seni (art product).

b. Industri yang menghasilkan barang-barang atas dasar ketrampilan yang berkembang dalam masyarakat.

4. Industri yang mempunyai prasarana lokal dan bersifat pedesaan.

Pembangunan industri kecil dan industri rumah tangga ditujukan dan diarahkan untuk memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Dengan demikian, akan dapat menumbuhkan kemandirian berusaha serta meningkatkan pendapatan pengusaha kecil dan pengrajin, karena industri kecil cukup potensial keberadaannya sebagai warisan budaya pada setiap suku bangsa di Indonesia. Berkaitan dengan itu, keberadaan industri kecil di setiap daerah berbeda-beda sesuai dengan sumber daya yang ada dalam masyarakat (Alifiati, dkk, 2003).

Dokumen terkait