• Tidak ada hasil yang ditemukan

Infrastruktur dan Pengembangan Ekonomi

BAB III ALOKASI DAN PEMANFAATAN DANA OTONOMI KHUSUS

3.1 Sektor Infrastruktur

3.1.3 Capaian dan Tantangan

3.1.3.3 Infrastruktur dan Pengembangan Ekonomi

Kondisi infrastruktur memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan perkembangan ekonomi wilayah.29 Wilayah yang memiliki infrastruktur jalan yang handal dan kapasitas ekonomi yang kuat akan memiliki peluang tumbuh dan berkembang lebih pesat. Di Pidie Jaya, kapasitas ekonomi dan infrastruktur jalannya dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu; 1. Wilayah yang memiliki kapasitas ekonomi kuat dan infrastruktur jalan kuat 2. Wilayah yang memiliki kapasitas ekonomi lemah dan infrastruktur jalan kuat, 3. Wilayah yang memiliki kapasitas ekonomi kuat dan infrastuktur jalan lemah dan 4. Wilayah yang memiliki kapasitas ekonomi lemah dan infrastruktur jalan yang lemah pula.

Meureudu dan Ulim. yang terletak di kuadran I, memiliki kapasitas ekonomi dan infrastruktur jalan yang lebih unggul dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya di Pidie Jaya. Kapasitas ekonomi kecamatan di sini diukur dengan mempertimbangkan indikator penggunaan listrik, harga tanah, kredit perbankan, jumlah KUD dan industri, serta luas areal pertanian dan tingkat produktifitas yang dimiliki. Sedangkan kemampuan infrastruktur jalan diukur dari panjang jalan per populasi dan per luas wilayah.

Kecamatan-kecamatan yang terletak di kuadran II, III, dan IV merupakan wilayah-wilayah yang masih belum kuat dalam kapasitas ekonomi atau infrastruktur jalan, atau belum kuat dalam kedua-dua aspek tersebut. Kuadran II terdiri dari kecamatan-kecamatan yang memiliki kapasitas ekonomi yang kuat tetapi belum didukung oleh infrastruktur jalan yang memadai, yaitu Bandar Dua, Bandar Baru, dan Meurah Dua. Kuadran III terdiri dari kelompok kecamatan yang memiliki infrastruktur jalan yang kuat tetapi kapasitas ekonomi yang relatif lemah, yaitu Pante Raja dan Tringgadeng. Kuadran IV berisi kecamatan dengan kapasitas ekonomi yang lemah dan infrastruktur jalan yang lemah pula, yaitu Jangka Buya.

Grafik 29. Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Kapasitas Ekonomi dan Infrastruktur Jalan 2012

Sumber: Berbagai sumber (diolah)

29 On the Road: Access to Transportation Infrastructure and Economic Growth in China, Abhijit Banerjeey, Esther Duflozand Nancy Qianx February 2012

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

44

Kecamatan-kecamatan yang berada dalam setiap kuadran membutuhkan kebijakan pengembangan ekonomi dan infrastruktur tersendiri. Kecamatan-kecamatan dalam kuadran I perlu terus meningkatkan nilai tambah ekonomi dan kemampuan infrastruktur jalannya untuk memelihara keunggulannya dalam pengembangan wilayah. Kecamatan-kecamatan di Kuadran II perlu meningkatkan panjang jalan yang dimiliki untuk memudahkan mobilitas orang, barang dan jasa dalam dan menuju wilayahnya. Kecamatan-kecamatan di kuadran III perlu lebih mengembangkan potensi ekonomi dan menciptakan iklim usaha yang kondusif di wilayahnya agar dapat berkembang lebih pesat. Sementara kecamatan-kecamatan di kuadran IV memerlukan strategi dan upaya yang lebih efektif dalam pengembangan infrastruktur jalan maupun potensi ekonominya.

3.1.4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Penggunaan dana Otsus untuk pengembangan infrastruktur pekerjaan umum di Pidie Jaya belum

memiliki pedoman dan acuan khusus. Agar rencana penggunaan dana ini lebih terarah dan mampu menjawab persoalan-persoalan strategis daerah di masa depan, maka perlu segera disusun dokumen rencana pengelolaan dana infrastruktur pekerjaan umum Pidie Jaya yang komprehensif dan terpadu.

2. Meskipun program irigasi dan pengairan lainnya direncanakan mendapatkan alokasi terbesar

dalam RPJM Pidie Jaya 2009-2014, tetapi kenyataannya dalam kurun waktu 2008-2012, justru infrastruktur jalan dan infrastruktur pedesaan yang mendapat alokasi belanja terbesar. Program irigasi dan pengairan lainnya hanya menduduki posisi ketiga dalam pembagian alokasi dalam kurun waktu tersebut. Pelaksanaan program/kegiatan yang tidak sesuai dengan perencanaan merupakan masalah serius dalam pengelolaan belanja publik. Penyimpangan dari perencanaan, jika dilakukan tanpa landasan yang kuat dan pertimbangan yang cermat, dapat menjadi preseden buruk yang membuka peluang penyalahgunaan anggaran dan terjadinya pengalokasian dan penggunaan anggaran yang tidak efektif.

3. Prioritas alokasi anggaran untuk pekerjaan irigasi sebenarnya memiliki alasan yang kuat. Lebih dari 50 persen sarana dan prasarana irigasi Pidie Jaya mengalami kerusakan yang parah. Sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan tersebut meliputi waduk, bendungan, bangunan bagi/sadap, dan pintu. Berdasarkan fakta tersebut, ke depan perlu pengalokasian anggaran yang memadai untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan itu dan juga perlu tindakan pemeliharaan serius untuk mencegah bertambah parahnya kerusakan.

4. Alokasi infrastruktur jalan di Pidie cenderung difokuskan untuk kegiatan pembangunan jalan baru dibandingkan dengan kegiatan peningkatan dan pemeliharaan jalan. Masih terbatasnya cakupan jalan berkategori baik dan beraspal menunjukkan kebutuhan akan pemeliharaan dan peningkatan jalan sebenarnya cukup tinggi. Di masa mendatang, penentuan proporsi alokasi pembangunan, pemeliharaan dan peningkatan jalan yang tepat mestinya menjadi perhatian serius para pengambil kebijakan infrastruktur pekerjaan umum di kabupaten ini.

5. Sebagian kecamatan di Pidie Jaya telah memiliki panjang jalan yang mencukupi dilihat dari sisi jumlah populasi dan luas wilayahnya, sementara sebagian lainnya memiliki panjang jalan yang masih terbatas. Kecamatan yang memiliki panjang jalan paling tidak memadai dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya di Pidie Jaya, Meurah Dua, perlu mendapat prioritas utama untuk alokasi pembangunan jalan baru di masa depan.

6. Lahan sawah yang menggunakan irigasi sederhana di berbagai kecamatan di Pidie Jaya relatif

OTONOMI KHUSUS Pidie Jaya | 2014

45

masa datang, perlu dilakukan upaya peningkatan kapasitas irigasi di wilayah ini secara bertahap dan sistematis.

7. Masing-masing kecamatan di Pidie Jaya memiliki karakteristik tersendiri dipandang dari kapasitas ekonomi dan infrastruktur jalan yang dimiliki. Pengembangan ekonomi masing-masing kecamatan tersebut ke depan hendaknya mempertimbangkan dengan seksama kedua aspek ini. Kecamatan-kecamatan yang memiliki infrastruktur jalan yang kuat dan juga kapasitas ekonomi yang kuat, seperti Meureudu dan Ulim, perlu terus melakukan pengembangan ekonomi secara terencana agar dapat mengakselerasi pembangunan wilayahnya. Kecamatan-kecamatan dengan infrastruktur jalan yang relatif kuat tetapi kapasitas ekonomi lemah, seperti Pante Raja dan Tringgadeng, perlu lebih mengembangkan potensi ekonominya dengan memanfaatkan secara optimal infrastruktur jalan yang tersedia. Bandar Dua, Bandar Baru, dan Meurah Dua, yang memiliki kapasitas ekonomi yang kuat, tetapi belum didukung oleh infrastruktur jalan memadai, masih memerlukan pembangunan jalan baru. Kecamatan yang sangat tertinggal karena memiliki kapasitas ekonomi lemah dan infrastruktur jalan yang lemah pula, yaitu Jangka Buya, memerlukan penguatan secara intensif, baik dari sisi kemampuan ekonomi maupun dari sisi pengembangan infrastruktur jalannya.

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

46

Dokumen terkait