• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. Kebijakan Redistribusi Pendapatan

5.4. Industri Prioritas pada Sektor Agroindustri

Suatu sektor yang paling efektif berperan sebagai mesin penggerak pembangunan

ekonomi dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional disebut sebagai sektor

kunci (key sector) atau sering pula disebut sebagai sektor unggulan, sektor andalan atau sektor prioritas. Dalam konteks penelitian ini sektor yang dimaksud diistilahkan sebagai

sektor prioritas.

Untuk menentukan sektor kunci atau sektor prioritas, masing-masing kajian bisa

menggunakan metoda atau kriteria berbeda tergantung dari tujuan penelitian. Dalam

kerangka Input-Output, metoda Rasmussen digunakan untuk menentukan sektor kunci

dengan menggunakan kriteria ganda (dual criterion), yaitu dari sisi permintaan input (demand side) yaitu melalui keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan sisi output (supply side) melalui keterkaitan ke depan (forward linkage). Metoda Rasmussen

digunakan oleh Cochrane (1990) dan Daryanto (1992) untuk menentukan sektor kunci pada

sektor pertanian dan oleh Ginting (2006) untuk menentukan sektor unggulan dalam

perekonomian di Sumatera Utara. Namun metode Rasmussen terbatas digunakan untuk

menentukan sektor kunci dari sisi produksi. Oleh karena itu selain menggunakan metoda

Rasmussen, Cochrane dan Daryanto juga mengkombinasikan kriteria pengganda output,

tenaga kerja dan pendapatan untuk meranking sektor-sektor yang berada pada urutan

sepuluh terbesar.

Simatupang (2000) menggunakan lima kriteria untuk menguji sektor pertanian

sebagai sektor andalan dalam perekonomian, yaitu: (1) kontributif, (2) artikulatif, (3)

progresif, (4) tangguh, dan (5) fasilitatif. Kontributif dilihat dari kontribusi yang cukup

besar dalam keragaan ekonomi makro seperti PDB yang secara operasional diukur dari

pangsa kontribusi atau koefisien pengganda. Sifat artikulatif dilihat dari kemampuan besar

sebagai dinamisator bagi pertumbuhan sektor-sektor lain dalam perekonomian dengan

spektrum yang luas yang secara operasional diukur melalui koefisien pengganda dan

indeks penyebaran (dispersion index). Progresif berarti dapat tumbuh secara berkelanjutan dengan laju yang cukup cepat yang secara operasional diukur dari laju pertumbuhannya.

Sifat tangguh berarti unggul dalam persaingan dan tahan menghadapi gejolak ekonomi.

Terakhir, sifat fasilitatif berarti mampu menciptakan tatanan lingkungan yang baik bagi

perekonomian yang secara operasional dilihat dari kemampuannya mengendalikan inflasi,

stabilitas nilai rupiah dan kontribusi dalam ketahanan pangan.

Dalam kajian ini, kerangka strategi Agricultural-Demand-Led Industrialization (ADLI) digunakan sebagai kerangka kerja dalam menentukan agroindustri yang dapat disebut sebagai agroindustri prioritas. Sesuai dengan penjabaran strategi ADLI, sektor pertanian primer dan sektor agroindustri merupakan sektor andalan strategiADLI. Strategi

ADLI merupakan strategi yang mengutamakan peningkatan produktivitas sektor pertanian sebagai sarana mencapai industrialisasi.

Penekanan strategi ADLIadalah peningkatan produktivitas sektor pertanian primer, terutama pertanian skala kecil dan menengah, sebagai sarana mencapai industrialisasi.

Adelman juga menyatakan bahwa kunci sukses keberhasilan strategi ADLI adalah keterkaitan antara sektor industri dengan sektor pertanian primer. Dengan memfokuskan

pada keterkaitan produksi, pendapatan dan konsumsi secara bersama-sama, strategi ADLI

bertujuan untuk meningkatkan ekonomi berpendapatan rendah menuju jalur pertumbuhan

yang lebih merata dan berkelanjutan.

Dengan demikian kriteria agroindustri prioritas dalam penelitian ini bukan hanya

dilihat dari kemampuannya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan

output dan penyerapan tenaga kerja namun juga kemampuannya dalam meningkatkan

pendapatan rumah tangga golongan rendah serta memiliki keterkaitan dengan sektor

pertanian primer yang kuat. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi yang terjadi

diharapkan akan lebih banyak dinikmati oleh rumah tangga golongan rendah dan pada

akhirnya akan memperkecil kesenjangan pendapatan masyarakat dan lebih lanjut

mengurangi kemiskinan, sesuai dengantriple track strategy: pro growth, pro employment and pro poor7

Berdasarkan beberapa kriteria di atas, maka agroindustri prioritas adalah

agroindustri yang memiliki peran tinggi dalam meningkatkan output nasional, penyerapan

tenaga kerja, meningkatkan pendapatan sektor lainnya, khususnya sektor pertanian primer

sebagai penyedia input serta perannya dalam menciptakan peningkatan pendapatan rumah

tangga golongan rendah. Dengan demikian indikator yang digunakan untuk menentukan

agroindustri prioritas adalah berdasarkan pengganda output, tenaga kerja, keterkaitan

sektor khususnya kaitan ke belakang dan pengganda pendapatan rumah tangga golongan

rendah. Dengan menggabungkan empat indikator pengganda tersebut dan melakukan

ranking akhir, dapat ditentukan agroindustri yang berada pada ranking teratas. Cara

7

penggabungan ranking secara sederhana untuk menentukan sektor prioritas dalam

penelitian ini mengadopsi cara yang dilakukan oleh Cochrane (1990) dan Daryanto (1992)

yang mengkombinasikan beberapa pengganda untuk menentukan sektor kunci dalam

kebijakan pembangunan yang mencakup tiga tujuan bersama-sama, disebut ‘output, income and employment maximization’.

Nilai dan ranking pengganda output, tenaga kerja dan keterkaitan sektor pada

sektor agroindustri disajikan pada Tabel 10. Hasil ranking pengganda output menunjukkan

industri yang berada di urutan lima teratas berturut-turut adalah industri kayu lapis, bambu

dan rotan, industri kertas, karet, kulit dan kapuk.

Tabel 10. Nilai dan Ranking Pengganda Output, Tenaga Kerja dan Keterkaitan Sektor Agroindustri Makanan dan Non Makanan, Tahun 2003

Pengganda

Output Tenaga Kerja Keterkaitan Sektor AGROINDUSTRI

Nilai Rank Nilai Rank Nilai Rank

Agroindustri Makanan

Sektor peternakan 6.09 10 1.53 7 5.05 10

Sektor tanaman pangan 6.24 8 1.58 4 5.10 9

Sektor perikanan 6.34 7 1.55 6 5.25 7

Sektor perkebunan 5.96 11 1.46 8 4.36 11

Minuman 6.22 9 1.67 3 5.19 8

Rokok 6.34 6 1.85 1 5.32 6

Agroindustri Non Makanan

Kapuk 6.57 5 1.44 9 5.57 5

Kulit samakan, olahan 6.66 4 1.42 10 5.65 3

Kayu lapis, barang dari kayu,

bambu dan rotan 7.02 1 1.56 5 5.89 1

Bubur kertas 6.78 2 1.41 11 5.72 2

Karet remah dan karet asap 6.67 3 1.85 2 5.60 4

Catatan: Nilai ranking terkecil menunjukkan ranking teratas (nilai pengganda terbesar)

Artinya apabila tujuan pembangunan difokuskan untuk meningkatkan output

nasional, maka simulus ekonomi yang diberikan ke industri kayu lapis, bambu dan rotan,

industri kertas, industri karet, industri kulit dan industri kapuk akan meningkatkan output

nasional lebih besar dibanding agroindustri lainnya. Industri-industri tersebut sekaligus

industri yang berada di lima urutan teratas berdasarkan nilai pengganda tenaga kerja

adalah industri rokok, karet, minuman, industri makanan sektor tanaman pangan dan

industri kayu. Hal ini berarti peran industri tersebut dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi lebih banyak melalui penyerapan tenaga kerja.

Dilihat dari kriteria pengganda pendapatan rumah tangga golongan rendah (Tabel

11), industri yang berada di urutan lima teratas berturut-turut adalah industri karet, industri

kayu, industri rokok, industri makanan dari sektor perikanan, dan industri minuman. besar

dalam meningkatkan output, penyerapan tenaga kerja dan pendapatan rumah tangga

golongan rendah.

Tabel 11. Nilai dan Ranking Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Golongan Rendah Agroindustri Makanan dan Non Makanan, Tahun 2003

Pengganda Pendapatan Rumah Tangga

Buruh tani Petani

kecil

Non pert gol rendah desa

Non pert gol rendah kota

AGROINDUSTRI

Nilai Rank Nilai Rank Nilai Rank Nilai Rank

Agroindustri Makanan

Sektor peternakan 0.18 7 0.22 4 0.48 9 0.74 10

Sektor tanaman pangan 0.18 5 0.22 2 0.50 5 0.77 8

Sektor perikanan 0.18 1 0.23 1 0.50 6 0.75 9

Sektor perkebunan 0.17 8 0.21 5 0.47 11 0.71 11

Minuman 0.18 4 0.22 3 0.52 4 0.82 7

Rokok 0.18 3 0.20 6 0.56 2 0.94 3

Agroindustri Non Makanan

Kapuk 0.16 11 0.17 11 0.48 10 0.84 6

Kulit samakan, olahan 0.16 9 0.18 9 0.49 7 0.86 4

Kayu lapis, barang dr

kayu, bambu dan rotan 0.18 6 0.19 8 0.53 3 0.94 2

Bubur kertas 0.16 10 0.18 10 0.49 8 0.86 5

Karet remah, karet asap 0.18 2 0.20 7 0.57 1 1.05 1

Catatan: Nilai ranking terkecil menunjukkan ranking teratas (nilai pengganda terbesar).

Pengembangan industri-industri tersebut akan memberikan manfaat yang lebih

besar bagi rumah tangga golongan rendah. Industri pengolahan makanan dari sektor

perikanan memberikan kontribusi lebih besar terutama untuk peningkatan pendapatan

rumah tangga buruh tani dan petani kecil. Sedangkan industri karet lebih banyak berperan

kota. Artinya bila terjadi peningkatan permintaan akhir pada industri makanan sektor

perikanan, golongan rumah tangga yang memperoleh pendapatan paling besar adalah

rumah tangga buruh tani dan petani kecil. Sedangkan industri karet lebih banyak berperan

dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga non pertanian golongan rendah baik di desa

maupun di kota.

Dengan menggabungkan empat indikator di atas secara sederhana dan melakukan

ranking akhir dapat diketahui agroindustri yang berada pada lima urutan teratas adalah

industri karet, kayu lapis bambu dan rotan, rokok, industri pengolahan makanan dari sektor

perikanan dan industri minuman, seperti disajikan pada Tabel 12. Berdasarkan kriteria

pengganda output, tenaga kerja, keterkaitan sektor dan pendapatan rumah tangga golongan

rendah, lima dari 11 agroindustri tersebut berada pada ranking teratas dan memilikipotensi

Tabel 12. Ranking Pengganda Output, Tenaga Kerja, Keterkaitan Sektor dan Pendapatan Rumah Tangga Golongan Rendah Agroindustri Makanan dan Non Makanan, Tahun 2003

RANKING PENGGANDA

Total

AGROINDUSTRI

Output TK KeterkaitanSektor

Pendap RT Gol Rendah

Nilai Rank

Agroindustri Makanan

Makanan sektor peternakan 10 7 10 8 35 10

Makanan sektor tan pangan 8 4 9 6 27 8

Makanan sektor perikanan 7 6 7 3 23 4

Makanan sektor perkebunan 11 8 11 10 40 11

Minuman 9 3 8 4 24 5

Rokok 6 1 6 2 15 3

Agroindustri Non Makanan

Kapuk 5 9 5 11 30 9

Kulit samakan dan olahan 4 10 3 7 24 6

Kayu lapis, barang dari kayu,

bambu dan rotan 1 5 1 5 12 2

Bubur kertas 2 11 2 9 24 7

Karet remah dan karet asap 3 2 4 1 10 1

Catatan: Nilai ranking terkecil menunjukkan ranking teratas (nilai pengganda terbesar)

Industri-industri yang berada pada ranking teratas pada dasarnya hanya memiliki

potensi untuk menjadi industri prioritas. Hirschman (1958), Bulmer-Thomas (1982) dan

jaminan stimulus yang diukur melalui nilai-nilai pengganda tersebut akan terwujud ke

dalam pertumbuhan aktual kecuali memenuhi kondisi tertentu. Kondisi tersebut terkait

dengan pertimbangan politik dan kelembagaan (political and institutional consideration). Realisasi stimulus akan tergantung pada sarana input pelengkap seperti lingkungan yang

mendukung dan kelembagaan yang ada serta kebijakan pemerintah yang konsisten dengan

ranking sektor tersebut. Faktor terpenting lainnya adalah bahwa pemerintah memainkan

peran yang sangat strategis dalam mengalokasikan sumberdaya melalui kebijakan fiskal,

moneter maupun kebijakan investasi. Sebagai contoh pemerintah bisa melakukan proteksi

untuk menghambat perusahaan dalam merespon stimulus tertentu.

Terkait dengan ranking agroindustri yang dihasilkan pada Tabel 12,

industri-industri yang berada pada ranking teratas, yaitu industri-industri karet, industri-industri kayu lapis, bambu

dan rotan, industri rokok, industri minuman dan industri makanan sektor perikanan pada

dasarnya memiliki potensi dalam meningkatkan output, penyerapan tenaga kerja dan

meningkatkan pendapatan rumah tangga. Namun kepentingan melakukan ranking

agroindustri dalam kajian ini adalah untuk menentukan agroindustri apa yang layak untuk

dijadikan prioritas pengembangan melalui berbagai kebijakan yang akan dilakukan oleh

pemerintah. Oleh karena itu apa yang dinyatakan oleh Hirschman, Bulmer-Thomas dan

Panchamukti tentang perlunya pertimbangan politik maupun kelembagaan serta

pertimbangan non ekonomi lain perlu disertakan dalam menetapkan agroindustri prioritas

dan bukan semata-mata berdasarkan angka-angka pengganda saja agar tidak menimbulkan

misleading.

Agroindustri makanan sektor perkebunan tidak termasuk dalam ranking teratas

pada struktur agroindustri makanan. Padahal sektor perkebunan primer memiliki peran

yang besar dalam menyumbang PDB nasional. Jika sektor primernya memiliki potensi

yang besar dalam menyumbang pendapatan nasional, diharapkan industri hilirnya pun

sektor perkebunan dalam pembentukan output, PDB (diproxy dari nilai tambah tenaga

kerja dan modal atas dasar biaya faktor), dan penyerapan tenaga kerja (diproxy dari nilai

tambah tenaga kerja) di sektor agroindustri, memiliki pangsa output sebesar 40.3 persen,

PDB sebesar 33 persen dan pangsa tenaga kerja sebesar 31 persen terhadap total output,

PDB dan penyerapan tenaga kerja di sektor agroindustri (Lampiran 7). Selain itu dilihat

perkembangan output tahun 1998 ke tahun 2003 sektor agroindustri perkebunan

menunjukkan peningkatan lima kali lipat (Lampiran 8). Hal ini menunjukkan besarnya

peran sektor agroindustri perkebunan dalam memperkuat sektor agroindustri di Indonesia.

Namun dilihat dari nilai pengganda, agroindustri makanan sektor perkebunan

memiliki pengganda yang lebih kecil dibandingkan dengan agroindustri lainnya. Hal ini

bisa terjadi karena dengan nilai awal yang sudah demikian besar, maka pengembangan

agroindustri makanan sektor perkebunan tidak akan menghasilkan incremental growth

sebesar pengembangan pada sektor lain yang masih berada pada tahap pertumbuhan.

Dengan demikian agroindustri makanan sektor perkebunan sesungguhnya memiliki peran

yang penting dalam memperkokoh struktur agroindustri di Indonesia sehingga perlu

memperoleh prioritas pengembangan. Dari sisi kebijakan pemerintah, agroindustri

perkebunan (kelapa sawit) saat ini merupakan salah satu fokus pengembangan agroindustri

melalui strategi Klaster (Cluster) Industri Prioritas (Departemen Perindustrian, 2005). Industri rokok berada pada urutan ketiga menurut ranking sektor agroindustri dan

perannnya terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja serta pendapatan rumah tangga

golongan rendah melalui lapangan kerja yang disediakan untuk buruh-buruh pabrik.

Industri rokok juga penghasil pajak terbesar bagi pemerintah. Namun pengembangan

industri rokok akan menghasilkan biaya imbangan yang besar melalui pencemaran

lingkungan (asap rokok) dan bahaya kesehatan (penyakit kanker paru-paru dan penyakit

lainnya). Dewasa ini pun perkembangan preferensi konsumen terhadap barang-barang yang

meningkatkan kesehatan. Pemerintah pun menerapkan aturan yang ketat bagi masyarakat

untuk tidak merokok di area publik. Dengan demikian kebijakan mengembangkan industri

rokok akan paradoks dengan norma yang berkembang di masyarakat secara umum. Dilihat

dari sisi bisnis, industri rokok juga tergolong sebagai sunset industry yang perspektif ke depan demand masyarakat terhadap rokok maupun investasi industri rokok cenderung

menurun.

Industri minuman berada pada posisi ranking kelima dari 11 agroindustri dan

perannya terutama dalam penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan rumah

tangga golongan bawah. Namun apabila diperhatikan industri-industri yang tergabung ke

dalam industri minuman (Lampiran 4) adalah industri minuman keras, anggur dan

sejenisnya, malt dan minuman yang mengandung malt, sirop serta minuman ringan.

Komoditas-komoditas tersebut dapat dikatakan kurang berperan dalam mendukung

ketahanan pangan dan bahkan minuman keras merupakan komoditas yang peredarannnya

di masyarakat dilarang oleh pemerintah dan berlawanan dengan norma mayarakat dan

agama. Industri minuman juga kurang berperan dalam mendorong peningkatan produksi

sektor pertanian primer sebagai penyedia bahan baku kecuali untuk industri tertentu yang

termasuk dalam minuman ringan. Oleh karena itu meskipun industri minuman memiliki

potensi yang cukup tinggi dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan memberikan

sumbangan terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga golongan rendah, namun dari

berbagai pertimbangan seperti diuraikan kurang memiliki prospek yang baik untuk

dijadikan prioritas pengembangan agroindustri.

Agroindustri non makanan pada dasarnya memiliki karakteristik yang berbeda

dengan agroindustri makanan. Agroindustri non makanan pada umumnya adalah industri

berskala menengah ke atas, padat kapital dan menggunakan komponen input impor yang

lebih tinggi dibanding agroindustri makanan. Dengan karakteristik tersebut maka

pada pertanian skala kecil dan menengah, teknologi padat karya dan mendukung program

ketahanan pangan seperti pada konsep strategiADLIadalah agroindustri makanan.

Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, dilakukan beberapa penyesuaian

dalam menentukan agroindustri prioritas sebagai berikut. Agroindustri rokok dan

minuman dikeluarkan dari kelompok agroindustri makanan dan selanjutnya dengan

menggunakan empat indikator sama dengan yang digunakan sebelumnya dilakukan

ranking ulang. Dari empat indikator tersebut diambil dua agroindustri yang berada pada

urutan teratas. Demikian pula pada pada kelompok agroindustri non makanan secara

terpisah dilakukan ranking ulang dan diambil dua agroindustri yang berada pada urutan

teratas. Selanjutnya empat industri dari kelompok agroindustri makanan dan non makanan

yang berada pada ranking teratas berdasarkan pengganda output, tenaga kerja, keterkaitan

sektor dan pendapatan rumah tangga golongan rendah ditambah dengan agroindustri

makanan sektor perkebunan, ditetapkan sebagai agroindustri prioritas (Tabel 13). Dengan

demikian agroindustri prioritas adalah industri makanan sektor tanaman pangan, industri

makanan sektor perikanan, industri makanan sektor perkebunan dan industri kayu lapis,

bambu dan rotan serta industri karet remah dan karet asap. Kebijakan pemerintah untuk

mengembangkan lima agroindustri tersebut diharapkan akan menghasilkan peningkatan

pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, memperkuat sektor pertanian primer dan

mampu menghasilkan pendapatan yang lebih baik bagi rumah tangga golongan rendah

yang pada akhirnya akan dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.

Kelima agroindustri prioritas tersebut juga sesuai dengan fokus pengembangan agroindustri

yang dilakukan oleh pemerintah melalui Klaster Industri Prioritas, yaitu: (1) industri

makanan secara umum, (2) industri pengolahan hasil laut, (3) industri kelapa sawit, (4)

industri barang kayu (termasuk bambu dan rotan), (5) industri karet dan barang dari karet,

Tabel 13. Penentuan Agroindustri Prioritas pada Sektor Agroindustri, Tahun 2003

RANKING PENGGANDA

Total

AGROINDUSTRI Output TK Keterkaitan Sektor Pendap RT Gol Rendah Nilai Rank Agroindustri Makanan Sektor peternakan 4 4 4 4 16 3

Sektor tanaman pangan 3 2 3 3 11 2

Sektor perikanan 1 3 2 2 8 1

Sektor perkebunan 5 5 5 5 20 4

Agroindustri Non Makanan

Kapuk 5 3 5 4 17 5

Kulit samakan dan olahan 4 4 3 3 14 4

Kayu lapis, barang dari kayu,

bambu dan rotan 1 2 1 2 6 1

Bubur kertas 2 5 2 3 12 3

Karet remah dan karet asap 3 1 4 1 9 2

Catatan: Nilai ranking terkecil menunjukkan ranking teratas (nilai pengganda terbesar)

5.5. Tahapan Transmisi Pengaruh dari Sektor Agroindustri