• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Informan Tambahan

Informan tambahan dalam sebuah penelitian juga berperan penting dalam hal membandingkan (memverifikasi) data guna menentukan keabsahan data yang telah peneliti peroleh dari kelima para orang tua anak Taman Kanak-Kanak Permata Bangsa Binjai sebagai informan utama dalam penelitian ini. Kegiatan verifikasi ini merupakan sesuatu yang dilakukan dalam penelitian untuk menentukan validitas data informasi yang telah peneliti peroleh dalam penelitian. Sama halnya dengan penelitian kualitatif pada umumnya, dalam menentukan keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi data. Teknik ini yakni teknik dalam pemanfaatan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan dan sebagai pembanding terhadap data yang telah diperoleh sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan tambahan yaitu para anggota keluarga yang lain dari informan utama.

Peneliti tidak merasa sulit menemukan informan tambahan karena peneliti telah meminta alamat informan utama sebelumnya saat melakukan penelitian. Oleh karena itu wawancara mendalam bagi informan tambahan dilakukan dua minggu setelah melakukan penelitian di lokasi penelitian tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh peneliti tidak jauh berbeda dengan Pertanyaan-pertanyaan kepada informan utama, hanya saja tidak lengkap setara dengan informan utama, karena tujuan dari informan tambahan adalah sebagai pembanding data untuk menentukan keabsahan data.

4.2.1 Informan Tambahan I

Informan tambahan yang pertama ditemui oleh peneliti dirumah Ibu Winda selaku informan utama yang bertempat tinggal tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti. Peneliti dengan mudah menjadikan suami dari Ibu Winda untuk menjadi informan tambahan yang pertama karena keluarga dari Ibu Winda bukanlah orang asing lagi bagi peneliti. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa peneliti mengajukan pertanyaan yang sedikit berbeda dari informan utama, namun tidak jauh dari tujuan sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh sebelumnya.

Nama : Ibrahim Zul

TTL : Medan, 29 Januari 1968

Usia : 47 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Tempat Tinggal :Jln. Tengku Imam Bonjol no. 52 Binjai

Status : Menikah

Jumlah Anak : 3 Orang ( 1 Laki-laki, 2 Perempuan)

Nama Anak : Kheysa Azzahra

Pekerjaan : Wiraswasta

Tanggal Wawancara : 26 Februari 2015

Tempat : Rumah Kediaman Ibu Winda dan Bapak Ibrahim

Pukul : 10.00 WIB

No Hp : 082368463913

Bapak Ibrahim adalah sosok kepala keluarga yang terbilang sibuk di luar rumah karena pekerjaannya. Bapak Ibrahim mengaku memiliki satu orang pembantu rumah tangga yang mengurus anak-anak dan membereskan rumahnya. Namun dalam memantau dan menemani anak perempuannya dengan Ibu Winda yaitu Kheysa, beliau mengaku istrinya yang lebih dominan dalam membatasi tayangan-tayangan televisi untuk anaknya, sesuai dengan ungkapan Ibu Winda.

Bapak Ibrahim tidak mengetahui banyak mengenai tumbuh kembang Kheysa dalam menonton televisi. Namun ketika waktunya libur seperti di hari Minggu beliau mengaku ikut menemani anak perempuannya menonton kartun

Spongebob Squarepants persis seperti yang diceritakan oleh Ibu Winda. Beliau juga menyatakan bahwa di hari Minggu itulah anaknya dapat leluasa menonton serial kartun di televisi karena banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh anaknya tersebut. Bapak Ibrahim dan Ibu Winda terus membiasakan anak perempuannya untuk menonton kartun saja, disamping maraknya tayangan-tayangan yang tidak

mendidik pula. Mereka pun mendukung kartun Spongebob Squarepants untuk

Spongebob Squarepants dan apa makna yang diajarkan di dalamnya, begitupun dengan Ibu Winda.

“Ya kalo Spongebob aja ngertilah, bagusnya itu kartunnya gak ngajarin macem-macem. Istriku pun tau itu.”

Ungkapan Ibu Winda dan Bapak Ibrahim juga tidak jauh berbeda mengenai pembatasan jam menonton televisi meskipun hanya kartun, yaitu paling lama hanya 2 jam dalam sehari dan tentunya masih dibawah pengawasan Ibunya jika Bapak Ibrahim tidak berada dirumah. Bapak Ibrahim selalu mengarahkan istrinya untuk tidak melepas anaknya menonton televisi dirumah.

Ibu Winda dan Bapak Ibrahim tentu paham mengenai simbol panduan menonton televisi yang tercantum pada setiap tayangan televisi. Mereka pun sepakat akan membimbing anaknya untuk mengonsumsi kartun-kartun bermanfaat lainnya agar tidak monoton dalam menonton televisi. Hal tersebut di ungkapkan oleh Bapak Ibrahim saat ditanya mengenai wacana KPI yang akan menghapus beberapa tayangan kartun di Indonesia. Tidak jauh berbeda dengan Ibu Winda, sebagai suami, Bapak Ibrahim turut melakukan hal yang sama yaitu dengan memasang televisi berlangganan khusus anak-anak agar tontonan televisi anaknya tetap terkontrol dan berjalan sesuai dengan usianya.

Kesimpulan Kasus

Tidak jauh berbeda dengan ungkapan Ibu Winda, Bapak Ibrahim ternyata memberikan jawaban-jawaban yang persis dengan Ibu Winda. Sebagai orang tua, mereka terlihat kompak dalam membesarkan anaknya agar terhindar dari dampak media massa yang negatif. Keduanya memiliki kemampuan dalam bermelek media, karena sama-sama memiliki pengetahuan serta keterampilannya ditampakkan dari anggapan mereka mengenai tayangan televisi yang ada saat ini. Selain itu, mereka juga paham mengenai simbol pedoman menonton televisi dan tetap saling menghimbau untuk terus mengawasi dan menemani anak perempuan mereka menonton televisi.

Bapak Ibrahim juga setuju dengan peran Ibu Winda jika KPI benar-benar merealisasikan wacananya, yaitu dengan memasang televisi berlangganan dan membiasakan anaknya untuk menonton kartun-kartun lain yang dapat menambah kreativitas dan memberikan dampak positif dalam kehidupan sehari-harinya. Peran tersebut merupakan tindakan yang tepat karena tanpa diawasi, anak-anak leluasa menonton kartun di televisi berlangganan yang dikhususkan untuk anak-anak tersebut dan orang tua tidak perlu merasa khawatir yang berlebihan.

4.2.2 Informan Tambahan II

Informan tambahan kedua setelah Bapak Ibrahim, adalah Ibu Sisca yaitu istri dari Bapak Hendra Sucitra. Demi mendapatkan informasi tambahan pula dari pengutaraan Bapak Hendra Sucitra, peneliti melakukan wawancara mendalam pula tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh Bapak Ibrahim pada hari pertama melakukan penelitian pada informan tambahan. Bedanya, wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan tambahan kedua adalah dilakukan via telepon. Karena terbatasnya waktu yang dimiliki oleh informan tambahan kedua tersebut. Nama : Sisca TTL : Medan, 18 Juli 1978 Usia : 36 Tahun Agama : Buddha Pendidikan : S1

Tempat Tinggal : Kompleks Taman Binjai Indah blok D no. 89

Status : Menikah

Jumlah Anak : 5 Orang ( 3 Laki-laki, 2 Perempuan)

Nama Anak : Chintya Faradita

Pekerjaan : Wiraswasta

Tanggal Wawancara : 26 Februari 2015

Tempat : Via Telepon

Pukul : 14.35 WIB

Wawancara mendalam yang dilakukan oleh istri dari pemilik yayasan Permata Bangsa ini terbilang hanya berlangsung sebentar, berbeda daripada informan-informan sebelumnya karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh beliau. Namun sedikit banyaknya peneliti telah mendapatkan informasi yang diinginkan dari informan tambahan ini. Ibu Sisca menyetujui ungkapan Sir Ghuan

sebagai suaminya mengenai tayangan kartun favorit anaknya yaitu Spongebob

Squarepants dan mereka mendukung kartun tersebut menjadi konsumsi anak bungsunya tersebut. Ibu Sisca juga mengakui bahwa suaminya adalah orang yang mencintai kedisiplinan dilihat dari pembatasan-pembatasan yang dibuat oleh suaminya, baik itu jam menonton televisi, jam belajar, mengerjakan pekerjaan rumah, hingga jam tidur.

Ibu Sisca menyatakan bahwa anak bungsunya tersebut lebih dekat dengan Sir Ghuan selaku ayahnya. Namun tidak menutup kemungkinan baginya untuk ikut serta dalam mengawasi tayangan televisi anaknya pula. Beliau juga menyatakan bahwa ungkapan Sir Ghuan mengenai televisi yang paralel dari ruang televisi ke kamar mereka adalah benar adanya. Hal tersebut dilakukan agar anak-anaknya terhindar dari tayangan-tayangan yang menurut beliau juga banyak yang tidak mendidik dan memunculkan imajinasi yang berlebih bagi anak-anak. Selain itu, semenjak suaminya mengetahui wacana KPI yang akan menghapuskan kartun, hal tersebut semakin menguatkan mereka untuk terus menyaring tayangan televisi yang negatif dari anaknya dengan memasang channel yang paralel antara kamar mereka dengan ruang televisi.

Ibu Sisca memberikan saran kepada suaminya untuk memasang televisi berlangganan khusus anak-anak agar tontonan televisi anak perempuannya tersebut semakin terbatasi.

“Saya kasih tau suami, karna kita berdua itu sama-sama sibuk diluar, gak sempat ngontrol anak 24 jam ya mendingan pasang aja lo tv berlangganan, dirumah yang ada paling itu anak saya yang ke empat sama yang terakhir ini, selebihnya sekolah diluar kota. Jadi kan udah gitu bisa makin terkontrol meskipun gak diawasi.”

Kesimpulan Kasus

Berdasarkan paparan dari istri sang pemilik yayasan, data yang telah diperoleh dari Sir Ghuan tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh sang istri. Sir Ghuan memang sosok yang memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi terhadap anak-anaknya.

Menurut pengakuan beliau, anak-anak yang terlahir dari kedisiplinan sejak dini akan memunculkan kedisiplinan pula ketika ia beranjak dewasa. Ibu Sisca mengaku anak bungsunya lebih dekat dengan ayahnya daripada dengan beliau, namun sebagai orang tua beliau tetap tidak pilih kasih dan terus mengawasi tumbuh kembang anaknya termasuk dalam menonton televisi. Benar adanya bahwa Sir Ghuan selalu bersama anak bungsunya ketika ia menonton televisi serial Spongebob Squarepants dan mereka mendukung tayangan tersebut menjadi konsumsi anak perempuannya.

Keduanya sepakat mengenai tayangan televisi saat ini yang dapat memunculkan imajinasi yang berlebihan terhadap anak-anak. Oleh karena itu, peran orang tua sangatlah dibutuhkan. Kemampuan melek media yang dimiliki oleh pasangan suami istri ini sangat baik, terlihat dari bagaimana mereka menanggapi suatu tayangan yang positif ataupun negatif untuk dikonsumsi. Serta menempatkan khalayak yang dituju dari simbol panduan menonton televisi, meskipun seperti pernyataan dari Sir Ghuan terdapat beberapa tayangan yang tidak memunculkan simbol tersebut.

4.2.3 Peran Informan Tambahan dan Tingkat Melek Media dalam Membatasi Tayangan Televisi Anak

4.2.3.1 Reduksi Data Penelitian Peran Orang Tua

Tabel 4.3

No. Informan Tambahan Peran Orang Tua

1. Bapak Ibrahim Zul - Berperilaku kompak dengan istri

untuk terus mengawasi tayangan televisi untuk anaknya.

- Menemani anaknya menonton

kartun favoritnya pada hari Minggu.

- Sepakat dengan istri akan

memasang televisi berlangganan khusus anak-anak demi tersaringnya tayangan-tayangan televisi untuk anaknya.

- Setuju dengan semua jawaban sang

istri dengan kegiatan sebenarnya.

2. Ibu Sisca - Mengakui benar adanya sang

suami berperilaku disiplin terhadap anak-anaknya.

- Ikut mengawasi dan memantau

tontonan televisi anaknya ketika memiliki waktu yang lebih.

- Setuju dengan suami atas

tindakannya memasang televisi paralel dirumah.

- Menyarankan kepada suami untuk

khusus anak-anak agar lebih dapat mengontrol tayangan televisinya dan mengurangi rasa khawatir.

4.2.3.1 Reduksi Data Penelitian Literasi Media

Tabel 4.4

No. Informan Tambahan Tingkat Literasi Media (Media

Literacy)

1. Bapak Ibrahim Zul - Memahami tayangan yang menjadi

konsumsi anaknya.

- Menanggapi tayangan televisi dan

dampaknya bagi anak-anak.

- Memahami simbol-simbol

pedoman menonton televisi.

- Terampil dengan memberikan

arahan kepada istri untuk terus mengawasi tayangan televisi.

2. Ibu Sisca - Paham mengenai kartun favorit

anaknya.

- Paham dengan simbol-simbol

panduan menonton televisi

- Menanggapi wacana KPI yang

menghapus beberapa tayangan televisi.

Dokumen terkait