• Tidak ada hasil yang ditemukan

364 91,0 7 Informasi mengenai produk pangan IPB dapat diperoleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

364 91,0 7 Informasi mengenai produk pangan IPB dapat diperoleh

dari internet, TV,dan radio

192 48,0 8. informasi mengenai produk pangan IPB dapat diperoleh

dari pameran/bazar produk pangan IPB

Tingkat pengetahuan. Hasil penelitian tingkat pengetahuan menggambarkan bahwa lebih dari separuh mahasiswa berada pada tingkat pengetahuan sedang (59,0%). Bila ditinjau berdasarkan kategori pengetahuan, sebanyak 86 mahasiswa berada pada kategori pengetahuan kurang sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa dapat dikatakan cukup baik, walaupun masih ada beberapa mahasiswa yang berada pada kategori kurang (Tabel 27).

Tabel 27 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pengetahuan produk pangan IPB

Tingkat pengetahuan Jumlah (n) Persen (%)

Kurang (<60%) 86 21,5 Sedang (60%-80%) 236 59,0 Baik (>80%) 78 19,5 Total 400 100,0 Min-Maks (persen) 25-100 Rataan ± Sd 68,2±15,2

Pengetahuan produk. Pengetahuan produk merupakan kumpulan berbagai macam infromasi terkait produk seperti merek, atribut, fitur, dan harga produk (Engel, Blackwell, & Miniard 1995). Hasil penelitian menjelaskan bahwa hampir separuh mahasiswa berada pada tingkat pengetahuan sedang dan pada tingkat pengetahuan kurang. Namun, proporsi tertinggi berada pada tingkat pengetahuan sedang (43,5%). Bila ditinjau berdasarkan kategori pengetahuan, sebesar 40,0 persen pengetahuan produk mahasiswa berada pada kategori kurang, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan produk mahasiswa dapat dikatakan cukup baik, walaupun masih ada beberapa mahasiswa yang memiliki pengetahuan kurang (Tabel 28).

Tabel 28 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pengetahuan produk tentang produk pangan IPB

Tingkat pengetahuan Jumlah (n) Persen (%)

Kurang (<60%) 160 40,0 Sedang (60%-80%) 174 43.5 Baik (>80%) 66 16,5 Total 400 100,0 Min-Maks (persen) 0-100 Rataan ± Sd 65,3±24,0

  Pengetahuan pembelian. Pengetahuan pembelian merupakan pengetahuan tentang dimana membeli produk dan kapan membeli produk (Engel, Blackwell, & Miniard 1995). Hasil penelitian menggambarkan proporsi terbesar mahasiswa (54,2%) berada pada tingkat pengetahuan sedang. Bila ditinjau berdasarkan kategori pengetahuan, lebih dari separuh mahasiswa (43,5%) memiliki pengetahuan yang kurang sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pembelian mahasiswa dapat dikatakan cukup baik, walaupun masih ada beberapa yang memiliki pengetahuan pembelian kurang (Tabel 29).

Tabel 29 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pengetahuan pembelian produk pangan IPB

Tingkat pengetahuan Jumlah (n) Persen (%)

Kurang (<60%) 116 29,0 Sedang (60%-80%) 217 54,2 Baik (>80%) 67 16,8 Total 400 100,0 Min-Maks (persen) 25-100 Rataan ± Sd 71,13±18,24

Pengetahuan pemakaian. Pengetahuan pemakaian merupakan pengetahuan terkait manfaat yang diberikan oleh suatu produk sehingga konsumen menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk dengan benar (Engel, Blackwell, & Miniard 1995). Hasil penelitian tingkat pengetahuan pemakaian menggambarkan bahwa proporsi terbesar mahasiswa berada pada tingkat pengetahuan kurang dengan persentase sebesar 51,2 persen (Tabel 30).

Tabel 30 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pengetahuan pemakaian produk pangan IPB

Tingkat pengetahuan Jumlah (n) Persen (%)

Kurang (<60%) 205 51,2 Sedang (60%-80%) 0 0,0 Baik (>80%) 195 48,8 Total 400 100,0 Min-Maks (persen) 0-100 Rataan ± Sd 48,75±50,05 Sumber Informasi

Sumber informasi. Pengolahan informasi pada diri konsumen terjadi ketika salah satu panca indra konsumen menerima stimulus (Sumarwan 2011). Tabel 31 menggambarkan bahwa teman merupakan sumber informasi yang paling banyak dimiliki oleh mahasiswa (34,0%), sedangkan proporsi terendah

sumber informasi yang paling sedikit dimiliki mahasiswa adalah lainnya, seperti mata pelajaran yang didapat serta radio merupakan sumber informasi yang dimiliki mahasiswa (0,5%).

Tabel 31 Sebaran mahasiswa berdasarkan sumber informasi tentang produk pangan IPB

Sumber informasi Jumlah (n) Persen (%)

Internet (web IPB, facebook) 57 14,3

Outlet (kantin fakultas, techno park, agrimart, koperasi fakultas, seafast center, university farm, taiwan, botani square)

80 20,0

Selebaran, majalah, koran, pamflet, brosur 57 14,3

Bazar, pameran, seminar 74 18,5

Dosen 57 14,3

Teman 136 34,0

Staf pegawai IPB 3 0,8

Orang tua 6 1,5

Lainnya* 2 0,5

*) Mata pelajaran & radio

Minat Beli

Minat beli. Hasil penelitian minat beli menggambarkan bahwa hampir seluruh mahasiswa memiliki minat beli yang cukup (78,2%). Bila ditinjau dari kategori minat beli, sebanyak 45 mahasiswa berada pada kategori lemah (11,2%) sehingga dapat disimpulkan bahwa minat beli mahasiswa dapat dikatakan cukup baik, walaupun masih ada beberapa mahasiswa yang memiliki minat beli yang lemah (Tabel 32).

Tabel 32 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat minat beli produk pangan IPB

Minat beli Jumlah (n) Persen (%)

Lemah (20,0%-46,7%) 45 11,2 Cukup (46,8%-73,4%) 313 78,2 Kuat (>73,4%) 42 10,6 Total 400 100,0 Min-Maks (persen) 20-100 Rataan ± Sd 58,97±11,96

Tabel 33 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa IPB (89,0%) akan mengajak orang lain untuk membeli produk pangan IPB dan sebesar 79,0 persen mahasiswa IPB akan mencoba mengkonsumsi produk pangan IPB dalam waktu 1 bulan yang akan datang. Namun, 42,5 persen mahasiswa IPB tidak memiliki minat untuk bersedia mengganti produk yang biasa dikonsumsi dengan produk pangan IPB.

  Tabel 33 Sebaran mahasiswa berdasarkan pernyataan terhadap minat beli

produk pangan IPB

No Pernyataan

Persen (%)

Berminat Tidak Berminat 1. Dalam waktu 1 bulan yang akan datang, saya akan

membeli produk pangan IPB

68,8 31,3 2. Saya akan mencoba mengkonsumsi produk pangan

IPB dalam waktu 1 bulan yang akan datang

79,0 21,0 3. Saya bersedia mengganti produk yang biasa saya

konsumsi dengan produk pangan IPB

57,5 42,5 4. Meskipun harga produk pangan IPB lebih mahal, saya

akan tetap membelinya dengan alasan mutu dan kandungan gizi yang dikandung

68,5 31,5

5. Saya akan mengajak orang lain untuk membeli produk pangan IPB

89,0 11,0

Hubungan antara Karakteristik Mahasiswa dan Karakteristik Keluarga dengan Pengetahuan Produk Pangan IPB

Tabel 34 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi baik mahasiswa berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan cenderung berada pada kategori sedang dengan masing-masing persentase (54,3%) pada mahasiswa laki-laki dan (61,3%) pada mahasiswa perempuan. Sementara itu, uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara jenis kelamin dengan pengetahuan (p=0,036; p<0,05) dan terlihat bahwa mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi (69,37) dibandingkan dengan mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki (65,79).

Tabel 34 Sebaran mahasiswa berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB

Jenis kelamin

Pengetahuan Rata-rata persen skor*

Kurang Sedang Baik Total n % n % n % n %

Laki-laki 38 29,5 70 54,3 21 16,2 129 100,0 65,79 Perempuan 48 17,7 166 61,3 57 21,0 271 100,0 69,37

(p-value)* 0,036*

*) Uji independent t-test; signifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01

Hasil penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa yang berada pada usia dewasa awal (19-24 tahun) cenderung berada pada kategori sedang (59,0%). Sementara itu, hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara usia mahasiswa dengan tingkat pengetahuan terhadap produk pangan IPB dengan nilai koefisien korelasi -0,100 (p=0,045; p<0,05), artinya semakin tinggi usia mahasiswa semakin rendah pengetahuan terhadap produk pangan IPB (Tabel 35).

Tabel 35 Sebaran mahasiswa berdasarkan usia dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB

Usia Pengetahuan

Kurang Sedang Baik Total

n % n % n % n % Remaja lanjut (16-18 tahun) 0 0,0 3 60,0 2 40,0 5 100,0 Dewasa awal (19-24 tahun) 86 21,8 233 59,0 76 19,2 395 100,0 (p-value) 0,045* Koefisien korelasi -0,100 Signifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01

Tabel 36 menunjukkan bahwa mahasiswa yang berada di semester 4, 6, dan 8 cenderung berada pada kategori pengetahuan sedang. Namun, proporsi tertinggi berada pada mahasiswa semester 4 (62,7%). Sementara itu, hasil uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan negatif signifikan antara semester/lama studi dan pengetahuan dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,123 (p=0,014; p<0,05), artinya semakin tinggi lama studi mahasiswa maka semakin rendah pengetahuan yang dimiliki.

Tabel 36 Sebaran mahasiswa berdasarkan lama studi dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB

Lama studi (Semester)

Pengetahuan

Kurang Sedang Baik Total

n % n % n % n % 4 21 14,0 94 62,7 35 23,3 150 100,0 6 33 27,5 67 55,8 20 16,7 120 100,0 8 32 24,6 75 57,7 23 17,7 130 100,0 (p-value) 0,014* Koefisien korelasi -0,123 Signifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01

Tabel 37 menunjukkan bahwa baik mahasiswa yang mengikuti organisasi maupun yang tidak mengikuti organisasi cenderung berada pada kategori sedang (63,0%). Sementara itu, hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara keikutsertaan berorganisasi dengan pengetahuan terhadap produk pangan IPB (p=0,451; p>0,05).

Tabel 37 Sebaran mahasiswa berdasarkan organisasi dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB

Organisasi Pengetahuan

Kurang Sedang Baik Total

n % n % n % n % Mengikuti organisasi 28 20,3 87 63,0 23 16,7 138 100,0 Tidak mengikuti 58 22,1 149 56,9 55 21,0 262 100,0

Hasil tabel 38 menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki uang saku antara Rp500.001,00 hingga Rp1.000.000,00 cenderung memiliki pengetahuan yang berada pada kategori sedang (62,4%). Sementara itu, hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara uang saku dengan pengetahuan.

Tabel 38 Sebaran mahasiswa berdasarkan uang saku dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB

Total uang saku Pengetahuan

Kurang Sedang Baik Total

n % n % n % n % ≤Rp500.000,00 12 28,6 19 45,2 11 26,2 42 100,0 Rp-500.001,00- Rp1.000.00,00 51 20,0 159 62,4 45 17,6 255 100,0 >Rp1.000.00,00 23 22,3 58 56,3 22 21,4 103 100,0 (p-value) 0,344 Koefisien korelasi 0,047

Hasil uji Chi-Square dan uji korelasi Pearson antara karakteristik keluarga dengan pengetahuan mahasiswa menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, usia orang tua, dan pendapatan) dengan pengetahuan (Tabel 39).

Tabel 39 Hubungan antara karakteristik keluarga mahasiswa dengan pengetahuan produk pangan IPB

Karakteristik keluarga Pengetahuan Koefisien korelasi

Besar keluarga (org)2 0,008

pendidikan ayah (th)2 -0,043

pendidikan ibu (th)2 0,002

Pekerjaan ayah (1=bekerja; 0=tidak bekerja)1

-0,080 Pekerjaan ibu (1=bekerja; 0=tidak bekerja)1 -0,075

Usia ayah (th)2 -0,097

Usia ibu (th)2 -0,091

Pendapatan (Rp/bln)2 0,070

Pendapatan per kapita (Rp/bln)2 -0,025 1)

Uji Chi-Square (p-value) 2)

Uji korelasi Pearson

Hubungan antara Karakteristik Mahasiswa dan Karakteristik Keluarga dengan Minat Beli Produk Pangan IPB

Hasil uji Chi-Square dan korelasi Pearson antara karakteristik mahasiswa dan karakteristik keluarga dengan minat beli menjelaskan bahwa uang saku memiliki hubungan positif signifikan dengan minat beli dengan koefisien korelasi sebesar 0,159 (p<0,05). Sementara itu, hasil uji hubungan antara karakteristik

keluarga dengan minat beli mahasiswa menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, usia orang tua, dan pendapatan) dengan minat beli mahasiswa terhadap produk pangan IPB.

Tabel 40 Hubungan antara karakteristik mahasiswa dan karakteristik keluarga dengan minat beli produk pangan IPB

Karakteristik Minat beli

Koefisien korelasi Mahasiswa

Usia (th)2

Total uang saku (Rp/bln)2

0,031 0,159*

Jenis kelamin1 0,009

Lama kuliah (semester)2 0,000

Keluarga

Besar keluarga (org)2 0,005

Lama pendidikan ayah (th)2 -0,007

Lama pendidikan ibu (th)2 -0,005

Pekerjaan ayah (1=bekerja; 0=tidak bekerja)1 0,967 Pekerjaan ibu (1=bekerja; 0=tidak bekerja)1 0,082

Usia ayah (th)2 -0,053

Usia ibu (th)2 -0,073

Pendapatan per kapita (Rp/bln)2 0,033 Signifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01

1)

Uji Chi-Square (p-value) 2)

Uji korelasi Pearson

Hubungan antara Kelompok Acuan dan Pengetahuan dengan Minat Beli Produk Pangan IPB

Hasil uji korelasi Pearson menjelaskan terdapat hubungan yang positif signifikan antara pengetahuan dengan minat beli dengan koefisien korelasi sebesar 0,101 (p<0,05) yang berarti bahwa semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki maka semakin tinggi pula minat beli produk pangan IPB. Pengetahuan sendiri, dibagi menjadi tiga kategori yaitu pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, dan pengetahuan pemakaian. Hasil penelitian juga menunjukkan pengetahuan pemakaian dengan minat beli produk pangan IPB dengan koefisien korelasi 0,206 (p<0,01), yang berarti bahwa semakin tinggi pengetahuan pemakaian maka semakin tinggi pula minat beli terhadap produk pangan IPB. Adapun variabel kelompok acuan, pengetahuan produk, dan pengetahuan pembelian tidak berhubungan dengan minat beli produk pangan IPB (Tabel 41).

  Tabel 41 Hubungan antara kelompok acuan, pengetahuan, dan minat beli produk

pangan IPB Variabel Kelompok Acuan Pengetahuan Pengetahuan Produk Pengetahuan pembelian Pengetahuan Pemakaian

Koef Koef Koef Koef Koef

Kelompok acuan 1,00 Pengetahuan 0,045 1,00 P.produk 0,23 0,801** 1,00 P.beli 0,046 0,615** 0,021 1,00 P.pakai 0,033 0,488** 0,170** 0,592** 1,00 Minat beli 0,044 0,101* 0,062 0,087 0,206** Siginifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01

Faktor yang Memengaruhi Minat Beli

Hasil uji regresi linier sederhana menjelaskan bahwa pengetahuan berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli (β=0,079; p=0,043). Hal ini berarti setiap satu kesatuan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa dapat menaikkan minat beli sebesar 0,079 poin. Nilai Adjusted R-square yang diperoleh sebesar 0,8 persen pengetahuan terhadap minat beli produk pangan IPB, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti (Tabel 42).

Tabel 42 Pengaruh pengetahuan mahasiswa terhadap minat beli produk pangan IPB

Variabel Koefisien tidak

terstandarisasi Koefisien terstandarisasi Sig β β Konstanta 53,557 0,000 Pengetahuan (skor) 0,079 0,101 0,043* F 4,116 Adjusted R2 0,008 Sig 0,043 Siginifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01

Hasil uji regresi linier berganda menjelaskan uang saku dan pengetahuan pemakaian berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli dengan masing- masing nilai koefisien (β=4,798E-6; p=0,002) dan (β=0,055; p=0,000). Setiap satu kesatuan uang saku yang dimiliki mahasiswa dapat menaikkan minat beli sebesar 4,798E-6 poin dan setiap satu kesatuan pengetahuan pemakaian dapat menaikkan minat beli sebesar 0,055 poin. Nilai Adjusted R-square yang diperoleh sebesar 15,5 persen pengaruh uang saku, pengetahuan pemakaian, dan pengetahuan total terhadap minat beli produk pangan IPB, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti (Tabel 43).

Tabel 43 Faktor yang memengaruhi minat beli produk pangan IPB No Variabel Koefisien tidak

terstandarisasi Koefisien terstandarisasi Sig β β Konstanta 48,140 0,000 1. Jenis kelamin (1=laki-laki; 0=perempuan) 0,626 0,025 0,621 2. Usia (th) 0,204 0,018 0,715

3. Uang saku (Rp/bln) 4,798E-6 0,167 0,002** 4. Pendapatan per kapita (Rp/bln) -3,559E-7 -0,025 0,628 5. Kelompok acuan(1=teman; 0=lainnya) 0,122 0,040 0,413 6. Pengetahuan produk (skor) 0,016 0,032 0,517 7. Pengetahuan pembelian (skor) -0,029 -0,044 0,467 8. Pengetahuan pemakaian (skor) 0,155 0,231 0,000** F 3,893 Adjusted R2 0,155 Sig 0,000 Siginifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01

PEMBAHASAN

Pangan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Sesuai dengan teori Maslow atau Hierarki Kebutuhan Manusia dalam Sumarwan (2011) dijelaskan bahwa kebutuhan akan makanan termasuk dalam kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan manusia untuk dapat bertahan hidup sehingga manusia dapat melakukan segala hal agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Produk pangan IPB merupakan produk inovasi terbaru yang kini sedang dikembangkan sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas dan produktivitas pangan serta meningkatkan status gizi di masyarakat. Sebagai produk yang baru, produsen produk pangan IPB perlu lebih mensosialisasikan keberadaan dan manfaat ke masyarakat baik civitas akademika maupun masyarakat luar IPB. Namun, sebelum sampai dikonsumsi oleh masyarakat luar IPB perlu dilihat terlebih dahulu sejauh mana sosialisasi dan perilaku pembelian pada civitas akademik IPB salah satunya adalah mahasiswa program sarjana IPB.

  Mahasiswa merupakan salah satu konsumen terdekat di kampus IPB. Oleh karena itu, mahasiswa merupakan salah satu variabel yang mampu menunjukkan suatu keadaan atau kondisi populasi. Sebanyak 400 sampel dari seluruh fakultas dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Indian dalam Sim (2009) menjelaskan terdapat perbedaan antara pria dan wanita dalam perilaku berbelanja mereka. Perbedaan itu antara lain perbedaan dalam memilih aktivitas rekreasional, perbedaan dalam mengatur keuangan, serta perbedaan dalam pengaruh sosial, dan lingkungan sebelum membeli barang dan jasa tertentu. Segmentasi pasar berdasarkan jenis kelamin membuktikan perbedaan antara keduanya dalam merespon pesan pemasaran. Selain itu, menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) menyatakan bahwa faktor jenis kelamin juga memengaruhi dari segi berbelanja terhadap suatu produk.

Usia juga memiliki peranan penting dalam menentukan produk atau jasa yang akan dikonsumsi, perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan kebutuhan, selera, dan kesukaan terhadap suatu produk atau jasa (Sumarwan 2011). Sumarwan (2011) menjelaskan bahwa tahapan perkembangan mahasiswa berada pada dua tahapan yaitu masa remaja dimulai pada usia 16- 18 tahun dan masa dewasa awal dimulai pada usia 19-24 tahun. Rentang usia mahasiswa terbanyak berada pada dewasa awal (18-40 tahun) dengan kisaran antara 18 sampai 25 tahun (Hurlock 1980). Pada tahapan usia dewasa awal ini, orang lebih tertarik berbelanja serta mampu merespon lebih kuat terhadap barang atau jasa. Hurlock (1980) menambahkan bahwa pada usia dewasa awal (18-40 tahun) sekali seseorang menemukan pola hidup yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya, ia akan cenderung menjadikan kekhasan selama hidupnya. Konsumen yang berada pada usia dewasa awal cenderung lebih menunjukkan kesetiaannya terhadap suatu produk, ataupun sebaliknya ketika produk tersebut dirasa tidak cocok, maka konsumen cenderung mencari informasi dan mencoba-coba produk lain hingga ia menemukan kecocokannya. Segala hal yang disenangi dan tidak disenangi sangat memengaruhi minat seseorang dan akan menjadi kuat dengan bertambahnya usia yang menyebabkan minat yang mantap setelah ia dewasa (Hurlock 1980).

Sebagian besar waktu yang dimiliki mahasiswa lebih banyak dihabiskan di kampus dengan kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi. Kampus merupakan tempat mahasiswa memeroleh informasi

dan pengetahuan produk pangan IPB. Lama studi menunjukkan tingkatan seseorang dalam memasuki jenjang pendidikan perguruan tinggi. Oleh karena itu, lama studi seseorang juga akan menentukan nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsi terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi mengenai suatu produk atau jasa (Sumarwan 2011). Sementara itu, lingkungan sosial adalah semua interaksi sosial yang terjadi antara konsumen dengan orang di sekelilingnya atau banyak orang (Sumarwan 2011). Kegiatan kemahasiswaan dan organisasi merupakan tempat mahasiswa berinteraksi dengan berbagai angkatan, berbagai jurusan, fakultas, bahkan berbagai universitas dan salah satu wadah bagi mahasiswa untuk lebih memperluas wawasan, pergaulan, sekaligus melatih untuk meningkatkan softskill. Kegiatan kemahasiswaan yang diikuti dapat melatih kemampuan mahasiswa juga dalam hal manajemen waktu dan berinteraksi (Nurhayati 2011). Keikutsertaan suatu organisasi dapat menentukan sejauh mana informasi yang diperoleh terkait produk pangan IPB, sehingga dapat menentukan tingkat pengetahuan dan minat beli terhadap produk pangan IPB.

Uang saku merupakan sumber material yang penting bagi mahasiswa. Uang saku dapat menunjukkan kemampuan daya beli seseorang dalam membeli produk pangan IPB. Uang saku diasumsikan sebagai besar pendapatan mahasiswa dalam setiap bulannya (Supriatna 2011). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar uang saku yang dimiliki oleh mahasiswa sebesar Rp500.001,00 sampai dengan Rp1.000.000,00. Uang saku memiliki kaitan yang erat dengan pendapatan sehingga dapat dikatakan sebagai modal utama dalam menentukan daya beli seseorang terhadap produk pangan IPB. Selain itu, menurut Hurlock (1980), seseorang yang memasuki tahap perkembangan usia dewasa awal masih menggantungkan keuangannya kepada orang tua. Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu (Ruspriana 2008). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa uang saku yang dimiliki mahasiswa berbanding lurus dengan pendapatan yang dimiliki keluarga mahasiswa. Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seorang konsumen dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah (Sumarwan 2011). Sumarwan (2011) menambahkan bahwa jumlah pendapatan yang dimiliki akan menentukan daya beli seseorang terhadap suatu barang atau jasa. Pendapatan

yang diukur tidak hanya pendapatan yang diterima oleh individu saja, tetapi pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota keluarga.

Peran keluarga merupakan hal yang penting dan berpengaruh dalam perilaku pembelian bagi mahasiswa. Santrock (2007) menyatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan mikro yang paling dekat dengan konsumen. Sebagian besar keluarga mahasiswa memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 5 sampai 7 orang. Pada usia orang tua, proporsi terbesar usia ayah berada pada rentang usia antara 51 hingga 65 tahun, sedangkan usia ibu berada pada rentang antara 36 hingga 50 tahun. Pada umumnya, pendidikan menentukan jenis pekerjaan seseorang dan dapat juga menentukan pendapatan yang diperoleh. Proporsi terbesar pendidikan orang tua berada pada lama pendidikan 12 tahun baik pada ayah maupun lama pendidikan ibu. Sebagian besar jenis pekerjaan ayah sebagai PNS dan sebagian besar ibu sebagai ibu rumah tangga. Pendapatan yang dimiliki banyak berada pada rentang Rp1.000.000 hingga Rp3.000.000. Jika dilihat dari pendapatan per kapita, sebagian besar mahasiswa memiliki pendapatan diatas Rp248.707 per kapita, sehingga dapat dikatakan bahwa hampir sebagian besar keluarga mahasiswa berada pada status ekonomi keatas (BPS 2012).

Sementara itu, tidak hanya pada karakteristik mahasiswa dan karakteristik keluarga mahasiswa saja, sebuah kelompok acuan mempunyai peranan penting dalam memberikan informasi terhadap produk pangan IPB. Kelompok acuan merupakan kelompok yang dianggap sebagai acuan bagi para individu dalam pengambilan keputusan pembelian atau konsumsi untuk menentukan minat beli konsumen. Kelompok acuan mencakup kelompok- kelompok atau individu yang berinteraksi secara langsung seperti teman, saudara, orang tua, dan kelompok atau individu lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teman dekat merupakan kelompok acuan yang memiliki peranan penting dalam memeroleh perilaku pembelian produk pangan IPB pada mahasiswa program sarjana. Konsumen membutuhkan teman sesamanya untuk menentukan suatu pembelian (Sumarwan 2011). Memiliki teman dekat atau sahabat merupakan naluri dari konsumen sebagai makhluk sosial. Teman bagi seorang konsumen diyakini akan mampu memenuhi kebutuhan akan kebersamaan, rasa aman, dan kebutuhan akan mendiskusikan berbagai masalah ketika konsumen merasa enggan untuk membicarakan dengan orang tua atau saudara kandung. Sementara itu, menurut Peter & Olson (1996)

menyatakan bahwa jenis kelompok acuan terdiri dari formal vs informal, primer vs sekunder, membership, aspirational, dan disosiatif. Jika ditinjau keterlibatan seringnya berinteraksi, teman tergolong dalam jenis kelompok acuan primer, yaitu kelompok acuan yang melibatkan interaksi secara langsung dan tatap muka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teman dekat memberikan pengaruh dalam pemilihan produk pangan IPB dan orang yang memberi pendapat dalam pemilihan produk pangan IPB. Sementara itu, dosen juga merupakan orang yang paling dipercaya untuk memberi informasi dan menentukan jenis produk pangan IPB.

Seiring dengan peran kelompok acuan dalam menentukan minat beli mahasiswa, sumber informasi juga menentukan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa. Terdapat dua jenis pencarian informasi yaitu secara internal dan eksternal. Pencarian internal terjadi ketika konsumen menggunakan informasinya yang disimpan ke dalam memori, sedangkan pencarian secara eksternal meliputi pencarian informasi dari lingkungan informasi yang dinginkan karena informasi yang diperoleh sebelumnya tidak dapat diingat kembali dari memori (Pillai 2009). Teman merupakan sumber pencarian informasi secara eksternal yang diperoleh oleh mahasiswa terkait dengan produk pangan IPB. Hal ini sejalan dengan penelitian Hasanah (2003) yang menyatakan bahwa teman merupakan sumber informasi yang cukup efektif dalam memberikan informasi.

Sumber informasi dan kelompok acuan merupakan komponen yang penting dalam membentuk perubahan dan peningkatan pengetahuan mahasiswa terhadap produk pangan IPB. Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen (Sumarwan 2011). Jenis- jenis pengetahuan menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994) terbagi dalam 3 (tiga) jenis diantaranya adalah pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, dan pengetahuan pemakaian. Selain itu, Peter dan Olson (1996) membagi pengetahuan konsumen menjadi tiga jenis, yaitu pengetahuan tentang atribut, pengetahuan tentang keuntungan, dan pengetahuan tentang kepuasan. Mowen dan Minor (1995) juga mengklasifikasikan pengetahuan konsumen menjadi dua jenis, yaitu pengetahuan objektif dan pengetahuan subjektif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki pengetahuan yang cukup terkait dengan produk pangan IPB. Konsumen yang

berpengetahuan banyak lebih terfokus pada informasi yang paling relevan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu produk (Sumarwan 2011). Dengan

Dokumen terkait