• Tidak ada hasil yang ditemukan

Industri Telekomunikasi di Indonesia

Dalam dokumen PT EXCELCOMINDO PRATAMA Tbk. (Halaman 94-97)

VIII. KEGIATAN DAN PROSPEK USAHA PERSEROAN

1. Industri Telekomunikasi di Indonesia

a. Tinjauan umum atas layanan telekomunikasi di Indonesia

Sejak tahun 1961, layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah dilakukan oleh perusahaan milik negara. Sebagaimana halnya negara berkembang lainnya, perluasan dan modernisasi infrastruktur telekomunikasi memainkan peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara umum di Indonesia. Selain itu, populasi yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang pesat di Indonesia telah menimbulkan permintaan yang signifikan akan layanan telekomunikasi.

Populasi penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 224 juta orang di tahun 2004, menempatkannya sebagai negara berpopulasi terpadat keempat di dunia, berdasarkan estimasi EIU. Pendapatan domestik bruto Indonesia telah berkembang secara signifikan dari sekitar USD 722 milyar di tahun 2002 menjadi sekitar USD 828 milyar di tahun 2004 atas dasar keseimbangan kekuatan pembeli (purchasing power parity) berdasarkan estimasi EIU, dengan tingkat pertumbuhan tahunan

rata-rata sebesar 7,1%. Pendapatan domestik bruto per kapita pada keseimbangan kekuatan pembeli telah meningkat dari sekitar USD 3.323 menjadi sekitar USD 3.700 dalam periode yang sama. Pemerintah, melalui Departemen Komunikasi dan Informatika, memiliki kewenangan dan kendali pengawasan yang luas berdasarkan perundang-undangan sektor telekomunikasi. Secara historis, Pemerintah mempertahankan monopoli atas layanan jasa telekomunikasi di Indonesia, namun selanjutnya reformasi perundang-undangan pada tanggal 8 September 2000 telah mendorong munculnya regulasi sektor telekomunikasi yang berupaya menciptakan kerangka peraturan untuk mendorong persaingan dan mempercepat investasi infrastruktur pada fasilitas telekomunikasi. Untuk keterangan atas reformasi ini, mohon lihat bagian “Regulasi dalam Industri Telekomunikasi di Indonesia”.

Di Indonesia, jasa teleponi dasar tetap lokal tidak bergerak (PSTN) disediakan oleh Telkom, perusahaan milik negara, yang memiliki dan mengoperasikan PSTN, serta oleh Ratelindo, yang memiliki ijin penyelenggaraan telekomunikasi tetap (dengan teknologi Wíreless Local Loop) untuk

daerah Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Semua operator telekomunikasi berhubungan dengan jaringan Telkom untuk mengakses semua pengguna telepon tidak bergerak dan seluler. Monopoli Telkom untuk jaringan telepon tetap tidak bergerak domestik tidak berlaku lagi sejak 1 Agustus 2002, dimana Indosat juga membangun jaringan telepon tetap tidak bergerak.

Tingkat penetrasi seluler di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga tapi berkembang dengan sangat cepat. Berdasarkan estimasi EIU/Pyramid Research, tingkat penetrasi seluler Indonesia telah meningkat dari sekitar 5,4% di tahun 2002 menjadi sekitar 14,4% di tahun 2004. Tingkat penetrasi seluler yang rendah meningkatkan daya beli jasa seluler dan peningkatan potensi permintaan konsumen seluler di Indonesia. Tabel berikut menunjukkan beberapa indikator telekomunikasi dan makro ekonomi di Indonesia dan negara-negara tetangga di Asia Pasifik.

Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2004

Populasi (juta) (1) Penetrasi jaringan ( %) Penetrasi seluler (1) PDB per kapita 2004

tetap (1) (%) (USD) (1) (2) Hong Kong 7,0 53,8 104,2 30.290 Singapura 4,2 44,0 88,1 31.127 Korea Selatan 48,2 47,0 75,7 22.090 Malaysia 25,5 17,8 53,4 10.566 Thailand 64,6 11,5 36,1 7.930 Filipina 86,2 4,0 35,1 4.444 Cina 1,299,8 24,0 25,4 5.806 Indonesia 223,8 4,6 14,4 3.700

(1) Sumber : Estimasi EIU, Pyramid Research

(2) Pendapatan domestik bruto per kapita dengan menggunakan puchasing power parity b. Layanan Seluler

Indonesia telah mengalami pertumbuhan signifikan di bidang jasa telekomunikasi seluler dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan estimasi EIU/Pyramid Research, jumlah pelanggan seluler di Indonesia meningkat dari 11,6 juta per 31 Desember 2002 menjadi 32,1 juta per 31 Desember 2004, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 66,4%. Walaupun tingkat pertumbuhannya tinggi, penetrasi seluler di Indonesia tetap relatif rendah, yaitu sebesar 14,4% per 31 Desember 2004 (meningkat dari 9,0% per 31 Desember 2002), terutama ketika dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang memiliki tingkat perkembangan ekonomi dan Produk Domestik Bruto per kapita yang serupa, seperti Filipina.

Tabel berikut memberikan informasi tentang industri telekomunikasi di Indonesia :

Per 31 Desember Tingkat Pertumbuhan

Tahunan Rata-rata

2002 2003 2004 2002-2004

(dalam juta, kecuali persentase)

Populasi Indonesia (1) 217 220 224 1,5%

Pelanggan seluler (1) 11,6 19,7 32,1 66,4% Penetrasi seluler (2) 5,4% 8,9% 14,4% 63,3% (1) Sumber : Estimasi EIU, Pyramid Research

(2) Tingkat penetrasi seluler adalah jumlah pelanggan seluler dibagi dengan jumlah populasi Indonesia

Peluncuran layanan prabayar di tahun 1998 mempercepat pertumbuhan pasar seluler secara signifikan karena layanan ini telah diadaptasi dengan baik dan disesuaikan dengan pelanggan di Indonesia, terutama untuk pelanggan dengan pendapatan dari kelas menengah ke bawah. Hal ini juga memungkinkan operator seluler untuk mengatasi masalah piutang tak tertagih yang cenderung semakin meningkat sehubungan dengan krisis ekonomi di tahun-tahun sebelumnya. Dengan pertumbuhan yang semakin meningkat, operator telekomunikasi perlu memperluas jaringan seluler dan memperbaiki kualitas layanan. Pertumbuhan industri seluler juga telah menarik minat yang besar dari para investor asing yang tercermin dengan adanya sejumlah operator telekomunikasi asing yang menanamkan modal pada operator telekomunikasi Indonesia. Di tahun 2001 dan 2002, Singapore Telecommunications Limited mengakusisi saham di Telkomsel dan Singapore Technologies Telemedia mengakusisi saham di Indosat. Di tahun 2005, Telekom Malaysia mengakusisi saham di Perseroan, Maxis mengakusisi saham di Lippo Telecom, dan Hutchison Telecom mengakusisi saham di PT CyberAccess. Investasi-investasi tersebut bersama dengan usaha Pemerintah untuk memperbaiki struktur industri dan manajemen peraturan di sektor telekomunikasi telah menciptakan lingkungan yang menstimulasi persaingan untuk memperbaiki layanan demi keuntungan publik. Pasar jasa seluler di Indonesia saat ini didominasi oleh Telkomsel, Indosat dan XL. Telkomsel adalah penyedia jasa seluler terbesar, dengan sekitar 16,2 juta pelanggan dan sekitar 54,0% market share.

Indosat adalah penyedia jasa seluler terbesar kedua, dengan sekitar 9,7 juta pelanggan dan sekitar 32,0% market share, sedangkan XL memiliki 3,8 juta pelanggan dan market share sekitar 13,0%.

Tabel dibawah menunjukkan tiga pemain utama dalam pasar seluler Indonesia per 31Desember 2004.

Penyedia jasa seluler Sistem nirkabel/ Merek Produk Utama Jumlah Market Share

Spektrum Pelanggan (juta) (%)

XL GSM 900/1800 jempol, bebas, Xplor 3.8 13 Telkomsel GSM 900/1800 KartuHALO, SimPATI and KartuAs 16,2(1) 54 Indosat GSM 900/1800 Matrix, Mentari dan IM3 9,7(2) 32 (1) Sumber: laporan keuangan triwulan Telkomsel

(2) Sumber: laporan keuangan triwulan Indosat

Selain operator GSM, operator nirkabel tetap yang menggunakan teknologi CDMA telah mulai pula menawarkan jasa seluler. Jasa nirkabel tetap berbeda dari operator GSM karena mereka menawarkan mobilitas lokal yang dibatasi maksimum pada satu kode area layanan jaringan tetap lokal terbatas di beberapa kota besar di Indonesia. Dua operator utamanya adalah Telkom Flexi dari Telkom, dan StarOne dari Indosat.

Pertumbuhan pelanggan di Indonesia telah distimulasi oleh sistem “calling party pays”, peluncuran

layanan prabayar, dan peluncuran SMS. Sistem calling party pays mengharuskan penelpon untuk

membayar biaya percakapan. Berdasarkan pengalaman internasional, negara-negara yang menerapkan sistem calling party pays pada dasarnya mengalami tingkat penetrasi seluler yang

lebih tinggi setelah penerapannya karena pelanggan seluler sangat mungkin memberikan nomor telepon kepada koleganya dan membiarkan telepon seluler mereka tetap dalam keadaan hidup. Sejak peluncurannya di tahun 1998, layanan prabayar telah sangat populer di Indonesia, seperti halnya di negara Asia lainnya, karena layanan ini memungkinkan pelanggan untuk mendapatkan layanan seluler tanpa melalui tinjauan kredit dengan waktu pemrosesan yang singkat. Layanan ini juga memungkinkan pelanggan untuk mengontrol pengeluaran bulanan mereka dan karena itu lebih banyak digunakan oleh pelanggan kelas menengah ke bawah, yang merupakan bagian terbesar dari populasi di Indonesia. SMS telah terbukti populer di Indonesia, karena layanan ini berfungsi sebagai sarana komunikasi yang nyaman dan hemat dan merupakan alternatif terhadap sarana komunikasi percakapan dan e-mail. Persaingan di industri seluler Indonesia terutama terjadi dalam

hal kualitas layanan, harga, ketersediaan layanan data dan fitur nilai tambah seperti voicemail

disamping cakupan jaringan. c. Pasar Komunikasi Data

Secara historis, layanan data di Indonesia terutama terdiri dari layanan penyewaan sambungan sirkit narrow bandwith, layanan X.25, layanan jaringan data digital dan layanan network digital

terintegrasi. Layanan jaringan data digital adalah layanan penyewaan sambungan sirkit digital untuk transmisi data. Jaringan digital terintegrasi adalah suatu protokol yang menawarkan dial-in access

berkapasitas tinggi untuk jaringan publik. Protokol ini memungkinkan penanganan otomatis trafik suara dan data pada koneksi digital yang sama melalui switches terintegrasi lewat jaringan publik.

X.25 adalah protokol switching paket standard terbuka yang memungkinkan terminal kecepatan

rendah-menengah untuk mempunyai akses dial-in atau tetap ke suatu jaringan atas permintaan

pemakai dan mengoperasikan suatu jaringan. Biaya untuk layanan-layanan ini menurun di tahun-tahun terakhir.

Semakin populernya internet dan penggunaan aplikasi multi media yang lebih luas diharapkan dapat meningkatkan permintaan untuk layanan data broadband yang kompleks. Operator-operator di

Indonesia sedang menggelar jaringan broadband yang canggih untuk menyediakan layanan data

bagi pelanggan kelas atas seperti frame relay, asynchronous transfer mode dan internet protocol service. Layanan jaringan pribadi virtual, dengan menggunakan teknologi ATM dan internet protocol

pada khususnya dapat meraih pangsa pasar yang lebih besar karena dapat berfungsi sebagai alternatif jaringan pribadi yang bergantung pada sambungan sewa sirkit yang hemat dan dapat diandalkan.

d. Tren Industri

Pasar telekomunikasi di Indonesia sedang berkembang dan mungkin terus akan berkembang di tahun-tahun mendatang. Berikut ini adalah sejumlah tren yang dapat diidentifikasi:

• Pertumbuhan sektor telekomunikasi seluler yang berkelanjutan. Perseroan mengharapkan industri telekomunikasi dan kebutuhan akan jasa telekomunikasi akan terus tumbuh dalam jangka menengah seiring dengan berkembang dan semakin modernnya Indonesia dan meningkatnya penetrasi seluler di Indonesia.

• Migrasi trafik suara dan data ke layanan seluler. Perseroan mengantisipasi layanan seluler akan semakin populer sebagai akibat dari jangkauan populasi yang lebih luas (khususnya di daerah-daerah di luar Jawa), membaiknya kualitas jaringan seluler, menurunnya harga ponsel dan semakin banyaknya paket layanan prabayar. Peluncuran paket prabayar bagi kelas menengah ke bawah, yang menawarkan layanan data dan suara dasar dengan harga yang bersaing dan dalam denominasi kecil, pada khususnya, telah memperluas pasar yang dapat dilayani oleh operator seluler.

• Stabilisasi tingkat pemakaian percakapan. Pertumbuhan tingkat penggunaan layanan SMS diperkirakan akan melambat di tahun-tahun mendatang. Hal ini akan membantu menstabilisasi penurunan tingkat penggunaan dan ARPU dari layanan suara.

• Meningkatnya persaingan. Dengan investasi yang telah dilakukan operator-operator telekomunikasi asing di Indonesia, persaingan akan meningkat dalam jangka menengah jika para pemain baru yang memasuki pasar mampu mengembangkan jaringan seluler yang ekstensif dan menawarkan layanan yang berkualitas. Persaingan yang meningkat ini diharapkan akan menstimulasi pasar dan meningkatkan pertumbuhan dan penetrasi seluler.

• Meningkatnya penetrasi layanan nirkabel tetap. Meskipun layanan nirkabel tetap kurang menarik dibandingkan layanan GSM karena mobilitasnya yang terbatas dan harga ponselnya yang relatif tinggi, Perseroan mengantisipasi bahwa layanan ini akan semakin populer karena tarifnya yang cukup menarik.

Perseroan tidak dapat menjamin bahwa perkembangan tersebut diatas akan terjadi, dan bahwa Perseroan akan diuntungkan oleh perkembangan tersebut atau tidak akan ada perkembangan lain yang memberi dampak buruk terhadap industri telekomunikasi di Indonesia atau kegiatan Perseroan.

Dalam dokumen PT EXCELCOMINDO PRATAMA Tbk. (Halaman 94-97)