• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INDUSTRI DAN PERUBAHAN STRUKTUR MASYARAKAT PETAN

5.2. Industri di Pedesaan dan Perubahan Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Petan

5.2.1. Kesempatan Kerja di Sektor Pertanian dan Non Pertanian

Bagi masyarakat desa yang tidak terikat langsung dengan kegiatan pertanian, alihfungsi lahan pertanian bukanlah persoalan yang perlu dikhawatirkan, terutama bagi tenaga kerja muda desa. Bagi tenaga kerja muda desa, bekerja di sektor industri jauh lebih menguntungkan daripada bekerja di sektor pertanian. Penghasilan yang tidak menentu, hasil pertanian yang bergantung pada cuaca, dan pekerjaan yang berat menjadi alasan tenaga kerja muda desa untuk lebih memilih sektor industri daripada pertanian. Dalam keluarga petani misalnya, terdapat kecenderungan pola mata pencaharian yang hampir sama, dimana anak atau anggota keluarga bekerja di sektor industri baik industri yang berada di dalam desa maupun industri di luar Desa Pasawahan. Sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang informan penelitian:

Kebanyakan petani disini, anak atau anggota keluarganya ikut kerja di pabrik. Alhamdulillah buat nambah-nambah belanja sehari-hari. Da sekarang mah, anak-anak udah pada gak mau kerja di sawah. Pada pengen kerja di pabrik”. (Bapak YYD, 73 tahun, Petani).

Kesempatan kerja yang ada sangat penting dan berkaitan dengan ketersediaan tenaga kerja yang melimpah di pedesaan, begitu halnya bagi masyarakat di Desa Pasawahan. Tenaga kerja yang dimaksud dibedakan menjadi tenaga kerja untuk usaha pertanian dan tenaga kerja untuk usaha non pertanian. Pembedaan tenaga kerja usaha pertanian dan non pertanian dilakukan untuk melihat bagaimana peluang yang diberikan oleh masing-masing sektor usaha tersebut pada masyarakat desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini terdapat kecenderungan berkurangnya ketersediaan tenaga kerja untuk usaha pertanian, dan terdapat kecenderungan bertambahnya ketersediaan tenaga kerja untuk usaha non pertanian. Berikut disajikan data mengenai ketersediaan tenaga kerja dalam kaitannya dengan kesempatan kerja di pedesaan berdasarkan sektor usahanya.

Tabel 12 Jumlah Responden yang Menilai Ketersediaan Tenaga Kerja Menurut Kesempatan Kerja pada Sektor Pertanian dan Non Pertanian, 2011 Kesempatan Kerja

pada Sektor

Ketersediaan Tenaga Kerja

Menurun Tetap Meningkat

Pertanian 26 (86,7%) 4 (13,3%) 0 (0%)

Non pertanian 0 (0%) 0 (0%) 30 (100%)

Sumber: Data diolah, 2011

Tabel 12 menunjukkan penilaian responden mengenai kecenderungan kondisi ketenagakerjaan pedesaan dikaitkan dengan peluang kesempatan kerja di sektor pertanian dan non pertanian. Menurunnya kesempatan kerja di sektor pertanian terjadi karena banyaknya lahan yang telah dikonversi untuk kegiatan non pertanian, sementara lahan pertanian yang masih tersedia tidak cukup menampung kelebihan jumlah tenaga kerja pertanian. Sebaran lahan pertanian sempit yang terdapat di desa mendorong masyarakat untuk menekuni pekerjaan di luar pertanian, akibatnya ketersediaan tenaga kerja untuk usaha pertanian menurun.

Menurunnya kesempatan kerja di sektor pertanian yang diikuti oleh menurunnya ketersediaan tenaga kerja pertanian, berbalikan dengan kesempatan kerja dan ketersediaan tenaga kerja di sektor non pertanian yang dinilai meningkat. Responden menilai ada kecenderungan perubahan tenaga kerja dari pertanian ke non pertanian, terutama dikaitkan dengan adanya industri di kawasan pedesaan. Namun, pada kenyataannya tidak mudah bagi tenaga kerja desa untuk terlibat dalam sektor industri yang berada di Desa Pasawahan. Hal ini dikarenakan industri yang berkembang adalah industri padat modal yang menjadikan tingkat pendidikan sebagai salah satu syarat perekrutannya, sementara tingkat pendidikan tenaga kerja desa umumnya masih tergolong rendah. Kesempatan kerja di sektor non pertanian seperti industri juga menjadi peluang bagi pendatang untuk terlibat didalamnya.

Peningkatan jumlah tenaga kerja di desa yang disebabkan oleh masuknya para pekerja pendatang akan mempengaruhi keadaan ketenagakerjaan desa. Pengembangan industri yang menyebabkan terkonversinya sejumlah lahan pertanian, mengurangi kemampuan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja. Tenaga kerja yang tidak terserap oleh sektor pertanian dan non pertanian di desa, menyebabkan terjadinya surplus tenaga kerja di pedesaan.

5.2.2. Pengembangan Industri dan Perubahan Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Desa

Sebelum industri memasuki Desa Pasawahan, sektor pertanian merupakan basis utama perekonomian masyarakat daerah ini. Sebagian besar penduduknya terlibat dalam pertanian karena kondisi alam, sosial, ekonomi dan budayanya sangat mendukung berjalannya sektor ini. Ketersediaan lahan pertanian yang masih luas, pekerjaan yang relatif homogen, serta rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan menyebabkan sebagian besar penduduk desa lebih terpusat di bidang pertanian. Meskipun ada sebagian kecil penduduk yang bekerja pada sektor non pertanian, tetapi umumnya masih terlibat dalam usaha pertanian karena memiliki lahan yang digarap oleh orang lain.

Masuknya industri ke daerah pedesaan, mengubah jenis mata pencaharian penduduk yang semula didominasi oleh peran sektor pertanian ke sektor non pertanian, terutama perdagangan dan jasa. Perubahan pola mata pencaharian

tersebut sangatlah beralasan, karena proses perkembangan desa telah mengubah faktor produksi utama dalam pertanian, yaitu lahan.

Pergeseran pemilikan dan penggunaan lahan, serta munculnya sejumlah kesempatan usaha non pertanian akibat perkembangan desa, menyebabkan sebagian penduduk desa mencoba beralih mengembangkan usaha di luar sektor pertanian. Ada yang memilih untuk terlibat langsung dalam kegiatan industri di pedesaan dengan menjadi buruh industri, ada pula yang memanfaatkan kehadiran tenaga kerja industri dari luar desa dengan mendirikan rumah kontrakan, warung makan atau warung kebutuhan rumahtangga, dan menyediakan jasa transportasi (ojeg) bagi tenaga kerja industri.

Peluang ekonomi dari adanya industri, pada pelaksanaannya hanya dapat dimanfaatkan dan dirasakan oleh masyarakat desa dari kalangan menengah ke atas, termasuk petani berlahan luas. Pada petani berlahan luas misalnya, peluang ekonomi dari adanya industri dimanfaatkan dengan menjual sebagian lahan ke penduduk desa lainnya atau penduduk dari luar desa. Keuntungan yang didapat dari hasil penjualan lahan digunakan untuk mengembangkan usaha lain, seperti mendirikan rumah kontrakan, warung, warnet dan lainnya. Sedangkan masyarakat dari kalangan menengah ke bawah lebih mengandalkan fisik dan jasa, dalam memanfaatkan peluang ekonomi dari adanya industri.