• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : ANALISIS DATA

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4. Jabatan Fungsional

5.2 Hasil Temuan

5.2.1 Informan Kunci

Nama : Zailun, SH, M.AP

Usia : 55 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Jabatan : Kepala Bidang Pelayanan Sosial

Agama : Islam

Suku : Jawa

Peneliti melakukan wawancara dengan bapak Zailun menanyakan bagaimana proses pelaksanaan program pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Medan. Sebagaimana telah diatur dalam program, bahwa bentuk pembinaan yang dilakukan untuk menanggulangi keberadaan anak jalanan terdiri atas empat bentuk pembinaan. Keempat bentuk pembinaan tersebut yaitu, (1) Program Penertiban, (2)Program Pembinaan Lanjutan, (3)Program Pelatihan/Keterampilan dan (4) Program Pemberdayaan. Berbicara masalah penanganan jumlah anak jalanan di Kota Medan, Dinas Sosial telah mencanangkan program pembinaan anak jalanan, namun dalam menjalankan

77

program tersebut jelas ada langkah-langkah yang harus dan wajib di lakukan oleh Pemerintah melalaui Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Pelayanan Sosial ketika menanyakan program pembinaan anak jalanan : “selama ini yang kami lakukan sudah mengacu kepada peraturan dari pusat yaitu Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, dimana langkah atau bentuk pembinaan yang langsung kami lakukan itu ada empat, yaitu program penertiban, penyuluhan, program pelatihan/keterampilan dan program pemberdayaan”

Berdasarkan hasil wawancara dan melalui pernyataan langsung tersebut maka dapat dikatakan bahwa sejauh ini Dinas Sosial telah berupaya untuk menangani permasalahan anak jalanan di kota Medan dengan melakukan keempat program atau langkah pembinaan tersebut.Peneliti Kemudian menayakan secara terperinci mengenai program pembinaan anak jalanan, bagaimana implementasinya, apa sajakah kegiatan yang dilakukan, apa saja indikator dan bagaimana proses yang dilakukan demi terealisasinya setiap langkah pada program tersebut.

Program pertama yang dilakukan yaitu Penertiban. Peneliti melakukan wawancara tentang program pertama dan demikian penuturan dari Bapak Zailun : “pada penertiban, kegiatan ini dilakukan bermitra dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) ketika melakukan penertiban dengan melakukan patroli atau razia penangkapan terhadap para anak yang ditemui sedang melakukan aktivitasnya dijalanan. Kegiatan yang dilakukan pada program ini adalah pengadaan posko. Pembentukan posko dalam hal ini dilakukan dengan cara melakukan posko yang berbasis di jalanan (in the street) dan tempat umum pada

78

titik-titik rawan dimana anak jalanan sering melakukan aktivitasnya. Misalnya tempat posko yang dibuat untuk daerah Medan Ampas/Terminal Amplas berada di Jln. Sisingamangaraja, untuk daerah pringgan berada di Jln. Iskandar Muda, daerah Medan Johor berada di Jln. A.H Nasution dekat pos polisi. Pengadaan posko ini berfungsi sebagai bentuk pembinaan awal kepada anak jalanan dengan melakukan pendataan dan pengarahan awal dari pihak Dinas Sosial. Jadi anak yang di dapat dari jalan di bawa ke posko dan dilakukan pendataan. Pada kegiatan pendataan ini dapat diketahui data yang berisikan tentang nama, alamat, daftar keluarga, kondisi tempat tinggal, latar belakang kehidupan sosial-ekonomi, asal daerah, pekerjaan, status keluarga, dan permasalahan pokok yang di hadapai. Kemudian informasi yang di dapat, dikonfirmasi kepada keluarga si anak guna mengetahui apabila terdapat data yang tidak sinkron. Data-data ini merupakan data awal yang dijadikan sebagai acuan dalam melakukan pembinaan pada tingkat selanjutnya. Setelah diketahui data tentang si anak, lalu mereka dibawa dan dibina selama 1 minggu atau 7 hari di Panti Asuhan Pungi yang berada di Binjai yang telah di sediakan oleh Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara. Setelah itu mereka di kembalikan lagi ke orang tua dan yang tidak memiliki orang tua mereka menetap di panti asuhan.”

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa langkah awal untuk membina anak jalanan pada program penertiban ini adalah dengan pengadaan posko yang berfungsi sebagai bentuk pembinaan awal melalui pendataan dan pengarahan awal dari pihak dinas sosial yang bekerja sama dengan Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja). Penertiban yang merupakan pembinaan pencegahan sendiri merupakan bentuk awal dari suatu pembinaan yang dilakukan Dinas Sosial yang

79

bertujuan mencegah berkembangnya dan meluasnya jumlah penyebaran dan kompleksitas permasalahan penyebab adanya anak jalanan. Pembinaan pencegahan sendiri dilakukan dalam beberapa bentuk kegiatan, yakni pembuatan posko yang bertujuan untuk mengetahui sebab kenapa mereka (anak jalanan, gelandagan, pengemis, dan pengamen) ada dijalanan.

Berdasarkan data di atas dapat ditelusuri bahwa penertiban dilakukan pertama adalah pembuatan posko, selanjutnya melalui posko tersebuat dilakukan kegiatan pendataan langsung oleh Dinas Sosial Kota Medan yang bekerjasama dengan lembaga-lembaga sosial, Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja) dan pada kegiatan pendataan tersebut dapat diketahui data yang berisikan tentang nama, alamat, daftar keluarga, kondisi tempat tinggal, latar belakang kehidupan sosial-ekonomi, asal daerah, pekerjaan, status keluarga, dan permsalahan pokok yang di hadapai. Data-data ini merupakan data awal yang dijadikan sebagai acuan dalam melakukan pembinaan pada tingkat selanjutnya yang bertujuan untuk mengetahui secara garis besar jumlah anak jalanan di setiap kecamatan sebagai sasaran untuk melakukan kegiatan selanjutnya.

Setelah dilakukan patroli lantas masih ada yang tertangkap sedang melakukan aktivitasnya, maka akan dijaring atau ditangkap untuk selanjutnya di arahkan ke Panti Rehabilitasi Sosial yakni Panti Asuhan Pungi. Ditempat tersebut akan ditampung secara sementara selama kurang tujuh hari/satu minggu untuk dilakukan pembinaan. Pembinaan yang dilakukan selama dalam masa penampungan sementara terdiri atas bimbingan sosial, bimbingan mental spiritual, bimbingan hukum, serta permainan adaptasi sosial atau outbond. Selama dalam kegiatan pembinaan tersebut maka dilakukan pula pendekatan awal kepada anak

80

jalanan, gelandagan, pengemis, dan pengamen dengan cara mengindetifikasi dan menyeleksi apa saja yang menjadi masalah pokok sehingga yang terjaring razia ini masih saja melakukan aktivitasnya di jalanan. Melalui identifikasi dan seleksi tersebut, dapat diketahui permasalahan utama yang di hadapi anak-anak jalanan ini. Setelah diketahui masalahnya maka pihak dinas sosial yang bekerja sama dengan instansi terkait dapat mengungkapkan dan memahami masalah serta apa yang perlu dilakukan guna mengatasi masalah-masalah tersebut.

Program kedua yaitu, Program Pembinaan Lanjutan. Program pembinaan ini merupakan lanjutan dari program pembinaan awal yang telah dilakukan. Program ini dilakukan dengan memberikan bimbingan kepada anak yang menitikberatkan ke peminimalisiran jumlah anak-anak jalanan, gelandangan, pengemis, dan pengamen yang melakukan aktifitasnya di tempat-tempat umum. Pembinaan lanjutan ini juga lebih mengarah kepada keberlangsungan hidup mereka. Peneliti melakukan wawancara tentang program kedua dengan menanyakan bagaimana pelaksanaan program dan kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan guna terealisasinya program pembinaan anak jalanan dan demikian penuturan dari Bapak Zailun :

“Untuk menindak lanjuti pembinaan awal, kami kemudian memberikan program pembinaan lanjutan. Program pembinaan lanjutan ini dilakukan di tempat para anak jalanan dibina yakni di Panti Asuhan Pungi. Kegiatan yang dilakukan pada program ini adalah memberikan berbagai bimbingan dan materi pembelajaran kepada para anak. Hal ini dilakukan langsung oleh Dinas Sosial yang bekerja sama dengan Panti Pungi selama dalam proses pemberian pembinaan. Bimbingan yang diberikan pada program ini yang pertama berupa bimbingan

81

mental spriritual/rohani seperti memberikan bimbingan secara keagamaan. Yang kedua, bimbingan fisik yaitu memberikan kegiatan pada bidang olahraga, seni dan melakukan pemeriksaan kesehatan. Ketiga yakni bimbingan sosial, dan yang keempat yaitu bimbingan motivasi”.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada Bapak Zailun, peneliti mengetahui bahwa pelaksanaan program pembinaan lanjutan pada program ini yakni dilakukan dengan pemberian bimbingan kepada para anak jalanan. Dinas Sosial Kota Medan yang bekerja sama panti asuhan dalam kegiatan bimbingan kerja menggunakan secara sistematis tentang materi, waktu, metode pelaksanaannya, dan sasaranya. Lebih jelasnya peneliti akan menguraikan pelaksanaan bimbingan diantaranya :

a. Bimbingan mental dan spiritual/rohani

Pembinaan bimibingan mental dan spiritual yaitu, dengan melakukan pembentuakan sikap serta prilaku, baik itu bentuk perseorangan maupun bentuk perkelompok. Dimana pembentukan sikap dan prilaku tersebut diharapkan dapat memberikan efek positif kepada mereka yang terjaring ketika dikembalikan dalam lingkungan masyarakat. Dalam pemberian bimbingan mental spiritual ada hal-hal yang dilakukan didalamnya yaitu dengan memberikan bimbingan secara keagamaan, bimbingan terhadap budi pekerti serta bimbingan akan norma-norma dalam kehidupan. Sebagaimana telah terjaring sebelumnya, ada yang dikembalikan secara bersyarat untuk mengikuti pendidikan formal maupun non-formal, dan ada juga yang masih berada di dalam panti rehablitasi guna mengikuti pembinaan rehabilitasi melalui sistem yang ada di dalam panti rehabilitasi tersebut. Selain itu dalam rangka bimbingan kepribadian mental, peran moral

82

sangatlah menentukan kepribadian yang terjaring sebagai bentuk pengendalian dalam bertindak ketika menghadapi segala keinginan dan dorongan untuk berbuat,dan akan mengatur sikap dan tingkah laku secara moral.

b. Bimbingan Fisik

Pemberian bimbingan secara fisik dilakukan dalam memberikan kegiatan-kegiatan, seperti kegiatan yang meliputi olahraga, seni, serta melakukan pemeriksaan kesehatan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menjaga dan memulihkan kesehatan serta kebugaran fisik. Ketika pemeriksaan kesehatan dilakukan ternyata ada ditemukan yang mengalami gangguan kesehatan, maka akan dihentikan dalam proses pemberian pembinaan rehabilitasi di dalam panti. Pemberentian pembinaan rehabilitasi artinya hanya bersifat sementara karena yang kedapatan memiliki gangguan kesehatan terlebih dahulu di rujuk untuk mendapatkan pelayanan kesehatan atau jaminan kesehatan lalu melanjutkan pembinaan rehabilitasi dipanti sosial.

c. Bimbingan sosial

Bimbingan sosial yang diberikan yaitu bertujuan agar anak-anak tersebut termotivasi dan dapat menumbuh kembangkan akan kesadaran dan tanggungjawabanya sebagai anggota masyarakat disamping itu, pemberian bimbingan sosial dapat memecahkan permasalahan sosial yang dihadapi oleh anak-anak jalanan tersebut baik itu yang sifatnya perorangan maupun dalam bentuk kelompok. Kegiatan bimbingan sosial mengarah pada aspek kerukunan dan kebersamaan hidup bermasyarakat, sehingga dapat menimbulkan kesadaran dan tanggung jawab sosial baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan kerja. Ini dimasudkan untuk menummbuh kembangkan kesadaran dan tanggung

83

jawab sosial serta kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial/tatanan kehidupan masyarakat. Bimbingan sosial ini menumbuh kembangkan dan meningkatkan secara mantap kesadaran tanggung jawab sosial untuk berintegrasi dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat secara normatif. d. Bimbingan motivasi

Bimbingan ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan motivasi kepada anak untuk dapat berkarya dan memacu mereka untuk bisa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, ada keinginan untuk maju dan berhasil. Materi yang diberikan dalam hal pendidikan kemasyarakatan, pembinaan tanggung jawab dan kepercayaan diri sendiri. Teknik yang dilakukan adalah bimbingan perseorangan dan bimbingan kelompok.

Program ketiga yaitu Program Pelatihan/Keterampilan. Peneliti melakukan wawancara tentang program ketiga dengan menanyakan bagaimana pelaksanaan program dan kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan guna terealisasinya program pembinaan anak jalanan dan demikian penuturan dari Bapak Zailun “Pelatihan disini artinya memberikan mereka pembinaan dengan berbagai keterampilan misalnya pembuatan sablon, anyanan, menjahit/menyulam seperti bagi anak perempuan misalnya; keterampilan tata rias, mereka ada diajarkan praktek pemangkasan, teori dan praktek menyanggul modern. Mengajarkan bordir atau menjahit misalnya tentang teknik membordir taplak meja dan bentuk keterampilan lainnya.Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan bakat dan juga meningkatkannya serta memberikan dorongan motivasi kepada anak untuk dapat berkarya dan memacu mereka untuk bisa mandiri dan adanya keinginan untuk maju dan berhasil”.

84

Berdasarkan wawancara diatas, peneliti mengetahui bahwa dalam program pelatihan ini Dinas Sosial memberikan berbagai keterampilan kepada para anak jalanan yang di bina di panti asuhan. Pemberian pelatihan ketrampilan yang dilakukan didalam panti ini dilaksanakan atas kerja sama antara pihak panti dengan instansi-instansi yang terkait. Ketika sudah dianggap mampu dan terampil serta mampu menghasilkan uang dari hasil ketrampilan yang dimiliknya barulah dilakukan pelepasan. Dilepasnya artinya bukan dilepas begitu saja, melainkan kembali ke keluarganya atau lingkungan untuk mengembangkan ketrampilan yang dimilikinya dalam bentuk usaha. Sedangkan untuk kategori anak usia belum sekolah selanjutnya pembinaan rehabilitasi yang diberikan yaitu bimbingan pra sekolah.

Pemberian bimbingan pra sekolah disini dimaksudkan sebagai upaya untuk mempersiapkan dari awal sebelum memasuki dunia pendidikan yang lebih terarah, terbina, dan lebih formal. Selain itu, pemberian bimbingan pra sekolah juga sebagai bentuk pengenalan kondisi situasi sekolah serta memberikan pemahaman dan pengertian tentang mata pelajaran yang akan di dapatkan dalam dunia sekolah secara umum sesuai dengan strata sekolah. Barulah kemudian dimasukkan ke sekolah sesuai dengan kategori usia sekolah. Baik itu secara pendidikan formal maupun pendidikan non-formal buat yang putus sekolah.

Program keempat yakni Program Pemberdayaan yang dilakukan Dinas Sosial Kota Medan. Peneliti melakukan wawancara tentang program keempat dengan menanyakan bagaimana pelaksanaan program dan kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan guna terealisasinya program pembinaan anak jalanan. Berikut penuturan dari Bapak Zailun, “program pemberdayaan disini dimaksudkan

85

kepada keluarga. Keluarga yang dimaksud yaitu keluarga kandung, orang tua, saudara, kakek atau nenek dari si anak .Orang tua dipanggil ke kantor Dinas Sosial dan dilakukan pemberdayaan. Pemberdayaan keluarga merupakan suatu proses penguatan keluarga yang dilakukan secara terencana dan terarah melalui pemberian kegiatan bimbingankepada para orang tua atau keluarga anak jalanan. Mereka di berikan berbagai arahan agar tidak membiarkan dan menelantarkan anak mereka untuk terjun langsug ke jalanan”

Peneliti kemudian menanyakan kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan pada program ini dan Bapak Zailun pun memaparkan, “ada lima macam bentuk pemberdayaan terhadap keluarga yang dapat kita berikan. Dua diantaranya merupakan bentuk bimbingan dan selebihnya yaitu pembentukan kelompok untuk usaha ekonomis produktif bersama dalam hal kegiatan yang biasa dikerjakan sesuai dengan kondisi tempat tinggalnya, seperti usaha jahit-menjahit, usaha kios, usaha salon, lalu di berikan modal untuk mengembangkan usaha tersebut serta untuk mencukupi kebutuhan keluarganya”.

Berdasarkan wawancara diatas, peneliti mengetahui bahwa terdapat lima macam bentuk kegiatan dalam program pemberdayaan yakni berupa pelatihan dan ada pula berupa pembentukan usaha lalu pemberian modal dan mengembangkannya menjadi usaha untuk memenuhi kebutuhan masing-masing dari keluarga anak-anak jalanan tersebut. Pertama, yaitu dengan pemberian bimbingan kepada para orang tua atau keluarga anak jalanan. Mereka di berikan berbagai arahan agar tidak membiarkan dan menelantarkan anak mereka untuk terjun langsug ke jalanan.

86

Kedua yaitu melakukan kegiatan pelatihan keterampilan berbasis rumah tangga yaitu pelatihan yang dilakukan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan bakat dan minat serta lingkungan sosialnya. Pelatihan ini meliputi pelatihan jahit-menjahit, memasak, kerajinan rumah tangga, dan hal-hal umum yang biasa menjadi pekerjaan ibu rumah tangga lainnya. Ketiga, yaitu Pelatihan Kewirausahaan. Pelatihan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang prinsip-prinsip usaha kecil dan menengah yang disesuaikan dengan keterampilan yang mereka miliki berdasarkan kondisi lingkungan tempat mereka berdomisili, sehingga mereka mampu beradaptasi dan dapat termotivasi untuk melakukan aktivitas usahanya guna membantu mencukupi penghasilan keluarganya yang di butuhkan.

Keempat, yaitu pemberian bantuan modal usaha ekonomis peroduktif. Ini dilakukan bertujuan untuk memberikan bantuan stimulan berupa berupa barang atau dagangan atau modal usaha kecil sebagai modal dasar dalam rangka untuk membentuk, memotivasi serta untuk menciptakan kemandirian keluarga yang dilakukan secara perorangan. Dinas Sosial bekerja sama dengan instansi-instansi terkait memberi bantuan modal dan usaha bagi keluarga anak jalanan yang kurang mampu, seperti bahan makanan ataupun modal untuk menghidupi kebutuhan keluarganya. Kelima yaitu, Pembentukan Kelompok Usaha Bersama. Kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk mengembangkan usaha ekonomis produktif baik yang telah diberi modal maupun barang melalui pembinaan dengan cara membentuk kelompok keluarga yang memiliki jenis usaha yang sama antara lima sampai dengan sepuluh keluarga.

87

Peneliti kemudian melakukan wawancara dengan bapak Zailun menanyakan bagaimana sejarah lahirnya Program Pembinaan Anak Jalanan di Kota Medan. Bapak Kabid tersebut menerangkan kepada peneliti latar belakang terbentuknya program pembinaan anak jalanan yaitu merujuk kepada maraknya anak jalanan/ anak terlantar yang hingga saat ini masih saja melakukan aktivitas mereka dengan bekerja atau berkeliaran di jalanan dimana hal tersebut sangat mencemari keindahan suatu kota dan tuntutan profesi untuk bekerja bagi anak sangat bertolak belakang dengan hukum. Bapak Zailun menegaskan:

‘terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat 1 yang mengatakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar itu dipelihara oleh negara artinya Pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk di dalamnya anak jalanan. Jadi alasan utama program pembinaan ini terwujud karena kebijakan tersebut dan juga berdasarkan landasan hukum tentang perlindungan anak, hak-hak anak dan Undang-Undang lain yang mengatur tentang kesejahteraan untuk anak. Kemudian pemerintah melalui Dinas Sosial membuat program pembinaan untuk pengentasan masalah anak jalanan di Kota Medan ini.”

Berdasarkan penuturan dari Bapak Kepala Bidang tersebut, peneliti mengetahui bahwa latar belakang terbentuknya program pembinaan anak jalanan adalah berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat (1) yang menyatakan bahwa anak terlantar termasuk di dalamnya anak jalanan dipelihara oleh negara dan atas dasar kebijakan pemerintah yang terdapat pada Undang-Undang tentang Perlindungan Anak yakni UU No 23 tahun 2002 dan peraturan terbaru yang serupa dengan hal tersebut yaitu UU No 35 Tahun 2014 tentang

88

Perlindungan Anak serta UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak tentang dan hak-hak yang menjamin kesejahteraan mereka.

Negara Indonesia adalah salah satu negara yang meratifikasi Konvensi Hak-Hak Anak dan karena itu mempunyai komitmen menurut hukum nasional untuk menghormati, melindungi, mempromosikan dan memenuhi hak-hak anak di Indonesia. Konvensi hak-hak anak merupakan komitmen dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak agar dapat tumbuh secara wajar. Hak-hak asasi anak terlantar dan anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya. Tercantum dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convension on the Right of the Child (konvensi tentang hak-hak anak). Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan, lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan, kesehatan dasar dan kesejahteraan, pendidikan, rekreasi dan budaya dan perlindungan khusus.

Hak-hak anak adalah merupakan alat untuk melindungi anak dari kekerasan dan penyalahgunaan. Hak anak dapat menciptakan saling menghargai pada setiap manusia. Penghargaan terhadap hak anak hanya bisa dicapai apabila semua orang, termasuk anak-anak sendiri, mengakui bahwa setiap orang memiliki hak yang sama, dan kemudian menerapkannya dalam sikap dan perilaku yang menghormati, mengikutsertakan dan menerima orang lain. Tujuan Hak-hak anak adalah untuk memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan untuk mencapai potensi mereka secara penuh, serta memiliki akses terhadap pendidikan

89

dan perawatan kesehatan, tumbuh di lingkungan yang sesuai, mendapat informasi tentang hak-hak mereka dan berpartisipasi secara aktif di masyarakat.

Pernyataan Bapak Zailun mengatakan bahwa selain hak yang merupakan komitmen dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak agar dapat tumbuh secara wajar, pemerintah yang juga telah mengeluarkan Undang-Undang tentang Perlindungan Anak yaitu UU No 23 tahun 2002, peraturan terbaru yang serupa dengan hal tersebut yakni UU No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Berdasarkan landasan tersebut, anak terlantar atau anak jalanan wajib dipelihara oleh negara. Bapak Zailun menuturkan:“melihat berbagai kondisi yang dialami oleh anak jalanan, maka Pemerintah Daerah Kota Medan melalui Dinas Sosial mengadakan Program Pembinaan Anak Jalanan, dimana dengan program yang disusun akan tercipta realisasi untuk mengentaskan masalah anak jalanan”.

Peneliti kemudian menanyakan kepada Bapak Zailun, bagaimana sosialisasi yang dilakukan dalam pelaksanaan program pembinaan anak jalanan. Bapak Zailun mengatakan bahwa bentuk sosialisasi terbagi atas dua bentuk, yaitu secara langsung dan tidak langsung serta melakukan satu kegiatan yaitu kampanye. Sosialisai secara langsung sendiri dilakukan dalam bentuk ceramah yang dilakukan oleh Dinas Sosial dan instansi terkait dan dapat bekerja sama dengan kelompok, organisasi sosial (Orsos) melalui kegiatan interaktif dan ceramah yang dilakukan secara langsung, sedangkan sosialisasi secara tidak langsung sendiri dilakukan melalui media cetak maupun di media elektronik sebagai media perantara antara pemerintah kepada masyarakat.

90

Sosialisasi atas program pembinaan ini juga dilakukan dengan kampanye yang bertujuan untuk mengajak dan mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk ikut melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengendalian terhadap anak jalanan, gelandangan, pengemis dan pengamen. Kampanye dilakukan melalui kegiatan yang mengikutsertakan kelompok-kelompok masyarakat tertentu baik dalam pertunjukan, pertandingan, lomba, orasi, pemasangan rambu-rambu tentang larangan memberikan uang di jalanan.

Setelah menanyakan latar belakang terbentuknya program pembinaan dan bagaimana sosialisai yang dilakukan, peneliti kemudian menanyakan siapa

Dokumen terkait