• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa

3 BAB III INFLASI DAERAH

3.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa

3.2.1 Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa

Subkelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi tahunan tertinggi dari seluruh subkelompok barang dan jasa pada triwulan II 2016. Secara tahunan, subkelompok pendidikan, rekreasi dan

olahraga tercatat mengalami inflasi sebesar 7,25% (yoy), meskipun sedikit menurun dibandingkan triwulan I 2016 yang mencapai 7,65% (yoy). Tingginya inflasi subkelompok tersebut disumbang oleh peningkatan biaya pendaftaran pendidikan untuk tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Meskipun subkelompok tersebut memiliki laju inflasi tertinggi, andil terhadap inflasi secara keseluruhan tidak terlalu besar yaitu hanya sebesar 0,54% (yoy).

Subkelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tercatat mengalami inflasi sebesar 5,23% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan I 2016 yang tercatat sebesar 4,19% (yoy). Masih berlanjutnya kenaikan tarif

cukai rokok menjadi penyebab tingginya inflasi pada subkelompok tersebut. Kenaikan tarif cukai rokok berimbas pada kenaikan harga seluruh jenis rokok yaitu rokok kretek, rokok kretek filter dan rokok putih yang masing-masing

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sumatera Barat

dan Nasional

Tabel 2.1. Laju Inflasi Tertinggi Pada Tw I 2016

tercatat inflasi sebesar 10,47% (yoy); 11,95% (yoy); dan 12,15% (yoy). Subkelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memiliki andil inflasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,96% (yoy).

Subkelompok kesehatan mencatat inflasi 4,26% (yoy), sedikit menurun dibandingkan triwulan I 2016 yang mencapai 4,39% (yoy). Peningkatan

pada subkelompok ini disumbang oleh subsubkelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang mengalami peningkatan harga sebesar 7,92% (yoy) seiring dengan moderatnya daya beli masyarakat. Secara keseluruhan, subkelompok kesehatan memiliki andil inflasi yang relatif kecil yaitu sebesar 0,17% (yoy).

Subkelompok bahan makanan mencatat inflasi sebesar 4,25% (yoy), menurun signifikan dibandingkan dengan triwulan I 2016 yang mencapai 15,15% (yoy). Terjaganya pasokan bahan pangan strategis sebagai dampak pasca

panen di sejumlah sentra produksi menjadi faktor penyebab turunnya laju inflasi pada kelompok ini. Melimpahnya pasokan cabai merah sebagai dampak panen raya di beberapa sentra produksi baik di Jawa maupun lokal mampu menekan harga cabai merah di Sumatera Barat. Hal ini tercermin dari hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) KPwBI Provinsi Sumatera Barat yang memantau harga cabai merah Jawa dan lokal pada akhir triwulan II 2016 turun menjadi Rp29.859,00 dan Rp29.291,00 dibandingkan triwulan I 2016 yang mencapai Rp47.150,00 dan Rp55.838,00. Selain itu, upaya Pemerintah Daerah melalui koordinasi dengan BULOG yakni dengan terus melakukan Operasi Pasar telah berhasil menstabilkan pasokan beras di Sumatera Barat. Kestabilan tersebut tercermin dari hasil SPH terhadap harga komoditas beras pada triwulan II 2016 turun menjadi Rp12.229,- dibandingkan dengan triwulan I 2016 yang mencapai Rp13.506,00. Berdasarkan prognosa Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat, komoditas beras dan cabai merah pada triwulan II 2016 masing-masing mengalami surplus sebesar 75.826 ton dan 2.728 ton. Penurunan lebih jauh laju inflasi subkelompok bahan makanan tertahan, seiringpeningkatan harga pada komoditas bawang merah, kacang panjang, pisang, bawang putih, dan kentang yang masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,35% (yoy); 0,19% (yoy); 0,15% (yoy); 0,13% (yoy); dan 0,13% (yoy). Subkelompok bahan makanan memiliki andil inflasi paling tinggi diantara seluruh subkelompok yaitu sebesar 1,11% (yoy).

Subkelompok sandang mengalami inflasi sebesar 2,04% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I 2016 yang hanya sebesar 1,87% (yoy).

Peningkatan harga pada subkelompok ini disumbang oleh tingginya permintaan masyarakat terhadap kebutuhan pakaian baru menjelang perayan Idul Fitri dan tahun ajaran baru serta tren harga emas global yang semakin meningkat turut mendorong permintaan emas domestik. Secara keseluruhan, subkelompok sandang memiliki andil inflasi sebesar 0,13% (yoy).

Subkelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mencatat inflasi sebesar 1,79% (yoy), menurun dibandingkan triwulan I 2016 yang mencapai 2,68% (yoy). Peningkatan harga pada subkelompok ini disumbang

oleh peningkatan harga kontrak rumah dan tukang bukan mandor yang masing-masing memiliki andil inflasi 0,21% (yoy) dan 0,22% (yoy). Secara keseluruhan, subkelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memiliki andil inflasi 0,36% (yoy).

Subkelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mencatat deflasi sebesar 0,05% (yoy), menurun tajam setelah pada triwulan I 2016 mengalami inflasi 3,43% (yoy). Penyumbang utama deflasi subkelompok ini

berasal dari penurunan harga bensin dan solar yang ditetapkan pada tanggal 1 April 2016 dan diikuti dengan penurunan kembali harga bensin pada tanggal 15 Mei 2016. Pada akhir triwulan II 2016, bensin dan solar memberikan andil deflasi masing-masing sebesar 0,50% (yoy) dan 0,02% (yoy). Namun, penurunan lebih lanjut indeks harga pada subkelompok ini tertahan oleh peningkatan harga tiket angkutan udara sebagai dampak tingginya permintaan menjelang hari raya Idul Fitri. Tiket angkutan udara memberi andil inflasi sebesar 0,44% (yoy). Secara keseluruhan, subkelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan memberi andil deflasi 0,01% (yoy) selama triwulan II 2016 (Tabel 2.2).

Tabel 2.2. Laju Inflasi Tertinggi Pada Tw I 2016

Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil

UMUM/TOTAL 8.63 8.63 6.16 6.16 6.00 6.00 11.58 11.58 6.28 6.28 8.17 8.17 6.25 6.25 1.08 1.08 6.62 6.62 3.23 3.23

Bahan Makanan 11.31 2.91 3.03 0.76 10.86 2.87 20.98 5.88 3.73 0.94 11.10 2.88 4.18 1.08 -4.67 -1.23 15.15 4.11 4.25 1.11 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 7.31 1.34 7.35 1.36 4.06 0.74 3.64 0.62 5.77 1.06 5.75 1.04 5.51 0.99 5.70 1.02 4.19 0.75 5.23 0.96 Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 4.70 0.93 5.09 1.02 6.35 1.27 10.80 2.11 10.94 2.26 9.87 2.01 8.04 1.63 4.30 0.87 2.68 0.53 1.79 0.36

Sandang 6.91 0.47 6.97 0.47 1.65 0.11 -0.37 -0.02 1.06 0.07 2.47 0.16 2.38 0.15 2.78 0.17 1.87 0.11 2.04 0.13

Kesehatan 4.03 0.15 4.15 0.16 4.77 0.18 8.24 0.31 11.80 0.47 11.62 0.46 11.16 0.44 7.26 0.29 4.39 0.17 4.26 0.17 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 1.47 0.10 2.47 0.18 5.66 0.41 7.38 0.51 8.17 0.59 7.81 0.56 10.59 0.80 8.95 0.66 7.65 0.56 7.25 0.54 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 15.78 2.90 12.60 2.33 2.90 0.52 13.88 2.59 5.45 0.99 6.24 1.13 6.66 1.19 -2.57 -0.46 3.43 0.61 -0.05 -0.01

2014 I II Kelompok / Subkelompok 2015 I II 2016 IV I III II III IV

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

3.2.2 Inflasi Triwulanan Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa

Melimpahnya pasokan bahan makanan di Sumatera Barat menjadi penyumbang utama deflasi triwulanan pada periode triwulan II 2016.

Setelah mengalami inflasi pada triwulan I 2016 sebesar 1,40% (qtq), pergerakan indeks harga barang dan jasa di Sumatera Barat tercatat deflasi pada triwulan II 2016 sebesar 1,19% (qtq). Penurunan indeks harga ini disumbang oleh 3 (tiga) subkelompok yang tercatat mengalami deflasi antara lain subkelompok bahan makanan, subkelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, dan subkelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar yang masing-masing tercatat deflasi sebesar 4,68% (qtq); 1,73% (qtq); 0,18% (qtq). Laju deflasi subkelompok ini sedikit tertahan dengan peningkatan harga pada subkelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau, subkelompok sandang, subkelompok kesehatan dan subkelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga yang masing-masing tercatat sebesar 1,82% (qtq); 0,97% (qtq); 0,93% (qtq); dan 0,005% (qtq).

Tabel 2.3. Laju Inflasi Tertinggi Pada Tw II 2016

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Dokumen terkait