• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : ANALISIS DATA

ANALISIS DATA

5.2.3 Informan Tambahan

116

Usia : 40 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Jawa

Ibu Nurul Hasanah adalah orang tua/Ibu kandung dari Bayu. Ibu Nurul merupakan informan tambahan yang diwawancarai oleh peneliti. Peneliti meminta data tempat tinggal Bayu dari Dinas Sosial Kota Medan dan setelah mendapatkan lokasinya yang berada di Jln. Garu VIII, Medan Amplas, peneliti berhasil menemui Ibu Nurul dan melakukan wawancara kepada Ibu tersebut. Saat itu, Ibu Nurul baru saja sampai di rumahnya yang cukup sederhana. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pekerjaan Ibu Nurul yaitu dengan berdagang menjual makanan dan minuman di Terminal Amplas, Medan. Peneliti mengucapkan salam dan memperkenalkan diri dan setelah itu mulai melakukan wawancara dengan Ibu Nurul.

Pertanyaan pertama yang diajukan peneliti kepada Ibu Nurul adalah seputar anaknya yang bernama Bayu yang bekerja di jalanan dengan membersihkan bis-bis besar di Terminal Amplas dan juga angkot-angkot serta dengan mengamen di persimpangan lampu merah Amplas. Peneliti menanyakan apakah Ibunya mengizinkan anaknya bekerja di jalanan dan apakah aktivitasnya tersebut tidak mengganggu pendidikannya di sekolah. Menyikapi pertanyaan dari peneliti, Ibu Nurul menjawab, “walaupun dia masih tergolong anak di bawah umur, saya gak melarangnya bekerja di jalan. Tidak apa-apa kok dia membersihkan bis-bis besar, angkot dan juga ngamen sama teman-temanya.

117

Asalkan dia tidak mencuri di luar sana. Bagi saya, pekerjaan itu halal saja kok dan juga bisa membantu biaya tambahan buat keluarga ini karena kadang dari uang yang dia dapat, dia kadang memberinya sama ibu untuk tambahan biaya sekolahnya. Yang jelas ibu selalu menasihati dia biar dia selalu hati-hati kalo di jalan raya sana. Kan banyak kendaraan berlalu lalang di jalan raya itu. Kalau untuk sekolah, sejauh ini pekerjaan nya tidak menggangu karena dia tidak punya permasalahan dalam sekolah dan dia pun bekerja seusai pulang sekolah”.

Berdasarkan penuturan dari Ibu Nurul peneliti mengetahui bahwa orang tua Bayu tidak melarang anaknya bekerja di jalanan namun cukup dengan memberinya nasihat agar hati-hati ketika berada di jalanan karena dekat dengan jalan raya dan menasihatinya agar tidak mencuri. Ibu Nurul mengizinkan anaknya bekerja di jalan karena ia mengganggap bahwa penghasilan yang di dapat anaknya dapat menambahi kebutuhan sehari-hari mereka seperti tamhahan biaya untuk sekolah anaknya. Melalui wawancara, peneliti juga mengetahui bahwa pekerjaan yang dilakukan Bayu di jalanan sejauh ini tidak mengganggu pendidikan sekolahnya karena ia melakukan rutinitas nya di jalanan seusai pulang sekolah.

Peneliti kemudian menayakan apakah ada dorongan dari orangtua yang menyuruhnya untuk bekerja di jalan dan apakah kegiatannya selama ini merugikan orang sekitar nya serta bagaiman tanggapan Ibu Nurul melihat anak yang bekerja di bawah umur. Ibu Nurul kemudian menjawab. “dia bekerja seperti itu bukan karena Ibu suruh. Mungkin karena keadaan ekonomi yang kurang mencukupi akhirnya ada niat dan kemauannya sendiri untuk bersih-bersihin bis dan juga ngamen. Kalau selama ini, aktivitasnya tidak ada menggangu orang lain. Gak pernah ada keributan yang dia buat dan tanggapan Ibu tentang anak

118

yang kerja di bawah umur ya selagi itu tidak membahayakan si anak dan si anak tidak melakukan keributan, bagi saya tidak apa-apa”.

Peneliti selanjutnya berbicara tentang program pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Medan. Berdasarkan informasi yang digali dari Ibu tersebut, Ibu Nurul mengatakan bahwa dia sudah tau bahwa pemerintah memang sudah melakukan program pembinaan untuk para anak jalanan namun Ibu tersebut hanya sebatas mengetahui saja. Peneliti kemudian menjelaskan kepada Ibu Nurul bahwa terdapat empat program pembinaan yang dilakukan pemerintah melalui Dinas Sosial untuk meminimalisir jumlah anak jalanan di Medan yakni program penertiban, penyuluhan,pelatihan keterampilan dan program pemberdayaan. Ketiga program pertama dilakukan untuk pembinaan terhadap anak jalanan namun pada program terakhir yaitu program pemberdayaan lebih ditujukan kepada keluarga si anak yaitu orang tua yang bersangkutan. Ibu Nurul berkata, “iya saya setuju dengan program pemerintah ini. Seharusnya pemerintah memang harus lebih memperhatikan masyarakatnya yang kurang sejahetra seperti kami dan bisa memberikan bantuan langsung pada kami”.

Peneliti kemudian menanyakan apakah benar bahwa Dinas Sosial telah melakukan beberapa program pembinaan untuk para anak jalanan termasuk anaknya yang pernah terdata oleh Dinas Sosial. Program pertama yaitu penertiban, Ibu Nurul berkata,”sebelum anak saya Bayu terjaring razia oleh Satpol PP dan Dinas Sosial, anak pertama saya yaitu abang nya pada tahun lalu juga pernah ditangkap sama patroli ketika berada di jalanan. Yang saya tau dari anak saya, pada penertiban ini, mereka awalnya di data lalu ada pendekatan

119

awal tentang bagaimana latar belakang keluarga dan kemudian mereka di bawa ke panti.”

Peneliti kemudian menanyakan apakah benar bahwa Dinas Sosial telah melakukan program yang kedua yaitu pembinaan lanjutan pada anaknya yang pernah terdata menerima program pembinaan dari Dinas Sosial. Ibu tersebut menjawab, ”ya benar. Setelah mereka berada di panti, mereka melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan yang mereka lakukan disana berupa berbagai bimbingan berupa bimbingan mental, bimbingan sosial, motivasi dan ada materi yang disampaikan kepada mereka. Peneliti kemudian menanyakan bagaimana realisasi pelaksanaaan program ketiga yaitu pelatihan keterampilan yang diberi Dinas Sosial pada anaknya. Ibu Nurul menuturkan, ”yang saya tau dari anak saya ketika mereka di bina di panti, pada pelatihan keterampilan ini mereka diajarkan berbagai kegiatan yaitu keterampilan dalam pembuatan kerajinan tangan. Itu diajarkan pada mereka supaya mereka bisa berkarya kedepannya. Mereka diajarkan pembuatan sablon, anyanan, tekhnik dan cara memangkas dan untuk anak perempuan diajarkan tata rias, menjahit/membordir kain, taplak meja dan kerudung”.

Peneliti selanjutnya menanyakan mengenai program keempat yaitu program pemberdayaan dimana program ini dituju kepada orangtua para anak jalanan yang bersangkutan. Peneliti menanyakan apakah memang benar bahwa Dinas Sosial telah melakukan pemberdayaan kepadanya selaku Ibu dari Bayu yang terdata sebagai program pembinaan anak jalanan. Ibu Nurul menjawab, “ya, Dinas Sosial memang melakukan pemberdayaan sama orang tua anak jalanan. Waktu anak saya dirazia di simpang amplas yang sedang mengamen, dan

120

kemudian orang tua dipanggil ke Dinas Sosial Kota Medan, disitulah saya ikut dibina, waktu itu saya diberikan nasihat, bimbingan rohani, dan mental dari para pegawai. Kemudian saya dikasih peralatan masak kayak wajan, lalu steeling dan kompor. Mereka mengatakan bahwa itu merupakan pemberian bantuan modal untuk para orang tua”.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, peneliti mengetahui bahwa benar Dinas Sosial telah melakukan program pemberdayaan kepada orang tua anak jalanan. Ibu Nurul selaku orang tua dari Bayu yang merupakan anak jalanan binaan Dinas Sosial, mengaku bahwa ketika anaknya terkena razia dan berhasil ditangkap oleh Dinas Sosial yang bekerja sama dengan Satpol PP, setelah anak nya di data maka Ibu Nurul dipanggil oleh Dinas Sosial dan dilakukan pembinaan terhadapnya. Dinas Sosial juga melakukan beberapa kegiatan seperti bimbingan, pemberian nasihat dan pemberian modal bantuan kepada orang tua anak jalanan. Mereka diberikan bantuan berupa peralatan masak seperti wajan dan kompor.

Nama : Ibu R.Purwanti, SE

Usia : 48 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Jabatan : Koordinator bagian Bidang Sosial, Panti Asuhan

Agama : Islam

121

Informan tambahan selanjutnya yang diwawancarai oleh peneliti adalah Ibu Purwanti selaku Kordinator Bidang Sosial, UPT Pelayanan Sosial Gelandagan dan Pengemis di Panti Asuhan Pungi, Binjai dimana Panti Asuhan ini bermitra langsung dengan Dinas Sosial Kota Medan. Peneliti pada saat melakukan wawancara dengan informan utama meminta izin kepada Ibu Purwanti dan setelah itu peneliti mewawancarai informan utama yaitu Adi, Ikhwan dan Bayu. Selanjutnya peneliti menjumpai Ibu Purwanti yang saat itu baru selesai makan siang dan sedang duduk-duduk di depan salah satu ruangan. Peneliti mengucapkan salam dan memperkenalkan diri dan setelah itu mulai melakukan wawancara dengan Ibu Purwanti.

Peneliti menjadikan Koordinator Bidang Sosial Panti sebagai informan tambahan adalah untuk mengetahui bagaimana realisasi pelaksanaan program pembinaan yang dilakukan sebab lembaga ini merupakan tempat anak jalanan dilakukan pembinaan. Pertanyaan pertama yang peneliti tanyakan kepada Ibu Purwanti adalah seputar hubungan Dinas Sosial dengan Panti Pungi. Ibu Purwanti mengatakan, “Dinas Sosial Kota Medan sudah lama bekerja sama dengan Panti Pungi. Anak jalanan yang berhasil ditangkap di bina di panti ini. Dinas Sosial membentuk empat program pembinaan untuk para anak jalanan dan dalam pembinaan, instansi tersebut bekerja sama dengan panti”.

Peneliti kemudian menanyakan bagaimana pelaksanaan keempat program pembinaan untuk anak jalanan yang dilakukan Dinas Sosial dimana program tersebut dilakukan secara mitra dengan Panti Pungi. Ibu Purwanti menjelaskan, “Untuk meminimalisir jumlah anak jalanan pemerintah melalui Dinas Sosial Kota Medan melakukan program pembinaan untuk anak jalanan. Yang Ibu ketahui ada

122

empat program yang dibentuk. Kalau pada program pertama yaitu penertiban, itu dilakukan langsung oleh Dinas Sosial dimana para anak jalanan dirazia. Lalu mereka di bawa ke panti ini untuk dibina. Program kedua dan ketiga yaitu pembinaan lanjutan dan pelatihan keterampilan karena program tersebut dilakukan di panti ini, Ibu mengetahui bagaimana pelaksanaan yang dilakukan di panti ini. Pembinaan lanjutan dilakukan dengan berbagai kegiatan yaitu pembina memberikan berbagai bimbingan didalamnya seperti bimbingan sosial, mental/rohani, fisik dan motivasi. Jadi pada penyuluhan ini mereka diberi pengarahan, nasihat sebagai materi pelajaran untuk mereka. Program pelatihan keterampilan, mereka diajarkan berbagai kegiatan keterampilan untuk berkarya. Mereka diajarkan membuat kerajinan tangan seperti pembuatan sablon, membuat hiasan dinding, anyanan, menjahit/membordir, tata rias dan lainnya agar mereka mempunyai skill kedepannya tanpa bekerja di jalanan. Kalau pada program keempat yaitu pemberdayaan, karena program tersebut ditujukan kepada keluarga/orang tua dari anak jalanan yang bersangkutan, dan pembinaan nya pun tidak dilakukan disini jadi Ibu kurang tau bagaimana pelaksanaanya.

Menyikapi pernyataan Ibu Purwanti, peneliti mengetahui bahwa benar Dinas Sosial Kota Medan yang bekerja sama dengan Panti Asuhan Pungi telah melakukan program pembinaan untuk para anak jalanan. Hal tersebut dibuktikan dari wawancara langsung yang dilakukan peneliti kepada Ibu Koordinator panti tersebut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, peneliti mengetahui bahwa Dinas Sosial telah lama bekerja sama dengan Panti Pungi. Pernyataan yang dihaturkan Ibu Purwanti mengatakan bahwa pada setiap program yang dibentuk terdapat proses kegiatan di dalamnya. Ibu Purwanti lebih mengetahui pelaksanaan

123

dua program yaitu program pembinaan lanjutan dan pelatihan keterampilan sebab pemberian program tersebut dilakukan langsung di panti. Pembinaan lanjutan dilakukan dengan memberi beberapa kegiatan yaitu bimbingan, seperti bimbingan sosial, mental, rohani, fisik dan motivasi. Pelatihan keterampilan dilakukan dengan mengajarkan mereka berbagai kerajinan tangan guna menciptakan skill, kemampuan dan bakat bagi anak jalanan. Program lain seperti penertiban dan pemberdayaan itu dilakukan langsung oleh Dinas Sosial yang berada diluar panti.

Nama : Tumpal Manalu

Usia : 54 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Jabatan : Kepala Lingkungan

Agama : Kristen

Suku : Batak

Informan tambahan yang diwawancarai peneliti adalah Bapak Tumpal Manalu. Bapak Tumpal Manalu adalah Kepala Lingkungan II di Kelurahan Harjo Sari II, Kecamatan Medan Amplas. Awalnya peneliti datang ke Kantor Lurah Harjo Sari II yang beralamat di Jln Garu III No 34 dan disanalah peneliti bertemu dengan Bapak Manalu setelah menunggu beberapa jam karena saat itu Bapak Manalu sedang pergi keluar. Atas kesediaan dari Bapak Manalu untuk peneliti wawancara, maka penelitipun bergegas mewawancarai Bapak Manalu yang pada saat itu baru sampai dan sudah berada di ruangan. Penelitipun dipersilahkan

124

duduk di sebelah Bapak Manalu untuk melakukan wawancara setelah memperkenalkan diri.

Peneliti kemudian bertanya seputar anak jalanan yang bekerja di persimpangan amplas dimana sebagian dari anak tersebut merupakan waga Harjo Sari. Bapak Manalu mngatakan, “memang banyak anak-anak daerah sini yang berkeliaran di persimpangan lampu merah amplas. Ada sebagian anak yang sudah putus sekolah dan ada juga anak yang masih sekolah. Dengan mengamen, jual koran, nyemir sepatu atau pekerjaan lain yang mereka lakukan, terminal amplas ataupun atau pun di persimpangan lampu merah tersebut menjadi tempat bagi mereka untuk mendapatkan uang. Ditambah karena kebutuhan ekonomi mereka yang kurang. Pendapatan keluarga disini memang tergolong kebawah jadi wajar anak-anak disini banyak yang bekerja di jalanan”.

Peneliti kemudian menanyakan kepada informan apakah beliau mengetahui tentang program pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Medan terhadap anak jalanan Kota Medan. Berdasarkan informasi yang diperoleh, peneliti mengetahui bahwa Bapak Manalu telah mengetahui adanya program pembinaan dari Dinas Sosial dan mengetahui bahwa Dinas Sosial melakukan razia terhadap anak jalanan pada setiap triwulan atau tiga bulan sekali. Kepala lingkungan sudah memberikan peringatan kepada para anak di lingkungannya agar tidak bekerja dan berada di jalanan namun mereka tetap saja berada di jalanan sehingga ketika adanya patroli mereka berhasil dijaring.

Bapak Manalu mengetahui bahwa dari lingkungan nya ada anak yang pernah terdata mengikuti program pembinaan yang dilakukan Dinas Sosial karena

125

ketika diadakannya pendataan orang tua dari anak tersebut mengurus surat dari dari Kelurahan Harjo Sari II. Peneliti kemudian menanyakan tentang program yang dilakukan Dinas Sosial. Bapak Manalu kemudian mengatakan, “saya memang mengetahui kalau pemerintah melalui Dinas Sosial membuat program untuk anak jalanan. Namun untuk pelaksanaan nya saya kurang tau bagaimana proses yang mereka lakukan disana. Pastinya pihak Dinas Sosial lah yang sudah memprogram itu dengan lebih baik. Yang saya ketahui dari lingkungan saya, memang pernah ada anak yang mendapat pembinaan dari Dinas Sosial. Berdasarkan informasi yang saya ketahui dari orang tuanya bahwa Dinas Sosial memberikan program pembinaan pada mereka. Setelah anak-anak tersebut ditangkap mereka dibawa ke panti untuk dibina lalu mereka di beri pembinaan lanjutan berupa penyuluhan seperti bimbingan dan diberi pelatihan keterampilan dengan membuat kerajinan tangan. Namun setelah anak-anak tersebut selesai di bina mereka tetap kembali lagi ke jalanan dan melakukan aktivitas mereka kembali bersama dengan teman dan anak-anak yang lain. Begitulah informasi yang saya ketahui”, demikian penuturan dari Bapak Manalu.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada Bapak Kepala Lingkungan tersebut, peneliti mengetahui bahwa Dinas Sosial benar telah melakukan program pembinaan terhadap anak jalanan. Bapak Manalu memang kurang mengetahui dengan jelas bagaimana pelaksanaan program pembinaan tersebut karena ia bukan orang yang ikut langsung dalam pemberian pembinaan, namun berdasarkan informasi yang ia ketahui dari lingkungannya yaitu orang tua anak jalanan yang pernah terdata dalam program pembinaan, Bapak Manalu mngetahui bahwa saat dilakukan pembinaan mereka diberi penyuluhan berupa

126

bimbingan dan keterampilan yaitu dengan membuat beberapa kerajinan tangan. Dinas Sosial juga memberikan pengarahan kepada orang tua si anak berupa bimbingan, nasihat dan bantuan kepada keluarga. Namun setelah anak tersebut selesai dibina, mereka tetap kembali melakukan rutinitasnya tersebut dengan kembali dan bekerja di jalanan.

ANALISIS DATA

Peneliti telah melakukan wawancara langsung secara mendalam kepada informan tambahan yaitu orang tua anak jalanan, kepala lingkungan dan koordinator bidang sosial Panti Asuhan Pungi. Mereka adalah orang yang mengetahui pelaksanaan program pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan walaupun mereka tidak terlibat langsung dalam program pembinaan oleh pihak terkait. Berdasarkan wawancara langsung kepada orang tua anak Jalanan yaitu informan pertama, Ibu Bayu, peneliti mengetahui bahwa benar Dinas Sosial dan pihak yang bekerja sama telah melakukan program pembinaan pada anaknya yang merupakan anak jalanan yang berhasil ditangkap saat dilakukannya razia di persimpangan lampu merah Amplas.

Melalui informasi yang diperoleh dari informan pertama, peneliti mengetahui bahwa pada program pertama yaitu penertiban, Dinas Sosial benar telah merealisasikannya terhadap anak jalanan. Peryataan ini dibuktikan dengan penuturan dari Ibu Nurul ketika anaknya terkena razia kemudian dilakukan pendataan, pendekatan awal dan pengungkapan masalah mengenai latar belakang si anak. Program kedua pun telah dilaksanakan dan dialami sendiri oleh anaknya yaitu pembinaan lanjutan. Program kedua dilakukan dengan beberapa kegiatan

127

yaitu bimbingan sosial, mental, rohani fisik dan motivasi yang diterima oleh anak nya selama pembinaan. Program ketiga yaitu pelatihan keterampilan, Ibu Nurul mengaku bahwa anaknya telah mendapatkan pembinaan tersebut. Anaknya diajarkan beberapa keterampilan diantara berupa kerajinan tangan berupa pembuatan sablon, anyanan, cara dan teknik memangkas. Tujuan ini dilakukan untuk meningkatkan bakat dan keterampilan anak. Program keempat yaitu pemberdayaan yang dilakukan pada orang tua dan pada program ini Ibu Nurul sendiri telah melaksanakannya yakni ia mendapat bimbingan, nasihat dan bantuan dari Dinas Sosial.

Berdasarkan wawancara langsung kepada informan kedua yaitu Ibu Purwanti selaku koordinator Panti Asuhan Pungi tempat para anak jalanan dibina, peneliti mengetahui bahwa benar Dinas Sosial dan pihak yang bekerja sama telah melakukan program. Melalui informasi yang diperoleh dari informan kedua, peneliti mengetahui bahwa pada program pembinaan, Dinas Sosial benar telah merealisasikannya terhadap anak jalanan. Peryataan ini dibuktikan dengan penuturan Ibu Purwanti yang mengatakan bahwa ketika pada program pertama yaitu penertiban berhasil dilakukan, Dinas Sosial kemudian melakukan program kedua dan ketiga di panti pungi yang bekerjasama sama dengan pembina dalam panti. Program kedua yaitu pembinaan lanjutan. Ibu Purwanti mengatakan dalam pelaksanaanya, program dilakukan dengan berbagai kegiatan kepada para anak jalanan seperti bimbingan sosial, mental, rohani dan fisik. Bimbingan fisik dilakukan dengan kegiatan olahraga, bimbingan sosial berupa pemaparan materi, pengarahan dan nasihat sementara bimbingan rohani yaitu pengajaran tentang keagamaan. Program ketiga yaitu pelatihan keterampilan dan pada program ini

128

Dinas Sosial bekerja sama dengan panti memberikan keterampilan berupa kerajinan tangan.

Berdasarkan wawancara langsung kepada informan ketiga yaitu Bapak Tumpal Manalu selaku Kepala Lingkungan II di Kelurahan Harjo Sari II, Kecamatan Medan Amplas, peneliti mengetahui bahwa benar Dinas Sosial dan pihak yang bekerja sama telah melakukan program. Melalui informasi yang diperoleh dari informan ketiga, peneliti mengetahui bahwa pada program pembinaan, Dinas Sosial benar telah merealisasikannya terhadap anak jalanan. Peryataan ini dibuktikan dengan penuturan Bapak Manalu yang mengatakan bahwa adanya anak di lingkungan nya yang pernah terdata mendapatkan program pembinaan dari Dinas Sosial. Bapak Manalu memang tidak ikut langsung dalam pelaksanaan pembinaan namun berdasarkan informasi yang ia ketahui bahwa terdapat empat program pembinaan yang dilakukan dinas sosial yakni penertiban, penyuluhan, pelatihan keterampilan dan pemberdayaan. Program tersebut benar telah dijalani langsung oleh anak yang pernah di razia di daerah lingkungnnya. Informasi yang diperoleh peneliti dari Bapak Kepling tersebut mengatakan bahwa ketika mereka selesai dibina mereka kembali lagi melakukan rutinitasnya di jalanan.

129 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, untuk mengetahui implementasi program pembinaan anak jalanan Kota Medan yang dilakukan oleh Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan, peneliti dapat menarik kesimpulan. Implementasi program pembinaan anak jalanan oleh Dinas Sosial belumlah terwujud dengan maksimal, ditinjau dari keberhasilannya hal ini belumlah sepenuhnya berhasil karena adanya berbagai kendala/hambatan yang dialami dalam pelaksanaan program dan masih tetap ada ditemukannya anak jalanan yang berada di jalanan besar dan titik-titik tertentu Kota Medan. Hal tersebut terjadi karena setelah mereka selesai dibina mereka kembali lagi melakukan rutinitasnya di jalanan. Berdasarkan data yang telah dianalisis, penulis menyimpulkan:

1. Program pertama yaitu Program Penertiban. Program ini masih berjalan kurang baik dan belum maksimal sebab terdapat kendala-kendala yang dialami oleh Dinas Sosial pada program ini diantaranya Dinas Sosial belum memiliki fasilitas yang memadai dalam menjalankan program ini, seperti tidak adanya transportasi khusus yang digunakan oleh Dinas Sosial untuk melakukan razia saat melakukan penertiban karena kurangnya dana dari pusat. Dinas Sosial selama ini menggunakan fasilitas dan peralatan yang berasal dari Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara sehingga dalam pelaksanaanya instansi mengalami kendala dan terkadang program tidak dilakukan pada waktunya.

130

2. Program kedua yaitu Program Pembinaan Lanjutan. Program ini berjalan kurang baik karena pada program ini juga terdapat kendala yang dialami

Dokumen terkait