• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Sumber: www.panoramio.com/machmoedi)

OTONOMI KHUSUS Pidie Jaya | 2014

31

ALOKASI DAN PEMANFAATAN DANA OTONOMI KHUSUS

Bagian ini melihat pola pemanfaatan secara sektoral. Analisis lebih dititikberatkan pada alokasi dan penggunaannya di tiga sektor kunci pelayanan publik yakni infrastruktur (jalan dan irigasi), pendidikan (hanya pada Dinas Pendidikan Pidie Jaya), dan kesehatan (Dinas Kesehatan Aceh Tengah dan Rumah Sakit Umum Pidie Jaya) pada periode anggaran 2008-2012.

3.1 Sektor Infrastruktur

3.1.1 Prioritas Bidang Infrastruktur dalam RPJM Pidie Jaya 2009-2014

Bidang infrastruktur merupakan salah satu dari enam bidang prioritas pembangunan Pidie Jaya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) daerah ini tahun 2009-2014.28 Bidang-bidang prioritas lainnya meliputi bidang ekonomi, bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang sosial budaya dan agama, serta bidang pemerintahan umum dan politik., Pemerintah Pidie Jaya menetapkan suatu kebijakan khusus pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dalam pengembangan bidang infrastuktur. Kebijakan ini diarahkan untuk mendukung pengembangan perekonomian daerah di berbagai sektor pembangunan. Program pengembangan, pengelolaan dan konversi sungai, danau dan sumber daya air lainnya merupakan program bidang infrastruktur pekerjaan umum yang direncanakan mendapat alokasi terbesar dalam RPJM Pidie Jaya 2009-2014. Dari seluruh program bidang infrastruktur pekerjaan umum, program ini direncanakan mendapatkan alokasi sebesar 35 persen atau senilai Rp. 2,02 triliun dari total alokasi untuk bidang infrastruktur pekerjaan umum yang mencapai Rp. 5,75 triliun. Program-program lainnya yang direncanakan mendapat alokasi yang relatif besar adalah program pembangunan jalan dan jembatan sebesar 22 persen atau senilai Rp. 1,25 triliun dan program pembangunan infrastruktur pedesaan sebesar 18 persen atau senilai Rp. 1,03 triliun.

Grafik 11. Rencana alokasi anggaran program-program infrastruktur pekerjaan umum dalam RPJM Pidie Jaya 2009-2014

Sumber: PECAPP, diolah dari RPJM Pidie Jaya 2009-2014

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

32

3.1.2 Alokasi dan Pemanfaatan Dana Otonomi Khusus Sektor Infrastruktur

Belanja infrastruktur per kapita Pidie Jaya mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir, tetapi masih di atas rata-rata Aceh. Belanja infrastruktur per kapita Pidie Jaya pada tahun 2013 sebesar Rp. 442 ribu, turun dua persen dibandingkan tahun 2012. Belanja infrastruktur per kapita Pidie Jaya ini sedikit di atas rata-rata belanja per kapita kabupaten/kota lainnya di Aceh yang mencapai Rp. 436 ribu. Tahun 2011 merupakan tahun di mana Pidie Jaya memperoleh belanja infrastruktur per kapita terbesar, yaitu sebesar Rp. 741 ribu.

Grafik 12. Belanja infrastruktur per kapita Pidie Jaya dan rata-rata Aceh 2007-2013

Sumber : PECAPP, diolah dari data Pemerintah Aceh, Tahun 2013

Sejak 2008-2012, bidang Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) terus mendapat alokasi dana Otsus terbesar untuk kategori infrastruktur pekerjaan umum di Pidie Jaya. Meskipun demikian, selama jangka waktu lima tahun tersebut alokasi untuk BMCK bersifat fluktuatif. Sedangkan alokasi untuk bidang Sumber Daya Air (SDA) mengalami penurunan di tahun-tahun awal dan mengalami kenaikan pada tahun terakhir. Pada tahun 2012, secara riil, alokasi bidang ini mengalami kenaikan sebesar Rp. 8,88 miliar dibandingkan tahun 2008. Rata-rata, setiap tahun bidang BMCK memperoleh porsi 75 persen dari total alokasi infrastruktur. Alokasi terbesar yang diperoleh bidang ini terjadi pada tahun 2012 yang mencapai 82 persen atau Rp 27,82 miliar dari total alokasi untuk infrastruktur pekerjaan umum sebesar Rp. 38,04 miliar. Alokasi pekerjaan infrastruktur mengalami penurunan drastis pada tahun 2010, yaitu sebesar 62 persen. Penurunan ini dapat dikaitkan dengan diprioritaskannya bidang pemberdayaan ekonomi menjadi bidang prioritas dan memperoleh alokasi tertinggi dibandingkan bidang-bidang lainnya.

OTONOMI KHUSUS Pidie Jaya | 2014

33

Grafik 13. Alokasi dana Otsus bidang infrastruktur Pidie Jaya 2008-2012

Sumber: Pecapp, diolah dari data Pemerintah Aceh, Tahun 2013

Sebagian besar alokasi infrastruktur pekerjaan umum digunakan untuk program yang terkait dengan infrastruktur jalan. Program ini meliputi kegiatan-kegiatan pembangunan, peningkatan, maupun pemeliharaan jalan yang termasuk klasifikasi jalan kabupaten. Program-program lainnya yang memperoleh alokasi besar meliputi pembangunan sarana dan prasarana gedung, infrastruktur pedesaan, dan infrastruktur irigasi. Pada tahun 2011, misalnya, alokasi untuk infrastruktur jalan memperoleh porsi terbesar, mencakup 72 persen dari total alokasi infrastruktur, diikuti oleh infrastruktur pedesaan sebesar 19 persen, dan infrastruktur irigasi sebesar sembilan persen.

Grafik 14. Alokasi dana Otsus infrastruktur Pidie Jaya berdasarkan program 2008-2012 (%)

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

34

Secara akumulatif, selama 2008-2012, infrastruktur jalan telah memperoleh alokasi sebesar 57 persen atau Rp 78,06 milyar dari keseluruhan alokasi infrastruktur pekerjaan umum. Alokasi untuk program ini jauh melampaui alokasi untuk program-program lainnya. Infrastruktur irigasi memperoleh alokasi terbesar berikutnya sebesar 24 persen atau senilai Rp 32,83 miliar, diikuiti oleh perumahan dan pemukiman 11 persen atau senilai Rp 15,57 miliar, dan infrastruktur pedesaan sebesar tujuh persen atau senilai Rp 9,7 miliar. Grafik 15. Total dana Otsus Pidie Jaya untuk berbagai jenis output infrastruktur 2008-2012

Sumber : PECAPP, diolah dari data Pemerintah Aceh, Tahun 2013

Alokasi pekerjaan jalan kabupaten di Pidie Jaya belum diprioritaskan untuk kecamatan yang memiliki tingkat kerusakan jalan yang tinggi. Meskipun pada tahun 2011 Bandar Dua memiliki tingkat kerusakan jalan tertinggi, yaitu sebesar 19,1 persen, pada tahun 2012 kecamatan ini memperoleh total alokasi pekerjaan jalan yang relatif kecil, yaitu Rp 3,28 miliar. Sedangkan Meureudu dengan tingkat kerusakan jalan terparah kedua yaitu sebesar 17,8 persen, kecamatan ini memperoleh alokasi pekerjaan jalan terbesar diantara seluruh kecamatan, yaitu mencapai Rp. 11,52 miliar, dengan rincian Rp 11,37 miliar berasal dari dana Otsus dan Rp 0,15 miliar berasal dari APBK. Grafik 16. Alokasi pekerjaan jalan kabupaten tahun 2012 vs jalan rusak 2011 di setiap kecamatan di Pidie Jaya

OTONOMI KHUSUS Pidie Jaya | 2014

35

Kegiatan peningkataan jaringan irigasi menjadi prioritas utama alokasi dana Otsus untuk keperluan irigasi di Pidie Jaya. Pada tahun 2011, peningkatan jaringan irigasi memperoleh alokasi sebesar 47 persen atau senilai Rp. 2,05 miliar dari total Rp 4,32 miliar alokasi untuk pekerjaan irigasi. Sementara penguatan tebing memperoleh alokasi sebesar 20 persen atau senilai Rp. 850 juta, dan pembangunan jaringan irigasi memperoleh alokasi sebesar 18 persen atau senilai Rp. 760 juta. Pada tahun 2012, alokasi untuk pekerjaan irigasi sepenuhnya digunakan untuk peningkatan jaringan irigasi yaitu senilai Rp. 6,92 miliar. Grafik 17. Alokasi dana Otsus Pidie Jaya untuk irigasi 2011-2012

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

36

3.1.3 Capaian dan Tantangan

3.1.3.1 Infrastruktur Jalan

Panjang jalan kabupaten per populasi di Pidie Jaya masih berada di bawah rata-rata kabupaten/kota di Aceh. Berdasarkan data dari Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Aceh tahun 2011, diketahui bahwa kabupaten yang masih berusia muda ini memiliki panjang jalan 2,55 km/1.000 populasi. Sementara rata-rata kabupaten/kota di Aceh memiliki panjang jalan kabupaten/kota 3.21 km/1.000 populasi. Meski panjang jalan per populasi berada di bawah rata-rata kabupaten/kota di Aceh, Pidie Jaya memiliki panjang jalan yang lebih baik bekas kabupaten induknya sebelumnya Pidie yang hanya memiliki panjang jalan 1,86 km/1.000 populasi.

Grafik 18. Panjang jalan kabupaten/Kota per populasi di Aceh tahun 2011

Sumber: PECAPP, diolah dari data Dinas BMCK Aceh, 2012

Tidak berbeda dengan indikator panjang jalan kabupaten per populasi, Pidie Jaya juga memiliki panjang jalan kabupaten per luas wilayah di bawah rata-rata Aceh. Pada tahun 2011, panjang jalan kabupaten per luas wilayah di Pidie Jaya mencapai 36,58 km/100 km2. Sedangkan rata-rata kabupaten/kota di Aceh memiliki panjang jalan kabupaten/kota per luas wilayah 39,63 km/100 km2, tanpa termasuk Banda Aceh yang merupakan outlier (memiliki angka panjang jalan per luas wilayah yang sangat tinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya, yaitu 958,82 km/100 km2). Sementara itu, jika termasuk Banda Aceh, rata-rata panjang jalan kabupaten/kota per luas wilayah di Aceh mencapai 79,59 km/100 km2. Jika dibandingkan Pidie, panjang jalan per luas wilayah Pidie Jaya masih lebih baik, dimana kabupaten ini hanya memiliki panjang jalan per luas wilayah 22,73 km/100 km2.

OTONOMI KHUSUS Pidie Jaya | 2014

37

Grafik 19. Panjang jalan kabupaten/kota per luas wilayah di Aceh tahun 2011 (tidak termasuk Banda Aceh)

Sumber: PECAPP, diolah dari data Dinas BMCK Aceh, 2012; Dinas Pekerjaan Umum Pidie Jaya, 2012

Pante Raja merupakan kecamatan dengan panjang jalan per populasi paling ideal di Pidie Jaya, yaitu 3,63 km/1.000 populasi. Kondisi ini tidak terlepas dari perbandingan antara panjang jalang dan jumlah penduduknya yang cenderung proporsional. Meskipun hanya memiliki jalan sepanjang 29 km, jauh lebih pendek dari misalnya Bandar Baru, yang memiliki jalan sepanjang 85 km, Pante Raja diuntungkan karena memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya di Pidie Jaya. Sedangkan Jangka Buya memiliki panjang jalan per populasi terpendek, yaitu 0,74 km/1.000 populasi.

Grafik 20. Panjang jalan kabupaten per populasi setiap kecamatan di Pidie Jaya 2012

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

38

Dari sisi panjang jalan per luas wilayah, Pante Raja juga memiliki panjang jalan paling memadai dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya di Pidie Jaya, dengan rasio panjang jalan per luas wilayah 1,6 km/100 km2. Kecamatan-kecamatan lainnya yang memiliki perbandingan panjang jalan dengan luas wilayah dan populasi yang dua-duanya relatif cukup baik di Pidie Jaya adalah adalah Ulim dan Tringgadeng. Sebaliknya Meurah Dua adalah kecamatan yang memiliki panjang jalan paling tidak proporsional meski dikaitkan dengan jumlah populasi maupun luas wilayahnya.

Grafik 21. Panjang jalan kabupaten per luas wilayah setiap kecamatan di Pidie Jaya tahun 2012

Sumber: PECAPP, diolah dari data Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pidie Jaya, 2013

Meskipun rasio panjang jalan Pidie Jaya dengan populasi dan luas wilayahnya kurang memuaskan, kondisi jalan kabupaten Pidie Jaya masih lebih baik dibandingkan rata-rata kabupaten/kota di Aceh. Pada tahun 2011, dengan tingkat kerusakan jalan sebesar 21 persen, Pidie Jaya berada di peringkat kelima dalam hal rendahnya persentase kerusakan jalan dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Aceh. Sementara pada tahun tersebut, rata-rata kabupaten/kota di Aceh memiliki tingkat kerusakan jalan yang cukup tinggi, sebesar 39 persen.

Grafik 22 Persentase jalan kabupaten kategori rusak di kabupaten/kota di Aceh 2011

OTONOMI KHUSUS Pidie Jaya | 2014

39

Tringgadeng dan Meureudu memiliki persentase jalan kabupaten dalam kondisi rusak berat tertinggi di Pidie Jaya tahun 2012, kedua-duanya sebesar 71 persen. Sementara Jangka Buya memiliki persentase jalan kondisi baik tertinggi, yaitu sebesar 89 persen. Secara keseluruhan, rata-rata persentase jalan kabupaten dalam keadaan rusak berat di berbagai kecamatan Pidie Jaya pada tahun 2012 mencapai angka yang relatif tinggi, yaitu 49 persen.

Grafik 23. Kondisi jalan kabupaten di setiap kecamatan di Pidie Jaya 2012

Sumber: PECAPP, diolah dari data Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pidie Jaya, 2013

Persentase jalan kabupaten berpermukaan aspal di Pidie Jaya masih rendah, rata-rata di seluruh kecamatan sebesar 46 persen pada tahun 2012. Cakupan permukaan jalan beraspal tertinggi berada di Jangka Buya, mencapai 100 persen, sementara yang terendah terdapat di Kecamatan Tringgadeng, yaitu sebesar 33 persen. Kecamatan-kecamatan lainnya seperti Bandar Baru, Pante Raja, dan Meureudu juga masih memiliki permukaan jalan beraspal di bawah 50 persen.

Grafik 24. Jalan kabupaten beraspal di setiap kecamatan di Pidie Jaya 2012

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

40

3.1.3.2 Infrastruktur Irigasi

Pidie Jaya memiliki luas padi sawah menggunakan irigasi terluas ketiga di Aceh, mencapai 99,5 persen dari total 13.055 ha luas tanam padi sawah di wilayahnya. Pidie Jaya berada di bawah Nagan Raya, yang memiliki luas area padi sawah menggunakan irigasi sebesar 100 persen atau seluas 33.603 ha, dan Aceh Barat Daya yang memiliki luas tanam padi sawah dengan irigasi sebesar 99,7 persen dari 29.009 ha luas tanam padi sawah di wilayahnya. Rata-rata kabupaten/kota di Aceh memiliki luas tanam padi sawah menggunakan irigasi sebesar 56 persen.

Grafik 25. Luas Tanam padi sawah berdasarkan irigasi di kabupaten/kota di Aceh tahun 2012

Sumber: PECAPP, diolah dari Aceh Dalam Angka, BPS, 2013

Pidie Jaya juga memiliki tingkat produktifitas padi yang tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Aceh, yaitu sebesar 4,94 ton/ha. Produktifitas padi Pidie Jaya ini sedikit di bawah Aceh Besar yang memiliki produktifitas tertinggi di Aceh yang mencapai 4,98 ton/ha. Sementara rata-rata kabupaten/ kota di Aceh memiliki produktifitas sebesar 4,37 ton/ha. Jika dilihat dari jumlah produksi padinya sendiri, sebenarnya Pidie Jaya masih berada jauh di bawah pencapaian beberapa kabupaten/kota yang menjadi lumbung padi Aceh, seperti Aceh Utara, Aceh Timur, Pidie, dan Aceh Besar yang pada tahun 2012 produksi padinya berada pada angka di atas 200.000 ton.

OTONOMI KHUSUS Pidie Jaya | 2014

41

Grafik 26. Produktifitas padi di Aceh tahun 2012

Sumber: PECAPP, diolah dari Aceh Dalam Angka, BPS, 2013

Apabila ditelusuri di tingkat kecamatan, diketahui bahwa Bandar Dua memiliki luas sawah yang dialiri sistem irigasi terluas di Pidie Jaya. Luas sawah tersebut menjangkau 29 persen atau 2,55 ribu ha dari total luas sawah yang dialiri sistem irigasi di seluruh Pidie Jaya. Areal yang dialiri irigasi terdiri dari 52 persen irigasi semi (setengah) teknis, 37 persen irigasi sederhana, 4 persen irigasi teknis, dan 7 persen tadah hujan. Sedangkan Pante Raja adalah kecamatan dengan luas sawah yang dialiri sistem irigasi tersempit, yaitu seluas 330 ha, dimana sebagian besar luas lahan tersebut dialiri oleh irigasi sederhana dan semi teknis.

Kecamatan-kecamatan yang sawahnya lebih banyak dialiri oleh irigasi teknis atau semi teknis memiliki hasil produksi padi yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan yang menggunakan irigasi sederhana atau jenis pengairan lainnya. Bandar Dua, Meureudu, Ulim, dan Tringgadeng adalah kecamatan-kecamatan yang memiliki sawah yang cukup luas dialiri irigasi teknis atau semi teknis dengan jumlah produksi padi yang cukup tinggi. Pada tahun 2012, Bandar Dua menghasilkan padi sebanyak 21,927 ribu ton, diikuti oleh Meureudu sebesar 17,139 ribu ton, Ulim sebesar 14,960 ribu ton, dan Tringgadeng sebesar 13,338 ribu ton. Meskipun demikian, masih terdapat sekitar 29 persen luas areal pertanian di Pidie Jaya yang menggunakan sistem irigasi sederhana.

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

42

Grafik 27. Luas Areal Irigasi dan Hasil Produksi Padi di Pidie Jaya Tahun 2012

Sumber: PECAPP, diolah dari Pidie Jaya Dalam Angka, BPS, 2013

Persentase sarana dan prasarana irigasi di Pidie Jaya yang rusak atau rusak berat tergolong besar. Sebesar 57 persen waduk berada dalam kondisi rusak atau rusak berat. Kondisi yang sama juga ditemui pada 61 persen bendungan, 73 persen bangunan bagi/sadap, dan 58 persen pintu. Buruknya kondisi sarana dan prasarana irigasi ini tentunya bisa berpengaruh kontraproduktif terhadap sektor pertanian yang pada tahun 2011 memberi kontribusi sekitar 60 persen terhadap PDRB Pidie Jaya.

Grafik 28. Kondisi sarana dan prasarana irigasi di Pidie Jaya 2012

OTONOMI KHUSUS Pidie Jaya | 2014

43

3.1.3.3 Infrastruktur dan Pengembangan Ekonomi

Kondisi infrastruktur memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan perkembangan ekonomi wilayah.29 Wilayah yang memiliki infrastruktur jalan yang handal dan kapasitas ekonomi yang kuat akan memiliki peluang tumbuh dan berkembang lebih pesat. Di Pidie Jaya, kapasitas ekonomi dan infrastruktur jalannya dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu; 1. Wilayah yang memiliki kapasitas ekonomi kuat dan infrastruktur jalan kuat 2. Wilayah yang memiliki kapasitas ekonomi lemah dan infrastruktur jalan kuat, 3. Wilayah yang memiliki kapasitas ekonomi kuat dan infrastuktur jalan lemah dan 4. Wilayah yang memiliki kapasitas ekonomi lemah dan infrastruktur jalan yang lemah pula.

Meureudu dan Ulim. yang terletak di kuadran I, memiliki kapasitas ekonomi dan infrastruktur jalan yang lebih unggul dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya di Pidie Jaya. Kapasitas ekonomi kecamatan di sini diukur dengan mempertimbangkan indikator penggunaan listrik, harga tanah, kredit perbankan, jumlah KUD dan industri, serta luas areal pertanian dan tingkat produktifitas yang dimiliki. Sedangkan kemampuan infrastruktur jalan diukur dari panjang jalan per populasi dan per luas wilayah.

Kecamatan-kecamatan yang terletak di kuadran II, III, dan IV merupakan wilayah-wilayah yang masih belum kuat dalam kapasitas ekonomi atau infrastruktur jalan, atau belum kuat dalam kedua-dua aspek tersebut. Kuadran II terdiri dari kecamatan-kecamatan yang memiliki kapasitas ekonomi yang kuat tetapi belum didukung oleh infrastruktur jalan yang memadai, yaitu Bandar Dua, Bandar Baru, dan Meurah Dua. Kuadran III terdiri dari kelompok kecamatan yang memiliki infrastruktur jalan yang kuat tetapi kapasitas ekonomi yang relatif lemah, yaitu Pante Raja dan Tringgadeng. Kuadran IV berisi kecamatan dengan kapasitas ekonomi yang lemah dan infrastruktur jalan yang lemah pula, yaitu Jangka Buya.

Grafik 29. Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Kapasitas Ekonomi dan Infrastruktur Jalan 2012

Sumber: Berbagai sumber (diolah)

29 On the Road: Access to Transportation Infrastructure and Economic Growth in China, Abhijit Banerjeey, Esther Duflozand Nancy Qianx February 2012

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

44

Kecamatan-kecamatan yang berada dalam setiap kuadran membutuhkan kebijakan pengembangan ekonomi dan infrastruktur tersendiri. Kecamatan-kecamatan dalam kuadran I perlu terus meningkatkan nilai tambah ekonomi dan kemampuan infrastruktur jalannya untuk memelihara keunggulannya dalam pengembangan wilayah. Kecamatan-kecamatan di Kuadran II perlu meningkatkan panjang jalan yang dimiliki untuk memudahkan mobilitas orang, barang dan jasa dalam dan menuju wilayahnya. Kecamatan-kecamatan di kuadran III perlu lebih mengembangkan potensi ekonomi dan menciptakan iklim usaha yang kondusif di wilayahnya agar dapat berkembang lebih pesat. Sementara kecamatan-kecamatan di kuadran IV memerlukan strategi dan upaya yang lebih efektif dalam pengembangan infrastruktur jalan maupun potensi ekonominya.

3.1.4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Penggunaan dana Otsus untuk pengembangan infrastruktur pekerjaan umum di Pidie Jaya belum

memiliki pedoman dan acuan khusus. Agar rencana penggunaan dana ini lebih terarah dan mampu menjawab persoalan-persoalan strategis daerah di masa depan, maka perlu segera disusun dokumen rencana pengelolaan dana infrastruktur pekerjaan umum Pidie Jaya yang komprehensif dan terpadu.

2. Meskipun program irigasi dan pengairan lainnya direncanakan mendapatkan alokasi terbesar

dalam RPJM Pidie Jaya 2009-2014, tetapi kenyataannya dalam kurun waktu 2008-2012, justru infrastruktur jalan dan infrastruktur pedesaan yang mendapat alokasi belanja terbesar. Program irigasi dan pengairan lainnya hanya menduduki posisi ketiga dalam pembagian alokasi dalam kurun waktu tersebut. Pelaksanaan program/kegiatan yang tidak sesuai dengan perencanaan merupakan masalah serius dalam pengelolaan belanja publik. Penyimpangan dari perencanaan, jika dilakukan tanpa landasan yang kuat dan pertimbangan yang cermat, dapat menjadi preseden buruk yang membuka peluang penyalahgunaan anggaran dan terjadinya pengalokasian dan penggunaan anggaran yang tidak efektif.

3. Prioritas alokasi anggaran untuk pekerjaan irigasi sebenarnya memiliki alasan yang kuat. Lebih dari 50 persen sarana dan prasarana irigasi Pidie Jaya mengalami kerusakan yang parah. Sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan tersebut meliputi waduk, bendungan, bangunan bagi/sadap, dan pintu. Berdasarkan fakta tersebut, ke depan perlu pengalokasian anggaran yang memadai untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan itu dan juga perlu tindakan pemeliharaan serius untuk mencegah bertambah parahnya kerusakan.

4. Alokasi infrastruktur jalan di Pidie cenderung difokuskan untuk kegiatan pembangunan jalan baru dibandingkan dengan kegiatan peningkatan dan pemeliharaan jalan. Masih terbatasnya cakupan jalan berkategori baik dan beraspal menunjukkan kebutuhan akan pemeliharaan dan peningkatan jalan sebenarnya cukup tinggi. Di masa mendatang, penentuan proporsi alokasi pembangunan, pemeliharaan dan peningkatan jalan yang tepat mestinya menjadi perhatian serius para pengambil kebijakan infrastruktur pekerjaan umum di kabupaten ini.

5. Sebagian kecamatan di Pidie Jaya telah memiliki panjang jalan yang mencukupi dilihat dari sisi jumlah populasi dan luas wilayahnya, sementara sebagian lainnya memiliki panjang jalan yang masih terbatas. Kecamatan yang memiliki panjang jalan paling tidak memadai dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya di Pidie Jaya, Meurah Dua, perlu mendapat prioritas utama untuk alokasi pembangunan jalan baru di masa depan.

6. Lahan sawah yang menggunakan irigasi sederhana di berbagai kecamatan di Pidie Jaya relatif

OTONOMI KHUSUS Pidie Jaya | 2014

45

masa datang, perlu dilakukan upaya peningkatan kapasitas irigasi di wilayah ini secara bertahap dan sistematis.

7. Masing-masing kecamatan di Pidie Jaya memiliki karakteristik tersendiri dipandang dari kapasitas ekonomi dan infrastruktur jalan yang dimiliki. Pengembangan ekonomi masing-masing kecamatan tersebut ke depan hendaknya mempertimbangkan dengan seksama kedua aspek ini. Kecamatan-kecamatan yang memiliki infrastruktur jalan yang kuat dan juga kapasitas ekonomi yang kuat, seperti Meureudu dan Ulim, perlu terus melakukan pengembangan ekonomi secara terencana agar

Dokumen terkait