• Tidak ada hasil yang ditemukan

Infeksi virus

Dalam dokumen Buku PKB IDAI Jaya X (Halaman 65-70)

Berdasarkan catatan statistik KSDAI, infeksi kulit tersering adalah moluskum kontagiosum dan varisela. Infeksi virus sistemik dengan manifestasi di kulit, misalnya morbili, hand and foot and mouth disease, scarlet fever, German measles (rubella), eritema subitum, eritema infeksiosum, fourth diseasesdan sindrom Gianotti Crosti tidak dibahas. Pada kesempatan ini hanya dibahas infeksi virus di kulit pada anak, yaitu varisela.

Varisela

Varisela merupakan infeksi primer varicella-zoster virus, umumnya amat menular, banyak mengenai anak usia<14 tahun. Pada anak dengan imunokompeten jarang terjadi komplikasi. Sedangkan pada pasien imunokompromais manifestasi dapat lebih berat, lebih progresif, dapat disertai purpura atau lesi hemoragik, besar-besar dan dalam. Pasien dapat mengalami komplikasi berupa pneumonia, hepatitis, dan ensefalitis sehingga perlu dirawat.

y Subyektif

Lesi kulit dapat didahului gejala prodromal, demam, letih-lesu, tidak ceria, nyeri tenggorokan, batuk-batuk, napsu makan berkurang, dan sakit kepala. Gejala prodromalbiasanya berlangsung 2-3 hari.Masa prodromal diikuti dengan lesi kulit berupa lenting berair di wajah atau di badan.

y Objektif

Gambaran klinis di kulit pada anak dan dewasa sama. Lesi berupa papul eritematosa, diikuti vesikel atau pustul di atas dasar eritematosa, kemudian membesar membentuk delle, mengering menjadi krusta kehitaman. Vesikel pada varisela berdinding tebal sehingga tidak mudah pecah. Semua lesi muncul tidak serentak, awalnya di wajah, kepala, atau badan, secara bertahap menyebar ke seluruh tubuh, di ekstremitas lesi lebih jarang ditemukan. Mukosa mata, mulut, faring, laring sering terkena, vesikel cepat pecah dan membentuk ulkus dangkal (mirip seriawan) sehingga anak sulit makan dan menelan. Kelenjar getah bening dapat ditemukan membesar.

Bergantung pada stadium, varisela pada stadium awal atau vesikulasi mirip dengan hand-foot-and mouth disease, impetigo vesiko-bulosa, inkontinensia pigmenti, moluscum contagiosum, atau dermatitis herpetiformis Duhring. Pada stadium krustosa dapat menyerupai impetigo krustosa.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan dari dasar atap vesikel dapat ditemukan sel Tzank (sel akantolisis – sel raksasa berinti banyak), namun tidak patognomonik. Pemeriksaan kultur tidak dilakukan secara rutin.

Tatalaksana

Pemberian medikamentosa pada kondisi imunokompeten

Neonatus : Asiklovir 500 mg/m2 IV/ 8 jam, dapat diberikan sampai 10 hari

Anak : Simtomatik atau asiklovir 4x20 mg/kgBB/hari, per oral, 5-7 hari Pubertas : Asiklovir: 5x800 mg/hari, atau Valasiklovir: 3x1 g/hari, atau

Famsiklovir: 3x500 mg/haridiberikan selama 7 hari Pemberian medikamentosa padakondisi imunokompromais Neonatus : Asiklovir 500 mg/m2 IV/ 8 jam, selama 10 hari

Anak : Ringan:Asiklovir: 5x800 mg/hari, selama 7 hari

Berat : Asiklovir 500 mg/m2; atau 10 mg/kgBB/8 jam, IV, selama 7-10 hari

Pubertas : Berat: Asiklovir: 500 mg/m2;atau 10 mg/kgBB/8 jam, IV, selama

>10hari, atau Valasiklovir: 3x1 g/hari, atau famsiklovir: 3x500 mg/hari, selama selama >10 hari

Bila resisten terhadap asiklovir dianjurkan foscarnet 40 mg/IV./8 jam, sampai sembuh.

Selain antivirus dapat diberikan terapi simtomatik berupa antipiretik- analgetik (tidak boleh golongan asam salisilat/aspirin karena dapat menimbulkan sindrom Reye). Antihistamin golongan sedatif, misalnya hidroksisin dan difenhidramin dapat diberikan guna mengurangi rasa gatal.

Pengobatan topikal:

Secara umum pada fase vesikular diberikan bedak talk, guna mengurangi rasa gatal dapat ditambahkan mentol 0.25%. Asiklovir topikal tidak bermanfaat pada pengobatan varisela.Bila terjadi ulkus dangkal atau infeksi sekunder dapat diberikan krim/salap antibiotik.

Edukasi

Anak perlu mendapat istirahat tidak bersekolah selama 1 minggu karena minggu pertama merupakan fase infeksius. Anak tidak dirawat di rumah sakit karena dapat menimbulkan infeksi nosocomial, kecuali pada kondisi berat, misalnya imunokompromais yang berat, pneumonitis, ensefalitis, atau hemoragik. Anak dengan kondisi tersebut dirawat di ruang isolasi.

Tidak ada pencegahan bagi orang yang serumah dengan pasien. Bila ada yang sakit (demam) dengan lesi lenting di kulit, walaupun baru satu atau dua buah, harus segera ke diobati.

Pasien boleh mandi bila sudah tidak demam. Terapi topikal hanya dengan bedak- talk, ditaburkan di permukaan kulit.Vesikel tidak boleh dipecahkan sampai mengering dan terlepas sendiri.

Penutup

Infeksi kulit pada bayi dan balita yang banyak ditemukan berkaitan dengan kemudahan invasi agen penyebab, barier kulit, sistem imun innate dan adaptif di kulit, higiene kulit, serta berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Tata laksana terapi dilakukan untuk mengeradikasi agen penyebab dan memutus rantai penularan dengan memberi edukasi kepada orangtua cara merawat kulit, mencegah penularan, dan cara memakai obattopikal maupundengan patuh sesuai anjuran dokter. Upaya mencegah penularan yang paling sederhana tetapi sangat efektif adalah dengan menjaga kebersihan tangan, mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan larutan antiseptik.

Daftar pustaka

1. Craft N. General consideration of bacterial diseases. Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, penyunting. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 8th. New York: McGrill Medical Company; 2012.p. 2121-8. 2. Laporan morbiditas: Divisi Kulit Anak Dept IK Kulit dan Kelamin, RSCM 2005-

2007, 2008-2009. (Tidak dipublikasikan)

3. Boediardja SA. Epidemiologi penyakit infeksi serta peran sawar kulit pada infeksi mikroorganisme pada kulit bayi dan anak. Infeksi kulit pada bayi dan anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001.h. 1-15.

4. Paller A, Mancini AJ. Hurwitz. Clinical pediatric dermatology. A Textbook of skin disorders of childhood and adolescence. 4thed. Chicago: Elsevier. 2011.h. 321-410 5. Templer SJ, Brito MO. Bacterial and soft tissue infections: Clinical Review. Hospital

Physician March/April 2009. www.turner-white.com

6. Stevens DL, Bisno AL, Chambers HF, Everett ED, Dellinger P, Goldstein EJC, Gorbach SL, Hirschmann JV, Kaplan EL, Montoya JG, Wade JC. Practice guidelines for the diagnosis and management of skin and soft – tissue infections. CID. 2005;41:1373-405.

7. Alsterholm M, Flystorm I, Berfbrant IM, Faergemann J. Fusidic acid-resistant Staphylococus aureus in impetigo contagiosa and secondary infected atopic dermatitis. Acta Derm Venereol. 2010;90:52-7.

8. Boediardja SA. Aspek imunologi pada infeksi bakteri kulit pada anak. Simposium iktiosis, Infeksi bakteri dan virus. Pertemuan Ilmiah Nasional Kelompok Studi Dermatologi Anak, Makasar 6-7 November 2010.

9. Loho T, Dalima AW Astrawinata. Pola bakteri dan kepekaan terhadap antibiotika di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Jakarta, 2009

10. Mallory SB, Bree A, Chern P. Illustrated manual of pediatric dermatology, Diagnosis dan management. London and New York. Taylor & Francis; 2005:95-118:119- 48:149-62:163-65.

11. Craft N. Superficial subcutaneus Infections and pyodermas. Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. 8th. New York: McGrill Medical Company; 2012.p. 2128-47. 12. Saavedra A, Weinberg AN, Swartz MN, Johnson. Soft tissue infections: erysipelas,

cellulitis, gangrenous C, and Myonecrosis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, penyunting. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th. New York: McGrill Medical Company; 2008.p.1720-31.

13. DiNubile MJ, Lipsky BA. Complicated infections of skin and skin structures: when the infections is more than skin deep. J Antimicrob Chemother. 2004;53 (Suppl 2):ii37-50.

14. Travers JB, Mousdicas N. Gram-positive infections asociated with toxin production. Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, penyuntring. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 8th. New York: McGrill Medical Company; 2012.p. 2148-59.

15. Janik MP, Heffernan MP. Yeast infections: Candidiasisi and tinea (Pityriasis) versicolor, and Malassezia (pityrisporum) follikulitis. Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, penyunting. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 8th. New York: McGrill Medical Company; 2012.p. 2298-11

16. Center for Disease Control and Prevention: Scabies Frequently asked Questions (FAQs). Available at www.cdc.gov/parasites/scabies/gen_info/faqs.html

17. McCarthy JS, Kemp DJ, Walton SF, Currie BJ. Scabies is more than just an irritation. (a review). Postgrad Med J. 2004;80:382-7. from htpp://www.postgradmedj. com Updated information and services can be foud at www.pmj.bmj.com/ html content/80/945/382. full. Diakses 26 Juli 2012.

18. Scabies management. Canadian Pediatric Society Statement II, 2001-01. Pediatr Child Health. 2001:6:773-7.

19. Schamder KE, Oxman MN,. Varisela and herpes zoster. Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, penyunting. Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. 8th. New York: McGrill Medical Company; 2012.p.2383-401.

20. Zerboni L, Arvin AM. The pathogenesis of varicella-zoster virus neurotropism and infection. Dalam: Reiss CS. Neurotropic viral infection. Cambridge: Cambride University Pres; 2008.h.225-50.

Bobby S Dharmawan Tujuan:

1. Memahami cara pengukuran tekanan darah pada bayi dan anak 2. Memahami etiologi hipertensi

3. Memahami tata laksana hipertensi

Angka kejadian hipertensi pada anak belum diketahui secara pasti. Salah satu laporan menunjukkan bahwa prevalens hipertensi pada anak adalah 1-3%.1

Akhir-akhir ini dilaporkan bahwa prevalens hipertensi pada anak, khususnya pada usia sekolah mengalami peningkatan. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan prevalens obesitas pada kelompok usia tersebut.1,2 Beberapa

penelitian membuktikan bahwa hipertensi pada orang dewasa sudah dimulai sejak masa anak. Hipertensi merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner pada orang dewasa, dan hipertensi pada anak memberikan kontribusi terhadap terjadinya penyakit jantung koroner sejak dini.2 Sampai saat ini masih

banyak anggapan bahwa hipertensi merupakan penyakit yang hanya terjadi pada orangtua atau dewasa, oleh sebab itu perhatian serta pengetahuan tentang masalah hipertensi pada anak harus ditingkatkan agar upaya deteksi dini hingga pencegahan komplikasi hipertensi pada anak dapat dilakukan secara tepat.

Dalam dokumen Buku PKB IDAI Jaya X (Halaman 65-70)